Anda di halaman 1dari 12

REFERAT

SINDROM LOBUS PARIETAL

PEMBIMBING :
Dr. Hj. Perwitasari Bustami, Sp.S
Dr. Eny Waeningsih, Sp.S, M.Kes

Disusun oleh :
Dea Ardelia Putri, S.Ked
1102012050

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI


KEPANITERAAN KLINIK ILMU NEUROLOGI
RSUD DR DRADJAT PRAWIRANEGARA
JULI 2018
PENDAHULUAN

Lobus parietal merupakan bagian dari cerebral korteks yang terletak dibawah
tulang tengkorak parietal. Dalam lobus parietal terdiri atas beberapa bagian
penting, yaitu postcentral gyrus, superior parietal lobule, parietal operculum,
supramarginal gyrus, dan angular gyrus. Hanya saja untuk angular dan
supramarginal gyrus sering disebut sebagai inferior parietal lobe. Lobus parietal
dapat dibagi menjadi dua zona fungsi, yaitu zona anterior yang terdiri dari
postcentral gyrus dan parietal operculum, dan zona posterior yang terdiri dari
superior parietal lobule dan inferior parietal lobe. Zona anterior dikenal sebagai
somatosensory cortex, dan zona posterior dikenal sebagai posterior parietal
cortex. Lobus parietal, terutama dalam inferior parietal memiliki peranan yang
besar terhadap evolusi manusia. Lobus parietal memiliki dua fungsi, baik dari sisi
anterior dan posterior, yaitu fungsi yang pertama adalah untuk sensasi somatik dan
persepsi, fungsi yang kedua adalah masukan dari somatik dan daerah visual serta
dari daerah indera lainnya, kebanyakan untuk mengendalikan pergerakan.

Lobus parietal menerima sinyal dari area lain otak seperti penglihatan, pendengaran,
motorik, sensorik, dan memori. Disini memori dan informasi sensorik baru diterima,
dan diberi arti. Masalah apa saja yang akan timbul jika lobus ini rusak?

1. Tidak mampu memberi nama pada obyek tertentu(Anomia).


2. Tidak mampu memberi perhatian pada lebih dari satu objek pada satu waktu.
3. Ketidakmampuan membaca(Alexia).
4. Kesulitan membedakan sisi kanan dan kiri.
5. Bermasalah dengan matematika (Dyscalculia)
6. Ketidakmampuan dalam koordinasi mata dan tangan.
ANATOMI LOBUS PARIETAL
Lobus parietal merupakan bagian dari korteks serebral yang terletak di
antara lobus frontal dan lobus oksipital, serta menempel pada tulang parietal di
tulang tengkorak bagian atas. Korteks parietal berperan memproses dan
mengintegrasikan informasi somatosensoris dan visual (misal dalam
mengidentifikasi objek, eye movement) (Berryhill & Olson, 2008), serta berkaitan
dengan kontrol gerakan.
Lobus parietal ini terbagi menjadi empat sisi. Bagian anterior dibatasi oleh
central fissure. Bagian ventral dibatasi oleh sylvian fissure, bagian dorsal oleh
cingulate gyrus, dan bagian posterior dibatasi oleh parieto-occipital sulcus. Area
utama dari lobus parietal mencakup postcentral gyrus, superior lobus parietal,
parietal operculum, supramarginal gyrus, dan angular gyrus. Supramarginal
gyrus sering disebut sebagai lobus parietal inferior.

Lobus parietal dibagi menjadi dua zona fungsi:


zona anterior (area 1,2,3 dan 43) dan zona
posterior area (5,7,39,40). Zona anterior
adalah korteks somatosensori, zona posterior
disebut korteks posterior parietal.
Hubungan Korteks Parietal
Korteks parietal anterior memiliki hubungan yang sederhana. Terdapat
proyeksi dari korteks somatosensori utama ke area PE, yang memiliki fungsi
pengenalan terhadap sentuhan, sebagaimana yang terjadi pada area motorik,
termasuk korteks motorik utama, motorik suplementari dan daerah premotor.
Hubungan motorik sangat penting untuk menghasilkan informasi sensorik tentang
posisi tungkai ketika mengontrol pergerakan.

FUNGSI LOBUS PARIETAL

 Gyrus postcentral : merupakan kortek sensoris yang menerima jaras afferent


dari posisi, raba dan gerakan pasif.
 Gyrus angularis dan supramarginal : hemisfer dominan merupakan bagian
area bahwa Wernic’s, dimana masukkan auditori dan visual di integrasikan.
Lobus non dominan penting untuk konsep " body image", dan sadar akan
lingkungan luar.
 Kemampuan untuk kontruksi bentuk, menghasilkan visual atau ketrampilan
proprioseptik. Lobus dominan berperan pada kemampuan menghitung atau
kalkulasi. Jaras visual radiatio optika melalui bagian dalam lobus parietal.

