Anda di halaman 1dari 40

Gangguan Seksual Dan

Identitas Gender
1.
2.
3.
4.

Nama Kelompok :
Iga Fadjar IDK (J71215115)
Mochammad Taufik (J71215124)
Nadya Atikah Putri (J71215131)
Yana Anisya Tanjung (J71215138)

Gangguan
Seksual
&
Identitas
Gender

A. Gangguan
Identitas Gender
1. Transseksualis
me
2. Transvestisme
Peran Ganda
3. Gangguan
Identitas Jenis
Kelamin Masa
Kanak

Sumber : PPDGJ-III dan DSM-IV-TR.


2000

B. Parafilia

1. Fetishisme
2. Fetishisme
Transvestik
3. Pedofilia
4. Eksibisionisme
5. Voyeurisme
6. Froteurisme
7. Masokisme
Seksual
8. Sadisme
Seksual
9. Parafilia Lain
Yang Tidak
Ditentukan

C. Disfungsi
Seksual
1. Gangguan
Nafsu Seksual
2. Gangguan
Gairah Seksual
3. Gangguan
Orgasme
4. Gangguan
Nyeri Seksual

GANGGUAN IDENTITAS GENDER (GIG)

Gangguan
Identitas Gender

TRANSSEKSUALISME
PENGERTIAN
Transseksualisme ialah seseorang yang jender
psikologisnya bertentangan dengan jenis kelamin
biologinya.
PENYEBAB
1. Faktor biologis (mis. Lebih banyak hormon
perempuan pada laki-laki)
2. Faktor psikologis (mis. Pola asuh orangtua yang salah
terhadap anak)
GEJALA-GEJALA
3. Keinginan untuk hidup dan diterima sebagai anggota
dari kelompok lawan jenisnya;
4. Rasa tidak nyaman;
5. Perasaan tidak pantas terhadap kelamin anatomik

Gangguan
Identitas Gender

TRANSVESTISME PERAN GANDA

Divisualisasikan dalam bentuk film


pendek.

Gangguan
Identitas Gender

Gangguan Identitas Jenis Kelamin Masa Kanak


MANIFESTASI KLINIS
Gangguan yang biasanya terjadi pertama kali pada masa kanak (dan
selalu sebelum pubertas), ditandai oleh stress yang dalam dan
permanen tentang jenis kelaminnya, bersamaan dengan hasrat untuk
menjadi lawan jenis.
GEJALA-GEJALA
1. Berulang kali menyatakan keinginan untuk menjadi atau
memaksakan bahwa dirinya adalah lawan jenis;
2. Lebih suka memakai pakaian lawan jenis;
3. Lebih suka berperan sebagai lawan jenis;
4. Lebih suka melakukan permainan yang identik dengan lawan
jenisnya;
5. Lebih suka bermain dengan teman-teman lawan jenis.

Gangguan
Identitas Gender
Intervensi Gangguan Identitas Gender (GIG)
1. Konseling parental bersama-sama dengan kelompok orangtua dan
anak-anaknya yang memiliki masalah yang sama.
2. Pembedahan penggantian jenis kelamin :
a.
b.

Pasien harus menjalani percobaan hidup dengan jenis kelamin berlawanan


selama sekurang-kurangnya 3 bulan dan kadang 1 tahun.
Pasien menjalani terapi hormon, dengan estradiol atau progesteronepada
perubahan laki-laki menjadi wanita dan testosterone perubahan wanita
menjadi laki-laki.

3. Terapi hormonal, pasien yang menggunakan estrogen biasanya


melaporkan kepuasan segera, didasarkan pada rasa ketenangan
(tranquility), kurang sering mengalami ereksidan manifestasi
dorongan seksual yang lebih sedikit dibandingkan sebelum
terapihormonal.
4. Terapi berpakaian lawan jenis, pendekatan kombinasi (psikoterapi
dan farmakoterapi). Medikasi ditujukan untukmenghilangkan impuls
saat serangan ingin mengenakan pakaian lawan jenis muncul,
biasanya digunakan obat thiorizadine (Mellaril) dan fluoxetine
(Prozac). Terapi perilaku, pembiasaan tegas dan hypnosis adalah
metoda alternative yang dapat digunakan.

