Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Tidur adalah suatu keadaan berulang, teratur, mudah reversible yang


ditandai dengan keadaan relatif tidak dapat bergerak dan tingginya peningkatan
ambang respon terhadap stimulus eksternal dibandingkan dengan keadan
terjaga.Kebutuhan tidur tiap orang berbeda beda, banyak orang adalah penidur
panjang yang memerlukan tidur 9 hingga 10 jam tidur di malam hari dan lainnya
adalah penidur pendek.Pemantauan tidur yang ketat merupakan bagian penting
praktik klinis. Gangguan tidur sering menjadi gejala awal gangguan jiwa yang
akan terjadi. Beberapa gangguan jiwa menyebabkan perubahan khas fisiologi
tidur.Empat gejala utama menandai sebagian besar gangguan tidur. Insomnia,
hypersomnia, parasomnia, dan gangguan jadwal tidur bangun. [1]

Siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormon seperti Adrenal


Corticotropin Hormone (ACTH), Growth Hormon (GH), Tyroid Stimulating
Hormon (TSH), Lituenizing Hormon (LH). Hormon-hormon ini masing-masing
disekresi secara teratur oleh kelenjar hipofisis anterior melalui jalur hipotalamus.
Sistem ini secara teratur mempengaruhi pengeluaran neurotransmitter
norepinefirn, dopamine, serotonin yang bertugas mengatur mekanisme tidur dan
bangun. Parasomnia merupakan fenomena yang tidak diinginkan atau yang tidak
biasa yang terjadi tiba-tiba saat tidur atau terjadi pada ambang antara bangun dan
tidur. Parasomnia biasanya terjadi pada tahap 3 dan 4 sehingga dikaitkan dengan
ingtan buruk mengenai gangguan ini.[1]

Parasomnia dapat didefinisikan sebagai perilaku yang tidak diinginkan


atau pengalaman/fenomena yang terjadi saat tidur, parasomnia bisa dibagi
menjadi tiga sub kelompok yaitu diantaranya gangguan gairah, gangguan tidur
REM, dan parasomnia lainnya. Ini terjadi karena tidak normalnya transisi antara
tidur rapid eye movement (REM),dan tidur (NREM).Kondisi ini terjadi terutama
pada keadaan tidur.[2]
Somnambulisme adalah gangguan tidur yang umumnya dikenal sebagai
tidur berjalan. Pada penderita Somnambulisme membuat aktivitas fisik sadar
dalam tidur. Somnambulisme terdiri atas rangkaian perilaku kompleks yang
diawali pada sepertiga pertama malam selama tidur NREM yang dalam dan
sering, meskipun tidak selalu, dilanjutkan tanpa kesadaran penuhatau ingatan
mengenai episode tersebut untuk meninggalkan tempat tidur dan berjalan
keliling.[2]Gangguan ini kadang-kadang berbahaya karena mungkin terjadi
kecelakaan. [1]

