Anda di halaman 1dari 28

REFERAT – BERJUDI PATOLOGIS

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Judi patologis ditandai dengan judi maladaptif yang berulang dan menetap dan

menimbulkan masalah ekonomi serta gangguan yang signifikan di dalam fungsi

pribadi, sosial dan pekerjaan. Aspek perilaku maladaptif mencakup preokupasi

terhadap judi, kebutuhan untuk berjudi dengan jumlah uang yang semakin

bertambah untuk memperoleh kegairahan yang diinginkan, upaya berulang yang

tidak berhasil untuk mengendalikan, mengurangi atau menghentikan judi, berjudi

sebagai cara untuk melarikan diri dari masalah, berjudi untuk membalas

kekalahan, berbohong untuk menutupi tingkat keterlibatan dengan perjudian,

melakukan tindakan illegal untuk membiayai judi, membahayakan atau

kehilangan hubungan baik pribadi maupun pekerjaan karena judi dan

mengendalkan orang lain untuk membayar hutang.1,2

Judi patologis (pathological gambling) merupakan salah satu gangguan

yang banyak dipelajari dari kecanduan perilaku, baik dalam beberapa studi

terakhir sehingga, memberikan wawasan lebih lanjut ke dalam hubungan

kecanduan perilaku dan gangguan penggunaan zat. Dalam referat ini akan dibahas

mengenai judi patologis serta kelaianan kecanduan internet yang merupakan salah

satu gangguan yang direncanakan masuk dalam kriteria diagnostik menurut DSM

IV.3 Prevelansi penjudi patologis dilaporkan sebanyak 2,8-8,0 % remaja dan

mahasiswa. Gangguan ini lebih lazim pada laki-laki daripada perempuan, dan

angkanya sangat tinggi di lokasi-lokasi yang melegalkan perjudian. Kira-kira

1
REFERAT – BERJUDI PATOLOGIS

seperempat penjudi patologis memiliki orangtua dengan masalah perjudian; baik

ayah dari seorang laki-laki penjudi maupun ibu dari seorang perempuan penjudi

lebih cenderung memiliki gangguan tersebut dibandingkan populasi luas. Lalu

epidemiologi genetik dan teknik genetika molekuler juga telah digunakan untuk

menyelidiki faktor genetik berkontribusi terhadap judi patologi.4

Judi merupakan satu dari aktivitas sosial yang telah diobservasi lintas

berbagai budaya dan sepanjang sejarang sejarah. Meskipun gagasan pastinya

dapat tergantung setiap kali pada konteks sosio historis yang terkait, dalam

pengertian yang lebih luas judi mengacu pada aktivitas pengambilan risiko yang

dapat ditemukan di hampir semua aspek kehidupan sosial. Perjudian tampaknya

menjadi aktivitas yang universal sebagai mekanisme koping terhadap

ketidakpastian dan masalah dunia. Namun tentu saja, definisi perjudian paling

konvensional dalam masyarakat modern adalah dalam hal "transaksi keuangan -

pertaruhan uang, atau barang yang memili nilai ekonomi, pada hasil yang tidak

pasti dari peristiwa masa depan”.5

2
REFERAT – BERJUDI PATOLOGIS

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Gangguan terdiri dari episode berjudi yang berulang dan sering, yang

mendominasi kehidupan individu yang merusak nilai dan ikatan social, pekerjaan,

material dan keluarga. Penderita gangguan ini mungkin mempertaruhkan

pekerjaannya, mempunyai banyak hutang, berbohong dan melakukan pelanggaran

hukum untuk memperoleh uang dan menghindari pelunasan hutang. Gangguan ini

disebut juga “judi kompulsif”, tetapi istilah ini kurang tepat, karena perilakunya

bukan kompulsif dalam arti teknis, maupun tidak berhubungan dengan neurosis

obsesif-kompulsif.6,7

B. Komorbiditas

Komorbiditas adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

adanya gangguan konkuren pada individu. Ini juga mengacu pada cara-cara di

mana gangguan ini saling berinteraksi atau saling mempengaruhi.3 Komorbiditas

psikiatri adalah aturannya, tidak terkecuali, untuk orang dengan judi patologis.

Dokter yang menilai dan mengobati orang-orang ini mendapatkan keuntungan

dari pemahaman ruang lingkup dan arah asosiasi ini. Selain mengevaluasi

perilaku judi dan dampak yang cukup besar bagi orang tersebut, dokter harus teliti

menilai arus dan komorbiditas kejiwaan.8 Seperti semua perilaku adiktif, orang

dengan gangguan perjudian cenderung memiliki psikologis lain masalah seperti

depresi, kegelisahan dan penyalahgunaan zat. Menurut Replikasi Survei

3
REFERAT – BERJUDI PATOLOGIS

Komorbiditas Nasional, 96,3 persen dari penjudi patologis seumur hidup juga

memenuhi kriteria seumur hidup untuk satu atau lebih gangguan kejiwaan lainnya

yang dinilai dalam survei.3

Gangguan penyalahgunaan zat

Penyalahgunaan zat memiliki hubungan yang jelas dengan judi patologis.

Penelitian dari Pusat Penelitian Opini Nasional menemukan bahwa tingkat

penyalahgunaan alkohol atau obat terlarang hampir 7 kali lebih tinggi pada orang

dengan judi patologis daripada bukan penjudi atau di penjudi rekreasional.