PARAFILIA
PARAFILIA

Part 1/3

PARAFILIA
PENGERTIAN
Menurut bahasa, Parafilia (paraphilia) diambil dari bahasa Yunani para = pada
sisi lain, dan philos = mencintai.
Parafilia adalah pada sekelompok gangguan yang melibatkan ketertarikan
seksual terhadap obyek atau aktivitas seksual yang tidak biasa.
PENYEBAB (dugaan yang muncul)
Pengalaman pelecehan dan kekerasan seksual dimasa kanak-kanak
Keterdekatan dengan situasi atau objek tertentu secara berulang kali dengan
aktivitas seksual
Hambatan perkembangan dan kesulitan dalam menjalin hubungan dengan
beda jenis
Kecanduan pornografi, beberapa tayangan nyeleneh (aneh) akan memberikan
daya tarik seperti magnet yang dapat mempengaruhi psikologis
ketergantungan
Pengaruh dari pasangan seksual
Pelampiasan stress yang tidak tepat sehingga menimbulkan kebiasaan dan
pengulangan secara terus-menerus.
Rasa ingin mencoba yang diakibat penyampaian informasi atau persepsi yang
salah

Parafilia

Part 2/3

Kriteria Menurut DSM-IV


Dorongan dan fantasi seksual yang berulang dan kuat, bertahan selama
enam bulan yang berpusat pada objek, perasaan merendahkan atau
menyakiti diri atau pasangan, atau anak-anak dan orang lain yang tidak
dapat atau tidak mampu memberikan persetujuan. Ciri utamanya :
Khayalan atau perilaku yang merangsang seksual yang dilakukan
secara berulang-ulang dan sangat kuat, yang melibatkan obyek
tertentu (misalnya sepatu, baju dalam, bahan kulit atau karet),
Menimbulkan
penderitaan
dan
nyeri
pada
seseorang
atau
pasangannya,
Melakukan
hubungan
seksual
dengan
orang
yang
tidak
menginginkannya (anak-anak, orang yang tidak berdaya atau
pemerkosaan),
Biasanya mulai timbul pada akhir masa kanak-kanak atau mendekati
masa pubertas dan sekali muncul biasanya akan terus menetap seumur
hidup.

Part 3/3

Parafilia lain
ang tidak ditentukan

Eksibisionisme

PARAF
ILIA

Fetishisme

Froteurisme

Masokisme Seksual
Fetishisme Transvesti
Voyeurisme
Sadisme Seksual

Parafilia

FETISHISME
PENGERTIAN
Ketergantungan pada benda-benda
menimbulkan gairah seksual.

mati

untuk

PENYEBAB
Pengalaman masa lalu atau traumatik akibat dari
pelecehan seksual
Imitasi atau meniru orang lain melakukan
fetshisme
Rasa ingin tahu atau ketertarikan akan bendabenda milik lawan jenis
Traumatik akibat tidak bisa melakukan hubungan
seksual pada lawan jenis

Kriteria Diagnosis dalam DSM IV TR


Berulang, intens, dan terjadi dalam kurun waktu
setidaknya 6 bulan, fantasi, dorongan, atau perilaku
yang menimbulkan gairah seksual berkaitan dengan
penggunaan benda-benda mati.
Menyebabkan distress atau hendaya yang jelas
dalam fungsi sosial atau pekerjaan.
Benda-benda yang menimbulkan gairah seksual
tidak terbatas pada bagian pakaian perempuan yang
dikenakannya sebagai lawan jenis atau alat-alat yang
dirancang untuk menstimulasi alat kelamin secara
fisik, seperti vibrator.

Parafilia

Fetshisme Transvestik
PENGERTIAN
Gangguan ini dicirikan dengan laki-laki heteroseksual yang
mengenakan pakaian perempuan untuk mencapai respons
seksual.
Biasanya mulai muncul pada saat remaja secara diam-diam
dan kemudian saat beranjak dewasa mulai berpakaian
perempuan dan dihadapan umum.
PENYEBAB
Pengalaman belajar. Rangsangan seksual dan orgasme
ditimbulkan oleh pengalaman emosional yang kuat berkaitan
dengan obyek atau bagian tubuh tertentu. Pengalaman
semacam itu biasanya berlangsung selama seseorang larut
dalam fantasi seksual dan sambil melakukan masturbasi.