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Elektrofisiologi tidur
Tidur terdiri atas dua keadaan fisiologis yaitu non rapid eye
movement(NREM) dan rapid eyrmale movement(REM). Pada tidur NREM, yang
terdiri atas tahap 1 sampai 4, sebagian besar fungsi fisiologis sangat berkurang
dibandingkan dengan keadaan terjaga. Tidur REM merupakan jenis tidur yang
secara kualitatif berbeda, ditandai dengan tingginya tingkat efektifitas otak dan
tingkat aktivitas fisiologis yang menyerupai tingkat aktivitas saat terjaga. Kira-
kira 90 menit setelah awitan tidur. NREM menghasilkan episode REM pertama
malam tersebut. Laten REM 90 menit ini merupakan temuan yang konsisten pada
orang dewasa normal.Pemendekan latensi REM sering terjadi pada gangguan
seperti gangguan depresif dan narkolepsi. EEG merekam gerakan mata konjugat
cepat yang merupakan ciri pengidentifikasi keadaan tidur ( tidak ada atau hanya
sedikit REM dalam tidur NREM). Pola EEG terdiri atas aktivitas cepar
bertegangan rendah dan acak dengan gelombang gigi gerjaji. Elektromiograf
(EEG) menunjukkan berkurangnya tonus otot yang nyata. [1]
Pada orang normal, tidur NREM merupakan keadaan tentram dibandingkan
saat terjaga. Denyut jantung secara khas melambat lima hingga sepuluh denyut
per menit di bawah tingkat saat terjaga sedang istirahat dan sangat teratur
denyutnya. Pernapasan juga dipengaruhi dan tekanan darah cenderung rendah,
dengan beberapa variasi dari menit ke menit. Potensial otot istirahat pada otot otot
tubuh lebih rendah pada tidur REM daripada keadaan terjaga. Gerakan tubuh
episodik dan involuntair terdapat pada tidur NREM. Meskipun ada, terdapat
sedikit REM dan jarang ada ereksi penis pada laki laki. Aliran darah melalui
sebagian besar jaringan, termasuk aliran darah otak, sedikit berkurang. [1]
Bagian tidur NREM yang paling dalam tahap 3 dan 4 kadang kadang disertai
ciri bangkitan yang tidak biasa. Jika orang dibangunkan30 menit hingga 1 jam
setelah awitan tidur- biasanya pada tidur gelombang pendek. Mereka akan
mengalami disorientasi dan pikiran menjadikacau. Membangunkan dengan cepat

2
dari tidur gelombang pendek juga menyebabkan amnesia terhadap peristiwa
selama dibangunkan tersebut. Kekacauan saat bangun dari tahap 3 atau 4 dapat
menghasilkan masalah spesifik, termasuk enuresis, somnabulisme, dan mimpi
buruk atau terror malam hari. [1]
Ukuran poligrafik selama tidur REM menunjukkan pola yang tidak teratur,
kadang kadang mendekati pola terjaga ketika dibangunkan. Karena pengamatan
ini, tidur REM juga dinamakan tidur paradoksal. Denyut jantung, pernapasan, dan
tekanan darah pada manusia semuanya tinggi saat tidur REM lebih tinggi daripada
selama tidur NREM dan sering lebih tinggi daripada saat bangun. Variabilitasnya
dari menit ke menit bahkan lebih mencolok dibandingkan kadar atau
frekuensinya. Penggunaan oksigen otak meningkat selama tidur REM. Respon
ventilasi untuk meningkatkan kadar karbon dioksida CO2 berkurang selama tidur
REM, sehingga tidak terdapat peningkatan volume tidal ketika tekanan parsial
karbon dioksida meningkat. Termoregulasi berubah saat tidur REM. Berlawanan
dengan keadaan pengaturan suhu homeotermik yang terjadi saat keadaan terjaga
atau selama tidur REM. Keadaan poikilotermik ( suatu keadaaan suhu hewan yang
beragam sesuai dengan perubahan suhu disekitarnya) berlangsung saat tidur REM.
Poikilotermia, yang merupakan ciri khas reptile, menimbulkan kegagalan
berepons terhadap perubahan suhu lingkungan dengan menggigil atau
berkeringan, yang bertujuan untuk mempertahankan suhu tubuh. Hampir semua
periode REM pada laki laki disertai dengan ereksi penis parsial atau penuh.
Temuan ini memiliki nilai klinis signifikan dalam mengevaluasi penyebab
impotensi. Perubahan fisiologis lain yang terjadi selama tidur REM adalah
paralisis hampir total pada otot rangka. Karena inhibisi motoric ini, gerakan tubuh
tidak ada selama tidur REM. Mungkin ciri tidur REM yang paling khas adalah
mimpi. Orang yang terbangun saat tidur REM sering ( 60 hingga 90 persen)
melaporkan bahwa mereka mngalami mimpi. Mimpi selama tidur REM secara
khas abstrak dan aneh. Mimpi dapat terjadi selama tidurNREMtetapi khasnya
jelas dan bertujuan. [1]
Sifat siklik pada tidur adalah regular dan dapat dipercaya, periode REM terjadi
kira-kira setiap 90 hingga 100 menit sepanjang malam. Periode REM pertama

