Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Waham adalah keyakinan atau penilaian yang salah dan tidak dapat
dikoreksi, tidak sesuai dengn kenyataan dan dengan kepercayaan yang berlaku
dalam lingkungan masyarakat serta budaya tempat tinggal individu tersebut.8.
Mayer-Gross dalam Maramis (1998) membagi waham dalam 2 kelompok,
yaitu primer dan sekunder. Waham primer timbul secara tidak logis, tidak dapat
dipahami dari sudut riwayat hidup dan kepribadian (personality) individu tersebut.
Sedangkan waham sekunder biasanya logis kedengarannya, dapat dipahami secara
psikologis dan muncul dari keadaan pikiran yang morbid dan dari keadaan pikiran
lainnya, misalnya gangguan afektif atau kecurigaan .8.10.
Gangguan waham (delusional disorder) adalah berkembangnya sebuah
waham atau sekelompok waham yang berhubungan, yang isinya beraneka ragam,
biasanya menetap dan kadang kala berlangsung seumur hidup. Tidak terdapat
halusinasi pendengaran, waham kendali, penumpulan afek, atau bukti pasti
tentang adanya penyakit otak.8.
1.2. Tujuan
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas ujian dalam Kepaniteraan
Klinis Psikiatri Program Pendidikan Profesi Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
1.3. Manfaat
Makalah ini diharapkan bisa menjadi sumber informasi bagi mahasiswa
untuk menambah wawasan tentang gangguan waham, dan juga bisa dimanfaatkan
sebagai bahan referensi bagi siapapun atau institusi lain dalam bidang hal
pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gangguan Waham


2.1.1. Defenisi Waham
Waham adalah suatu keyakinan yang salah didasarkan pada kesimpulan yang
salah mengenai realita eksterna yang sangat kuat bertahan meskipun hampir
semua orang percaya dan meskipun isi waham tersebut membuktikan bahwa
kenyataan terbukti berbeda dengan yang dipercaya. 1.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, delusi /delusi/ /dlusi/ n Psi
pikiran atau pandangan yg tidak berdasar (tidak rasional), biasanya berwujud sifat
kemegahan diri atau perasaan dikejar-kejar; pendapat yg tidak berdasarkan
kenyataan; khayal. Waham (Delusi), yaitu keyakinan yang berlawanan dengan
kenyataan, semacam itu merupakan simtom-simtom positif yang umum pada
skizofrenia.
Gangguan waham (delusional disorder) adalah berkembangnya sebuah
waham atau sekelompok waham yang berhubungan, yang isinya beraneka ragam,
biasanya menetap dan kadang kala berlangsung seumur hidup. Tidak terdapat
halusinasi pendengaran, waham kendali, penumpulan afek, atau bukti pasti
tentang adanya penyakit otak.8.
2.1.2. Epidemiologi
Prevalensi gangguan waham di Amerika Serikat akhir-akhir ini diperkirakan
0,025- 0,03%. Oleh karena itu gangguan waham lebih jarang daripada skizofrenia,
yang mempunyai prevalensi 1 persen, dan gangguan mood adalah 1-3 kasus baru
per 100.000 orang. Berdasarkan DSM-VI-TR, gangguan waham menyebabkan
hanya 1-2% dari semua pasien yang datang ke fasilitas kesehatan mental rawat
inap. Usia rata-rata adalah sekitar 40 ahun, tetapi kisaran awitan dimulai dari 1890an. Terdapat sedikit kecenderungan bahwa perempuan lebih sering terkena.
Laki-laki lebih mungkin mengalami waham paranoid daripada perempuan, yang
lebih mungkin mengalami waham erotomania.1.9
Awitan gangguan berkisar dari remaja sampai orang dewasa (18-80 tahun),
tetapi sebagian besar kasus terdiagnosis pada usia pertengahan (40-45 tahun).1.9
2.1.3. Etiologi Waham

