Anda di halaman 1dari 19

Referat

Mengatasi Gaduh Gelisah Pasien Jiwa di Puskesmas

Pembimbing :
dr. Ratna Mardiati, SpKJ(K)
Disusun Oleh :
Hilary
NIM 112015348
hilaryraharjotan@yahoo.com
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa
Periode 26 September 2016 s.d. 29 Oktober 2016
Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1, Kedoya
2016

ABSTRAK
Kedaruratan psikiatri adalah keadaan jiwa seseorang sedemikian rupa
sehingga membahayakan diri atau lingkungannya, termasuk orang lain dan barangbarang disekitarnya sehingga perlu penanganan segera. Keadaan gaduh gelisah dapat
dimasukkan ke dalam golongan kedaruratan psikiatrik mengingat dampak bahayanya
terhadap orang-orang yang tinggal disekitarnya. Puskesmas sebagai pelayanan
kesehatan primer memiliki tanggung jawab untuk mengatasi masalah gangguan jiwa
yang terjadi di masyarakat. Penulisan referat ini membahas tentang gaduh gelisah,
peran Puskesmas dalam kesehatan jiwa masyarakat, dan cara merujuk bagi pasien
gaduh gelisah dengan indikasi rawat inap.
Kata kunci : gaduh gelisah, kedaruratan psikiatri, puskesmas.

ABSTRACT
Psychiatric emergency is the mental state of a person that endanger
themselves or their environment, including people and stuffs around. A condition like
this needs immediate handling. Agitation state can be incorporated into psychiatric
emergency considering the impact of the danger to people who live around the
patients. Primary health centers (Puskesmas) as the primary health services have a
responsibility to handle the issue of mental disorders in society. This paper writes
about agitation, the role of health centers in the mental health community, and a way
of referring agitated patients with an indication of hospitalization.
Key words : psychiatric emergency, agitation, health center

BAB I
PENDAHULUAN
Gaduh gelisah pada pasien dengan gangguan jiwa dapat digolongkan menjadi
kegawatdaruratan psikiatri. Hal ini bukan dikarenakan frekuensinya yang tinggi, akan
tetapi karena keadaan ini merupakan keadaan yang berbahaya dan cenderung
mengancam keselamatan, baik bagi pasien maupun orang-orang disekitarnya.
Kegawatdaruratan psikiatri merupakan aplikasi klinis dari psikiatri pada
kondisi darurat. Pelayanan kegawatdaruratan psikiatri dilakukan oleh para profesional
di bidang kedokteran, ilmu perawatan, psikologi dan pekerja sosial. Permintaan untuk
layanan kegawatdaruratan psikiatri dengan cepat meningkat di seluruh dunia sejak
tahun 1960-an, terutama di perkotaan.
Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di
masyarakat memiliki misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan yang
melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
untuk masyarakat. Mengingat sebagian besar kasus gangguan jiwa di masyarakat
datang ke Pelayanan Primer, maka dokter umum justru menjadi ujung tombak
pelayanan kesehatan jiwa masyarakat.
Penatalaksanaan pada pasien kegawatdaruratan psikiatri seperti pada pasien
yang datang dengan gaduh gelisah memiliki kompleksitas yang cukup tinggi. Para
profesional yang bekerja pada pelayanan kegawatdaruratan psikiatri umumnya
beresiko tinggi mendapatkan kekerasan akibat keadaan mental pasien mereka. Pasien
biasanya datang atas kemauan pribadi mereka, dianjurkan oleh petugas kesehatan
lainnya, atau tanpa disengaja. Penatalaksanaan pasien yang menuntut intervensi
psikiatri pada umumnya meliputi stabilisasi krisis dari masalah hidup pasien yang bisa
meliputi gejala atau kekacauan mental baik sifatnya kronis ataupun akut. Oleh karena
itu tenaga kesehatan pada pelayanan primer seperti Puskesmas harus mengetahui
beberapa hal pokok yang berhubungan dengan kegawatdaruratan psikiatri, terutama
keadaan gaduh gelisah, agar kita dapat turut berperan serta dalam penanganannya.
Kemampuan seorang dok

BAB II
ISI
Gaduh gelisah
Keadaan gaduh gelisah atau agitasi adalah peningkatan aktivitas mental dan
motorik seseorang sedemikian rupa sehingga sukar dikendalikan. Keadaan gaduhgelisah dapat dimasukkan ke dalam golongan kedaruratan psikiatrik, bukan karena
frekuensinya yang cukup tinggi, akan tetapi karena keadaan ini berbahaya, baik bagi
pasien sendiri maupun bagi lingkungannya, termasuk orang-orang dan benda-benda.
Etiologi dari kondisi gaduh gelisah dapat disebabkan oleh :
1. Psikosis ( fungsional maupun organik ).

Psikosis Fungsional : Psikosis reaktif, Skoizofrenia, manik depresif, amok

dsb).
Psikosis Organik : Delirium, demensia, psikosis berhub.dg zat, psikosiskrn
ggg metabolik, psikosis krn trauma kepala maupun infeksi pada otak, dsb).

2. Kecemasan Akut dengan/tanpa Panik.


3. Kebingungan post konvulsi.
4. Reaksi disosiasi & keadaan fugue.
5. Ledakan amarah/temper tantrum.
Keadaan gaduh gelisah bukanlah suatu diagnosis dalam arti kata yang
sesungguhnya, akan tetapi hanya menunjuk kepada suatu keadaan tertentu. Biasanya
keadaan gaduh gelisah merupakan manifestasi salah satu jenis psikosis.
a. Psikosis karena gangguan mental organic (delirium)
Pasien dengan keadaan gaduh-gelisah karena delirium menunjukkan
kesadaran yang menurun. Istilah sindrom otak organic menunjuk kepada keadaan
gangguan fungsi otak karena suatu penyakit badaniah. Penyakit badaniah itu yang
menyebabkan gangguan fungsi otak. Penyebab itu mungkin terletak di dalam
tengkorak atau otak sendiri dan karenanya menimbulkan kelainan patologi-anatomis
( misalnya meningoensefalitis, gangguan pembuluh darah otak, neoplasma
intracranial). Mungkin juga terletak di luar otak (misalnya tifus abdominalis,
pneumonia, malaria, uremia, keracunan atropine/kecubung atau alcohol) dan hanya
mengakibatkan gangguan fungsi otak dengan manifestasi sebagai psikosis atau
keadaan gaduh gelisah tetapi tidak ditemukan kelainan pada otak sendiri.
b. Skizofrenia dan gangguan skizotipal

Bila kesadaran tidak menurun, maka biasanya keadaan gaduh gelisah merupakan
manifestasi suatu psikosis yang tidak berhubungan dengan suatu penyakit badaniah
seperti pada gangguan mental organik.
c. Gangguan psikotik akut dan sementara
Timbul mendadak tidak lama sesudah terjadi stress psikologis yang dirasakan hebat
sekali oleh individu. Stress ini disebabkan oleh suatu frustasi atau konflik dari dalam
ataupun dari luar individu yang mendadak, jelas dan tiba-tiba, misalnya kematian
seseorang ataupun bencana.
d. Skizofrenia
Bila kesadaran tidak menurun dan terdapat inkoherensi serta afek emosi yang
inadekuat, tanpa frustasi atau konflik yang jelas. Diagnosis diperkuat apabila terdapat
disharmoni antara beberapa aspek kepribadian seperti proses berpikir, afek-emosi,
psikomotorik dan kemauan. Yang paling sering adalah episode skizofrenia akut dan
skizofrenia jenis gaduh gelisah katatonik.
e. Psikosis bipolar
Pada psikosis bipolar jenis mania tidak terdapat inkoherensi dalam arti kata yang
sebenarnya, tetapi pasien memperlihatkan jalan pikiran yang meloncat-loncat atau
melayang. Dia merasa gembira luar biasa (efori), psikomotor meningkat, logorea dan
lekas tersinggung/marah.
f. Amok
Yaitu keadaan gaduh gelisah yang timbul mendadak dan dipengaruhi oleh factor sosio
budaya. Efek malu (pengaruh sosiobudaya) memegang peranan penting. Biasanya
seorang pria, sesudah periode meditasi atau suatu tindakan ritualistic, maka
mendadak ia bisa bangkit dan mulai mengamuk. Ia menjadi sangat agresif dan
destruktif. Kesadarannya menurun atau berkabut, lalu diikuti keadaan amnesia total
atau sebagian.
Gejala
Keadaan gaduh-gelisah biasanya timbul akut atau subakut. Gejala utama
adalah psikomotorik yang sangat meningkat. Orang itu banyak sekali berbicara,
berjalan mondar mandir, tidak jarang ia berlari berlari dan meloncat loncat bila
keadaan itu berat. Gerakan tangan dan kaki serta ajuk (mimik) dan suaranya cepat dan
hebat. Mukanya kelihatan bingung, marah-marah atau takut. Ekspresi ini
mencerminkan gangguan afek-emosi dan proses berpikir yang tidak realistik lagi.
Jalan pikiran biasanya cepat dan sering terdapat waham curiga. Tidak jarang juga
timbul halusinasi penglihatan (terutama pada sindrom otak organik yang akut) atau
halusinasi pendengaran (terutama pada skizofrenia).