3
cenderung menjadi yang paling singkat, biasanya berlangsung kurang dari sepuluh
menit, periode REM selanjutnya masing masing dapat berlangsung 15 hingga 40
menit. Sebagian besar periode REM terjadi pada dua pertiga akhir malam,
sedangkan sebagian besar tidur tahap 4 terjadi sepertiga malam. [1]
Pola tidur ini berubah selama rentang hidup seseorang. Pada periode neonates,
tidur REM menunjukkan lebih dari50 persen waktu tidur, dan pola EEG bergerak
dari keadaan siaga langsung ke keadaan REM tanpa melalui tahap 1 sampai 4.
Neonates tidur kira kira 16 jam sehari dengan periode bangun yang singkat. Pada
usia 4 bulan, pola bergesersehingga persentase total tidur REM berkurang hingga
40 persen dan jatuh tidur menjadi disertai periode tidur REM awal. [1]

Gambar 1. Pola tidur pada dewasa muda(referensi)

B. Pengaturan tidur
Siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormon seperti Adrenal
Corticotropin Hormone (ACTH), Growth Hormon (GH), Tyroid Stimulating
Hormon (TSH), Lituenizing Hormon (LH). Hormon-hormon ini masing-masing
disekresi secara teratur oleh kelenjar hipofisis anterior melalui jalur hipotalamus.
Sistem ini secara teratur mempengaruhi pengeluaran neurotransmitter
norepinefirn, dopamine, serotonin yang bertugas mengatur mekanisme tidur dan
bangun.[14]

4
Sebagian besar peneliti berpikir bahwa sebenarnya tidak ada salah satu
pusat pengendali tidur sederhana, melainkan terdapat sejumlah kecil sistem atau
pusat yang terutama terletak di batang otak dan saling mengaktifkan serta
menghambat satu sama lain. Banyak studi juga menyokong peran serotonin dalam
pengaturan tidur. Pencegahan sintesis serotonin atau penghancuran nucleus rafe
dorrsalis batang otak, yang terdiri atas hampir semua badan sel serotonergic otak,
mengurangi tidur cukup lama. Sintesis dan pelepasan serotonin oleh neuron
serotonergic dipengaruhi oleh ketersediaan precursor asam amino
neurotransmitter ini, seperti L triptofan. Ingesti sejumlah besar L-triptofan 9 1
sampai 15 miligam) mengurangi latensi tidur serta bangun di malam hari.
Sebaliknya, defisiensi L triptofan menyebabkan kurangnya waktu yang dihabiskan
pada tidur REM. Neuron yang mengandung norepinerfin dengan badan sel yang
terletak di locus cerules memainkan peranan penting dalam mengendalikan peran
pola tidur normal. Obat dan manipulasi yang meningkatkan pencetusan neuron
noradrenergic ini menimbulkan pengurangan nyata tidur REM dan peningkatan
keadaan terjaga. Asetilkolin otak juga terlibat dalam tidur, terutama produksi tidur
REM. [1]

Gangguan aktivitas kolinergik pusat menyebabkan perubahan tidur yang


diamati pada gangguan depresif berat. Dibandingkan dengan orang sehat dan
control psikiatrik tanpa depresi, orang dengan depresi memiliki gangguan nyata
pada pola tidur REM. Pemberian agonis muskarinik, seperti acroline untuk pasien
depresi selama peiode REM pertama atau kedua menghasilkan onset tidur REM
yang cepat. [1]

Pengaturan mekanisme tidur dan bangun sangat dipengaruhi oleh sistem


yang disebut Reticular Activity System. Bila aktivitas Reticular Activity System ini
meningkat maka orang tersebut dalam keadaan sadar jika aktivitas Reticular
Activity System menurun, orang tersebut akan dalam keadaan tidur. Aktivitas
Reticular Activity System (RAS) ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas
neurotransmitter seperti sistem serotoninergik, noradrenergik, kolinergik,
histaminergik (Japardi, 2002). [14]

