PEMBIMBING :
Dr. Hj. Perwitasari Bustami, Sp.S
Dr. Eny Waeningsih, Sp.S, M.Kes
Disusun oleh :
Dea Ardelia Putri, S.Ked
1102012050
Lobus parietal merupakan bagian dari cerebral korteks yang terletak dibawah
tulang tengkorak parietal. Dalam lobus parietal terdiri atas beberapa bagian
penting, yaitu postcentral gyrus, superior parietal lobule, parietal operculum,
supramarginal gyrus, dan angular gyrus. Hanya saja untuk angular dan
supramarginal gyrus sering disebut sebagai inferior parietal lobe. Lobus parietal
dapat dibagi menjadi dua zona fungsi, yaitu zona anterior yang terdiri dari
postcentral gyrus dan parietal operculum, dan zona posterior yang terdiri dari
superior parietal lobule dan inferior parietal lobe. Zona anterior dikenal sebagai
somatosensory cortex, dan zona posterior dikenal sebagai posterior parietal
cortex. Lobus parietal, terutama dalam inferior parietal memiliki peranan yang
besar terhadap evolusi manusia. Lobus parietal memiliki dua fungsi, baik dari sisi
anterior dan posterior, yaitu fungsi yang pertama adalah untuk sensasi somatik dan
persepsi, fungsi yang kedua adalah masukan dari somatik dan daerah visual serta
dari daerah indera lainnya, kebanyakan untuk mengendalikan pergerakan.
Lobus parietal menerima sinyal dari area lain otak seperti penglihatan, pendengaran,
motorik, sensorik, dan memori. Disini memori dan informasi sensorik baru diterima,
dan diberi arti. Masalah apa saja yang akan timbul jika lobus ini rusak?
D. Somatosensori Agnosias
Terbagi menjadi astereognosis dan asomatognosia (kehilangan
pengetahuan mengenai rasa tubuh) yang terdiri dari
- Ketidakpekaan terhadap penyakit ( Anosognosia).
- Ketidakpedulian terhadap penyakit (Anosidiaphoria).
- Ketidakmampuan untuk menentukan letak dan nama bagian tubuh
(Autopagnosia).
- Ketiadaan reaksi normal terhadap nyeri (Asymbolia) seperti refleks
untuk menjauhi stimulus yang menyakitkan.
A. BALINT SYNDROME
Sindroma Balint merupakan salah satu gangguan yang muncul akibat kerusakan
di lobus parietal. Gangguan-gangguan pada lobus parietal ini sangat banyak
dan biasanya mempengaruhi fungsi integrasi informasi sensori dan dalam
mengkonstruk sistem koordinasi spasial untuk merepresentasikan dunia.
Balint’s Syndrome. Balint menerangkan seseorang yang menderita balint
syndrome memiliki kerusakan di bilateral parietal yang berasosiasi dengan
symptom peculiar visual. 3 symptom yang biasa muncul pada pasien ini adalah :
1) walaupun secara spontan dia melihat lurus ke depan ke arah stimulus yang
berada di depannya namun dia menatap 35-45 derajat ke arah kanan dan
mempersepsikan bahwa tatapannya sesuai dengan arah yang ia tuju.
2) ketika atensi telah tertuju pada satu objek maka tidak ada stimulus lain
yang dapat diterimanya.
