PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Elektrofisiologi tidur
Tidur terdiri atas dua keadaan fisiologis yaitu non rapid eye
movement(NREM) dan rapid eyrmale movement(REM). Pada tidur NREM, yang
terdiri atas tahap 1 sampai 4, sebagian besar fungsi fisiologis sangat berkurang
dibandingkan dengan keadaan terjaga. Tidur REM merupakan jenis tidur yang
secara kualitatif berbeda, ditandai dengan tingginya tingkat efektifitas otak dan
tingkat aktivitas fisiologis yang menyerupai tingkat aktivitas saat terjaga. Kira-
kira 90 menit setelah awitan tidur. NREM menghasilkan episode REM pertama
malam tersebut. Laten REM 90 menit ini merupakan temuan yang konsisten pada
orang dewasa normal.Pemendekan latensi REM sering terjadi pada gangguan
seperti gangguan depresif dan narkolepsi. EEG merekam gerakan mata konjugat
cepat yang merupakan ciri pengidentifikasi keadaan tidur ( tidak ada atau hanya
sedikit REM dalam tidur NREM). Pola EEG terdiri atas aktivitas cepar
bertegangan rendah dan acak dengan gelombang gigi gerjaji. Elektromiograf
(EEG) menunjukkan berkurangnya tonus otot yang nyata. [1]
Pada orang normal, tidur NREM merupakan keadaan tentram dibandingkan
saat terjaga. Denyut jantung secara khas melambat lima hingga sepuluh denyut
per menit di bawah tingkat saat terjaga sedang istirahat dan sangat teratur
denyutnya. Pernapasan juga dipengaruhi dan tekanan darah cenderung rendah,
dengan beberapa variasi dari menit ke menit. Potensial otot istirahat pada otot otot
tubuh lebih rendah pada tidur REM daripada keadaan terjaga. Gerakan tubuh
episodik dan involuntair terdapat pada tidur NREM. Meskipun ada, terdapat
sedikit REM dan jarang ada ereksi penis pada laki laki. Aliran darah melalui
sebagian besar jaringan, termasuk aliran darah otak, sedikit berkurang. [1]
Bagian tidur NREM yang paling dalam tahap 3 dan 4 kadang kadang disertai
ciri bangkitan yang tidak biasa. Jika orang dibangunkan30 menit hingga 1 jam
setelah awitan tidur- biasanya pada tidur gelombang pendek. Mereka akan
mengalami disorientasi dan pikiran menjadikacau. Membangunkan dengan cepat
2
dari tidur gelombang pendek juga menyebabkan amnesia terhadap peristiwa
selama dibangunkan tersebut. Kekacauan saat bangun dari tahap 3 atau 4 dapat
menghasilkan masalah spesifik, termasuk enuresis, somnabulisme, dan mimpi
buruk atau terror malam hari. [1]
Ukuran poligrafik selama tidur REM menunjukkan pola yang tidak teratur,
kadang kadang mendekati pola terjaga ketika dibangunkan. Karena pengamatan
ini, tidur REM juga dinamakan tidur paradoksal. Denyut jantung, pernapasan, dan
tekanan darah pada manusia semuanya tinggi saat tidur REM lebih tinggi daripada
selama tidur NREM dan sering lebih tinggi daripada saat bangun. Variabilitasnya
dari menit ke menit bahkan lebih mencolok dibandingkan kadar atau
frekuensinya. Penggunaan oksigen otak meningkat selama tidur REM. Respon
ventilasi untuk meningkatkan kadar karbon dioksida CO2 berkurang selama tidur
REM, sehingga tidak terdapat peningkatan volume tidal ketika tekanan parsial
karbon dioksida meningkat. Termoregulasi berubah saat tidur REM. Berlawanan
dengan keadaan pengaturan suhu homeotermik yang terjadi saat keadaan terjaga
atau selama tidur REM. Keadaan poikilotermik ( suatu keadaaan suhu hewan yang
beragam sesuai dengan perubahan suhu disekitarnya) berlangsung saat tidur REM.
Poikilotermia, yang merupakan ciri khas reptile, menimbulkan kegagalan
berepons terhadap perubahan suhu lingkungan dengan menggigil atau
berkeringan, yang bertujuan untuk mempertahankan suhu tubuh. Hampir semua
periode REM pada laki laki disertai dengan ereksi penis parsial atau penuh.
Temuan ini memiliki nilai klinis signifikan dalam mengevaluasi penyebab
impotensi. Perubahan fisiologis lain yang terjadi selama tidur REM adalah
paralisis hampir total pada otot rangka. Karena inhibisi motoric ini, gerakan tubuh
tidak ada selama tidur REM. Mungkin ciri tidur REM yang paling khas adalah
mimpi. Orang yang terbangun saat tidur REM sering ( 60 hingga 90 persen)
melaporkan bahwa mereka mngalami mimpi. Mimpi selama tidur REM secara
khas abstrak dan aneh. Mimpi dapat terjadi selama tidurNREMtetapi khasnya
jelas dan bertujuan. [1]
Sifat siklik pada tidur adalah regular dan dapat dipercaya, periode REM terjadi
kira-kira setiap 90 hingga 100 menit sepanjang malam. Periode REM pertama
3
cenderung menjadi yang paling singkat, biasanya berlangsung kurang dari sepuluh
menit, periode REM selanjutnya masing masing dapat berlangsung 15 hingga 40
menit. Sebagian besar periode REM terjadi pada dua pertiga akhir malam,
sedangkan sebagian besar tidur tahap 4 terjadi sepertiga malam. [1]
Pola tidur ini berubah selama rentang hidup seseorang. Pada periode neonates,
tidur REM menunjukkan lebih dari50 persen waktu tidur, dan pola EEG bergerak
dari keadaan siaga langsung ke keadaan REM tanpa melalui tahap 1 sampai 4.
Neonates tidur kira kira 16 jam sehari dengan periode bangun yang singkat. Pada
usia 4 bulan, pola bergesersehingga persentase total tidur REM berkurang hingga
40 persen dan jatuh tidur menjadi disertai periode tidur REM awal. [1]
B. Pengaturan tidur
Siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormon seperti Adrenal
Corticotropin Hormone (ACTH), Growth Hormon (GH), Tyroid Stimulating
Hormon (TSH), Lituenizing Hormon (LH). Hormon-hormon ini masing-masing
disekresi secara teratur oleh kelenjar hipofisis anterior melalui jalur hipotalamus.
Sistem ini secara teratur mempengaruhi pengeluaran neurotransmitter
norepinefirn, dopamine, serotonin yang bertugas mengatur mekanisme tidur dan
bangun.[14]
4
Sebagian besar peneliti berpikir bahwa sebenarnya tidak ada salah satu
pusat pengendali tidur sederhana, melainkan terdapat sejumlah kecil sistem atau
pusat yang terutama terletak di batang otak dan saling mengaktifkan serta
menghambat satu sama lain. Banyak studi juga menyokong peran serotonin dalam
pengaturan tidur. Pencegahan sintesis serotonin atau penghancuran nucleus rafe
dorrsalis batang otak, yang terdiri atas hampir semua badan sel serotonergic otak,
mengurangi tidur cukup lama. Sintesis dan pelepasan serotonin oleh neuron
serotonergic dipengaruhi oleh ketersediaan precursor asam amino
neurotransmitter ini, seperti L triptofan. Ingesti sejumlah besar L-triptofan 9 1
sampai 15 miligam) mengurangi latensi tidur serta bangun di malam hari.
Sebaliknya, defisiensi L triptofan menyebabkan kurangnya waktu yang dihabiskan
pada tidur REM. Neuron yang mengandung norepinerfin dengan badan sel yang
terletak di locus cerules memainkan peranan penting dalam mengendalikan peran
pola tidur normal. Obat dan manipulasi yang meningkatkan pencetusan neuron
noradrenergic ini menimbulkan pengurangan nyata tidur REM dan peningkatan
keadaan terjaga. Asetilkolin otak juga terlibat dalam tidur, terutama produksi tidur
REM. [1]
5
Sistem serotoninergik
Sistem adrenergik
Sistem kolinergik
6
Sistem histaminergik
C. Defenisi
Somnambulisme adalah gangguan tidur yang umumnya dikenal sebagai tidur
berjalan. Pada penderita Somnambulisme membuat aktivitas fisik sadar dalam
tidur. Somnambulisme terdiri atas rangkaian perilaku kompleks yang diawali pada
sepertiga pertama malam selama tidur NREM yang dalam dan sering, meskipun
tidak selalu, dilanjutkan tanpa kesadaran penuhatau ingatan mengenai episode
tersebut untuk meninggalkan tempat tidur dan berjalan keliling. [1]
Somnambulisme merupakan gangguan tingkah laku yang sangat komplek
termasuk adanya automatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti
membukapintu, menutup pintu, duduk ditempat tidur, menabrak kursi, berjalan
kaki, berbicara. Tingkah laku berjalan dalam beberapa menit dan kembali tidur.
Gambaran tipikal gangguan tingkah laku ini didapat dengan gelombang tidur yang
rendah, berlangsung 1/3 bagian pertama malam selama tidur NREM pada stadium
3 dan 4. Selama serangan, relatif tidak memberikan respon terhadap usaha orang
lain untuk berkomunikasi dengannya dan dapat dibangunkan susah payah. [3]
Pada gambaran EEG menunjukkan iramacampuran terutama theta dengan
gelombang rendah. Bahkan tidak didapatkan adanya gelombang alpha. [3]
D. Etiologi
Penyebab sleepwalking tidak sepenuhnya dipahami. Faktor genetic
dikatakan penting dalam etiologi dari gangguan tidur somnambulisme, karena
prevalensi tertinggi sleepwalking berasal dari individu dengan riwayat keluarga
yang mengalami sleepwalking. Individu yang berasal dari keluarga yang memiliki
riwayat sleepingwalker setidaknya sepuluh kali lipat lebih besar dari populasi
pada umumnya. Riwayat keluarga sangat penting, karena prevalensi pada anak-
anak meningkat 45% jika salah satu orang tua mengalami somnambulisme dan
7
60% Jika kedua orang tua yang mengalami somnambulisme. Hasil studi kembar
juga beranggapan kemungkinan penyebab sleepwalking berasal dari genetic
dimana tingkat konkordansi di kembar monozigot adalah 55% dibandingkan
dengan 35% dikembar dizigot. Dan tidak ada prevalensi yang pasti pada laki laki
atau wanita. Sleepwalking juga terjadi di Penyakit Parkinson, hipertiroidisme,
migrain dan penggunaan quetiapine atau olanzapine. [2]
8
Gambar 2. Suprachiasmic nucleus(no.referensi)
E. Epidemiologi
Berjalan sambil tidur biasanya dimulai antara usia 4 dan 8 tahun. Prevalensi
puncaknya kira kira pada usia 12 tahun. Gangguan ini lebih lazim pada anak laki
laki dibandingkan anak perempuan, dan kira kira 15 persen anak kadang kadang
mengalami episode ini. Gangguan ini cenderung menurun di dalam keluarga.
Kelainan neurologis ringan mungkin mendasari keadaan ini. Episode ini
sebaiknya tidak murni dianggap psikogenik, meskipun periode yang
menyebabkan stress dikaitkan dengan peningkatan episode berjalan di dalam tidur
pada orang yang mengalami. [1]
Berdasarkan studi epidemiologi, somnambulisme terutama terjadi di usia 4-8
tahun, dengan prevalensi 15-30%. Di usia dewasa, prevalensinya 1-4 %. Di
Swedia, angka prevalensi setahun 6-17% dan angka insiden 40%. Angka rasio
pria: wanita sebesar 1:1 menunjukkan bahwa somnambulisme tidak memandang
jenis kelamin.[10]
9
F. Faktor predisposisi
Penggunaan beberapa obat, seperti thioridazine hidroklorida, kloral hidrat,
lithium karbonat, paroxetine, Prolixin,perphenazine, dan desipramine
hidroklorida,dapat menyebabkan atau memperburuk sleepwalking. Self-induced
seperti demamdan kurang tidur, dan kondisi tubuh yang mengalami gangguan
kesehatan,dapat peningkatanfrekuensi terjadinya episode
sleepwalking. Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSA)dan gangguan lain
dapatterkait dengan episode tidur sambil berjalan. Rangsangan interna, seperti
distensi kandung kemih, atau rangsangan eksternalseperti suara, juga dapat
memicu episode sleepwalking. [2]
10
H. Diagnosis
Meskipun muatan listrik di EEG bisa sugestif seperti epilepsi, seperti pada
EEG awal dalam satu kasus, kelainan EEG telah dilaporkan hingga 47% dari
pasien dengan parasomnia. Selain itu, gelombang lambat kegiatan 'di EEG pada
pasien dengan somnambulism telah dilaporkan bertahan sampai usia tua. Hal ini
sesuai dengan teori bahwa gangguan gairah berhubungan dengan pematangan
tertunda dari sistem saraf pusat (SSP). Jadi, sementara itu adalah penting untuk
menyingkirkan diagnosis epilepsi, juga penting untuk tidak over-In sementara
mendiagnosis. Kepekaan terhadap aktivitas EEG nonepileptic pada pasien dengan
parasomnia dapat membantu diagnosis.[9]
Gambaran klinis dibawah ini adalah essensial essensial untuk diagnosis pasti:
a) Gejala yang utama adalah salah satu atau lebih episode bangun dari tempat
tidur, biasanya pada sepertiga awal tidur malam, dan terus berjalan-
jalan;(kesadaran berubah)
b) Selama satu episode, indivisu menunjukkan wajah bengong (blank,staring
face), relatif tak memberi respons terhadap upaya orang lain untuk
mempengaruhi keadaan atau untuk berkomunikasi dengan penderita, dan
hanya dapat disadarkan/dibangunkan dari tidurnya dengan susah payah.
c) Pada waktu sadar/ bangun( setelah satu episode atau besok paginya),
individu tidak ingat apa yang terjadi.
11
d) Dalam kurun waktu beberapa menit setelah bangun dari episode tersebut,
tidak ada gangguan aktivitas mental, walaupun dapat dimulai dengan
sedikit bingung dan disorientasi dalam waktu singkat
e) Tidak ada bukti adanya gangguan mental organic[5]
J. Tatalaksana
Pengobatan biasanya tidak perlu dilakukan jika episode jarang. Seperti pada
parasomnia yang lain, serangan harus dibiarkan dan diakhiri secara spontan.
Hindari faktor pencetus, seperti kebersihan yang buruk, kurang tidur, stres, dan
konsumsi zat depresan harus berhati hati dan sebaiknya dihindari.dan saat episode
serangan menjadi sering, dan mengganggu tidur, dapat dipertimbangkan
penggunaan benzodiazepine seperti diazepam atau clonazam dosis rendah pada
malam hari.seperti contoh benzodiasepin 5 mg pada saat tidur, benzodiasepin
12
dapat bertindak dengan meningkatkan ambang rangsangan, mengurangi tidur
gelombang lambat, dan menekan rangsangan otonom yang menyertai perilaku ini.
Regimen lain dapat digunakan golongan antidepresan trisiklik. Pada pasien
dewasa dengan gangguan kejiwaan dapat digunakan psikoterapi.[6]
K. Prognosis
Sleepwalking terutama terjadi selama masa kanak-kanak meskipun
sebagian kecil dari orang dewasa juga dapat terjadi. Episode sleepwalking
biasanya menurun seiring usia anak-anak.[13]untuk sebagian besar, sleepwalking
dapat sembuh dengan sendirinya, meskipun beberapa orang di atas usia 15 terus
menunjukkan episode ini. [12]
Biasanya sleepwalking tidak menunjukkan gangguan serius, meskipun
dapat merupakan gejala dari penyakit lain. [12]
Berjalan dalam tidur merupakan hal biasa namun dapat berbahaya bagi
yang melakukan kegiatan yang berbahaya,Oleh karena itu tindakan pencegahan
harus diambil untuk mencegah cedera seperti jatuh ke bawah tangga atau
memanjat keluar dari jendela. [13]
13
BAB III
KESIMPULAN
14
Pada sleepingwalking pengobatan biasanya tidak perlu dilakukan jika episode
jarang. Seperti pada parasomnia yang lain, serangan harus dibiarkan dan diakhiri
secara spontan. Hindari faktor pencetus, seperti kebersihan yang buruk, kurang
tidur, stres, dan konsumsi zat depresan harus berhati hati dan sebaiknya
dihindari.dan saat episode serangan menjadi sering, dan mengganggu tidur, dapat
dipertimbangkan penggunaan benzodiazepine seperti diazepam atau clonazam
dosis rendah pada malam hari.selain farmakoterapi dapat pula dengan
psikoterapi.[6]
Sleepwalking terutama terjadi selama masa kanak-kanak meskipun
sebagian kecil dari orang dewasa juga dapat terjadi. Episode sleepwalking
biasanya menurun seiring usia anak-anak.[13]untuk sebagian besar, sleepwalking
dapat sembuh dengan sendirinya, meskipun beberapa orang di atas usia 15 terus
menunjukkan episode ini. [12]
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan & sadock, Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta. EGC. Hal:
337-347
2. Saha rajsekhar. International journal of pharma and bio sciences.vol
3.Edisi 1. Maret 2012. Hal:8-11
15
3. library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi12.pdf
4. http://sante-medecine.journaldesfemmes.html/faq/51750-somnambulisme-
causes-symptomes-traitement-et-prevention
5. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan
DSM-5. Jakarta: PT Nuh Jaya; 2013
6. Richard T.Johnson.Current Therapy in Neurologic Disease.Edisi 7. Hal:14
7. Prasadja, andreas. Ayo bangun dengan bugar karena tidur yang
benar.2009. Jakarta MMU. Hal;10-12
8. Richard A.Harvey,dkk. Farmakologi ulasanbergambar. Edisi 4.
Jakarta.EGC 2009. Hal; 178-179
9. Bharadwaj, Rahul, dkk. Somnambulism: Diagnosis and treatment.Indian
journal psychiatry.hal;1
10. http://www.naqsdna.com/2011/09/sleepwalking-tidur-berjalan.html
11. Ahmed, Syed M S.Sleepwalking Differential Diagnoses. Emedicine.
medscape. article. Nov 23, 2015
12. Thomas H. Ollendick,Carolyn S. Schroeder. Encyclopedia of Clinical
Child and Pediatric Psychology. New York. Kluver academi. Plenum
publisher. 2003. Hal; 618
13. https://medlineplus.gov/ency/article/000808.html
14. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38841/4/Chapter%20ll.pdf
16