5
Sistem serotoninergik

Hormon serotonin meiliki efek yang menennagkan. Hormone


inimenyiapkan tubuh dan dan otakuntuk mauk ke tahap tidur dalam dengan cara
[7]
mengurangi system aktifitas tubuh. Hasil serotoninergik sangat dipengaruhi
oleh hasil metabolisme asam amino triptofan. Dengan bertambahnya jumlah
triptofan, maka jumlah serotonin yang terbentuk juga meningkat akan
menyebabkan keadaan mengantuk/ tidur. Bila serotonin dalam triptofan terhambat
pembentukannya, maka terjadi keadaan tidak bisa tidur/ jaga. Menurut beberapa
peneliti lokasi yang terbanyak sistem serotoninergik ini terletak pada nucleus
raphe dorsalis di batang otak, yang mana terdapat hubungan aktivitas serotonis di
nucleus raphe dorsalis dengan tidur REM.[14]

Sistem adrenergik

Hormon adrenalin berfungsi untuk merangsang atau memperpanjang


kondisi terjaga. Dengan adanya hormone ini tubuh akan senantiasa di dorong
[7]
untu kmelakukan aktivitas. Neuron-neuron yang terbanyak mengandung
norepinefrin terletak di badan sel nucleus cereleus di batang otak. Kerusakan sel
neuron pada lokus cereleus sangat mempengaruhi penurunan atau hilangnya REM
tidur. Obat-obatan yang mempengaruhi peningkatan aktivitas neuron
noradrenergik akan menyebabkan penurunan yang jelas pada tidur REM dan
peningkatan keadaan jaga. [14]

Sistem kolinergik

Menurut Sitaram dkk, (1976) dalam (Japardi, 2002) membuktikan dengan


pemberian prostigimin intravena dapat mempengaruhi episode tidur REM.
Stimulasi jalur kolinergik ini, mengakibatkan aktivitas gambaran EEG seperti
dalam kedaan jaga. Gangguan aktivitas kolinergik sentral yang berhubungan
dengan perubahan tidur ini terlihat pada orang depresi, sehingga terjadi
pemendekan latensi tidur REM. Pada obat antikolinergik (scopolamine) yang
menghambat pengeluaran kolinergik dari lokus sereleus maka tampak gangguan
pada fase awal dan penurunan REM. [14]

6
Sistem histaminergik

Histamin mengaktifkan otakselama terjaga. Saat bangun kadarnva sangat


banyak dan berkurang saat bersantai.[7] Pengaruh histamin sangat sedikit
mempengaruhi tidur. [14]

C. Defenisi
Somnambulisme adalah gangguan tidur yang umumnya dikenal sebagai tidur
berjalan. Pada penderita Somnambulisme membuat aktivitas fisik sadar dalam
tidur. Somnambulisme terdiri atas rangkaian perilaku kompleks yang diawali pada
sepertiga pertama malam selama tidur NREM yang dalam dan sering, meskipun
tidak selalu, dilanjutkan tanpa kesadaran penuhatau ingatan mengenai episode
tersebut untuk meninggalkan tempat tidur dan berjalan keliling. [1]
Somnambulisme merupakan gangguan tingkah laku yang sangat komplek
termasuk adanya automatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti
membukapintu, menutup pintu, duduk ditempat tidur, menabrak kursi, berjalan
kaki, berbicara. Tingkah laku berjalan dalam beberapa menit dan kembali tidur.
Gambaran tipikal gangguan tingkah laku ini didapat dengan gelombang tidur yang
rendah, berlangsung 1/3 bagian pertama malam selama tidur NREM pada stadium
3 dan 4. Selama serangan, relatif tidak memberikan respon terhadap usaha orang
lain untuk berkomunikasi dengannya dan dapat dibangunkan susah payah. [3]
Pada gambaran EEG menunjukkan iramacampuran terutama theta dengan
gelombang rendah. Bahkan tidak didapatkan adanya gelombang alpha. [3]

D. Etiologi
Penyebab sleepwalking tidak sepenuhnya dipahami. Faktor genetic
dikatakan penting dalam etiologi dari gangguan tidur somnambulisme, karena
prevalensi tertinggi sleepwalking berasal dari individu dengan riwayat keluarga
yang mengalami sleepwalking. Individu yang berasal dari keluarga yang memiliki
riwayat sleepingwalker setidaknya sepuluh kali lipat lebih besar dari populasi
pada umumnya. Riwayat keluarga sangat penting, karena prevalensi pada anak-
anak meningkat 45% jika salah satu orang tua mengalami somnambulisme dan

7
60% Jika kedua orang tua yang mengalami somnambulisme. Hasil studi kembar
juga beranggapan kemungkinan penyebab sleepwalking berasal dari genetic
dimana tingkat konkordansi di kembar monozigot adalah 55% dibandingkan
dengan 35% dikembar dizigot. Dan tidak ada prevalensi yang pasti pada laki laki
atau wanita. Sleepwalking juga terjadi di Penyakit Parkinson, hipertiroidisme,
migrain dan penggunaan quetiapine atau olanzapine. [2]

Quetiapine atau olanzapine merupakan obat neuroleptic yang dimana


mekanisme kerjanya berupa pemghambatan reseptor dopaminedalam otak dan
menghambat reseptorserotonin dalam otak. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa
proses tidur melibatkan hormone serotonin dan juga dopamine. Sebagian besar
agen atipikal yang lebihbaru tampaknya melakukan sebagian kerjanya yang unik
melalui penghambatan reseptor serotonin( 5-HT), terutama reseptor 5-HT. Oleh
sebab itu clozapine berafinitas tinggi untuk dopmanine dan serotonin,muskarinik
dan reseptor adrenergic, tetapi obat ini juga merupakan antagonis reseptor
dopamine. Olanzapine juga menghambat reseptor 5-HT lebih kuat dibanding
kerjanya terhadap resepor D2. Quatipine menghambat reseptor D2 lebih poten
daripada reseptor 5-HT, tetapi relative lemah dalampenghambatankedua reseptor,
dan resikonya yang rendah menimbulkan efek samping ekstra pyramidal.[8]

Beberapa ahli berpendapat bahwa kemungkinan lain yang juga mungkin


penyebab dari sleepwalking adalah ketidakmatangan dari system saraf pusat yang
berfungsi sebagai pengatur irama sirkardian dalam tubuh. Irama sirkardian
terletak di Supra Chiasmatic Nucleus(CSN) yang merupakan bagian kecil dari
otak yang terletak tepat di atas persilangan saraf mata.[7]

8
Gambar 2. Suprachiasmic nucleus(no.referensi)

Faktor genetic yang mempengaruhi suatu individu untuk mengembangkan


sleepwalking, tetapi ekspresi sifat tersebut dapat juga dipengaruhi oleh faktor
lingkungan dan faktor pencetus lainnya seperti faktor-faktor yang meningkatkan
tahap gelombang lambat tidur.[2]

E. Epidemiologi
Berjalan sambil tidur biasanya dimulai antara usia 4 dan 8 tahun. Prevalensi
puncaknya kira kira pada usia 12 tahun. Gangguan ini lebih lazim pada anak laki
laki dibandingkan anak perempuan, dan kira kira 15 persen anak kadang kadang
mengalami episode ini. Gangguan ini cenderung menurun di dalam keluarga.
Kelainan neurologis ringan mungkin mendasari keadaan ini. Episode ini
sebaiknya tidak murni dianggap psikogenik, meskipun periode yang
menyebabkan stress dikaitkan dengan peningkatan episode berjalan di dalam tidur
pada orang yang mengalami. [1]
Berdasarkan studi epidemiologi, somnambulisme terutama terjadi di usia 4-8
tahun, dengan prevalensi 15-30%. Di usia dewasa, prevalensinya 1-4 %. Di
Swedia, angka prevalensi setahun 6-17% dan angka insiden 40%. Angka rasio
pria: wanita sebesar 1:1 menunjukkan bahwa somnambulisme tidak memandang
jenis kelamin.[10]

