Anda di halaman 1dari 26

REFERAT

Parafilia

Pembimbing :
dr. Yenny Dewi Purnamawati T, Sp.KJ (K)
Disusun oleh :
Desintha C. N. Ritung (406161022)
Kevin Cahyadi (406161043)

BAB I
PENDAHULUAN
Seksualitas arti luas semua aspek
badaniah, psikologik dan kebudayaan
yang berhubungan langsung dengan seks
dan hubungan seks manusia.

Seksualitas keinginan untuk


berhubungan, kehangatan, kemesraan dan
cinta, termasuk di dalamnya memandang,
berbicara, bergandengan tangan.

Faktor- faktor yang mempengaruhi


seksualitas:

Identitas Seksual
Identitas Jenis Kelamin
Orientasi Seksual
Perilaku Seksual

4 Fase siklus respon seksual menurut DSMIV:

FASE
FASE
FASE
FASE

I (Hasrat)
II (Perangsangan)
III (Orgasme)
IV (Resolusi)

Berdasarkan DSM-IV TR Gangguan Seksual


diklasifikasikan:
Disfungsi psikoseksual : inhibisi dalam keinginan
seksual atau penampilan psikofisiologik

Parafilia : perangsangan seksual terhadap stimulus


yang menyimpang

Gangguan identitas gender : pasien merasa


sebagai jenis kelamin yang berlawanan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Parafilia (paraphilia): para "pada sisi
lain", danphilos "mencintai
Parafilia: ekspresi abnormal seksualitas.
Menurut DSM IV-TR, jika terdapat khayalan
yang merangsang secara seksual,
dorongan atau perilaku seksual yang
intens dan berulang dengan periode waktu
sedikitnya 6 bulan.

KLASIFIKASI

Diagnostic and
Statistical Manual of
Mental Disorder (DSMIV) :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Ekshibisionisme
Fethishisme
Frotteurisme
Pedofilia
Masokisme seksual
Sadisme seksual
Voyeurisme
Fethisisme transvestik
Parafilia lain yang
tidak ditentukan

Pedoman Penggolongan
dan Diagnosis Gangguan
Jiwa (PPDGJ-III) F.65
gangguan preferensi
seksual:
F
F
F
F
F
F
F

65.0 Fetishisme
65.1 Transvetisme fetishistik
65.2 Ekshibisionisme
65.3 Voyeurisme
65.4 Pedofilia
65.5 Sadomasokisme
65.6 Gangguan preferensi
seksual multiple
F 65.8 Gangguan preferensi
seksual lainnya
F 65.9 Gangguan preferensi
seksual YTT (yang tak
tergolongkan)

EPIDEMIOLOGI
Parafilia biasanya berlangsung terus menerus dan
berulang.
Paling sering ialah pedofilia. Sekitar 10-20% anak
merupakan korban pedofilia
Sekitar 20% wanita dewasa menjadi sasaran orang
dengan ekshibisionisme dan voyeurisme.
Terjadi terutama pada
> 80% penderita memiliki onset sebelum usia 18 tahun.
Umumnya pasien memiliki 3-5 parafilia (bersamaan/
terpisah).
Perilaku ini memuncak pada usia 15 - 25 tahun.

Faktor
Psikososi
al

ETIOL
OGI
Faktor
Biologis

DIAGNOSIS DAN GAMBARAN


KLINIS

Ekshibisionisme

Kriteria Diagnostik Ekshibisionisme menurut DSM-IV:


A. Waktu sekurang-kurangnya 6 bulan, terdapat khayalan yang merangsang
secara seksual, adanya dorongan seksual, atau perilaku berulang dan kuat
berupa tindakan memamerkan alat kelaminnya sendiri kepada orang yang
tidak dikenalinya dan tidak menduganya.
B. Khayalan, dorongan seksual atau perilaku yang menyebabkan penderitaan
yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial,pekerjaan
atau fungsi penting lainnya.