Sejumlah perbedaan muncul dari orang yang mencari pengobatan dengan riwayat

penyalahgunaan zat dan pada penjudi patologis yang tidak memiliki riwayat

penyalahgunaan zat. Orang dengan riwayat gangguan psikiatri yang besar, lebih

sering berjudi, dan lebih banyak waktu dan tahun yang dihabiskan sebagai

gangguan berjudi, mereka memilki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan jiwa.3,8

Gangguan mood

Berdasarkan survey populasi umum, telah diketahui hubungan dari

gangguan berjudi dengan komorbiditas psikiatri seperti gangguan depresi mayor,

gangguan bipolar, gangguan distimik, dan kemungkinan bunuh diri. Bland dkk

menemukan meningkatnya gangguan mood pada orang dengan judi patologis

(33%) dibandingkan dengan bukan penjudi (14,2%).3,8

Gangguan cemas

4
REFERAT – BERJUDI PATOLOGIS

Jika ditelaah kembali pada survey populasi umum, dapat ditemukan

asosiasi yang kuat antara judi patologis dengan gangguan cemas. Kessler dkk

menemukan bahwa 60,3% dari sampel memiliki gangguan cemas, yaitu 52,2%

memiliki fobia, dan 21,9% dengan gangguan panik, 16,6% dengan gangguan

cemas menyeluruh. Beberapa investigator mempercayai bahwa judi patologis

masuk kedalam spektrum gangguan obsesif kompulsif dan dibuktikan dengan

pikiran menetap dan perilaku repetitive. Meskpun begitu, terdapat perbedaan

besar antara keduanya, dimana gangguan obsesif kompulsif tidak diinginkan olrh

penderita, sedangkan judi umumnya dianggap menyenangkan dan diingini oleh

penderita.3,8

Attention Deficit Hiperacitivity Disorder (ADHD)

Judi patologis memiliki sejumlah ciri yang sama dengan ADHD, dan data

klinis menunjukkan tumpeng tindih antara keduanya. Goldstein dan rekannya

menyimpulkan bahwa hasil EEG dengan pola altivasi dari otak kanan dan kiri

pada 8 orang dengan gangguan judi patologis menyerupai anak dengan gangguan

ADHD yang tidak diobati. Kessler dan rekan menemukan pada survey populasi

umum bahwa 13,4% orang dengan judi patologis juga merupakan penderita

ADHD.3,8

Gangguan kepribadian

Dalam survey populasi umum, ditemukan hubungan kuat antara judi

patologis dengan semua gangguan kepribadian. Kmeungkinan untuk memiliki

5
REFERAT – BERJUDI PATOLOGIS

salah satu gangguan kepribadian pada orang dengan gangguan judi patologis 8,3

kali lebih besar dibanding dengan populasi umum.3,8

C. Etiologi

Judi patologis biasanya dimulai dari usia dewasa dan lebih telat dimulai

pada wanita. Walaupun pada beberapa orang akan mengalami ketergantungan

ketika pertama kali memulai perjudian, ada pula tanda-tanda kemunculan yang

waktunya tidak dapat diramalkan. Adapun penjudi sosial yang telah bertahun-

tahun ketergantungan yang dimulai tiba-tiba dapat dipicu oleh tekanan yang lebih

besar untuk berjudi atau oleh faktor-faktor yang dapat memicu stres.1,3,6,9

Faktor Psikososial

Beberapa faktor dapat menjadi predisposisi seseorang dapat mengalami

gangguan ini : kehilangan orang tua karena meninggal, perpisahan, perceraian,

atau ditinggalkan sebelum anak berusia 15 tahun; disiplin orangtua yang tidak

tepat (tidak ada, tidak konsisten, atau kasar); pajanan terhadap, dan ketersediaan,

aktivitas perjudian untuk remaja; tekanan keluarga terhadap materi dan simbol

keuangan; serta tidak adanya dorongan keluarga untuk menabung, merencanakan

dan menganggarkan. Teori psikoanalitik berfokus pada sejumlah kesulitan

karakter inti. Freud memperkirakan bahwa pejudi impulsif memiliki keinginan

yang tidak disadari untuk kalah dan mereka berjudi untuk meredakan rasa

bersalah yang tidak disadari. Perkiraan lainnya adalah bahwa penjudi merupakan

orang dengan narsisme yang memiliki khayalan kebesaran serta kekuasaan yang

dapat membuat mereka yakin bahwa mereka dapat mengendalikan peristiwa dan

6
REFERAT – BERJUDI PATOLOGIS

bahkan meramalkan hasilnya. Ahli teori pembelajaran memanjang judi yang tidak

terkendali terjadi akibat persepsi yang keliru mengenai pengendalian impuls. 1,3,6,9

Faktor Biologis

Beberapa studi mengesnakan bahwa perilaku mengambil resiko pada para

penjudi mungkin memiliki penyebab neurobiologis yang mendasari. Teori ini

berpusat pada sistem reseptor serotonergic dan noradrenergic. Penjudi patologis

laki-laki dapat memiliki kadar MPHG subnormal dalam plasma, meningkatnya

keluaran norepinefrin di dalam urin. Bukti juga mengaitkan disfungsi pengaturan

serotonergik pada penjudi patologis. Penjudi kronis memiliki aktivitas

monoamine oksidase (MAO) trombosit yang rendah, suatu penanda aktivitas

serotonin, juga terkait dengan kesulitan inhibisi. Studi lebih lanjut dibutuhkan

untuk meyakinkan temuan ini. 1,3,6,9

Faktor-faktor Lain Pendorong Perilaku Judi

Dari berbagai hasil penelitian lintas budaya dari para ahli sosial diperoleh

lima faktor yang amat berpengaruh dalam memberikan kontribusi pada perilaku

berjudi. Kelima faktor tersebut antara lain : 1,3,6,9

- Faktor Sosial dan Ekonomi

Bagi masyarakat dengan status social dan ekonomi yang rendah, perjudian

sering kali dianggap sebagai sesuatu sarana untuk meningkatkan taraf hidup

mereka.