Karena gangguan berpikir ini, serta waham curiga dan halusinasi (lebih lebih
bila halusinasi itu menakutkan), maka pasien menjadi sangat bingung, gelisah dan
gaduh. Ia bersikap bermusuhan dan mungkin menjadi berbahaya bagi dirinya sendiri
dan/atau lingkungannya. Ia dapat melukai diri sendiri atau mengalami kecelakaan
maut dalam kegelisahan yang hebat itu. Jika waham curiganya keras atau
halusinasinya sangat menakutkan, maka ia dapat menyerang orang lain atau merusak
barang barang di sekitarnya.
Bila orang dalam keadaan gaduh-gelisah tidak dihentikan atau dibuat tidak
berdaya oleh orang orang di sekitarnya untuk mengamankan si pasien maupun
lingkungannya, maka ia akan kehabisan tenaga dengan segala akibatnya atau ia
meninggal karena kecelakaan. Tergantung pada gangguan primer, maka kesadaran
dapat menurun secara kuantitatif (tidak compos mentis lagi) dengan amnesia
sesudahnya (seperti pada sindrom otak organik yang akut), atau kesadaran itu tidak
menurun, akan tetapi toh tidak normal, kesadaran itu berubah secara kualitatif
(seperti pada psikosis skizofrenia dan bipolar).
Seperti pada semua psikosis, maka individu dalam keadaan gaduh-gelisah itu
sudah kehilangan kontak dengan kenyataan: proses berpikir, afek-emosi, psikomotor
dan kemauannya sudah tidak sesuai lagi dengan realitas.
Psikomotor meningkat
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Banyak bicara
Mondar-mandir
Lari-lari
Loncat-loncat
Destruktif
Bingung

Afek/emosi excitement
a.
b.
c.
d.
e.

Marah-marah
Mengancam
Agresif
Ketakutan
Euphoria

Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat ( Puskesmas ) adalah suatu kesatuan organisasi
Kesehatan yang langsung memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan

terintegrasi kepada masyarakat di wilayah kerja tertentu dalam usaha-usaha


kesehatan pokok.
Untuk

dapat

memberikan

pelayanan

kesehatan

secara

menyeluruh

( comprehensive health care services ) kepada seluruh masyarakat di wilayah


kerjanya, Puskesmas menjalankan beberapa usaha pokok ( basic health care
services ).
Kegiatan-kegiatan pokok Puskesmas yang diselenggarakan oleh Puskesmas sejak
berdirinya semakin berkembang, mulai dari 7 usaha pokok kesehatan, 12 usaha
pokok kesehatan, 13 usaha pokok kesehatan dan sekarang meningkat menjadi 18
usaha pokok kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh Puskesmas sesuai dengan
kemampuan yang ada dari tiap-tiap Puskesmas baik dari segi tenaga, fasilitas dan
biaya atau anggaran yang tersedia.
Berdasarkan Buku Pedoman Kerja Puskesmas yang terbaru ada 18 usaha
pokok kesehatan yang dapat dilakukan oleh Puskesmas, itupun sangat tergantung
kepada faktor tenaga, sarana dan prasarana serta biaya yang tersedia berikut
kemampuan managemen dari tiap-tiap Puskesmas. Salah satu kegiatan merupakan
upaya kesehatan jiwa. Upaya kesehatan jiwa tersebut memiliki tujuan untuk
mencapai tingkat kesehatan jiwa setinggi tingginya dalam masyarakat. Beberapa
kegiatan yang dilaksanakan antara lain untuk mengenali penderita yang memerlukan
bantuan psychiatrik, memberikan pertolongan psychiatrik pertama, merencanakan
pengobatannya, mengurus pengirimannya atau merujuknya bila perlu, memberikan
penyuluhan kesehatan tentang kesehatan jiwa, dan membelikan perawatan lanjut
bagi penderita yang telah dinyatakan sembuh

Penanganan
Pasien dalam episode kekerasan tidak memperhatikan campur tangan rasional
dari orang lain dan kemungkinan tidak mendengarkan mereka. Jika memiliki senjata,
pasien tersebut secara khusus berbahaya dan mampu untuk membunuh. Pasien

