Anda di halaman 1dari 8

SINDROM LOBUS PARIETAL

A. Pendahuluan Lobus parietal merupakan bagian dari cerebral korteks yang terletak dibawah tulang tengkorak parietal. bagian penting, yaitu postcentral Dalam lobus parietal terdiri atas beberapa gyrus, superior parietal lobule, parietal

operculum, supramarginal gyrus, dan angular gyrus. Hanya saja untuk angular dan supramarginal gyrus sering disebut sebagai inferior parietal lobe. Lobus parietal dapat dibagi menjadi dua zona fungsi, yaitu zona anterior yang terdiri dari postcentral gyrus dan parietal operculum, dan zona posterior yang terdiri dari superior parietal lobule dan inferior parietal lobe. Zona anterior dikenal sebagai somatosensory cortex, dan zona posterior dikenal sebagai posterior parietal cortex. Lobus parietal, terutama dalam inferior parietal memiliki peranan yang besar terhadap evolusi manusia. Lobus parietal memiliki dua fungsi, baik dari sisi anterior dan posterior, yaitu fungsi yang pertama adalah untuk sensasi somatik dan persepsi, fungsi yang kedua adalah masukan dari somatik dan daerah visual serta dari daerah indera lainnya, kebanyakan untuk mengendalikan pergerakan. Lobus parietal menerima sinyal dari area lain otak seperti penglihatan, pendengaran, motorik, sensorik, dan memori. Disini memori dan informasi sensorik baru diterima, dan diberi arti.

Fungsi lobus parietal Gyrus postcentral : merupakan kortek sensoris yang menerima jaras afferent dari posisi, raba dan gerakan pasif. Gyrus angularis dan supramarginal : hemisfer dominan merupakan bagian area bahwa Wernics, dimana masukkan auditori dan visual di integrasikan. Lobus non dominan penting untuk konsep " body image", dan sadar akan lingkungan luar. Kemampuan untuk kontruksi bentuk, menghasilkan visual atau ketrampilan proprioseptik. Lobus dominan berperan pada kemampuan menghitung atau kalkulasi. Jaras visual radiatio optika melalui bagian dalam lobus parietal. Gangguan lobus parietal 1) Gangguan korteks sensoris dominan /non-dominan menyebabkan kelainan sensori kortikal berupa gangguan: sensasi postural, gerakan pasif, lokalisasi akurat raba halus," two points discrimination", astereognosia," sensory inattention" 2) Gyrus angularis dan supramarginal : aphasia Wernicke's 3) lobus non-dominan : anosognosia (denies), dressing apraksia, geografikal agnosia, konstruksional apraksia. 4) Lobus dominan : Gerstsman sindroma : left & right disorientasi, finger agnosia, akalkuli dan agrafia. 5) Gangguan radiasio optika : homonim kuadrananopsi bawah. B. Gangguan lobus parietal yang menyebabkan gangguan kejiwaan Balints Syndrome. Balint menerangkan seseorang yang menderita balint syndrome memiliki kerusakan di bilateral parietal yang berasosiasi dengan symptom peculiar visual. 3 symptom yang biasa muncul pada pasien ini adalah : 1) walaupun secara spontan dia melihat lurus ke depan ke arah stimulus yang berada di depannya namun dia menatap 35-45 derajat ke arah kanan dan mempersepsikan bahwa tatapannya sesuai dengan arah yang ia tuju. 2) ketika atensi telah tertuju pada satu objek maka tidak ada stimulus lain yang dapat diterimanya. 3) pasien yang sudah parah mengalami penurunan dalam mencapai kendali atas panduan visual.