- Faktor Situasional

7
REFERAT – BERJUDI PATOLOGIS

Situasi yang bisa dikategorikan sebagai pemicu perilaku berjudi, di

antaranya adalah tekanan dari teman-teman kelompok lingkungan untuk

berpartisipasi dalam perjudian serta metode-metode pemasaran yang dilakukan

oleh pengelola perjudian.

- Faktor Belajar

Faktor belajar memiliki efek yang besar terhadap perilaku berjudi,

terutama menyangkut keinginan untuk terus berjudi. Apa yang pernah dipelajari

menghasilkan sesuatu yang menyenangkan maka hal tersebut akan terus

tersimpan dalam pikiran seseorang dan sewaktu-waktu ingin diulangi lagi.

- Faktor persepsi tentang Kemungkinan Kemenangan

Persepsi yang dimaksud di sini adalah persepsi pelaku dalam membuat

evaluasi terhadap peluang menang yang akan diperolehnya jika ia melakukan

perjudian.

- Faktor Persepsi terhadap Keterampilan

Penjudi yang merasa dirinya sangat terampil dalam salah satu atau

beberapa jenis permainan judi akan cenderung menganggap bahwa

keberhasilan/kemenangan dalam permainan judi karena keterampilan yang

dimilikinya.

D. Patofisiologi

Terdapat perdebatan-perdebatan mengenai apakan judi patologis

merupakan sebuah kelainan kontrol impuls atau a nonsubstance abuse-related

addictive disorder. Perubahan pada fungsi otak telah diobservasi pada pasien-

pasien dengan judi patologis, akan tetapi hal tersebut masih belum jelas apakah

8
REFERAT – BERJUDI PATOLOGIS

perubahan ini memiliki etiologi yang kemudian dapat menyebabkan kelainan

berjudi, ataukah perubahan-perubahan tersebut merupakan dampak daripada judi

patologis. 10,11.12.13

- Mendukung hipotesis bahwa patogenesis dari judi patologis berkaitan

dengan kelainan kontrol impuls yang berasal dari studi yang menemukan

bahwa adanya perubahan metabolik dari serotonin, baik pada judi

patologis dan pasien dengan kelainan kontrol impuls. Pria yang merupakan

judi patologis juga mengalami respon yang abnormal untuk bersaing

dengan serotonergic ligands.

- Adanya hubungan antara judi patologis dan substance abuse disebabkan

oleh persamaan antara dua kelainan, termasuk gejala toleransi,

withdrawal, anticipatory craving dan chronic relapsing course.

Kerentanan genetik pada judi patologis dan penyalahgunaan alcohol juga

dilaporkan seringkali ditemukan pada kembar.

Dapat dikatakan bahwa kedua kelainan, baik kelainan impuls maupun

penyalahgunaan zat memiliki peranan dalam judi patologis. Konsep yang

bermunculan mengenai judi patologis dilihati sebagai sebuah “natural addictions”

(contoh : kecanduan seksual dan beberapa kelainan makan yang berlebihan),

dimana dapat turut serta dalam pelepasan peptida opioid endogen, seperti

encephalin pada batang otak di daerah ventral tegmental. Para penjudi yang

bermasalah terlihat memicu aktivasi dari hypothalamic pituitary adrenal axis

dibandingkan para penjudi yang tidak bermasalah, sebagaimana juga terhadap

perubahan bada brain-reward pathway dan prefrontal cortex. 10,11.12.13

Kesalahan pengaturan dari dopaminergik juga berperan dalam

9
REFERAT – BERJUDI PATOLOGIS

perkembangan judi patologis. Telah dilaporkan beberapa kasus pasien Parkinson

menjadi penjudi patologis setelah memperoleh terapi dopaminergic. Judi patologis

juga telah dilaporakan pada pasien dengan restless leg syndrome yang

menjalankan terapi dopaminergic agonis. Pramipexole adalah dopamin agonis

yang diberikan dengan jumlah frekuensi terbanyak dan terdata pada 39 dari 67

laporan pada United States Food dan Drug Administration mengenai

kemungkinan judi patologis yang berkaitan dengan obat-obatan. Faktor genetik

merupakan faktor yang penting dalam etiologi dari judi patologis. Hasil studi

menunjukkan bahwa dari sampel judi patologis yang diambil sebanyak 6744 pria

yang berada di militer, dimana 1874 merupakan pasangan kembar. Faktor genetik

merupakan faktor yang sama pentingnya sebagai penyebab judi patologis pada

pria dan wanita. Sebuah studi yang dilakukan pada 867 pasang kembar monozigot

dan 1008 pasang kembar dizigot ditemukan adanya keterlibatan genetic sebesar

49% variasi dari liabilitas untuk judi patologis, dimana tidak ada bukti adanya

perbedaan jenis kelamin. Ada banyak literatur yang berkembang menunjukkan

keterlibatan faktor genetik pada gangguan yang berhubungan dengan judi patologi

seperti alkoholisme, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, dan merokok. Gen

serotonergik, noradrenergik dan dopaminergik telah diselidiki karena berperan

dalam neurotransmiter pada judi patologi. Namun, beberapa studi yang dilakukan

sampai saat ini belum dilaksanakan secara memadai untuk perbedaan potensial

dalam komposisi ras dan etnis, faktor-faktor internal dan dari diri mereka sendiri

terhadap perbedaan dalam distribusi alel varian. Dengan demikian, penemuan dari

studi berikut, memang cukup menjanjikan, tetapi harus dianggap sebagai

permulaan. Pada penyakit judi patologi, penelitian menggunakan DNA marker

10
REFERAT – BERJUDI PATOLOGIS

polimorfik dalam gen kandidat yang merupakan salah satu cara untuk mendeteksi

faktor genetik yang dapat berkontribusi terhadap perkembangan dari gangguan

tersebut. Gen kandidat adalah gen yang terlibat dalam patogenesis penyakit

tertentu, dengan mempertimbangkan basis neurobiologis. Lalu gen yang

berkorelasi dengan fungsi serotonergik, dopaminergik, dan noradrenergik bisa

dianggap sebagai gen kandidat pada kasus ini. Studi asosiasi pada judi patologi

dirangkum dalam Tabel I. Kelompok kami melakukan studi asosiasi untuk

menyelidiki apakah ada perbedaan signifikan di alel dan frekuensi genotipe

polimorfisme DNA tertentu dalam kelompok 68 penjudi patologis (47 laki-laki

dan 21 perempuan) dibandingkan dengan sekelompok 68 sukarelawan sehat

dengan usia yang sama, jenis kelamin, dan etnis. Pemahaman tentang makna

fungsional perbedaan-perbedaan dalam pola distribusi alel akan menjadi penting

dalam menentukan relevansinya dengan gangguan tersebut. Penelitian lebih lanjut

diperlukan untuk menentukan lebih tepat riset studi pada penyakit judi patologis

dalam menunjang pemahaman kita tentang neurobiologi dan genetika dari

gangguan tersebut. 10,11.12.13

E. Klasifikasi

/Berdasarkan sebuah studi epidemiologi yang besar, The Gambling Impact

and Behavior Study mengklasifikan judi patologis menjadi beberapa kategori,

yaitu:3
-
Penjudi dengan resiko rendah : seseorang yang berjudi akan tetapi tidak

pernah kalah lebih dari $100 dalam sehari atau setahun, atau kalah lebih

11
REFERAT – BERJUDI PATOLOGIS

dari $100 dalam sehari atau setahun, akan tetapi tidak masuk dalam

kriteria diagnosis DSM-IV.


-
Penjudi beresiko : seseorang yang berjudi yang telah kalah lebih dari $100

dalam sehari atau setahun dan memenuhi 1 atau 2 kriteria DSM-IV.


-
Penjudi bermasalah : seseorang yang berjudi yang telah kalah lebih dari

$100 dalam sehari atau setahun dan memenuhi 3 atau 4 kriteria DSM-IV.

F. Diagnosis dan Gambaran Klinis

Di samping gambaran yang telah dijelaskan, penjudi patologis sering

tampak terlalu percaya diri, terkadang kasar, energik dan boros. Mereka sering

menunjukkan tanda-tanda stress diri yang jelas, cemas dan depresi. Mereka lazim

memiliki sikap bahwa uang merupakan penyebab dari, dan solusi bagi, semua

masalah mereka. Mereka tidak melakukan upaya yang serius untuk

menganggarkan atau menghemat uang. Jika sumber peminjaman mereka tertahan,

mereka cenderung terlibat di dalam perilaku antisosial guna mendapatkan uang

untuk berjudi. Perilaku kriminalnya secara khas tidak mengandung kekerasan,

seperti pemalsuan, penggelapan, serta penipuan dan mereka secara sadar berniat

untuk mengembalikan atau membayar kembali uang itu. Komplikasinya

mencakup diasingkan oleh anggota keluarga dan teman, hilangnya pencapaian

kehidupan, upaya bunuh diri dan hubungan dengan kelompok pinggir dan ilegal.

Penahanan terhadap kriminalitas yang tidak mengandung unsur kekerasan dapat

menyebabkan orang tersebut dipenjara.1,3,6,14,15

Kriteria Diagnostik DSM-V-TR Judi Patologis :

12
REFERAT – BERJUDI PATOLOGIS

Perilaku judi yang berulang dan menetap seperti yang ditunjukkan oleh 5 (atau

lebih) hal berikut :3

1. Preokupasi terhadap perjudian (contoh : preokupasi terhadap

menghidupkan kembali pengalaman berjudi sebelumnya, kegagalan atau

merencanakan spekulasi berikutnya atau memikirkan cara untuk

mendapatkan uang, yaitu dengan berjudi)

2. Kebutuhan untuk berjudi dengan jumlah uang yang semakin meningkat

untuk memperoleh kegairahan yang diinginkan

3. Memiliki upaya berulang yang tidak berhasil untuk mengendalikan,

mengurangi, atau menghentikan judi

4. Gelisah atau mudah marah ketika mencoba mengurangi atau

menghentikan judi

5. Berjudi sebagai cara untuk melarikan diri dari masalah atau untuk

melegakan mood disforik (contoh, rasa tidak berdaya, bersalah, ansietas,

depresi)

6. Setelah kehilangan uang berjudi, sering kembali keesokan harinya untuk

membalas (“mengejar” kekalahan dirinya)

7. Berbohong terhadap anggota keluarganya, terapis, atau yang lainnya untuk

menutupi sejauh mana keterlibatannya dengan perjudian

8. Melakukan tindakan ilegal, seperti pemalsuan, penipuan, pencurian, atau

penggelapan untuk membiayai judi

9. Merusak atau kehilangan hubungan, pekerjaan, pendidikan atau

kesempatan karir yang bermakna karena judi

13
REFERAT – BERJUDI PATOLOGIS

10. Mengandalkan orang lain untuk memberikan uang guna memulihkan

situasi keuangan yang disebabkan oleh judi

Perilaku berjudi ini sebaiknya tidak disebabkan oleh episode manik

Untuk memahami apakah perilaku berjudi termasuk perilaku yang

patologis, diperlukan sebuah pemahaman mengenai kadar atau tingkatan penjudi

tersebut. Hal ini penting mengingat bahwa perilaku berjudi termasuk dalam

kategori perilaku yang memiliki kesamaan dengan pola perilaku adiksi. Pada

dasarnya, ada tiga tingkatan atau tipe penjudi, yaitu : 1,3,6,14,15

- Social Gambler

Penjudi tingkat pertama adalah para penjudi yang masuk dalam kategori

“normal” atau seringkali disebut social gambler, yaitu penjudi yang sekali-sekali

pernah ikut memberi lottery ( kupon undian ), bertaruh dalam pacuan kuda,

bertaruh dalam pertandingan bola, permainan kartu atau yang lainnya. Penjudi

tipe ini pada umumnya tidak memiliki efek yang negatif terhadap diri maupun

komunitasnya, karena mereka pada umumnya masih dapat mengontrol dorongan-

dorongan yang ada dalam dirinya. Perjudian bagi mereka dianggap sebagai

pengisi waktu atau hiburan semata dan tidak mempertaruhkan sebagian besar

pendapatan mereka ke dalam perjudian. Keterlibatan mereka dalam perjudian pun

seringkali karena ingin bersosialisasi dengan teman atau keluarga.

- Problem Gambler

Penjudi tingkat kedua disebut penjudi “bermasalah” atau problem

gambler, yaitu perilaku berjudi yang dapat menyebabkan terganggunya kehidupan

pribadi, keluarga maupun karir, meskipun belum ada indikasi bahwa mereka

mengalami suatu gangguan kejiwaan (National Council on Problem Gambling

14
REFERAT – BERJUDI PATOLOGIS

USA 1997). Penjudi jenis ini seringkali melakukan perjudian sebagai cara untuk

melarikan diri dari berbagai masalah kehidupan. Penjudi ini sebenarnya sangat

berpotensi untuk masuk ke dalam tingkatan penjudi yang paling tinggi disebut

penjudi patologis jika tidak segera disadarai dan diambil tindakan terhadap

masalah-masalah yang sebenarnya sedang dihadapi. Menurut penelitian Shaffer,

Hall, dan Vanderbilt (1999) yang dimuat dalam website Harvard Medical School

ada 3,9% orang dewasa di Amerika Bagian Utara yang termasuk dalam kategori

penjudi tingkat kedua ini dan 5% dari jumlah tersebut akhirnya menjadi penjudi

patologis.

- Pathological Gambler

Penjudi tingkat ketiga disebut penjudi ‘patologi’ atau pathological

gambler atau compulsive gambler. Ciri-ciri penjudi tipe ini adalah

ketidakmampuannya melepaskan diri dari dorongan-dorongan untuk berjudi.

Mereka sangat terobsesi untuk berjudi dan secara terus-menerus terjadi

peningkatan frekuensi berjudi dan jumlah taruhan, tanpa dapat

mempertimbangkan akibat-akibat negatif yang ditimbulkan oleh perilaku tersebut,

baik terhadap dirinya sendiri, keluarga, karir, hubungan sosial atau lingkungan di

sekitarnya. Meskipun pola perilaku berjudi ini tidak melibatkan ketergantungan

terhadap suatu zat kimia tertentu, namun perilaku berjudi yang sudah masuk

dalam tingkatan ketiga dapat digolongkan sebagai suatu perilaku yang bersifat

adiksi (addictive disorder). DSM-V yang dikeluarkan oleh APA menggolongkan

pathological gambling ke dalam gangguan mental yang disebut Impulse Control

Disorder. Individu yang didiagnosa mengalami gangguan perilaku jenis ini

seringkali diidentifikasi sebagai orang yang sangat kompetitif, sangat memerlukan

15
REFERAT – BERJUDI PATOLOGIS

persetujuan atau pendapat orang lain dan rentan terhadap bentuk perilaku adiksi

yang lain. Individu yang sudah masuk dalam kategori penjudi patologis seringkali

diiringi dengan masalah-masalah kesehatan dan emosional. Masalah-masalah

tersebut misalnya kecanduan obat (Napza), alkoholik, penyakit saluran

pencernaan dan pernafasan, depresi, atau masalah yang berhubungan dengan

fungsi seksual.