Penyebab gangguan waham tidak dikethui. Pasien yang saat ini digolongkan
mengalami gangguan waham mungkin mengalami sekelompok keadaan heterogen
dengan waham sebgai gejala yang menonjol.1.
Faktor Biologis
Substansi dan keadaan medis nonpskiatri dalam kisaran luas termasuk faktor
biologis yang nyata dapat menyebabkan waham, tetapi tidak setiap penderita
tumor otak, misalnya mempunyai waham. Faktor yang unik dan masih belum
dipahami dalam otak dan kepribadian pasien mungkin relevan dengan
patofisiologi spesifik gangguan waham.1.
Keadaan neurologis yang paling sering disertai waham adalah keadaan
yang mengenai sistem limbik dan ganglia basalis. Pasien yang wahamnya
disebabkan penyakit neurologis dan yang tidak memperlihatkan gangguan
intelektual cenderung mengalami waham kompleks yang serupa dengan penderita
gangguan waham. Sebaliknya, penderita gangguan neurologis dengan gangguan
intelektual sering mengalami waham sederhana tidak seperti waham pada pasien
dengan gangguan waham. Oleh karena itu, gangguan waham dapat melibatkan
sistem limbik atau ganglia basalis pada pasien yang mempunyai fungsi korteks
serebri intak.1.
Gangguan waham dapat timbul sebagai respons normal terhadap
pengalaman abnormal pada lingkungannya, system saraf tepi atau system saraf
pusat. Oleh karena itu, jika pasien mengalami pengalaman sensorik salah yaitu
merasa diikuti (misalnya mendengar langkah kaki), pasien percaya bahwa mereka
sebenarnya diikuti). Hipotesis tersebut bergantung adanya pengalaman seperti
halusinasi perlu dijelaskan. Adanya pengalaman halusinasi tersebut pada
gangguan waham tidak terbukti.1.
Faktor Psikodinamik
Praktisi mempunyai impresi klinis kuat terhadap banyak pasien dengan gangguan
waham yang secara sosial terisolasi dan mencapai tingkat pencapaian kurang
diharapkan. Teori psikodinamik spesifik mengenai penyebab dan evolusi gejala
waham melibatkan anggapan mengenai orang hipersensitif dan mekanisme ego
spesifik : pembentukn reaksi, proyeksi dan penyangkalan.1.

2.1.4. Tipe Waham


Menurut Mayer Gross, waham dibagi 2 macam8.10. :

Waham Primer
Timbul secara tidak logis sama sekali serta tanpa disertai penyebab apapun
dari luar. Misal seseorang merasa istrinya sedang selingkuh sebab ia melihat
seekor cicak berjalan dan berhenti dua kali.

Waham Sekunder
Biasanya logis kedengarannya, dapat diikuti dan merupakan cara bagi
penderita untuk menerangkan gejala-gejala skizofrenia lainnya.

Waham yang paling sering ditemukan6.1. :

Waham Erotomanik : orang lain, biasanya dari status yang lebih tinggi, jatuh
cinta kepada dirinya

Waham Kebesaran : terdpat kekuatan, daya, pengetahuan, identitas, atau


hubungan khusus dengan dewa atau orang terkenal

Waham Cemburu : pasangan seksual seseorang tidak setia

Waham Kejar : orang (atau seseorang kepada siapa orang dekat) dianggap
diperlakukn dengan kasar

Waham Somatik: memiliki beberapa cacat fisik atau kondisi medis umum

Waham Campuran: karakteristik lebih dari satu jenis di atas tapi tidak ada satu
tema bersifat lebih dominan

Waham yang tidak ditentukan

2.1.5. Kriteria Diagnosis


Kriteria Diagnostik DSM-V Gangguan Waham (Delusional Disorder)6.1 :
A. Kehadiran satu (atau lebih) waham dengan durasi 1 bulan atau lebih.
B. Kriteria
A
untuk
skizofrenia
tidak
pernah
terpenuhi.
Catatan: Halusinasi, jika ada, tidak menonjol dan terkait dengan tema waham
(misalnya, sensasi yang penuh dengan serangga yang berhubungan dengan
delusi kutu).
C. Selain dampak waham atau konsekuensi nya, fungsi tidak terganggu secara
nyata dan perilaku tidak jelas aneh atau ganjil.

D. Jika episode manik depressive atau besar telah terjadi, ini telah relatif singkat
untuk durasi periode delusi.
E. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis dari suatu zat secara langsung
atau kondisi medis lain dan tidak dapat dijelaskan dengan gangguan mental
lain, seperti sebagai gangguan dismorfik tubuh atau gangguan obsesifkompulsif.
Tentukan jenis (jenis berikut berdasarkan tema yang dominan)6.1:

Waham Erotomanik : orang lain, biasanya dari status yang lebih tinggi, jatuh
cinta kepada dirinya

Waham Kebesaran : terdpat kekuatan, daya, pengetahuan, identitas, atau


hubungan khusus dengan dewa atau orang terkenal

Waham Cemburu : pasangan seksual seseorang tidak setia

Waham Kejar : orang (atau seseorang kepada siapa orang dekat) dianggap
diperlakukn dengan kasar

Waham Somatik: memiliki beberapa cacat fisik atau kondisi medis umum

Waham Campuran: karakteristik lebih dari satu jenis di atas tapi tidak ada satu
tema bersifat lebih dominan

Waham yang tidak ditentukan

2.1.6. Diagnosis Banding6


Obsesif-kompulsif dan gangguan terkait.6
Jika seorang individu dengan gangguan obsesif-kompulsif benar-benar yakin
bahwa keyakinannya gangguan obsesif-kompulsif adalah benar, maka diagnosis
gangguan obsesif-kompulsif, dengan wawasan absen / keyakinan delusional
specifier, harus diberikan dan bukan diagnosis gangguan waham . Demikian pula,
jika seorang individu dengan gangguan dismorfik tubuh benar-benar yakin bahwa
gangguan dismorfik tubuh nya benar, maka diagnosis gangguan dismorfik tubuh,
dengan wawasan absen / keyakinan delusional specifier, harus diberikan dan
bukan diagnosis gangguan waham.