tersebut harus dilucuti senjatanya dan kalau bisa tanpa membahayakan pasien
tersebut. Hal ini sebaiknya dilakukan oleh aparat keamanan yang terlatih.
Pasien harus ditempatkan dalam lingkungan yang aman. Beberapa pasien
perlu dipindahkan ke unit forensik karena beratnya potensi kekerasan mereka.
Medikasi yang spesifik diberikan jika diindikasikan, kecuali diperlukan tindakan non
spesifik untuk memodifikasi perilaku sampai penyebabanya dipastikan dan terapi
psesifik dimulai.
Pemakaian medikasi adalah dikontraindikasikan pasien yang teragitasi akut
yang menderita cidera kepala, karena medikasi dapat membingungkan gambaran
klinis. Pada umumnya, haloperidol intramuskular (IM) adalah salah satu terapi gawat
darurat yang paling bermanfaat untuk pasien psikotik yang melakukan kekerasan.
Terapi elektrokonvulsif (ECT) juga telah digunakan dalam ruang gawat
darurat untuk mengendalikan kekerasan psikotik. Satu atau beberapa kali ECT dalam
beberapa jam biasanya mengakhiri suatu episode kekerasan psikotik.
Psikoterapi
Dalam intervensi psikiatri gawat darurat, semua usaha dilakukan untuk membantu
pasien mempertahankan harga dirinya. Empati adalah penting untuk penyembuhan
pasien psikiatri. Pengetahuan yang diperlukan adalah bagaimana biogenetik,
situasional, perkembangan dan eksistensial berkumpul pada satu titik dalam riwayat
penyakit untuk menciptakan kegawat daruratan psikiatri adalah seruppa untuk
kematangan keterampilan pada dokter psikiatri.
Untuk keadaan kegawatdaruratan psikiatri, diperlukan lebih dari satu orang psikiater.
Dan tidak ada prosedur yang baku untuk setiap orang, karena masing-masing orang
memiliki kerentanan yang berbeda dan proses psikoterapi yang berbeda.
Farmakoterapi
Indikasi utama untuk pemakaian medikasi psikotropik diruang gawat darurat adalah
perilaku kekerasan atau menyerang, kecemasan atau panik yang masif, dan reaksi
ekstrapiramidalis, seperti distonia dan akathisia sebagai efek samping dari obat
psikiatri. Suatu bentuk yang jarang dari distonia adalah laringospame, dan dokter
psikiatri harus siap untuk mempertahankan jalan nafas yang terbuka dengan intubasi
jika diperlukan.

Orang yang paranoid atau dalam keadaan luapan katatonik memerlukan trankuilisasi.
Ledakan kekerasan yang episodik berespon terhadap lithium (Eskalith), penghambatbeta, dan carbamazepine (Tegretol). Jika riwayat penyakit mengarahkan suatu
gangguan kejang, penelitian klinis dilakukan untuk menegakkan diagnosis, dan suatu
pemeriksaan dilakukan untuk memastikan penyebabnya. Jika temuan adalah positif,
antikonvulsan adalah dimulai, atau dilakukan pembedahan yang sesuai (sebagai
contohnya, pada massa serebral). Untuk intoksikasi akibat zat rekreasional, dilakukan
tindakan konservatif mungkin adekuat. Pada beberapa keadaan, obat-obat seperti
Haloperidol (Haldol), 5-10 mg setiap setengah sampai satu jam diperlukan sampai
pasien distabilkan. Benzodiazepine digunakan sebagai pengganti atau sebagai
tambahan antipsikotik (untuk menurunkan dosis antipsikotik). Jika obat reaksional
memiliki sifat antikolinergik yang kuat, maka benzodiazepine lebih tepat
dibandingkan antipsikotik. Orang dengan respon alergik atau menyimpang terhadap
antipsikotik atau benzodiazepine diobati dengan sodium amobarbital (Amytal)
(sebagai contohnya, 130 mg oral atau IM), paraldehyde, atau diphenhydramine
(Benadril, 50 sampai 100 mg oral atau IM).
Pasien yang melakukan kekerasan dan melawan paling efektif ditenangkan
dengan sedatif atau antipsikotik yang sesuai. Diazepam (Valium), 5-10 mg, atau
lorazepam (Ativan), 2-4 mg, dapat diberikan intravena (IV) perlahan-lahan sampai 2
menit. Klinisi harus memberikan medikasi IV dengan sangat berhati-hati, sehingga
henti pernafasan tidak terjadi. Pasien yang memerlukan medikasi IM dapat disedasi
dengan haloperidol, 5-10 mg IM, atau dengan chlorpromazine (Thorazine), 25 mg IM.
Jika kemarahan disebabkan oleh alkohol atau sebagai bagian dari gangguan
psikomotor pascakejang, tidur yang ditimbulkan oleh medikasi IV dengan jumlah
relatif kecil dapat berlangsung selama berjam-jam. Saat terjaga, pasien seringkali
sepenuhnya terjaga dan rasonal dan biasanya memiliki amnesia lengkap untuk episode
kekerasan.
Jika kemarahan adalah bagian dari proses psikotik yang sedang berlangsung dan
kembali setelah medikasi IV menghilang, medikasi kontinu dapat diberikan. Kadangkadang lebih baik menggunakan dosis IM atau oral kecil dengan interval sampai 1
jamsebagai contohnya, Haloperidol 2-5 mg, diazepam 10 mgsampai pasien
terkendali dibandingkan dengan menggunakan dosis besar pada awalnya dan
menghentikannya dengan pasien yang mengalami overmedikasi. Saat perilaku pasien
yang terganggu telah dikendalikan, dosis yang semakin kecil dan lebih jarang dapat

diberikan. Selama terapi pendahuluan, tekanan darah pasien dan tanda vital lainnya
harus dimonitor.
Transkuilisasi cepat.
Medikasi antipsikotik dapat diberikan dalam cara cepat dengan interval 30-60
menit untuk mencapai hasil terapetik yang secepat mungkin. Prosedur ini bermanfaat
bagi pasien yang teragitasi dan pasien yang dalam keadaan tereksitasi. Obat yang
dipilih untuk trankuilisasi cepat adalah haloperidol dan antipsikotik potensi tinggi
lainnya. Pada orang dewasa 5-10 mg Haloperidol peroral atau IM dan diulangi dalam
20-30 menit sampai pasien menjadi tenang. Beberapa pasien mungkin mengalami
gejala ekstrapiramidal ringan dalam 24 jan pertama setelah transkuilisasi cepat.
Walaupun keadaan ini jarang, tetapi dokter psikiatri harus bisa mengatasinya. Dan
keadaan ini biasanya terjadi sebelum diberikan dosis total 50 mg. Tujuan dari
pemberian ini bukanlah untuk proses sedasi atau somnolensi. Tetapi agar pasien
mampu bekerja sama dalam proses pemeriksaan dan dapat memeberikan penjelasan
tentang perilaku teragitasi. Pasien yang teragitasi atau panik dapat diobati dengan
dosis kecil lorazepam, 2-4 mg IV atau IM yang dapat diulangi jika diperlukan dalam
20-30 menit sampai pasien ditenagkan
Kegawatan ekstrapiramidal berespon terhadap benztropine (Cogetin) 2 mg
peroral atau IM, atau diphenhydramine 50 mg IM atau IV. Beberapa pasien berespon
terhadap diazepam 5-10 mg peroral atu IV.
Pengikatan
Pengikatan digunakan jika pasien sangat berbahaya bagi dirinya sendiri atau
orang lain karena memiliki ancaman yang sangat parah yang tidak dapat dikendalikan
dengan cara lain. Pasien dapat diikat secara sementara untuk mendapatkan medikasi
atau untuk periode yang lama jika medikasi tidak dapat digunakan. Paling sering,
pasien yang diikat menjadi tenang setelah beberapa waktu. Pada tingkat
psikodinamika, pasien tersebut mungkin menerima pengendalian impuls yang
diberikan oleh pengikatan.
Fiksasi adalah upaya yg dilakukan petugas untuk membatasi perilaku pasien
supaya tidak mencedarai diri sendiri maupun orang lain.
Fiksasi dapat dilakukan dengan 3 cara :

1) Fiksasi Psikologis : menarik perhatian pasien dg melakukan penerimaan yg


menyenangkan,

memberi

perhatian

terhadap

masalahnya,

mencoba

menenteramkan, atau memberi solusi sementara. Dalam hal ini seluruh


perhatian pasien ditarik oleh petugas sehingga melupakan kegelisahannya.
2) Fiksasi Farmakologis/ Medikasional : dengan pemberian obat-obatan yg
berefek menenangkan atau Sedatif-Hipnotik.
3)

Fiksasi Fisik/Mekanis : dengan melakukan pengikatan atau memasukkan


dalam ruang Isolasi (Isolasi/Seclution)
Fiksasi mekanis pada pasien gaduh gelisah:

a. Fiksasi digunakan untuk penjagaan/perawatan pasien. agar jangan melukai diri


sendiri, menyerang orang lain atau merusak barang.
b. Harus dilakukan dengan mengingat, kenyamanan pasien tak terganggu,
pemberian makanan & obat tetap dapat berlangsung.
c. Penjelasan kepada pasien penanggung jawab pasien
d. Seharusnya memakai alat yang telah disiapkan secara standar (Pengikat kulit
yang paling aman/bukan tali).
Metode Fiksasi/ pengikatan:
a. Gunakan petugas terlatih sebanyak 3 5 orang.
b. Jelaskan pada pasien meengapa hrs diikat.
c. Seorang petugas hrs selalu terlihat pasien dan menenteramkan untuk
menghilangkan rasa takut, ketidakberdayaan & hilangnya kendali pasien
d. Pasien diikat dg tungkai terpisah, satu lengan diikat di satu sisi & lengan lain
di atas kepala.
e. Pengikatan harus dilakukan sedemikian rupa shg cairan IV dapat diberikan
jika perlu.
f. Kepala pasien agak ditinggikan untuk menurunkan perasaan rentan &
menghindari kemungkinan aspirasi.
g. Pengikatan harus diperiksa berkala demi keamanan & kenyamanan pasien
h. Setelah pasien diikat, dimulai intervensi terapi.
i. Setelah pasien terkendali, satu ikatan sekali waktu hrs dilepas dg intervel 5
menit, sampai pasien hanya memiliki dua ikatan (di kaki). Ke dua ikatan
lainnya harus dilepas bersamaan.
j. Selalu mencatat dengan lengkap alasan pengikatan, perjalanan terapi & respon
pasien terhadap terapi selama pengikatan.

Peran Keluarga Mencegah Kekambuhan


1. Memotivasi pasien, mendukung tumbuhnya harapan
2. Pemberian obat dan pengawasan minum obat
3. Menjadi pendengar yang baik
4. Memberi tanggung jawab dan kewajiban peran dari keluarga sebagai pemberi
asuhan
5. Dapat mengontrol ekspresi emosi keluarga, mengurangi tekanan pada klien
Cara Keluarga Mengontrol Gaduh Gelisah
1. Mengajarkan klien menarik nafas dalam
2. Bila ada sesuatu yang tidak disukai anjurkan klien mengucapkan apa yang
tidak disukai klien
3. Melakukan kegiatan keagamaan seperti berwudhu, sholat, berdoa
4. Meminta bantuan petugas terkait dan terdekat untuk membantu membawa
klien ke rumah sakit jiwa terdekat. sebelum dibawa usahakan dan utamakan
keselamatan diri klien dan penolong

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan tempat pelayanan


kedaruratan psikiatrik, antara lain :
1. Keamanan
Terdapat tim yang terpadu dalam berbagai disiplin. Jumlah staf yang bertugas
harus cukup terdiri dari atas psikiater atau dokter umum, perawat, pembantu
perawat serta idelanya terdapat juga pekerja sosial. Pembagian tanggung
jawab yang spesifik harus slalu jelas dan dilaksanakan secara baik dan benar
oleh tiap-tiap anggota tim. Sangat diperlukan jalur komunikasi dan autoritas
yang jelas, serta akan lebih baik bila staf terbagi dalam tim yang terdiri atas
berbagai pilihan.
2. Pemisahan ruang secara spesifik
Anak dan remaja sebaiknya dilayani diruang terpisah yaitu ruang anak dan
remaja. Bila terdapat resiko terajdinya manifestasi perilaku atau keadaan tidak
memungkinkan, maka pasien dapat dilayani ditempat dewasa, ditempat
pertama kali pasien datang. Pasien dengan tindak kekerasan atau agitatif
terpisah dari pasien-pasien non-agitatif. Ruang isolasi dan fiksasi harus

terletak dekan dengan ruang perawat agar dapat dilakukan pengawasan yang
ketat.
3. Akses langsung dan mudah ketempat ruang gawat darurat medik lainya serta
pelayanan diagnosik penunjang sangat diperlukan, karena 3-50% kondisi
medic umum menunjukkan manifestasi psikiatrik.
4. Obat-obat psikofarmaka harus lengkap tersedia. Alat fiksasi serta ruang
evaluasi diusahakan yang memadai.
5. Tim yang bertugas harus mempunyai kepakaran yang spesifik dan siap
bertindak segera pada saat yang tepat. Keamanan harus diperlakukan sebagai
hal klinis dan dilaksanakan oleh staf klinik, bukan oleh petugas keamanan.
6. Seluruh staf harus mengerti bahwa pasien sedang dalam keadaan distress fisik
dan kondisi emosional yang rapuh. Pengharapan dan fantasinya seringkali
tidak realistis dan ini akan mempengaruhi responya terhadap terapi. Oleh
karenanya setiap tindakan yang akan dilakukan perlu didiskusikan, baik
dengan pasienya sendiri maupun dengan keluarganya.
7. Sikap, prilaku staf dan pasien harus dijaga dan dipahami mulai saat pasien
masuk kedalam ruang gawat darurat. Tindak kekerasan tidak dapat dibenarkan
atau ditolerir, baik pasien maupun staf di tempat pelayanan kedaruratan
Evaluasi
Menilai kondisi pasien yang sedang dalam krisis secara cepat dan tepat adalah
tujuan utama dalam melakukan evaluasi kedaruratan psikiatrik. Tindakan segera
dengan pendekatan pragmatis, yang harus dilakkan secara tepat adalah:
1. Menentukan diagnosis awal,
2. Melakukan identifikasi faktor-faktor presipitasi dan kebutuhan segera sang
pasien,
3. Memulai terapi atau merujuk pasien ke fasilitas yang sesuai.
Dalam kondisi tertentu, terkadang pasien tidak diharapkan berada terlalu lama
di puskesmas, antara lain karena sifat kegawatdaruratan yang tidak terduga, baik
medis, klinis maupun psikiatris, serta keterbatasan waktu, ruang, dan pemeriksaan
penunjang.
Tujuan utama dalam evaluasi kedaruratan psikiatrik adalah: menilai kondisi
pasien yang sedang dalam krisis sacara cepat dan tepat. Dengan tugas di puskesmas
yang sifatnya sering tak terduga, banyaknya pasien dengan keluhan-keluhan fisik dan
emosional, terbatasnya waktu, ruang, dan pemeriksaan penunjang, diperlukan
pendekatan yang pragmatis bagi pasien. Kadang-kadang lebih baik bagi pasien untuk
tidak terlalu lama berada di unit gawat darurat. Dalam proses evaluasi dilakukan:

1. Wawancara Kedaruratan Psikiatrik


Wawancara dilaksanakan dengan lebih terstruktur. Secara umum, fokus
wawancara ditujukan pada keluhan pasien dan alasan dibawa ke unit gawat
darurat. Keterangan tambahan dari pihak pengantar, keluarga, teman ataupun
polisi dapat melengkapi informasi, terutama pada pasien mutisme, negativistik,
tidak kooperatif atau inkoheren.
Seperti halnya wawancara psikiatrik yang biasa dilakukan, hubungan
dokter-pasien sangat berpengaruh terhadap informasi yang diberikan dan yang
diinterpretasikan. Karenanya diperlukan kemampuan mendengar, melakukan
observasi dan melakukan interpretasi terhadap apa yang dikatakan ataupun yang
tidak dikatakan olh pasien, dan ini dilakukan dalam waktu yang cepat.
Sikap yang tenang dan jujur akan sangat diperlukan dalam proses
wawancara. Hal ini membuat pasien mengerti bahwa dokter memegang kendali,
dan bahwa keputusan untuk melakukan setiap tindakan, adalah untuk mencegah
perilaku yang melukai diri sendiri atau orang lain.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan psikiatrik standar meliputi: riwatyat perjalanan penyakit,
pemeriksaan status mental, pemeriksaan status fisik/neurologik, dan kalau perlu
pemeriksaan penunjang.
Yang pertama dan terpenting yang harus dilakukan oleh dokter di unit
gawat darurat adalah menilai tanda-tanda vital pasien. Tekanan darah, suhu,
nadi adalah sesuatu yang mudah diukur yang dapat memberikan suatu informasi
yang bermakna secara cepat. Misalnya seseorang yang gaduh gelisah dan
mengalami halusinasi, demam, frekuensi nadi 120 per menit, dan tekanan darah
meningkat, kemungkinan besar mengalami delirium dibandingkan dengan suatu
gangguan psikiatrik
Apapun penyakit pasien yang sesungguhnya, tanda-tanda vital dapat
membantu dokter untuk memilih alur diagnosis yang benar karena pemeriksaan
ini saja sudah banyak yang bisa kita simpulkan atau kita singkirkan.
Pada bagan, dapat dilihat salah satu model alur evaluasi dan
penatalaksanaan pasien darurat psikiatrik.
Bagan alur evaluasi dan penatalaksanaan pasien gawat darurat psikiatri
Pasien rujukan

Datang sendiri

polisi
Pelayanan gawat darurat psikiatrik

Pasien diantar oleh

Triage
Tanda vital
Kesadaran
Pemeriksaan medik, neurologik
Pemeriksaan laboratorium
Triage psikiatrik
Evaluasi medik
Evaluasi psikiatrik; organik atau fungsional
Rawat bersama dengan disiplin ilmu lain

Rawat inap psikiatrik

Rawat jalan

Lima hal yang harus ditentukan sebelum menangani pasien selanjutnya:


1. Keamanan pasien
Sebelum mengevaluasi pasien, dokter harus dapat memastikan bahwa situasi
di ruang gawat darurat, pola pelayanan dan kominikasi antar staf, serta jumlah
pasien dalam ruangan tersebut cukup aman bagi pasien, baik secara fisik
maupun emosional. Jika intervensi verbal tidak cukup atau merupakan
kontraindikasi, perlu dipikirkan pemberian obat atau pengekangan. Perhatian
perlu diberikan terhadap kemungkinan timbulnya agitasi atau perilaku
merusak.
2. Medik atau psikiatrik?
Penting sekali bagi dokter untuk menilai apakah kasusnya medik, psikiatrik,
atau kombinasi keduanya, sebab penanganannya akan jauh berbeda. Kondisikondisi medik umum seperti trauma kepala, infeksi berat dengan demam
tinggi, kelainan metabolisme, tumor, AIDS, intoksikasi atau gejala putus zat,
seringkali menyebabkan gangguan fungsi mental yang menyerupai gangguan
psikiatrik pda umumnya. Bila konsisi ini tidak ditangani semestinya, dapat
menyebabkan kematian. Karena itu dokter gawat darrurat tetap arus
menelusuri semua kemungkinan penyebab gangguan fungsi mental yang
tampak, meskipun sebelumnya secara mesik telah dinyatakan tak ada kelainan
oleh dokter lain.
3. Psikosis
Yang penting disini bukanlah penegakan diagnosisnya, tetapi seberapa
jauh ketidakmampuannya dalam menilai realita dan buruknya tilikan
mempengaruhi hidupnya. Hal ini dapat mempengaruhi sikapnya terhadap
pertolongan yang kita berikan serta kepatuhannya dalam berobat.
Kominikasi dengan pasien psikosis harus luwes dan tidak bertele-tele.
Semua intervensi klinis harus dijelaskan secara singkat dan jelas, dalam