G. Uji Psikologis dan Pemeriksaan Laboratorium

Pasien dengan judi patologis sering menunjukkan tingkat impulsivitas

yang tinggi pada uji neuropsikologis. Studi di Jerman menunjukkan meningkatnya

kadar kortisol di dalam ludah penjudi saat mereka berjudi, yang disebabkan oleh

euforia yang terjadi saat pengalaman tersebut serta potensi kecanduannya.16

H. Diagnosis Banding

Judi sosial dibedakan dengan judi patologis dalam hal bahwa judi sosial

dilakukan dengan teman-teman, pada waktu khusus, dan dengan kehilangan yang

dapat diterima serta ditoleransi yang telah ditentukan sebelumnya. Judi yang

simptomatik pada episode manik biasanya dapat dibedakan dengan judi patologis

melalui riwayat adanya perubahan mood yang nyata dan hilangnya penilaian

sebelum berjudi. Perubahan mood mirip-manik lazim ditemukan pada judi

patologis, tetapi selalu menyertai kemenangan dan biasanya digantikan dengan

episode depresif karena kekalahan selanjutnya. Orang dengan gangguan

kepribadian antisosial dapat memiliki masalah dengan judi. Jika kedua gangguan

ada, keduanya harus didiagnosis.1,6,17

16
REFERAT – BERJUDI PATOLOGIS

I. Prognosis

Judi patologis biasanya dimulai saat remaja untuk laki-laki dan usia lanjut

untuk perempuan. Gangguan ini hilang timbul serta cenderung kronis. 4 fase

ditemukan pada judi patologis:1,6,18

- Fase kemenangan, berakhir dengan kemenangan besar, sama dengan kira-

kira gaji satu tahun, yang memancing pasien. Perempuan biasanya tidak

menang dalam jumah besar tetapi menggunakan judi sebagai pelarian dari

masalah mereka.

- Fase kehilangan progresif, yaitu pasien menata kehidupan mereka di

seputar judi dan kemudian berganti dari penjudi hebat menjadi penjudi

bodoh yang mengambil risiko besar, uang cadangan, meminjam uang,

bolos kerja, dan kehilangan pekerjaan.

- Fase nekat, yaitu pasien berjudi besar-besaran dengan jumlah besar uang,

tidak membayar hutang, terlibat dengan lintah darat, menulis cek yang

buruk dan mungkin menggelapkan.

- Fase putus asa, yaitu menerima bahwa kekalahan tidak akan pernah

terbalaskan, tetapi judi terus berlanjut karena kegairahan dan rangsangan

yang terkait. Gangguan ini dapat menghabiskan waktu 15 tahun untuk

mencapai fase akhir, tetapi dalam 1 atau 2 tahun pasien telah secara total

mengalami perburukan.

17
REFERAT – BERJUDI PATOLOGIS

J. Terapi

Penjudi jarang datang langsung secara sukarela untuk diterapi. Masalah

hukum, tekanan keluarga, atau keluhan psikiatrik lainnya membawa penjudi pada

terapi. Gamblers Anonymous (GA) didirikan di Los Angeles dan meniru

Alcoholics Anonymous (AA); GA merupakan terapi yang efektif, terjangkau,

setidaknya di kota besar, untuk jadai pada sejumlah pasien. GA adalah suatu

metode terapi kelompok inspirasional yang meliputi pengakuan di hadapan

publik, tekanan kelompok sependeritaan, dan adanya penjudi yang telah pulih

(seperti pada AA) yang siap membantu anggota untuk menolak impuls berjudi.

Meskipun demikian, angka drop-out dari GA tinggi. Pada beberapa kasus,

perawatan di rumah sakit dapat membantu dengan memindahkan pasien dari

lingkungannya. Tilikan sebaiknya tidak dicari sampai pasien benar-benar jauh dari

perjudian selama 3 bulan. Pada saat ini, pasien yang merupakan penjudi patologis

dapat menjadi kandidat yang sangat baik untuk psikoterapi berorientasi tilikan.

Terapi kognitif perilaku (contoh, teknik relaksasi digabungkan dengan visualisasi

penghindaran jadi) memiliki beberapa keberhasilan.1,3,5,19,20

Pengendalian Sosial Upaya Mencegah dan Merehabilitasi Patologi Sosial

Ada empat cara untuk pengendalian sosial, yaitu persuasif, koersif,

penciptaan situasi yang dapat mengubah sikap dan perilaku, dan penyampaian

nilai norma dan aturan secara berulang-ulang. 1,3,5,19,20

Persuasif

Cara ini dilakukan dengan penekanan pada usaha membimbing atau

mengajak berupa anjuran.

18
REFERAT – BERJUDI PATOLOGIS

Koersif

Mestinya langkah ini ditempuh setelah langkah persuasif telah dilakukan.

Apabila dengan anjuran, bujukan tidak berhasil, tindakan dengan kekerasan bisa

dilakukan.

Penciptaan Situasi yang dapat mengubah sikap dan perilaku (kompulsif)

Pengendalian sosial sangat tepat bila dilakukan dengan menciptakan

situasi dan kondisi yang dapat mengubah sikap dan perilaku seseorang. Misalnya,

ketika para penjudi melakukan perjudian sabung ayam tanpa mau mengindahkan

ketentuan pemerintah, penegak hukum (kepolisian), dan para tokoh agama

memberikan sosialisasi berupa himbauan-himbauan secara intensif berupa

implikasi negatif terhadap kehidupan individu dan keluarga melalui media-media

efektif seperti radio atau tempat yang efektif (misalnya: balai desa, tempat ibadah,

atau mendatangi rumah warga).

Penyampaian nilai, norma dan aturan secara berulang-ulang

Pengendalian sosial juga dapat dilakukan dengan cara penyampaian nilai,

norma, aturan secara berulang-ulang. Penyampaian ini bisa dengan cara ceramah

maupun dengan dibuatkannya papan informasi mengenai aturan, nilai dan norma

yang berlaku. Dengan cara demikian diharapkan nilai, norma dan aturan dipahami

dan melekat pada diri individu anggota masyarakat. Metode lain yang dapat

dilakukan untuk mengendalikan dan mencegah penyakit atau penyimpangan

sosial, maka bentuk-bentuk pengendalian sosial dapat dilakukan melalui cara-cara

yaitu menolak perilaku tersebut, teguran, pendidikan, agama, pegucilan, dan

meminta pihak lain menanganinya. 1,3,5,19,20

19
REFERAT – BERJUDI PATOLOGIS

- Penolakan : seseorang yang melanggar nilai, norma dan aturan mendapat

cemoohan atau ejekan dari masyarakatnya, sehingga ia malu, sungkan dan

akhirnya meninggalkan perilakunya. Orang yang melamggar nilai, norma

dan aturan diberikan teguran, nasehat agar tidak melakukan perbuatan

yang melanggar nilai, norma dan aturan.