Kriteria Diagnosis menurut DSM :


Berulang, intens, dan terjadi selama periode
setidaknya 6 bulan pada laki-laki heteroseksual,
fantasi,
dorongan,
atau
perilaku
yang
menimbulkan gairah seksual yang berkaitan
dengan memakai pakaian lawan jenis.
Menyebabkan distress atau hendaya yang jelas
dalam fungsi sosial atau pekerjaan.
Dapat dihubungkan dengan disforia gender
dalam kadar tertentu (merasa tidak nyaman
dengan identitasnya).

Parafilia

PEDOFILIA
PENGERTIAN
Orang dewasa yang melibatkan aktifitas seksual dengan
anak-anak prapubertas.
PENYEBAB
Hambatan dalam perkembangan psikologis yang
menyebabkan ketidakmampuan penderita menjalin
relasi heterososial dan homososial yang wajar;
Kecenderungan kepribadian antisosial yang ditandai
dengan hambatan perkembangan pola seksual yang
matang disertai oleh hambatan perkembangan moral;
Terdapat kombinasi regresi, ketakutan impoten, serta
rendahnya tatanan etika dan moral

Kriteria Diagnosis menurut DSM


Berulang, intens, dan terjadi selama periode minimal 6
bulan, fantasi, dorongan perilaku yang menimbulkan
gairah seksual yang berkaitan dengan melakukan
kontak seksual dengan seorang anak prapubertas.
Orang yang bersangkutan bertindak berdasarkan
dorongan tersebut, atau dorongan dan fantasi tersebut
menyebabkan orang yang bersangkutan mengalami
distress atau masalah interpersonal
Orang yang bersangkutan minimal berusia 16 tahun
dan 5 tahun lebih tua dari anak yang menjadi
korbannya.

Parafilia
EKSIBISIONISME

PENGERTIAN
Kelainan seks yang suka memperlihatkan organ kelamin kepada
orang lain yang tidak ingin melihatnya.
PENYEBAB
Kecenderungan penderita yang kuat terhadap keyakinan bahwa
masturbasi itu berdosa sehingga dengan menjadikan masturbasi
sebagai bagian dari eksibisi genital, maka masturbasi bukan
menjadi aktivitas tunggal;
Orang eksibisionis biasanya mengalami perasaan rendah diri,
tidak aman, inadekuat dalam relasi sosial, serta memperoleh ibu
yang dominan dan sangat protektif;
Pada umumnya, eksitasi dari khalayak tempat penderita
memamerkan alat kelaminnya justru menjadi faktor penguat
bagi berulangnya perilaku eksibisi tersebut.

Kriteria Diagnosis menurut PPDGJ III


Kecenderungan yang berulang atau menetap untuk memamerkan
alat kelamin kepada asing (biasanya lawan jenis kelamin) atau
kepada orang banyak di tempat umum, tanpa ajakan atau niat
untuk berhubungan lebih akrab.
Ekshibisionisme hampir sama sekali terbatas pada laki-laki
heteroseksual yang memamerkan pada wanita, remaja atau
dewasa, biasanya menghadap mereka dalam jarak yang aman di
tempat umum. Apabila yang menyaksikan itu terkejut, takut atau
terpesona, kegairahan penderita menjadi meningkat.
Pada beberapa penderita, ekshibisionisme merupakan satu-satunya
penyaluran seksual tetapi pada penderita lainnya kebiasaan ini
dilanjutkan bersamaan (simultaneously) dengan kehidupan seksual
yang aktif dalam suatu jalinan hubungan yang berlangsung lama,
walaupun demikian dorongan menjadi lebih kuat pada saat
menghadapi konflik dalam hubungan tersebut.
Kebanyakan penderita ekshibisionisme mendapatkan kesulitan
dalam mengendalikan dorongan tersebut dan dorongan ini bersifat
ego-alien (suatu benda asing bagi dirinya).