Gerstmann

syndrome

:Pada

tahun

1924,

Joseph Gerstmann

mendeskripsikan seorang pasien dengan symptom yang tidak biasa mengikuti stroke parietal kiri: finger agnosia, pasien tidak mampu untuk mengenali jari-jari pada tangan yang lain. Penemuan ini sangat menarik perhatian dan dalam tahun-tahun berikutnya symptom lain dilaporkan terkait dengan finger agnosia, termasuk rightleft confusion, agraphia (ketidakmampuan untuk menulis) dan acalculia (ketidakmampuan untuk menampilkan operasi matematika). Keempat symptom ini secara bersama dikenal dengan Gerstmann syndrome C. BALINT SYNDROME Sindroma Balint merupakan salah satu gangguan yang muncul akibat kerusakan di lobus parietal. Gangguan-gangguan pada lobus parietal ini sangat banyak dan biasanya mempengaruhi fungsi integrasi informasi sensori dan dalam mengkonstruk sistem koordinasi spasial untuk merepresentasikan dunia. Sindroma Balint merupakan sindroma yang timbul karena kerusakan kedua sisi lobus parietal, yang pertama kali ditemukan oleh seorang dokter Hungaria bernama Reszo Balint pada tahun 1909. Saat itu ia menyadari bahwa pasiennya memiliki keterbatasan dalam penglihatannya dimana pesien tidak dapat melihat lebih dari satu obyek pada waktu yang bersamaan, disertai ataksia optik, dan ketidakmampuan pasien untuk menjangkau obyek yang letaknya berhadapan dengan dirinya. (Mendez, 2000). Syndrom Balint muncul karena adanya gangguan pada otak, tepatnya di lobus parietal, dimana penderita akan mengalami perubahan dalam fungsi emosional-motivasional, body and visual-spatial neglect, juga kecerobohan, dan diosorganisasi visual-spatial. Gangguan spasial atensi (simultanagnosia), tidak berfungsinya tangan secara efektif tangan dan gerakan kaki di bawah kendali visual (optic ataxia), dan memperoleh apraxia oculomotor yang konsisten dengan sindrom Balint tersebut. Simultanagnosia yang terjadi pada pasien pasien tersebut ternyata tidak terpengaruh terhadap lapang pandang yang dimilikinya ; karena pada pemeriksaan lebih lanjut, tampak lapang pandang intak dengan pemeriksaan menggunakan satu obyek ; dan dari penelitian lebih lanjut tampak bahwa simultanagnosia juga tidak terpengaruh terhadap besar obyek yang dilihat ; jadi pasien dapat saja melihat entah itu semut atau gajah selama hanya satu obyek tunggal Efek Balint syndrome 3

Gangguan yang ditimbulkan Balint Sindrom tidak hanya berdampak pada fisik penderita tetapi juga gangguan pada psikis seperti emosi-motivasi yang mana si anak menjadi kurang percaya diri dan mengalami masalah dalam self-esteem karena ketidakmampuannya melakukan fungsi-fungsi tertentu yang seharusnya bisa dilakukan anak-anak seumurannya. Seorang yang mengalami syndrom balint akan mengalami kesulitan tertentu ketika membaca kata-kata yang panjang, mengikuti urutan teks bawah halaman, menulis kata-kata dalam urutan yang benar, menulis kata-kata dalam baris, dan menyalin dari papan tulis, kesulitan dalam bernegosiasi dalam lingkungan yang sibuk seperti di pusat perbelanjaan, sering berjalan ke orang seolah-olah mereka tidak ada. Ada pemindaian visual yang rusak dan membuatnya kesulitan mengikuti benda bergerak (misalnya mobil atau pesawat) dan kesulitan membaca teks. Optic ataxia menyebabkan kesulitan turun dari trotoar serta ketidakmampuan untuk melangkah ke eskalator bergerak ke bawah. Dia tidak belajar membaca dengan baik di sekolah dan telah mulai mengembangkan masalah dengan self esteem dan kepercayaan diri. Selain karena terkait dengan kerusakan pada bagian bagian otak. Kelainan lain yang bisa terjadi diantaranya ialah agnosia asosiatif, prosopagnosia, alexia, gangguan lapang pandang, dan beberapa gangguan kognitif. Dengan banyaknya kelainan penyerta yang timbul, seringkali pemeriksan kesulitan menegakkan suatu diagnosa sindroma Balint;namun Holmes dan Horax mengatakan bahwa, apabila sudah dipenuhi 2 tanda utama dari keadaan ini yaitu gangguan konstriksi atensi pada visual ( yang mencakup simultanagnosia dan ataksia optik ) serta disorientasi spasial ; maka penegakkan diagnosa sindroma ini sudah sangat memadai. (Al-Khawaja. 2001) Bila sindroma ini sudah masuk dalam stadium berat, penderita akan tampak seperti orang buta, tidak ada reflek ancam, gaya berjalan tampak seperti orang sempoyongan, dan tidak dapat mempertahankan posisi bila berhadapan dengan lawan bicaranya secara frontal.(Moreaud O. 2003) Gejala-gejala Balint syndrome 1) Gangguan konstriksi atensi pada visual : Simultanagnosia Holmes dan Horax, memeriksa seorang veteran perang dunia I berumur 30 tahun, dengan bekas luka tembak yang menembus gyrus parieto-oksipital, dan menulis kesimpulannya bahwa pasien hanya dapat melihat satu objek pada satu 4