GANGGUAN LOBUS PARIETAL

Simptom Somatosensori Luka pada Lobus Parietal


Simtom somatosensori berasosiasi dengan kerusakan pada postcentral gyrus dan
adjacent cortex, kerusakan tersebut berhubungan dengan beberapa gejala penyakit
seperti :
A. Ambang Batas Somatosensori
Dua penelitian dari Josephine Semmes dkk & Suzanne Corkin, dkk
menemukan bahwa luka pada gyrus postsentralis menghasilkan ambang
batas somatosensori yang abnormal, gangguan kesadaran posisi, dan
kekurangan persepsi rabaan (stereognosis).
B. Gangguan Somatoperseptual
Bentuk gangguan somatoperseptual adalah dua jenis yaitu:
- Astereognosis yaitu ketidakmampuan mengenali sifat dasar objek
melalui sentuhan.
- Simultaneous extinction yaitu kegagalan untuk melaporkan salah satu
stimulus dari stimulus yang diberikan secara simultan.
C. Blind Touch (Sentuhan Buta)
Dari tes yang dilakukan terhadap seorang wanita yang mengalami tactile
analogue blindsight (memiliki luka area PE,PF,PG cukup luas),
menunjukkan bahwa ia dapat menunjukkan dimana lokasi sentuhan namun
tidak mampu merasakan sentuhan tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa
terdapat dua sistem rabaan yaitu sistem untuk pendeteksian dan untuk
menentukan letak (lokalisasi).

D. Somatosensori Agnosias
Terbagi menjadi astereognosis dan asomatognosia (kehilangan
pengetahuan mengenai rasa tubuh) yang terdiri dari
- Ketidakpekaan terhadap penyakit ( Anosognosia).
- Ketidakpedulian terhadap penyakit (Anosidiaphoria).
- Ketidakmampuan untuk menentukan letak dan nama bagian tubuh
(Autopagnosia).
- Ketiadaan reaksi normal terhadap nyeri (Asymbolia) seperti refleks
untuk menjauhi stimulus yang menyakitkan.

Sindrom Pada Lobus Parietal

A. BALINT SYNDROME

Sindroma Balint merupakan salah satu gangguan yang muncul akibat kerusakan
di lobus parietal. Gangguan-gangguan pada lobus parietal ini sangat banyak
dan biasanya mempengaruhi fungsi integrasi informasi sensori dan dalam
mengkonstruk sistem koordinasi spasial untuk merepresentasikan dunia.
Balint’s Syndrome. Balint menerangkan seseorang yang menderita balint
syndrome memiliki kerusakan di bilateral parietal yang berasosiasi dengan
symptom peculiar visual. 3 symptom yang biasa muncul pada pasien ini adalah :

1) walaupun secara spontan dia melihat lurus ke depan ke arah stimulus yang
berada di depannya namun dia menatap 35-45 derajat ke arah kanan dan
mempersepsikan bahwa tatapannya sesuai dengan arah yang ia tuju.

2) ketika atensi telah tertuju pada satu objek maka tidak ada stimulus lain
yang dapat diterimanya.

3) pasien yang sudah parah mengalami penurunan dalam mencapai kendali


atas panduan visual.

Gejala-gejala Balint syndrome

1) Gangguan konstriksi atensi pada visual : Simultanagnosia

Coslett dan Saffran, melukiskan bahwa pasien yang ia periksa tidak saja
sangat terganggu dengan pola penglihatannya sekarang dimana pasien hanya dapat
melihat satu orang pada acara televisi yang pasien tonton, tapi juga pasien sering
kebingungan apabila membaca rangkaian kata ; begitu juga pada saat menulis,
karena seringkali pasien melihat ujung pensilnya hilang berganti dengan
corakan kertas, dan berganti lagi dengan huruf yang ia tulis. (Moreaud O. 2003)

Simultanagnosia adalah suatu padanan yang digunakan untuk melukiskan adanya


kelainan dalam mengintegrasi suatu pola pandangan. Menurut Wolpert, suatu
simultanagnosia, tidak hanya terjadi pada sindroma balint, karena setiap lesi yang
terjadi pada kortek parieto-oksipital sebelah kiri, seringkali menyebabkan
simultanagnosia. Farah mengatakan bahwa simultanagnosia pada sindroma Balint
merupakan suatu kelainan akibat lesi di parieto-oksipital kiri dan menyebar ke
daerah lobus oksipital. Pasien sindroma balint yang menderita simultanagnosia,
tidak hanya tidak dapat melihat lebih dari satu obyek pada saat yang bersamaan,
tapi juga terdapat suatu disorientasi spasial, dimana ia tidak tahu mengenai
letak obyek tersebut atau kemana harus mencari keberadaan obyek tersebut.
(Moreaud O. 2003)