- Pendidikan : melalui pendidikan seorang individu akan belajar nilai,

norma dan aturan yang berlaku. Dengan demikian ia dituntun dan

dibimbing untuk berperilaku sesuai dengan nilai, norma dan aturan yang

berlaku. Pendidikan ini bisa dilakukan di lingkungan keluarga, masyarakat

maupun sekolah.

- Agama : memiliki peran yang sangat besar dalam pengendalian sosial.

Orang yang memiliki agama akan memahami bahwa melanggar nilai,

norma dan aturan di samping ada hukuman di dunia juga terdapat

hukuman di akhirat. Dengan pemahaman ini, maka individu akan

terkendali untuk tidak melanggar nilai, norma dan aturan yang berlaku.

Hanya sedikit yang diketahui mengenai efektivitas farmakoterapi untuk

mengobati pasien dengan judi patologis. Satu studi melaporkan bahwa 7 dari 10

pasien terapi tidak berjudi selama 8 minggu setelah mengonsumsi fluvoxamine.

Juga terdapat laporan kasus mengenai keberhasilan terapi dengan lithium dan

clomipramine (anafranil). Jika judi disertai gangguan depresif, mania, cemas atau

gangguan jiwa lain, farmakoterapi dengan antidepresan, lithium atau agen

antiansietas dapat berguna. 1,3,5,19,20

20
REFERAT – BERJUDI PATOLOGIS

Fluvoxamine maleat1,3,5,19,20

- Indikasi : mengatasi segala depresi. Diindikasikan untuk terapi

jangka pendek maupun rumatan

- Dosis : 50-100 mg/hari. Maksimal 300 mg/hari. Dosis awal

minimal 50 mg/hari, dosis tunggal

- Perhatian : insufisiensi hati atau ginjal, diabetes, epilepsi dan kelainan

kejang lainnya, diatese perdarahan, penggunaan bersama obat-obat yang

mempengaruhi fungsi trombosit, lansia, anak-anak, kehamilan, laktasi.

Hindari alcohol, menganggu kemampuan mengemudi dan menjalankan

mesin.

- Efek samping: mual, muntah, astenia, sakit kepala, malaise, palpitasi,

takikardia, peninggian enzim hati, mulut kering, gangguan gastrointestinal

dan saraf, pusing, berkeringat, hiponatremia

- Interaksi obat: Penghambat MAO, terfenadin, astemizol, cisaprid,

antidepresan trisiklik, neuroleptika, metadon, mexiletin, warfarin dan obat-

obat antikoagulan lain, phenytoin, teofilin, propranolol, lithium,

benzodiazepin, alcohol. Kemasan : tablet 50 mg (20 tablet) ; tablet 100

mg (20 tablet)

Clomipramine1,3,5,19,20

- Indikasi: depresi akibat berbagai sebab, sindroma obsesif-kompulsif,

phobia; serangan panic

- Dosis: depresi, sindroma obsesif kompulsif, phobia (dosis awal : 10 mg,

dinaikkan bertahap sampai 30-50 mg/hari, pada kasus parah, sampai

21
REFERAT – BERJUDI PATOLOGIS

maksimal 250 mg/hari) ; serangan panik (dosis awal : 10 mg, bila perlu

dinaikkan sampai 150 mg, jangan menghentikan pengobatan untuk

sekurang-kurangnya 6 bulan, dan kurangi dosis perlahan-lahan).

- Kontraindikasi: infark miokard baru, pengobatan bersama penghambat

MAO, payah jantung, aritmia jantung atau blockade jantung, kerusakan

hati parah, glaucoma sudut sempit, mania.

- Perhatian: ambang kejang rendah, gangguan berkemih, tumor medulla

adrenalis, pengobatan elektrokonvulsif, hipertiroidisme atau pengobatan

dengan obat-obat tiroid, konstipasi kronik, monitoring hematologi dan

fungsi hati, kehamilan, laktasi, menganggu kemampuan mengemudi dan

menjalankan mesin.

- Efek samping: mengantuk, lelah, tremor, nafsu makan bertambah,

myoclonus, mulut kering, gangguan berkemih, gangguan penglihatan,

berat badan naik, kadang-kadang halusinasi, agitasi, gangguan

kardiovaskular, peninggan transaminase, gangguan gastrointestinal, reaksi

anafilaktik, hipopireksia, kejang, ataksia, aritmia.

- Interaksi obat: mengurangi efek antihipertensi, penghambat adrenergic,

meningkatkan efek noradrenalin dan adrenalin, aktivitas depresan SSP,

alcohol dan antikolinergik.

- Kemasan: tablet 25 mg ( 50 tablet )

Opioid antagonists1,3,5,19,20

Penelitian terbaru menemumukan bahwa terapi dengan opioid antagonis

(Naltrexone) memberikan hasil dalam peningkatan gambling symptom assessment

22
REFERAT – BERJUDI PATOLOGIS

scales. Naltrexone dapat menyebabkan kelainan fungsi hati.