Coslett dan Saffran, melukiskan bahwa pasien yang ia periksa tidak saja
sangat terganggu dengan pola penglihatannya sekarang dimana pasien hanya dapat
melihat satu orang pada acara televisi yang pasien tonton, tapi juga pasien sering
kebingungan apabila membaca rangkaian kata ; begitu juga pada saat menulis,
karena seringkali pasien melihat ujung pensilnya hilang berganti dengan
corakan kertas, dan berganti lagi dengan huruf yang ia tulis. (Moreaud O. 2003)
2) Disorientasi spasial
Holmes dan Horax mengatakan bahwa disorientasi spasial merupakan tanda utama
dari sindroma Balint. Mereka melukiskan, bahwa pada pemeriksaan terhadap
seorang pasien yang menderita sindroma Balint, bahwa pasien itu sedang berada
beberapa meter dari tempat tidurnya, begitu disuruh kembali untuk merubah
arahnya menuju tempat tidurnya ; si pasien berbalik, dengan kebingungan mencari
dimana tempat tidurnya ; begitu menemukan tempat tidurnya, dan pada saat ia
mulai melangkah ; isi pasien berkata ; bahwa ia harus mencari kembali dimana
posisi tempat tidurnya. (Shah PA. 1999)
4) Ataksia Optik
Pada penderita sindroma Balint, terdapat ketidakmampuan untuk menjangkau
obyek. Dalam salah satu tulisannya, Holmes dan Horax melukiskan, bahkan sesaat
setelah melihat sendok, pasien tidak dapat melihat lurus ke sendok tersebut, dan
saat mencoba menjangkaunya, gerakannya sangat tidak akurat, karena dilakukan
dengan cara tangannya meraba raba mencari sendok tersebut, hingga menyentuh
sendok. (Rizzao, 2002)
5) Kelemahan persepsi
Holmes dan Horax menemukan kelainan ini bersama dengan disorientasi spasial.
Dikarenakan pasien pasien dengan sindroma ini, tidak dapat melihat dua benda
secara bersamaan, maka iapun tidak dapat memperkirakan benda mana yang lebih
besar dari lainnya, benda mana yang paling dekat dengannya ; namun tidak
demikian bila ada satu benda yang diperlihatkan kepadanya. Misalnya kita
memperlihatkan pensil, maka pasien akan tahu bagian mana yang diatas atau yang
dibawah. ( Robertson L dkk,, 1997)
B. GERSTMANN'S SYNDROME
4) Left-right confussion
KESIMPULAN
Gangguan pada lobus parietal boleh menyebabkan terjadinya gangguan pada dua
fungsi, baik dari sisi anterior dan posterior, yaitu fungsi yang pertama adalah untuk
sensasi somatik dan persepsi, fungsi yang kedua adalah masukan dari somatic dan
daerah visual serta dari daerah indera lainnya, kebanyakan untuk mengendalikan
pergerakan. Hingga pada pasien yang menderita kerusakan pada daerah parietalnya
akhirnya menuju kearah gangguan kejiwaan akibat dari respon adaptasi penderita
terhadap tergangguan persepsi dan motorik yang dapat berupa Balint Syndrome dan
Gerstmann’s Syndrome.Pada aspek psikiatri penderita syndrom balint mengalami
penyempitan atensi visual terhadap satu obyek dan Berkurangnya akses terhadap
representasi topografik yang berasal dari stimulus visual terhadap lapang pandang
dunia luar maupun memori topografik yang menyertainya.Pasien yang menderita
sindroma Balint ini akan memiliki keengganan untuk mengenali obyek dan
lokasinya, proses persepsia yang tidak layak dan tidak berlakunya representasi
spasial dan atensi guna mengenali lingkungan luar yang berhubungan dengannya.
Tidak ada suatu metode terapi yang khusus dapat menyembuhkan sindroma ini
kecuali memperbaiki penyakit yang mendasarinya. Pada Gerstmann’s syndrome
pula mempunyai peranan tersendiri dalam bidang kajian psikologi. Jika dilihat
dari penjelasan sebelumnya, bahwa tidak ada penyembuhan untuk penyakit ini,
maka secara psikologis yang dapat dilakukan ialah melalui support dari keluarga
dan lingkungan sekitar. Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari proses mental
dan tingkah laku manusia tentunya dapat memperoleh banyak informasi baru
mengenai gerstmann’s syndrome sehingga dengan mempelajari materi ini,
psikolog dapat merancang terapi suportif dimana cara ini merupakan salah satu
bentuk perawatan yang dapat dilakukan kepada pasien. Hal inilah yang dapat
membantu pasien untuk dapat tetap menjalani kehidupannya dengan baik
walaupun tidak dapat berlangsung seperti orang normal lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
5. http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1469-749.2003.tb00407.x/pdf.