Fetishisme

Frotteurisme

Pedofilia

Kriteria Diagnostik Pedofilia


A. Waktu sekuramg-kurangnya 6 bulan, terdapat khayalan yang merangsang secara seksual,
adanya dorongan seksual, atau perilaku berulang dan kuat berupa aktifitas seksual dengan
anak prapubertas atau anak-anak (biasanya berusia 13 tahun atau kurang).
B. Khayalan, dorongan seksual atau perilaku yang menyebabkan penderitaan yang bermakna
secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial,pekerjaan atau fungsi penting lainnya.
C. Orang sekurang-kurangnya berusia 16 tahun dan sekurangnya berusia 5 tahun lebih tua dari
anak atau anak-anak dalam kriteria A.
Catatan : Jangan masukkan seorang individu yang di dalam masa remaja akhir yang terlibat
hubungan seksual berkelanjutan dengan seseorang berusia 12 atau 13 tahun.
Sebutkan jika :
Tertarik secara seksual kepada laki-laki
Tertarik secara seksual kepada wanita
Tertarik secara seksual kepada keduanya
Sebutkan jika :
Terbatas pada incest
Sebutkan jenis :
Tipe eksklusif (hanya tertarik pada anak-anak)
Tipe noneksklusif

MASOKISME & SADISM

Voyeurisme

FETISHISME TRANSVESTIK
Berdasarkan PPDGJ-III kriteria diagnosis
antara lain:
Mengenakan pakaian dari lawan jenis dengan tujuan
pokok untuk mencapai kepuasan seksual.
Gangguan ini harus dibedakan dari fetishisme dimana
pakaian sebagai objek fetish bukan hanya sekedar
dipakai, tetapi juga untuk menciptakan penampilan
seorang dari lawan jenis kelaminnya. Biasanya lebih
dari satu jenis barang yang dipakai dan seringkali
suatu perlengkapan menyeluruh, termasuk rambut
palsu dan tat arias wajah.
Transvestisme Fetishistik dibedakan dari
transvestisme transsexual oleh adanya hubungan
yang jelas dengan bangkitnya gairah seksual dan
keinginan/hasrat yang kuat untuk melepaskan baju
tersebut apabila orgasme sudah terjadi dan
rangsangan seksual menurun.
Adanya riwayat Transvestisme Fetishistik biasanya
dilaporkansebagai suatu fase awal oleh para

Parafilia yang tak


ditentukan

TERAPI
Kendali eksternal
Terapi perilaku kognitif
Terapi obat:
Obat antiandrogen: cyproterone acetate & medroxyprogesterone
acetate

Obat serotonergik:

fluoxetine

Psikoterapi berorientasi tilikan


Terapi seks

PROGNOSIS

Prognosis yang baik mencakup adanya


hanya satu parafilia, intelegensi normal,
tidak adanya penggunaan zat, dan tidak
adanya ciri kepribadian anti sosial
nonseksual.

BAB III
KESIMPULAN

Parafilia ialah ekspresi abnormal seksualitas. Dalam DSM IVTR, dikatakan parafilia jika terdapat khayalan yang
merangsang secara seksual, dorongan atau perilaku
seksual yang intens dan berulang dengan periode waktu
sedikitnya enam bulan.
Klasifikasi parafilia terdiri dari ekshibisionisme, fethishisme,
frotteurisme, pedofilia, masokisme seksual, sadism seksual,
voyeurisme, fethisisme transvestik, dan parafilia lain yang
tidak ditentukan.
Terapinya yaitu kendali eksternal, terapi perilaku kognitif,
terapi obat, psikoterapi beorientasi tilikan, dan terapi seks.
Prognosis yang baik mencakup adanya hanya satu parafilia,
intelegensi normal, tidak adanya penggunaan zat, dan tidak
adanya ciri kepribadian anti sosial nonseksual.

DAFTAR PUSTAKA
Maramis, W.E.; Ilmu Kedokteran Jiwa; cetakan 9; Airlangga
University Press; 2005; 299-321.
Sadock B.J, and Sadock V.A; Synopsis of Psychiatry Behavioral
Science/Clinical Psychiatry tenth edition; Philadelphia USA; 2007.
680-71.
American Psychiatric Association.Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision.Washington,
DC:American Psychiatric Association;2000:566 - 576.
Brannon, G. E. Paraphilias. 2010.
http://emedicine.medscape.com/article/ 291419-print. Diakses
tanggal 30 Agustus 2016
Brown, G. R. Paraphilias. 2010.
http://www.merckmanuals.com/professional/
sec15/ch203/ch203c.html. Diakses tanggal 30 Agustus 2016
Pedoman Penggolongan Dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia
III (PPDGJ-III), Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal
Pelayan Medik, 1993. Cetakan Pertama.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai