DISKUSI
Gangguan Mental Organik (GMO) adalah gangguan jiwa dengan tanda dan gejala
psikotik maupun non-psikotik yang ada kaitannya dengan faktor organik spesifik
(penyakit/gangguan tubuh sistemik atau gangguan otak). Gangguan mental
organik merupakan gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit/gangguan
sistemik atau otak yang dapat didiagnosis tersendiri. Termasuk gangguan mental
simtomatik, dimana pengaruh terhadap otak merupakan akibat sekunder dari
penyakit/gangguan sistemik di luar otak (extracerebral). Gambaran Utama :1,2
1. Gangguan fungsi kognitif Misalnya, daya ingat (memory), daya pikir
(intellect), daya belajar (learning).
2. Gangguan sensorium Misalnya, gangguan kesadaran (consciousness) dan
perhatian (attention).
3. Sindrom dengan manifestasi yang menonjol di bidang
- Persepsi (halusinasi)
- Isi pikiran (waham/delusi)
- Suasana perasaan dan emosi (depresi,gembira, cemas)
F02 Demensia pada penyakit lain yang diklasifikasikan di tempat lain (YDK)
F02.0 Demensia pada penyakit Pick.
F02.1 Demensia pada penyakit Creutzfeldt – Jakob.
F02.2 Demensia pada penyakit huntington.
F02.3 Demensia pada penyakit Parkinson.
F02.4 Demensia pada penyakit human immunodeciency virus (HIV).
F02.8 Demensia pada penyakit lain yang ditentukan (YDT) dan YDK
F.04 Sindrom amnestik organik bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif
lainnya
F06 Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak dan
penyakit fisik.
F06.0 Halusinosis organik.
F06.1 Gangguan katatonik organik.
F06.2 Gangguan waham organik (lir-skizofrenia)
F06.3 Gangguan suasana perasaan (mood, afektif) organik.
.30 Gangguan manik organik.
.31 Gangguan bipolar organik.
.32 Gangguan depresif organik.
.33 Gangguan afektif organik campuran.
F06.4 Gangguan anxietas organik
F06.5 Gangguan disosiatif organik.
F06.6 Gangguan astenik organik.
F06.7 Gangguan kopnitif ringan.
F06.8 Gangguan mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit
fisik
F06.9 Gangguan mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit
fisik YTT.
B. Delirium
Tanda utama dari delirium adalah suatu gangguan kesadaran, biasanya
terlihat bersamaan dengan gangguan fungsi kognitif secara global. Kelainan
mood, persepsi, dan perilaku adalah gejala psikiatrik yang umum. Tremor,
asteriksis, nistagmus, inkoordinasi dan inkontinensia urine merupakan gejala
neurologis yang umum. Biasanya, delirium mempunyai onset yang mendadak
(beberapa jam atau hari), perjalanan yang singkat dan berfluktuasi, dan
perbaikan yang cepat jika factor penyebab diidentifikasi dan dihilangkan.
Delirium merupakan suatu sindrom, bukan suatu penyakit. Delirium diketahui
mempunyai banyak sebab, semuanya menyebabkan pola gejala yang sama
yang berhubungan dengan tingkat kesadaran pasien dan gangguan kognitif.
Sebagian besar penyebab delirium terletak di luar system saraf pusat-
sebagian contoh, gagal ginjal atau hati.1,4
C. Gangguan Amnestik
Gangguan amnestic ditandai terutama oleh gejala tunggal suatu gangguan
daya ingat yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau
pekerjaan. Diagnosis dibuat apabila pasien mempunyai tanda lain dari
gangguan kognitif. Gangguan amnestic ini dibedakandari gangguan
dissosiatif. Gangguan amnestic memiliki bnayk penyebab. Berikut penyebab
gangguan amnestic seperti kondisi medis sistemik, defisiensi tiamin,
hipoglikemia, kondisi otak primer, kejang, trauma kepala, tumor serebral,
penyakit serbrovaskular, prosedur bedah pada otak, ensefalitis, hipoksia,
amnesia global transien, trapi elektrokonvulsif, sclerosis multiple dan
penyebab berhubungan dengan zat seperti gangguan penggunaan alcohol,
neurotoksin, benzodiazepine.1
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott; Ruiz, Pedro. 2017.
Comprehensive textbook of psychiatry 10th Edition. United States of
America: Wolters Kluwer.
2. Bahrudin M. 2017. Neurologi Klinis. Edisi 1. Malang: UMM Press.
3. Anisa Wahyuni, Cahyaningsih FR. 2020. Gangguan Mental Organik e.c.
Epilepsi pada Laki-Laki Usia 17 Tahun: Laporan Kasus. Jurnal Medula.
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Vol 9. no 4.
4. Elvira S D, dan Hadisukanto G. 2013. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
5. Persatuan Dokter Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2014. Pedoman Tatalaksana
Epilepsi. Jakarta: PERDOSSI.
6. Clancy JM, Clarke CM, Connor JD, Cannon M, Cotter RD. 2014. The
Prevalence of Psychosis in Epilepsy : a Systematic Review and Meta-
Analysis. BMC Psychiatry ; 14: 75.
7. Wang Q, Teng P, Luan G. 2017. Schizophrenia-Like Psychosis of Epilepsy:
From Characters to Underlying Mechanisms. Neuropsychiatry (London) S
(1).
8. Maramis. W.F. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University
Press. Surabaya.
9. Maslim, rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosa Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas
Dari PPDGJ – III. Jakarta : Nuh Jaya.
10. Katzung, BG .2007. Farmakologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran
EGC: Jakarta.