2) Disorientasi spasial

Holmes dan Horax mengatakan bahwa disorientasi spasial merupakan tanda utama
dari sindroma Balint. Mereka melukiskan, bahwa pada pemeriksaan terhadap
seorang pasien yang menderita sindroma Balint, bahwa pasien itu sedang berada
beberapa meter dari tempat tidurnya, begitu disuruh kembali untuk merubah
arahnya menuju tempat tidurnya ; si pasien berbalik, dengan kebingungan mencari
dimana tempat tidurnya ; begitu menemukan tempat tidurnya, dan pada saat ia
mulai melangkah ; isi pasien berkata ; bahwa ia harus mencari kembali dimana
posisi tempat tidurnya. (Shah PA. 1999)

3) Pergerakan mata yang bermasalah

Pergerakan okulomotor yang bermasalah, juga kerapkali timbul dalam sindroma


Balint, seperti gangguan fiksasi, sakadik, pergerakan pursuit dan bola mata. Dengan
pasien yang tidak dapat mempertahankan fiksasi kedua bola matanya, maka
kemungkinan terjadinya sakadik cukup besar, sehingga akan membuat penghayatan
persepsi penglihatan yang kacau karena pergerakan bola mata yang kacau. (Al-
Khawaja. 2001)

Holmes dan Horax melukiskan, bahwa dalam pemeriksaan pasien mereka ; si


pasien dapat memfiksasi pandangannya terhadap satu obyek ; namun apabila
tempat dari obyek tersebut di gerakan / diubah / digeser dengan cepat ; maka si
pasien akan kehilangan pandangannya terhadap obyek yang bergerak itu, tidak
masalah apakah pergeseran itu hanya beberapa derajat. ( Phan ML, dkk, 2000)

4) Ataksia Optik
Pada penderita sindroma Balint, terdapat ketidakmampuan untuk menjangkau
obyek. Dalam salah satu tulisannya, Holmes dan Horax melukiskan, bahkan sesaat
setelah melihat sendok, pasien tidak dapat melihat lurus ke sendok tersebut, dan
saat mencoba menjangkaunya, gerakannya sangat tidak akurat, karena dilakukan
dengan cara tangannya meraba raba mencari sendok tersebut, hingga menyentuh
sendok. (Rizzao, 2002)

5) Kelemahan persepsi

Holmes dan Horax menemukan kelainan ini bersama dengan disorientasi spasial.
Dikarenakan pasien pasien dengan sindroma ini, tidak dapat melihat dua benda
secara bersamaan, maka iapun tidak dapat memperkirakan benda mana yang lebih
besar dari lainnya, benda mana yang paling dekat dengannya ; namun tidak
demikian bila ada satu benda yang diperlihatkan kepadanya. Misalnya kita
memperlihatkan pensil, maka pasien akan tahu bagian mana yang diatas atau yang
dibawah. ( Robertson L dkk,, 1997)

B. GERSTMANN'S SYNDROME

Gerstmann syndrome: Pada tahun 1924, Joseph Gerstmann mendeskripsikan


seorang pasien dengan symptom yang tidak biasa mengikuti stroke parietal kiri:
finger agnosia, pasien tidak mampu untuk mengenali jari-jari pada tangan yang
lain. Penemuan ini sangat menarik perhatian dan dalam tahun-tahun berikutnya
symptom lain dilaporkan terkait dengan finger agnosia, termasuk right-left
confusion, agraphia (ketidakmampuan untuk menulis) dan acalculia
(ketidakmampuan untuk menampilkan operasi matematika). Keempat symptom
ini secara bersama dikenal dengan Gerstmann syndrome

Gerstmann's syndrome adalah pelemahan yang dihasilkan dari kerusakan area


spesifik di otak sebelah kiri lobus parietal di dalam daerah gyrus angular.
Gerstmann's syndrome pertama kali ditemukan oleh Josef Gerstmann pada
tahun 1924 yang memiliki seorang pasien stroke dengan gejala yang tidak
biasa, dan menyebabkan finger agnosia. Secara lebih lanjut, Gerstmann's
syndrome ini kemudian ditemukan pada orang-orang yang mengalami stroke
yang terasosiasikan dengan kerusakan terhadap lobus parietal.

Gejala-gejala Gerstmann’s syndrom

1) Agraphia atau dysgraphia

Agraphia atau dysgraphia merupakan gangguan berupa ketidakmampuan dalam


menulis. Ketidakmampuan menulis ini dikarakteristikkan dengan kesalahan
dalam mengeja dan menulis indah. Kesalahan mengeja yang paling umum
ditemukan terkait dengan keurutan huruf, seperti penghilangan kata,penggantian
kata, dan kesalahan perpindahan. Isu tulisan indah mendeskripsikan formasi
huruf yang buruk, orientasi huruf dan orientasi bagian huruf yang buruk. Menulis
kurang selaras dan menunjukkan jarak yang buruk.

2) Acalculia atau dyscalculia

Acalculia atau dyscalculia adalah kekurangpahaman dalam perhitungan atau


aritmatika. Berdasarkan penelitian, anak dengan gangguan ini memahami
konsep bentuk dasar perhitungan matematika, tetapi memiliki kemampuan yang
buruk dalam menulis dan keurutan angka. Gejala ini dapat diuji dengan meminta
pasien untuk melakukan pengurangan seri 7 mulai dari angka 100. Hal ini
berarti 100, 93, 86, 79, 72, dan seterusnya.

3) Finger agnosia (Finger aphasia)

Finger agnosia adalah hilangnya kemampuan untuk menyadari, mengidentifikasi,


menamai, memilih, mengidentifikasi, dan mengorientasikan jari sendiri atau
orang lain, membedakan kanan dan kiri, serta ketidakmampuan untuk
mengidentifikasi jari dirinya sendiri maupun orang lain. Hal ini dapat diuji
dengan suatu permintaan seperti “sentuh jari telunjuk saya dengan jari telunjuk
anda” dan “sentuh hidung anda dengan jari tengah”.

4) Left-right confussion

Merupakan ketidakmampuan untuk membedakan tangan kanan dan tangan kiri


diri sendiri atau tangan orang lain. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat
deskripsi variasi pada area ini dari kelambatan atau keraguan dalam berespon
sampai ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk instruksional selama
aktivitas sehari-hari. Gejala ini dapat diuji dengan permintaan seperti
“Tunjukkan pada saya tangan kiri anda. Sentuh kaki kanan anda” dan “Sentuh
telinga kiri anda dengan tangan kanan anda”.

KESIMPULAN

Gangguan pada lobus parietal boleh menyebabkan terjadinya gangguan pada dua
fungsi, baik dari sisi anterior dan posterior, yaitu fungsi yang pertama adalah untuk
sensasi somatik dan persepsi, fungsi yang kedua adalah masukan dari somatic dan
daerah visual serta dari daerah indera lainnya, kebanyakan untuk mengendalikan
pergerakan. Hingga pada pasien yang menderita kerusakan pada daerah parietalnya
akhirnya menuju kearah gangguan kejiwaan akibat dari respon adaptasi penderita
terhadap tergangguan persepsi dan motorik yang dapat berupa Balint Syndrome dan
Gerstmann’s Syndrome.Pada aspek psikiatri penderita syndrom balint mengalami
penyempitan atensi visual terhadap satu obyek dan Berkurangnya akses terhadap
representasi topografik yang berasal dari stimulus visual terhadap lapang pandang
dunia luar maupun memori topografik yang menyertainya.Pasien yang menderita
sindroma Balint ini akan memiliki keengganan untuk mengenali obyek dan
lokasinya, proses persepsia yang tidak layak dan tidak berlakunya representasi
spasial dan atensi guna mengenali lingkungan luar yang berhubungan dengannya.
Tidak ada suatu metode terapi yang khusus dapat menyembuhkan sindroma ini
kecuali memperbaiki penyakit yang mendasarinya. Pada Gerstmann’s syndrome
pula mempunyai peranan tersendiri dalam bidang kajian psikologi. Jika dilihat
dari penjelasan sebelumnya, bahwa tidak ada penyembuhan untuk penyakit ini,
maka secara psikologis yang dapat dilakukan ialah melalui support dari keluarga
dan lingkungan sekitar. Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari proses mental
dan tingkah laku manusia tentunya dapat memperoleh banyak informasi baru
mengenai gerstmann’s syndrome sehingga dengan mempelajari materi ini,
psikolog dapat merancang terapi suportif dimana cara ini merupakan salah satu
bentuk perawatan yang dapat dilakukan kepada pasien. Hal inilah yang dapat
membantu pasien untuk dapat tetap menjalani kehidupannya dengan baik
walaupun tidak dapat berlangsung seperti orang normal lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.aktivasiotak.com/fungsi otak.htm. Diakses pada 26 Juli 2018.

2. Kolb, B. & Wishaw, I. Q ( 2003).Fundamental of Human Neuropsychology


(Fifth Edition). New York, NY : Worth Publishers.
3. Posner, M. I, Walker, J. A, Friedrich, F. A, Rafal, R. D (1987) How do the
parietal lobes direct covert attention ?. Neuropsychologis vol 25 (1A), 135-
145. Pergamon Journals Ltd.
4. Berryhill, Marian E. & Olson, Ingrid R. 2008. The right parietal lobe is
critical for visual working memory. Neuropsychologia 46, 1767-1774.
Elsevier.

5. http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1469-749.2003.tb00407.x/pdf.

Diakses pada 26 Juli 2018.

Anda mungkin juga menyukai