Parafilia

VEYOURISME
PENGERTIAN
Gangguan di mana seseorang menemukan kenikmatan seksual
dengan menyaksikan atau mengintip orang yang telanjang,
membuka baju, atau melakukan seks.
PENYEBAB
Rasa ingin tahu yang sangat mendominasi dirinya tentang aktivitas
seksual.
Penyebab voyeurism mencakup faktor psikososial Menurut teori
psikoanalitik klasik dikatakan bahwa pasien penyimpangan seksual
(voyeurism) dikarenakan kegagalan dalam menyelesaikan proses
perkembangan normal menuju penyesuaian heteroseksual.
Ketidak-adekuatan relasi dengan lawan jenis dan rasa ingin tahu
yang sangat mendominasi dirinya tentang aktivitas seksual.
Pernah mengalami trauma psikologis dari perlakuan jenis kelamin
lain yang menambah kadar rasa kurang percaya diri.

Kriteria Diagnosis menurut PPDGJ


III
Kecenderungan yang berulang atau
menetap untuk melihat orang yang
sedang berhubungan seksual atau
berperilaku intim seperti sedang
menanggalkan pakaian.
Hal ini biasanya menjurus kepada
rangsangan seksual dan masturbasi,
yang dilakukan tanpa orang yang

Parafilia

FROTEURISME
PENGERTIAN
Gangguan yang berkaitan dengan melakukan sentuhan yang
berorientasi seksual pada bagian tubuh seseorang yang tidak
menaruh curiga akan terjadinya hal itu.
Gangguan ini biasanya berawal di masa remaja dan umumnya
diidap bersama dengan tipe parafilia lainnya.
Kriteria Diagnosis menurut DSM
Berulang intens secara 6 bulan. fantasi, dorongan atau
perilaku yang menimbulkan gairah seksual yang berkaitan
dengan menyentuh atau menggosokan alat kelaminnya pada
orang yang tidak menghendakinya.
Pengidap froteurisme bertindak berdasarkan dorongan dari
fantasi tersebut, sehingga dapat menyebabkan distress atau
masalah interperasonal

Parafilia

SADISME DAN MASOKISME SEKSUAL

PENGERTIAN
Sadisme Seksual : Seorang individu
sadisme mencapai kepuasan seksual
dengan menyakiti orang lain.
Masokisme : Gangguan seksual ini
melibatkan
kesenangan
dan
kegembiraan yang diperoleh dari
rasa sakit pada diri sendiri, baik yang

PENYEBAB
Pada masa kanak-kanak sering mendapatkan hukuman fisik dalam
pola
asuh
orang
tuanya,
kondisi
tersebut
menyebabkan
perkembangan sikap kebencian, kemarahan, dan penolakan diri yang
sangat intens yang membuat orang tersebut pada masa dewasanya
memiliki kecenderungan untuk melampiaskan dendam kesumat di
masa lalu. Sedangkan di saat yang bersamaan, sambil menyiksa,
orang tersebut mendapatkan rangsangan seksual erotik;
Orang sadisme biasanya memandang seks sebagai sesuatu yang
penuh dosa sehingga dengan memberikan pukulan dan siksaan pada
pasangan seksualnya, ia merasa dapat mengurangi dosa seksual;
Perilaku seksual sadisme bisa menjadi bagian dari gambaran
psikopatologi yang terkait dengan rendahnya kendali moral dan etika
sosial;
Pengalaman belajar yaitu mengasosiasikan rasa sakit dengan
kenikmatan seksual.

Kriteria Diagnosis menurut DSM


Terjadi secara berulang intens selama 6 bulan berturutturut
Preferensi terhadap aktivitas seksual yang melibatkan
pengikatan atau menimbulkan rasa sakit atau penghinaan.
Serilangkali individu mendapatkan rangsangan seksual dari
aktivitas sadistik maupun masokistik
Kategori
ini
hanya
digunakan
apabila
aktivitas
sadomasokistik merupakan sumber rangsangan yang
penting untuk pemuasan seks
Dibedakan dari kebrutalan dalam hubungan seksual atau
kemarahan yang tidak berhubungan dengan erotisme