23
REFERAT – BERJUDI PATOLOGIS

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Penderita gangguan judi patologis ini mungkin mempertaruhkan pekerjaannya,

mempunyai banyak hutang, berbohong dan melakukan pelanggaran hokum untuk

memperoleh uang dan menghindari pelunasan hutang. Judi patologis ditandai

dengan judi maladaptif yang berulang dan menetap yang mencakup preokupasi,

kebutuhan untuk berjudi; upaya berulang yang tidak berhasil untuk

mengendalikan, mengurangi atau menghentikan judi; berjudi sebagai cara untuk

melarikan diri dari masalah; berjudi untuk membalas kekalahan; berbohong;

melakukan tindakan ilegal; membahayakan atau kehilangan hubungan baik

pribadi maupun pekerjaan; dan mengandalkan orang lain untuk membayar hutang.

Judi patologis dapat diterapi, baik dengan terapi nonmedikamentosa maupun

dengan terapi medikamentosa.

Secara keseluruhan penelitian pengaruh genetika terhadap judi patologis

memerlukan penelitian tambahan. Faktor genetik memang memiliki kontribusi

yang berkaitan dengan patofisiologi judi patalogis. Data awal menunjukkan

kemungkinan perbedaan dalam kontribusi genetik untuk judi patalogis pada pria

dan wanita dan mungkin bisa berkontribusi dalam perbedaan gender dalam

manifestasi klinis dari judi patologi. Berdasarkan hasil hipotesis, studi tambahan

termasuk replikasi pada sampel lain diperlukan untuk menentukan hubungan

antara varian alel genetik, fungsi biologi, dan perilaku sehingga dapat

mengkonfirmasi dan memperluas hasil penelitian ini dan menentukan korelasi

24
REFERAT – BERJUDI PATOLOGIS

terhadap patofisiologi judi patologis. Lalu banyak varian alel polimorfik yang

diidentifikasi fungsional berkorelasi ternyata tidak diketahui atau relatif tidak

sepenuhnya dipahami. Studi tambahan dalam sampel yang lebih besar dan

beragam diperlukan untuk mengkonfirmasi dan memperluas hasil penelitian saat

ini. Maka dari itu identifikasi pengaruh genetik tertentu kemungkinan dapat

menjelaskan interaksi kompleks antara lingkungan dan kontribusi genetik untuk

onset dan progresivitas dari judi patologi.

25
REFERAT – BERJUDI PATOLOGIS

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. Kaplan & Sadock’s

synopsis of psychiatry : behavioral sciences / clinical psychiatry. 10th

Edition. Lippincott Williams & Wilkins. 2007. p. 779

2. Leeman RF, Potenza MN. Similarities and Differences between

Pathological Gambling and Substance Use Disorders: A Focus on

Impulsivity and Compulsivity. Psychopharmacology. 2012

3. Kessler RC, Hwang I, LaBrie R, et al. DSM-IV pathological gambling in

the National Comorbidity Survey Replication. Psychol Med.

2008;38(9):1351–60.

4. Holst V. Imaging studies in pathological gambling: similarities and

differences with alcohol dependence. Cognitive and neuroimaging

findings in pathological gambling. 2017

5. Lee HW, Choi JS, et al. Impulsivity in Internet Addiction: A Comparison

with Pathological Gambling. Cyberpsychology Behavior and social

betworking. 2012

6. Sadock, Benjamin J, Sadock, Virginia A and Ruiz, Pedro. Kaplan &

Sadock's Synopsis of Psychiatry, Behavioral Science/Clinical Psychiatry,

Eleventh Edition. Gambling Disorder: Lippincott Williams & Wilkins,

2015. Hal 985-990

7. Reilly C, Smith N. The Evolving Definition of Pathological Gambling in

the DSM-5. National Center for Responsible Gaming. 2-13

26
REFERAT – BERJUDI PATOLOGIS

8. Park Subin, Cho MJ, et al. Prevalence, clinical correlations, comorbidities,

and suicidal tendencies in pathological Korean gamblers: results from the

Korean Epidemiologic Catchment Area Study. Soc Psychiant Epidemiol.

2010

9. Shaffer HJ, Martin R. Disordered Gambling: Etiology, Trajectory and

Clinical Considerations. Annual review of clinical psychology. 2011

10. Erbas B, Buchner UG. Pathological Gambling. Pathological Gambling.

2012

11. Milosevic A, Ledgerwood DM. The subtyping of pathological gambling:

A comprehensive review. Clinical Psychology Review. 2010

12. Lai FDM, Ip AKY, Lee TMC. Impulsivity and pathological gambling: Is it

a state or a trait problem?. BMC Research Notes. 2011

13. Pathological gambling: a neurobiological and clinical update. The Brithish

Journal of Psychiatry. 2011

14. Tao R, Huang X, et al. Proposed diagnostic criteria for internet addiction.

Journal complication society for the study of addiction. 2010

15. Petry NM, Blanco C, et al. An overview of and rationale for changes

proposed for pathological gambling in DSM-5. J Gambl Study. 2014

16. Petry NM. Pathological gambling and the DSM-V. International Gambling

Studies. 2010

17. Aragay N, Roca A, et al. Pathological gambling in a psychiatric sample.

Comprehensive Psychiatry. 2011

18. Nathan PE, Gorman JM. Treatments that work. A guide to treatments that

work. 2015

27
REFERAT – BERJUDI PATOLOGIS

19. Brink WWD. Evidence-Based Pharmacological Treatment of Substance

Use Disorders and Pathological Gambling. Current Drug Reviews. 2012

20. Carlbring P, Degerman N, et al. Internet-Based Treatment of Pathological

Gambling with a Three-Year Follow-Up. Cognitive Behaviour Therapy.

2012

28

Anda mungkin juga menyukai