bahasa yang dapat dimengerti. Jangan mengharapkan pasien mempercayai


atau mengharapkan bantuan kita. Dokter harus siap untuk melakukan
wawancara terstruktur atau menghentikan wawancara sewaktu-waktu untuk
membatasi kemungkinan terjadinya agitasi atau regresi.
4. Suicidal atau homicidal
Pasien-pasien dengan kecenderungan ini sangat membehayakan dirinya atau
orang lain. Jangan pernah menyepelekan semua ancaman, pikiran atau sikap
yang menunjukkan adanya kecenderungan bunuh diri, sampai terbukti hal itu
tidak benar. Semua pasien dengan kecenderungan bunuh diri harus diobservasi
secara ketat. Perasaan-perasaan yang berkaitan dengan tindak kekerasan atau
pikiran bunuh diri harus selalu ditanyakan pada pasien.
5. Kemampuan merawat diri sendiri
Sebelum memulangkan pasien, harus dipertimbangkan apakah pasien mampu
merawat dirinya sendiri, mampu menjalankan saran yang dianjurkan.
Ketidakmampuan pasien dan atau keluarganya untuk merawat pasien di rumah
merupakan salah satu indikasi rawat inap.
Indikasi rawat inap adalah:
- Bila pasien membahayakan diri sendiri atau orang lain,
- Bila perawatan di rumah tidak memadai,
- Perlu observasi lebih lanjut.

Tempat Rujukan Pelayanan Kegawatdaruratan Psikiatri


Pada kondisi dengan pasien indikasi rawat inap, perlu dilakukan sistem
perujukan. Tempat rujukan layanan kegawatdaruratan psikiatri biasanya dikenal
sebagai Psychiatric Emergency Service, Psychiatric Emergency Care Centres, atau
Comprehensive Psychiatric Emergency Programs. Tenaga kesehatan terdiri dari
berbagai disiplin, mencakup kedokteran, ilmu perawatan, psikologi, dan karya sosial
di samping psikiater. Untuk fasilitas, kadang dirawat inap di rumah sakit jiwa, bangsal
jiwa, atau unit gawat darurat, yang menyediakan perawatan segera bagi pasien selama
24 jam. Di dalam lingkungan yang terlindungi, pelayanan kegawatdaruratan psikiatri
diberikan untuk memperoleh suatu kejelasan diagnostik, menemukan solusi alternatif
yang sesuai untuk pasien, dan untuk memberikan penanganan pada pasien dalam
jangka waktu tertentu. Bahkan diagnosis tepatnya merupakan suatu prioritas sekunder
dibandingkan dengan intervensi pada keadaan kritis.

Fungsi pelayanan kegawatdaruratan psikiatri adalah menilai permasalahan


pasien, memberikan perawatan jangka pendek, memberikan pengawasan selama 24
jam , mengerahkan tim untuk menyelesaikan intervensi pada tempat kediaman pasien,
menggunakan layanan manajemen keadaan darurat untuk mencegah krisis lebih
lanjut, memberikan peringatan pada pasien rawat inap dan pasien rawat jalan, dan
menyediakan pelayanan konseling lewat telepon.

BAB III
PENUTUP
Gaduh gelisah merupakan salah satu dari kegawat daruratan dalam bidang
psikiatri, sehingga perlu penanganan secepatnya. Penyebab gaduh gelisah terdapat
lima macam yakni Psikosis baik fungsional maupun organic, Kecemasan Akut
dengan/tanpa Panik, kebingungan post konvulsi, reaksi disosiasi dan keadaan fugue,
maupun ledakan amarah/temper tantrum. Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama di masyarakat memiliki tanggung jawab dalam
memberikan pelayanan primer di bidang kesehatan jiwa masyarakat. Sebagai tenaga
kesehatan di tingkat pelayanan primer, dokter umum harus mengetahui cara
penanganan atas pasien kegawatdaruratan psikiatri seperti pada pasien gaduh gelisah.
Penanganan gaduh gelisah bisa melalui farmakoterapi maupun psikoterapi.
Psikoterapi dilakukan untuk membantu pasien mempertahankan harga dirinya,
penangannya sangat individualis. Farmakoterapi pada orang dewasa 5-10 mg
Haloperidol peroral atau IM dan diulangi dalam 20-30 menit sampai pasien menjadi
tenang. Dalam kondisi pasien dengan indikasi rawat, perlu dilakukan sistem
perujukan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Kemenkes RI KMK No. 1627 tentang Pedoman Pelayanan Kegawatdaruratan
Psikiatri. 2010
2. Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto ed. Buku Ajar Psikiatri Klinis.
Jakarta: EGC ; 2010
3. Ryadi ALS. Ilmu Kesehatan 1. Kemenkes RI KMK No. 1627
tentang Pedoman Pelayanan Kegawatdaruratan Psikiatri. 2010
4. Kaplan dan Sadock. Sinopsis Psikiatri, Edisi 7, Jilid 1 dan 2. Jakarta: Bina
Rupa Aksara. 1997
5. Maramis. W.F. dan Maramis, A.A. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya :
Airlangga University Press. 2009

Anda mungkin juga menyukai