Parafilia

PARAFILIA YANG TIDAK DIGOLONGKAN


Bestially : Manusia yang suka melakukan hubungan seks
dengan binatang.
Incest : Hubungan seks dengan sesama anggota keluarga
sendiri non suami istri.
Necrophilia : Orang yang suka melakukan hubungan seks
dengan mayat atau orang mati.
Zoophilia : Orang yang senang dan terangsang melihat
hewan melakukan seks dengan hewan.
Sodomi : Pria yang suka melakukan seks melalui dubur
pasangan seks baik sesama jenis maupun lawan jenis.
Gerontophilia : Perilaku menyimpang seksual dimana
pelaku jatuh cinta dan mencari kepuasaan seksual kepada
orang yang sudah usia lanjut.

Parafilia

CONTOH KASUS
William V. Adalah seorang programer komputer yang berusia 28 tahun yang saat ini
hidup sendiri. Ia besar dikota kecil dalam keluarga konservatif dengan nilai-nilai religius
yang kuat. Ia mempunyai dua adik laki-laki dan seorang kakak perempuan. William mulai
melakukan masturbasi pada usia 15 tahun; pengalaman masturbasinya yang pertama
dilakukan ketika melihat kakak perempuannya buang air kecil di toilet luar rumah.
Meskipun merasa sangat berasalah, ia tetap melakukan masturbasi 2 atau 3 kali seminggu
sambil membayangkan fantasi voyeuristik....
Pada suatu malam di musim panas sekitar pukul 11:30 malam William ditangkap ketika
sedang memanjat tangga dan mengintip kamar tidur di sebuah rumah di pinggir kota.
Sebelum insiden tersebut ia minum sangat banyak di sebuah bar koktil yang menampilkan
penari tanpa busana....Merasa kesepian dan despresi [setelah meninggalkan bar tersebut],
ia mengendarai mobilnya dengan pelan melewati sebuah lingkungan perumahan di pinggir
kota, dimana ia melihat lampu menyala di jendela kamar atas sebuah rumah. Setelah
menangkan dirinya sebentar, ia memarkirkan mobilnya, menegakkan sebuah tangga yang
ditemukannya tergeletak di dekat rumah tersebut, dan memanjat untuk mengintip. Pemilik
rumah, yang menjadi waspada karena mendengar suara-suara diluar, menelepon polisi,
dan William ditangkap. Meskipun penangkapan tersebut adalah yang pertama kalinya,
William pernah dua kali melakukan tindakan yang sama sebelumnya...
[Dalam terapi] William menceritakan hidupnya yang kesepian dan rasa tidak aman yang
dimilikinya...Enam bulan sebelumnya ditangkap, ia ditinggalkan oleh orang yang telah
lama menjadi kekasihnya...Sebagai orang yang tidak asetif dan pemalu, ia merespon
peristiwa itu dengan menarik dari kehidupan sosial dan meninggalkan konsumsi
alkoholnya.

Parafilia

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Dari kasus tersebut, dapat didiagnosis
sebagai berikut.
AKSIS I : F65.3 Voyeurisme
AKSIS II : F60.2 Gangguan
Kepribadian Dissosial
AKSIS III : AKSIS IV : Masalah Psikososial dan
Lingkungan
AKSIS V : GAF = 70-61 (beberapa
gejala ringan & menetap,
disabilitas

Intervensi Parafilia
Psikoterapi Berorientasi Tilikan, bertujuan untuk
mengembalikan harga dirinya,memperbaiki kemampuan
interpersonal dan menemukan metode yang tepat untuk
kepuasan seksual.
Terapi Seks, bertujuan untuk mengarahkan agar tidak
terjadi penyimpangan seksual.
Terapi Perilaku, bertujuan untuk mengubah kebiasaan
lama yang buruk, dan memutuskan pola parafilia yang
dipelajari.
Terapi Obat, diindikasikan sebagai gangguan depresif jika
parafilia disertai dengan gangguan-gangguan tersebut.

DISFUNGSI SEKSUAL

Disfungsi
Seksual

Gangguan Nafsu Seksual


1. Gangguan Nafsu Seksual Hipoaktif
Gangguan seksual dimana minat terhadap kegiatan atau
fantasi seksual yang sangat kurang yang mestinya tidak
diharapkan bila dilihat dari umur dan situasi kehidupan orang
yang bersangkutan.
Kriteria Diagnosis menurut DSM
Kurangnya atau tidak adanya fantasi dan nafsu seksual yang
berlangsung secara terus-menerus
Menyebabkan distress mendalam atau masalah interpersonal
Tidak disebabkan oleh gangguan Aksis I lain (kecuali
disfungsi seksual lain) atau efek fisiologis langsung dari
suatu obat atau penyakit medis umum

Disfungsi
Seksual

Gangguan Nafsu Seksual


2. Gangguan Keengganan Seksual
Gangguan seksual dimana seseorang secara aktif
menghindari hampir semua kontak genital dengan
orang lain.
Kriteria Diagnosis menurut DSM
Penolakan secara terus-menerus terhadap (hampir)
semua kontak seksual
Menyebabkan distress mendalam atau masalah
interpersonal
Tidak disebabkan oleh gangguan Aksis I lain (kecuali
disfungsi seksual lain)

Disfungsi
Seksual

Gangguan Gairah Seksual


1. Gangguan Gairah Seksual Perempuan
Ketidakmampuan sebagain perempuan untuk mencapai atau
mempertahankan lubrikasi vagina dan respon keterangsangan
seksual yang membuat vagina membesar sampai aktivitas seksual
dan keadaan ini terjadi berulang kali.
Kriteria Diagnosis menurut DSM
Ketidakmampuan yang terus menerus untuk mencapai atau
mempertahankan kenikamatan seksual (lubrikasi dan
pembengkakan genital) yang diperlukan untuk menyelesaikan
aktivitas seksual
Menyebabkan distress mendalam atau masalah interpersonal
Tidak disebabkan gangguan Aksis I lainnya (kecuali disfungsi
seksual lainnya) atau efek fisiologis langsung dari sutu obat atau
penyakit medis umum

Disfungsi
Seksual

Gangguan Gairah Seksual


2. Gangguan Ereksi pada Laki-laki
Kurangnya kemampuan atau ketidakmampuan sebagian lakilaki untuk mencapai atau mempertahankan proses ereksi
penis sampai aktivitas seksual selesai dan keadaan ini terjadi
berulang kali. (impotensi)
Kriteria Diagnosis menurut DSM
Ketidakmampuan yang terus menerus untuk mencapai atau
mempertahankan ereksi yang diperlukan untuk
menyelesaikan aktivitas seksual
Menyebabkan distress mendalam atau masalah interpersonal
Tidak disebabkan gangguan Aksis I lainnya (kecuali disfungsi
seksual lainnya) atau efek fisiologis langsung dari sutu obat
atau penyakit medis umum

Disfungsi
Seksual

Gangguan Orgasme
1. Gangguan orgasme perempuan (orgasme terhambat
pada perempuan).
Lambatnya atau tidak tercapainya
klimaks seks (orgasme), yangterjadi berulang kali pada
sebagian perempuan walaupun rangsangan seksual cukup
lama dan kuat.
2. Gangguan orgasme laki-laki (orgasme terhambat pada
laki-laki)
Merupakan pola kesulitan untuk mencapai
orgasme setelahmelalui pola hasrat dan gairah seksual yang
normal. Pria dengan masalah ini biasanya dapat mencapai
orgasme melalui masturbasi tetapi tidak melalui hubungan
genital
3. Ejakulasi premature (dini)
Peristiwa terlampau cepat mengeluarkan sperma
pada saat intromissi dan pihak pria tidak mampu menahan
dorongan ejakulasi di dalam vagina selama beberapa detik.