Delirium, gangguan neurokognitif mayor, gangguan psikotik karena kondisi


medis, dan bahan / gangguan psikotik drug-induced lain. 6
Individu dengan gangguan ini dapat hadir dengan gejala yang menunjukkan
gangguan waham. Sebagai contoh, delusi persecutory sederhana dalam konteks
gangguan neurokognitif besar akan didiagnosis sebagai gangguan neurokognitif
utama, dengan gangguan perilaku. Sebuah gangguan psikotik bahan / druginduced lintas sectional mungkin identik dalam simtomatologi gangguan
delusional tapi dapat dibedakan dengan hubungan kronologis penggunaan narkoba
dengan onset dan pengampunan keyakinan waham. Skizofrenia dan gangguan
schizophreniform. Gangguan waham dapat dibedakan dari skizofrenia dan
gangguan schizophreniform oleh tidak adanya gejala karakteristik lain dari fase
aktif skizofrenia.
Gangguan depresi dan bipolar dan gangguan schizoaffective.6
Gangguan ini dapat dibedakan dari gangguan waham oleh hubungan temporal
antara gangguan mood dan delusi dan dengan tingkat keparahan gejala suasana
hati. Jika delusi terjadi secara eksklusif selama episode suasana hati, diagnosis
gangguan depresi atau bipolar dengan fitur psikotik. Gejala suasana hati yang
memenuhi kriteria penuh untuk episode suasana hati dapat ditumpangkan pada
gangguan delusional. Gangguan delusi dapat didiagnosis hanya jika total durasi
semua episode suasana hati tetap singkat dibandingkan dengan total durasi
gangguan delusi. Jika tidak, maka diagnosis lainnya yang ditentukan atau tidak
ditentukan spektrum skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya disertai gangguan
lain yang ditentukan depresi, gangguan depresi yang tidak ditentukan, bipolar
tertentu lainnya dan gangguan terkait, atau bipolar yang tidak ditentukan dan
gangguan terkait sesuai
2.1.7. Perjalanan dan Prognosis
Beberapa klinisi dana data penelitian menunjukkan bahwa stressor psikososial
dapat dididentifikasikan sering menyertai munculnya gangguan waham. Sifat
stressor dapat sedemikian rupa hingga menimbulkan kecurigaan atau perhatian
pada pasien tersebut. Awitan mendadak biasanya dianggap lebih sering terjadi
daripada awitan berulang. Beberapa klinisi percaya bahwa seseorang dengan

gangguan waham mungkin memiliki intelegensia di bawah rata-rata dan bahwa


kepribadian pramorbid orang tersebut mungkin ekstrover, dominan, dan
hipersensitif. 1.
Gangguan waham dianggap diagnosis yang cukup stabil.kurang dari 25 %
kasus waham akhirnya didiagnosis sebagai skizofrenia, dan kurang dari 10%
pasien mengalai gangguan mood. Sekitar 50 % pasien sembuh dengan follow up
jangka panjang, 20% mengalami pengurangan gejala, dan 30% tidak mengalami
perubahan gejala. Faktor berikut berkorelasi dengan prognosis baik: tingkat
pekerjaan, sosial, dan penyesuaian fungsional yang baik; jenis kelmn perempuan;
awitan sebelum usia 30 tahun; awitan mndadak; durasi penyakit singkat; dan
adanya faktor presipitasi. Meskipun data yang diandalkan terbatas, pasien dengan
waham kejar, somatic, dan eurotik dianggap mempunyai prognosis yang lebih
baikdaripada pasien dengan waham cemburu dan kebesaran.1
2.1.8. Penanganan
Penanganan Biologis
Terapi Obat (Farmakoterapi). Perkembangan terpenting dalam terapi untuk
skozofrenia adalah penemuan obat-obatan pada tahun 1950-an yang secara
kolektif disebut obat-obatan antipsikotik, yang juga disebut neuroleptik karena
menimbulkan efek samping yang sama dengan simtom-simtom penyakit
neurologis.10.
Obat antipsikotik merupakan obat terpilih yang mengatasi gangguan
waham. Pada kondisi gawat darurat, pasien yang teragitasi parah, harus diberikan
obat antipsikotik secara intramuskular. Sedangkan jika pasien gagal berespon
dengan obat pada dosis yang cukup dalam waktu 6 minggu, anti psikotik dari
kelas lain harus diberikan. Penyebab kegagalan pengobatan yang paling sering
adalah ketidakpatuhan pasien minum obat. Kondisi ini harus diperhitungkan oleh
dokter dan perawat. Sedangkan terapi yang berhasil dapat ditandai adanya suatu
penyesuaian sosial, dan bukan hilangnya waham pada klien.10.
Penanganan Psikologis
Psikoterapi. Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan
saling percaya. Terapi individu lebih efektif dari pada terapi kelompok. Terapis