9
F. Faktor predisposisi
Penggunaan beberapa obat, seperti thioridazine hidroklorida, kloral hidrat,
lithium karbonat, paroxetine, Prolixin,perphenazine, dan desipramine
hidroklorida,dapat menyebabkan atau memperburuk sleepwalking. Self-induced
seperti demamdan kurang tidur, dan kondisi tubuh yang mengalami gangguan
kesehatan,dapat peningkatanfrekuensi terjadinya episode
sleepwalking. Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSA)dan gangguan lain
dapatterkait dengan episode tidur sambil berjalan. Rangsangan interna, seperti
distensi kandung kemih, atau rangsangan eksternalseperti suara, juga dapat
memicu episode sleepwalking. [2]

G. Tanda dan gejala


Sleepwalking terjadi selama tidur nyenyak. Pejalan tidur antara tidur dan
terjaga, dan mata tetap terbuka. Peristiwa sleepwalking adalah perilaku
otomatis. Hal Ini seperti duduk di tempat tidur, bergerak di dalam ruangan,
kemudian kembali ke tempat tidur. Pejalan tidur juga dapat melakukan tindakan
sehari-hari seperti , makan, atau mencuci piring. sleepwalking tidak bertahan lebih
dari beberapa menit. Sebagian besar pejalan tidur pada saat berjalan sambil tidur
tidak mengingat apa yang dia lakukan pada malam hari. [4]
Anak-anak, yang mungkin terbangun lebih mudah pada akhir episode,
sering malu dengan perilaku yang dilakukan (terutama jika itu tidak
pantas). Sebagian anak terkadang tidak berjalan namun berperilaku seperti
meluruskan piyama dan bahkan mengompol juga dapat terjadi. "Dengan
pemikiran ini sangat penting untuk membuat lingkungan tempat tidur yang aman
seperti mengunci pintu sehingga saat anak anak berjalan tidur ,sang anak tidak
dapat membuka pintu. Kebanyakan anak anak yang tidur-berjalan tidak menyadari
apa yang mereka lakukan dan tidak ingat apa-apa tentang hal itu di pagi hari. [2]

10
H. Diagnosis

Faktor-faktor lain yang terlibat seperti demam, stress, obat-obatan dan


gangguan lainnya yang mengakibatkan arousals (apnea tidur obstruktif, distensi
kandung kemih, suara keras). Di laporkan Beberapa penelitian terbaru terdapat
hubungan yang jelas antara psikopatologi dan somnambulisme. Diagnosis mudah
didirikan oleh gejala klinis saja. EEG perlu dipertimbangkan dalam kasus tertentu,
seperti dalam beberapa kasus episode nontypical dengan otomatisme stereotip
yang sangat kompleks atau perilaku yang tidak biasa, kejang (terutama frontal,
epilepsi lobus temporal atau kejang kompleks parsial).[9]

Meskipun muatan listrik di EEG bisa sugestif seperti epilepsi, seperti pada
EEG awal dalam satu kasus, kelainan EEG telah dilaporkan hingga 47% dari
pasien dengan parasomnia. Selain itu, gelombang lambat kegiatan 'di EEG pada
pasien dengan somnambulism telah dilaporkan bertahan sampai usia tua. Hal ini
sesuai dengan teori bahwa gangguan gairah berhubungan dengan pematangan
tertunda dari sistem saraf pusat (SSP). Jadi, sementara itu adalah penting untuk
menyingkirkan diagnosis epilepsi, juga penting untuk tidak over-In sementara
mendiagnosis. Kepekaan terhadap aktivitas EEG nonepileptic pada pasien dengan
parasomnia dapat membantu diagnosis.[9]

Gambaran klinis dibawah ini adalah essensial essensial untuk diagnosis pasti:
a) Gejala yang utama adalah salah satu atau lebih episode bangun dari tempat
tidur, biasanya pada sepertiga awal tidur malam, dan terus berjalan-
jalan;(kesadaran berubah)
b) Selama satu episode, indivisu menunjukkan wajah bengong (blank,staring
face), relatif tak memberi respons terhadap upaya orang lain untuk
mempengaruhi keadaan atau untuk berkomunikasi dengan penderita, dan
hanya dapat disadarkan/dibangunkan dari tidurnya dengan susah payah.
c) Pada waktu sadar/ bangun( setelah satu episode atau besok paginya),
individu tidak ingat apa yang terjadi.