Disfungsi
Seksual

Gangguan Nyeri Seksual


1. Dispareunia
Di diagnosis bila rasa sakit selalu atau berulang kali dialami ketika
melakukan kontak kelamin.
Penyebab
Kurang lama melakukan permainan pendahuluan
Ada alergi terhadap kondom
Ada infeksi pada vulva atau vagina
Kurang hormon pada wanita lanjut usia
2. Vaginismus
Ditandai kejang yang terjadi dengan sendirinya pada bagian luar ketiga
pada vagina hingga ke tingkat yang tidak memungkinkan terjadinya
kontak kelamin.
Penyebab (kemungkinan)
Perempuan ingin, mungkin tanpa sadar, mengingkari dirinya,
pasangannya, atau kenikmatan dalam keintiman seksual. Seperti : takut
hamil, cemas, masalah hubungan, dan sikap negatif terhadap seks

Disfungsi
Seksual

CONTOH KASUS
Robert S. adalah seorang mahasiswa pascasarjana Fisika, berusia 25 tahun, yang sangat cerdas
dan berprestasi di sebuah universitas termuka di wilayah Pantai Timur Amerika Serika yang
berkonsultasi dengan kami karena apa yang disebutnya rasa malu seksual. Ia bertunangan
dengan seorang perempuan muda yang dikatakannya sangat dicintainya dan mereka berdua sangat
cocok dalam segala hal, kecuali di tempat tidur. Dalam hal itu, meskipun mencoba dengan seluruh
kekuatannya, dan dengan pengertian besar dari tunangannya, ia merasakan bahwa dirinya sangat
sedikit memiliki ketertarikan untuk meresponnya bila tunangannya yang memulainya. Kedua pihak
meyakini bahwa selama dua tahun pertemanan mereka, kemudian di masa pertunangan, tekanan
akademis yang dihadapi laki-laki tersebut merupakan akar masalahnya, namun dengan diskusi awal
terapis terungkap bahwa klien hanya memiliki sedikit ketertarikan terhadap seks-baik dengan lakilaki maupun dengan perempuan-selama sejauh yang bisa diingatnya dan kondisi tersebut tidak
berubah, meskipun tekanan dari kewajibannya yang lain berkurang. Ia mengatakan bahwa di
matanya tunangannya sangat menarik dan menggoda, namun, seperti halnya dengan para
perempuan lain yang pernah dikenalnya, perasaan kepadanya tidak dibarengi nafsu.
Ia sangat jarang melakukan masturbasi di masa remajanya dan mulai baru berkencan setelah
tahun-tahun terakhir kuliahnya, meskipun ia memiliki banyak teman perempuan. Pendekatannya
terhadap kehidupan secara umum, termasuk seks, adalah analitis dan intelektual, dan ia
menggambarkan masalahnya dengan yang sangat tidak bergelora dan tidak lekat kepada terapis. Ia
mengaku bahwa ia tidak akan menghubungi seorang terapis jika bukan karena keinginan
tunangannya yang disampaikan dengan halus, yang khawatir bahwa kurangnya minat terhadap
seks pada laki-laki tersebut akan mengganggu hubungan perkawinan mereka kelak.
Setelah beberapa sesi indivudual, terapis meminta laki-laki tersebut untuk mengundang
tunanganya ke sesi terapi, yang segera disanggupi klien. Dalam sesi gabungan, pasangan tersebut
tampak sangat saling mencintai dan sangat ingin menjalani hidup bersama, meskipun pihak
perempuan merasa khawatir tentang kurang berminatnya tunangannya secara seksual kepadanya.

Disfungsi
Seksual

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Dari kasus tersebut, dapat didiagnosis
sebagai berikut.
AKSIS I : F52.0 Kurangnya atau
Hilangnya Nafsu Seksual
AKSIS II : AKSIS III : AKSIS IV : Masalah dgn primary
support group (keluarga)
AKSIS V : GAF = 70-61 (beberapa
gejala ringan & menetap,
disabilitas

Disfungsi
Seksual

Intervensi Disfungsi Seksual


Terapi seks langsung, yang bertujuan
menghilangkan kebiasaan lama dan
mengajarkan berbagai keterampilan
baru.
Termasuk
memberikan
pengetahuan tentang anatomi dan
fisiologi seksual kepada para pasien;
mengurangi
kecemasan;
mengajarkan
keterampilan
komunikasi; dsb.

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN


KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN AMPEL SURABAYA

By : Omna
Mahasiswa Semester 3
Thank You for Attention!

28 November 20

Anda mungkin juga menyukai