waktu. Pasien sindroma Balint tidak dapat membedakan besar-Kecil, panjangpendeknya sebuah benda, bukan karena tidak dapat memperbandingkannya,namun lebih karena tidak ada obyek yang dapat dipergunakan sebagai obyek pembandingnya. (Rizzao, 2002) Coslett dan Saffran, melukiskan bahwa pasien yang ia periksa tidak saja sangat terganggu dengan pola penglihatannya sekarang dimana pasien hanya dapat melihat satu orang pada acara televisi yang pasien tonton, tapi juga pasien sering kebingungan apabila membaca rangkaian kata ; begitu juga pada saat menulis, karena seringkali pasien melihat ujung pensilnya hilang berganti dengan corakan kertas, dan berganti lagi dengan huruf yang ia tulis. (Moreaud O. 2003) Simultanagnosia adalah suatu padanan yang digunakan untuk melukiskan adanya kelainan dalam mengintegrasi suatu pola pandangan. Menurut Wolpert, suatu simultanagnosia, tidak hanya terjadi pada sindroma balint, karena setiap lesi yang terjadi pada kortek parieto-oksipital sebelah kiri, seringkali menyebabkan simultanagnosia. Farah mengatakan bahwa simultanagnosia pada sindroma Balint merupakan suatu kelainan akibat lesi di parieto-oksipital kiri dan menyebar ke daerah lobus oksipital. Pasien sindroma balint yang menderita simultanagnosia, tidak hanya tidak dapat melihat lebih dari satu obyek pada saat yang bersamaan, tapi juga terdapat suatu disorientasi spasial, dimana ia tidak tahu mengenai letak obyek tersebut atau kemana harus mencari keberadaan obyek tersebut. (Moreaud O. 2003)

2) Disorientasi spasial Holmes dan Horax mengatakan bahwa disorientasi spasial merupakan tanda utama dari sindroma Balint. Mereka melukiskan, bahwa pada pemeriksaan terhadap seorang pasien yang menderita sindroma Balint, bahwa pasien itu sedang berada beberapa meter dari tempat tidurnya, begitu disuruh kembali untuk merubah arahnya menuju tempat tidurnya ; si pasien berbalik, dengan kebingungan mencari dimana tempat tidurnya; begitu menemukan tempat tidurnya, dan pada saat ia mulai melangkah ; isi pasien berkata ; bahwa ia harus mencari kembali dimana posisi tempat tidurnya. (Shah PA. 1999)

Tidak pelak lagi, bahwa kedua gangguan ini (simultanagnosia dan disorientasi spasial) merupakan suatu masalah yang cukup serius bagi pasien dalam menjalani kehidupannya sehari hari. ( Phan ML, dkk, 2000) 3) Pergerakan mata yang bermasalah Pergerakan okulomotor yang bermasalah, juga kerapkali timbul dalam sindroma Balint, seperti gangguan fiksasi, sakadik, pergerakan pursuit dan bola mata. Dengan pasien yang tidak dapat mempertahankan fiksasi kedua bola matanya, maka kemungkinan terjadinya sakadik cukup besar, sehingga akan membuat penghayatan persepsi penglihatan yang kacau karena pergerakan bola mata yang kacau. (AlKhawaja. 2001) Holmes dan Horax melukiskan, bahwa dalam pemeriksaan pasien mereka ; si pasien dapat memfiksasi pandangannya terhadap satu obyek ; namun apabila tempat dari obyek tersebut di gerakan / diubah / digeser dengan cepat ; maka si pasien akan kehilangan pandangannya terhadap obyek yang bergerak itu, tidak masalah apakah pergeseran itu hanya beberapa derajat. ( Phan ML, dkk, 2000) 4) Ataksia Optik Pada penderita sindroma Balint, terdapat ketidakmampuan untuk menjangkau obyek. Dalam salah satu tulisannya, Holmes dan Horax melukiskan, bahkan sesaat setelah melihat sendok, pasien tidak dapat melihat lurus ke sendok tersebut, dan saat mencoba menjangkaunya, gerakannya sangat tidak akurat, karena dilakukan dengan cara tangannya meraba raba mencari sendok tersebut, hingga menyentuh sendok. (Rizzao,2002) Atau contoh lainnya ; berikan pasien penderita sindroma ini sebuah pensil ; lalu minta kepadanya untuk menggambarkan sebuah titik pada lingkaran yang sudah tergambar diatas kertas. Pasien dengan sindroma Balint tidak akan bisa melakukan hal tersebut, bukan karena ketidaktahuannya akan bentuk lingkaran atau fungsi dari pensil, namun lebih karena ia tidak tahu atau tepatnya tidak dapat melihat bentuk lingkaran. ( Liu,2003) 5) Kelemahan persepsi Holmes dan Horax menemukan kelainan ini bersama dengan disorientasi spasial. Dikarenakan pasien pasien dengan sindroma ini, tidak dapat melihat dua benda secara bersamaan, maka iapun tidak dapat memperkirakan benda mana yang 6

lebih besar dari lainnya, benda mana yang paling dekat dengannya ; namun tidak demikian bila ada satu benda yang diperlihatkan kepadanya. Misalnya kita memperlihatkan pensil, maka pasien akan tahu bagian mana yang diatas atau yang dibawah. Ketidakmampuan ( Robertson L dkk,, 1997) Kontribusi hemisfer kiri terhadap pergeseran atensi terhadap obyek yang dilihat Egly dan kawan kawan melakukan penelitian ini terhadap pasien pasien penderita sindroma Balint. Dari hasil eksperimen mereka didapat hasil bahwa terdapat pergeseran atensi diantara obyek pada lesi lobus parietal khususnya sebelah kiri. Pada pasien pasien dengan lesi unilateral didapatkan pergeseran atensi, dimana respon terhadap kontraletaral terhadap lesi lebih besar daripada ipsilateral. Dari hasil penelitian lebih jauh didapatkan hasil bahwa lobus parietal kanan mengurusi pergeseran atensi berdasarkan lokasi, sementara lobus parietal kiri mengurusi pergeseran atensi berdasarkan obyek. Kinerja yang sinergis diantara kedua lobus tersebut, disebabkan adanya jaras jaras neocorteks yang menghubungkannya. Pada lapang pandang kanan dalam penelitian ini, tidak didapatkan suatu kelainan. ( Phan ML, dkk, 2000 Terapi dan Prognosis Terapi yang kita gunakan dalam penatalaksanaan sindroma ini adalah sangat tidak spesifik, dan kesemuanya harus berawal dari penyakit yang mendasarinya. Sehingga apabila underlying desease yang menyebabkannya sudah kita atasi, diharapkan manifestasi klinis yang timbul dapat membaik.(Mendez,2000) Demikian pula dengan prognosis yang dimiliki, akan sangat tergantung dari underlying desease yang menyebabkan sindroma ini terjadi, namun biasanya dikarenakan pasien sudah dalam stadium lanjut waktu memeriksakan penyakitnya ke dokter, prognosis yang biasanya terjadi adalah buruk. (Moreaud O. 2003) persepsi tersebut juga berlaku pada bidang warna.

Anda mungkin juga menyukai