11
d) Dalam kurun waktu beberapa menit setelah bangun dari episode tersebut,
tidak ada gangguan aktivitas mental, walaupun dapat dimulai dengan
sedikit bingung dan disorientasi dalam waktu singkat
e) Tidak ada bukti adanya gangguan mental organic[5]

I. Deferensial diagnosis—JELASKAN DAN PERBAIKI KETIKANMUU!!


1. Benign neonatal sleep myoclonus
2. Bruxism nocturnal, yang terjadi pada 15-22% dari populasi, biasanya
dalam tahap II tidur, kekuatan gigitan mungkin jauh lebih kuat dari
selama terjaga, sehingga gigi atau gusi cedera
3. Sindrom hipoventilasi kongenital
4. Enuresis
5. Infant sleep apnea
6. Nocturnal paroxysmal dystonia
7. gerakan anggota badan periodik
8. gangguan gerakan ritmis (Perilaku termasuk membenturkan kepala,
tubuh berguling, atau menggoyangkan badan), onset biasanya sebelum
usia 9 bulan (prevalensi 60% pada usia 9 bulan dan hanya 5% pada
usia 5 tahun), episode jarang berlangsung lebih dari 15 menit terjadi
selama mengantuk, sebelum onset tidur dan kadang-kadang hingga
sampai ke tidur ringan.
9. Somniloquy.[11]

J. Tatalaksana
Pengobatan biasanya tidak perlu dilakukan jika episode jarang. Seperti pada
parasomnia yang lain, serangan harus dibiarkan dan diakhiri secara spontan.
Hindari faktor pencetus, seperti kebersihan yang buruk, kurang tidur, stres, dan
konsumsi zat depresan harus berhati hati dan sebaiknya dihindari.dan saat episode
serangan menjadi sering, dan mengganggu tidur, dapat dipertimbangkan
penggunaan benzodiazepine seperti diazepam atau clonazam dosis rendah pada
malam hari.seperti contoh benzodiasepin 5 mg pada saat tidur, benzodiasepin

12
dapat bertindak dengan meningkatkan ambang rangsangan, mengurangi tidur
gelombang lambat, dan menekan rangsangan otonom yang menyertai perilaku ini.
Regimen lain dapat digunakan golongan antidepresan trisiklik. Pada pasien
dewasa dengan gangguan kejiwaan dapat digunakan psikoterapi.[6]

K. Prognosis
Sleepwalking terutama terjadi selama masa kanak-kanak meskipun
sebagian kecil dari orang dewasa juga dapat terjadi. Episode sleepwalking
biasanya menurun seiring usia anak-anak.[13]untuk sebagian besar, sleepwalking
dapat sembuh dengan sendirinya, meskipun beberapa orang di atas usia 15 terus
menunjukkan episode ini. [12]
Biasanya sleepwalking tidak menunjukkan gangguan serius, meskipun
dapat merupakan gejala dari penyakit lain. [12]
Berjalan dalam tidur merupakan hal biasa namun dapat berbahaya bagi
yang melakukan kegiatan yang berbahaya,Oleh karena itu tindakan pencegahan
harus diambil untuk mencegah cedera seperti jatuh ke bawah tangga atau
memanjat keluar dari jendela. [13]

13
BAB III
KESIMPULAN

Somnambulisme adalah gangguan tidur yang umumnya dikenal sebagai


tidur berjalan. Somnambulisme Merupakan gangguan tingkah laku yang sangat
komplek termasuk adanya automatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti
membukapintu, menutup pintu, duduk ditempat tidur, menabrak kursi, berjalan
kaki, berbicara. Tingkah laku berjalan dalam beberapa menit dan kembali tidur.
Gambaran tipikal gangguan tingkah laku ini didapat dengan gelombang tidur yang
rendah, berlangsung 1/3 bagian pertama malam selama tidur NREM pada stadium
3 dan 4.[3]
Penyebab sleepwalking tidak sepenuhnya dipahami. Faktor genetic
dikatakan penting dalam etiologi dari gangguan tidur somnambulisme, karena
prevalensi tertinggi sleepwalking berasal dari individu dengan riwayat keluarga
yang mengalami sleepwalking dan biasanya dimulai antara usia 4 dan 8 tahun.
Prevalensi puncaknya kira kira pada usia 12 tahun.[1]