tidak boleh mendukung ataupun menentang waham, dan tidak boleh terusmenerus membicarakan tentang wahamnya. Terapis harus tepat waktu, jujur dan
membuat perjanjian seteratur mungkin. Tujuan yang dikembangkan adalah
hubungan yang kuat dan saling percaya dengan pasien. Kepuasan yang berlebihan
dapat meningkatkan kecurigaan dan permusuhan pasien karena disadari bahwa
tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi. Terapis perlu menyatakan pada pasien
bahwa keasyikan dengan wahamnya akan menegangkan diri mereka sendiri dan
mengganggu kehidupan konstruktif. Bila pasien mulai ragu-ragu dengan
wahamnya, terapis dapat meningkatkan tes realitas.10.
Sehingga terapis perlu bersikap empati terhadap pengalaman internal
klien, dan harus mampu menampung semua ungkapan perasaan pasien, misalnya
dengan berkata : Anda pasti merasa sangat lelah, mengingat apa yang anda lalui,
tanpa menyetujui setiap mis persepsi wahamnya, sehingga menghilangnya
ketegangan klien. Dalam hal ini tujuannya adalah membantu pasien memiliki
keraguan terhadap persepsinya. Saat klien menjadi kurang kaku, perasaan
kelemahan dan inferioritasnya yang menyertai depresi, dapat timbul. Pada saat
klien membiarkan perasaan kelemahan memasuki terapi, suatu hubungan
terapeutik positif telah ditegakkan dan aktifitas terpeutik dapat dilakukan.10.
Terapi Keluarga. Pemberian terapi perlu menemui atau melibatkan keluarga
pasien, sebagai partner dalam proses pengobatan. Keluarga akan memperoleh
manfaat dalam membantu terapis dan membantu perawatan pasien. Beberapa hal
yang diberikan terapis kepada keluarga pasien 10.:
1. Edukasi tentang skizofrenia, terutama yang kerentanan biologis yang
mempredisposisi seseorang terhadap penyakit tersebut, berbagai masalah
kognitif yang melekat dengan skozofrenia, simtom-simtomnya, dan tandatanda akan terjadinya kekambuhan.
2. Informasi tentang dan pemantauan berbagai efek pengobatan antipsikotik.
3. Menghindari saling menyalahkan, terutama mendorong keluarga untuk
tidak menyalahkan diri sendiri maupun pasien atas penyakit tersebut dan
atas kesulitan yang dialami seluruh keluarga dalam menghadapi penyakit
tersebut.

4. Memperbaiki komunikasi dan keterampilan penyelesaian masalah dalam


keluarga.
5. Medorong keluarga dan pasien untuk memperluas kontak sosial mereka.
6. Menanamkan sebentuk harapan bahwa segala sesuatu dapat menjadi lebih
baik, termasuk harapan bahwa pasien bisa untuk tidak kembali dirawat
kembali di rumah sakit.
Terapi Individual. Hogarty (1995) menyebutkan terapi personal adalah suatu
pendekatan kognitif behavioral berspektrum luas terhadap multiplisitas masalah
yang dialami para pasien skizofrenia yang telah keluar dari rumah sakit. Terapi
individualisti ini dilakukan perorangan maupun dalam kelompok kecil. Satu
elemen utama dalam pendekatan ini, adalah bahwa penurunan jumlah reaksi
emosi para anggota keluarga menurunkan tingkat kekambuhan setelah keluar dari
rumah sakit, adalah mengajari pasien bagaimana mengenali afek yang tidak
sesuai. Para pasien juga diajari untuk memerhatikan tanda-tanda kekambuhan
meskipun kecil, seperti penarikan diri dari kehidupan sosial atau intimidasi yang
tidak pantas kepada orang lain, dan mereka mempelajari berbagai keterampilan
untuk mengurangi masalah-masalah tersebut. 10.

10

BAB III
KESIMPULAN

Waham adalah keyakinan yang salah didasarkan kesimpulan yang salah


tentang kenyataan eksternal, tidak sejalan dengan intejegensia dan latar

belakang kultural, yang tidak dapat dikoreksi dengan alasan apapun.


Waham ada 2 macam, yaitu primer (tidak logis) dan sekunder (logis).
Penanganan waham dapat diberikan obat antipsikosis, selain terapi obat
terapi psikologis juga sangat dibutuhkan bagi pasien yang memiliki
gangguan kejiwaan

Anda mungkin juga menyukai