Faktor predisposisi dari sleepwalking berupa Penggunaan beberapa obat,


seperti thioridazine hidroklorida, kloral hidrat, lithium
karbonat, paroxetine, Prolixin, perphenazine, dan desipramine hidroklorida, dapat
menyebabkan atau memperburuk sleepwalking.[2]

Untuk mendiagnosis pasti sleepwalking dengan menggunakan pedoman


kriteria gangguan tidur pada PPDGJ III yatu berupa adanya 1) gejala yang utama
adalah salah satu atau lebih episode bangun dari tempat tidur, biasanya pada
sepertiga awal tidur malam, dan terus berjalan-jalans. 2) selama satu episode,
individu menunjukkan wajah bengong(dan hanya dapat disadarkan/dibangunkan
dari tidurnya dengan susah payah. 3) Pada waktu sadar/ bangun, individu tidak
ingat apa yang terjadi. 4) Dalam kurun waktu beberapa menit setelah bangun dari
episode tersebut, tidak ada gangguan aktivitas mental, walaupun dapat dimulai
dengan sedikit bingung dan disorientasi dalam waktu singkat dan tidak ada bukti
adanya gangguan mental organic.[5]

14
Pada sleepingwalking pengobatan biasanya tidak perlu dilakukan jika episode
jarang. Seperti pada parasomnia yang lain, serangan harus dibiarkan dan diakhiri
secara spontan. Hindari faktor pencetus, seperti kebersihan yang buruk, kurang
tidur, stres, dan konsumsi zat depresan harus berhati hati dan sebaiknya
dihindari.dan saat episode serangan menjadi sering, dan mengganggu tidur, dapat
dipertimbangkan penggunaan benzodiazepine seperti diazepam atau clonazam
dosis rendah pada malam hari.selain farmakoterapi dapat pula dengan
psikoterapi.[6]
Sleepwalking terutama terjadi selama masa kanak-kanak meskipun
sebagian kecil dari orang dewasa juga dapat terjadi. Episode sleepwalking
biasanya menurun seiring usia anak-anak.[13]untuk sebagian besar, sleepwalking
dapat sembuh dengan sendirinya, meskipun beberapa orang di atas usia 15 terus
menunjukkan episode ini. [12]

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan & sadock, Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta. EGC. Hal:
337-347
2. Saha rajsekhar. International journal of pharma and bio sciences.vol
3.Edisi 1. Maret 2012. Hal:8-11

15
3. library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi12.pdf
4. http://sante-medecine.journaldesfemmes.html/faq/51750-somnambulisme-
causes-symptomes-traitement-et-prevention
5. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan
DSM-5. Jakarta: PT Nuh Jaya; 2013
6. Richard T.Johnson.Current Therapy in Neurologic Disease.Edisi 7. Hal:14
7. Prasadja, andreas. Ayo bangun dengan bugar karena tidur yang
benar.2009. Jakarta MMU. Hal;10-12
8. Richard A.Harvey,dkk. Farmakologi ulasanbergambar. Edisi 4.
Jakarta.EGC 2009. Hal; 178-179
9. Bharadwaj, Rahul, dkk. Somnambulism: Diagnosis and treatment.Indian
journal psychiatry.hal;1
10. http://www.naqsdna.com/2011/09/sleepwalking-tidur-berjalan.html
11. Ahmed, Syed M S.Sleepwalking Differential Diagnoses. Emedicine.
medscape. article. Nov 23, 2015
12. Thomas H. Ollendick,Carolyn S. Schroeder. Encyclopedia of Clinical
Child and Pediatric Psychology. New York. Kluver academi. Plenum
publisher. 2003. Hal; 618
13. https://medlineplus.gov/ency/article/000808.html
14. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38841/4/Chapter%20ll.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai