TINJAUAN TEORI
1
Faktor predisposisi :
1. Biologis
Diyakini ada hubungan keluarga dengan gangguan makan. Keturunan pertama
wanita pada orang yang mengalami gangguan makan beresiko tinggi daripada populasi
umum. Model biologis etiologi gangguan makan difokuskan kepada pusat pengatur
nafsu makan di hipotalamus, yang mengendalikan mekanisme neurokimia khusus untuk
makan dan kenyang. Serotonin dianggap terlibat dalam patofisiologi gangguan makan.
Studi tentang anoreksia nervosa menunjukkan bahwa gangguan tersebut
cenderung terjadi dalam keluarga. Oleh karena itu, kerentanan genetik mungkin muncul
yang dipicu oleh diet yang tidak tepat atau stress emosional. Kerentanan genetik ini
mungkin muncul karena tipe kepribadian tertentu atau kerentaan umum terhadap
gangguan jiwa atau kerentanan genetik mungkin secara langsung mencakup disfungsi
hipotalamus.
2. Perkembangan
Anoreksia nervosa biasanya terjadi selama masa remaja dan diyakini bahwa
penyebabnya berhubungan dengan perkembangan pada tahap kehidupan. Perjuangan
untuk mengembangkan otonomi dan pembentukan indentitas yang unik adalah 2 tugas
yang penting. Keterlibatan faktor kepribadian dinyatakan oleh fakta bahwa penderita
anoreksia cenderung wanita tertentu, muda, berkulit putih dan dari keluarga kalangan
atas yang menekankan pada pencapaian. Jenis latar belakang ini menyebabkan tuntutan
dan harapan keluarga yang menimbulkan stress, dan dalam konteks ini, penolakan
wanita untuk makan mungkin tampaknya tanpa disadari sebagai cara menunjukan
kendali.
Kemungkinan lain yang lebih jarang disebutkan adalah penderita anoreksia
memiliki gangguan pada seksualitas. Selain tidak mengalami menstruasi, wanita
mengalami underweight parah tidak memilki karakteristik seksual lain, seperti feminin
yang sesunguhnya.
3. Lingkungan
Berbagai factor lingkungan dapat mempengaruhi individu untuk mengalami
gangguan makan. Lingkungan keluarga dengan konnflik juga memicu adanya anoreksia
nervosa.
2
4. Psikologis
Kebanyakan pasien yang mengalami gangguan makan menunjukkan
sekelompok gejala psikologis seperti rigiditas, ritual risme, kehati – hatian,
perfectsionisme serta control infuse yang buruk. Aspek psikologis anoreksia nervosa
yang mendominansi adalah keinginan yang kuat untuk menguruskan berat badan dan
takut gemuk, biasanya didahului oleh periode 1 atau 2 tahun gangguan mood dan
perubahan perilaku. Penurunan berat badan biasanya dipicu oleh krisis yang khas pada
remaja seperti awitan menstruasi atau kecelakaan interpersonal traumatic yang memicu
perilaku diet yang serius dan berlanjut sampai tidak terkontrol.
Sering kali terdapat kesalahpahaman yang berlebihan terhadap penyimpanan
lemak normal yang merupakan karakteristik periode remaja awal , atau komentar orang
lain bahwa remaja putri terlihat gemuk. Remaja memasuki fase pertumbuhan pubertas
ketika akumulasi lemak biologis yang normal, terutama rentan untuk muncul. Tuntutan
dewasa ini untuk memiliki tubuh ramping merupakan faktor yang sangat penting.
Standar kecantikan ditunjukkan oleh tinggi badan, kerampingan, payudara yang kecil
seperti model – model yang ditampilkan oleh semua bentuk media.
Pada beberapa situasi remaja mengalami stress keluarga yang parah seperti
perpisahan atau perceraian orang tua. Pada kondisi ini atau lainnya remaja mengalami
kehilangan kontrol diri, keputusan untuk sabar atau tidak makan menjadi sebuah area
yang dapat melatih kontrol individu.
5. Sosio kultural
Pada budaya yang menerima atau mengahargai kemontokkan, jarang terjadi
gangguan makan. Lingkungan sosiokultural pada remaja dan wanita muda di Amerika
Serikat juga sangat menekankan kelangsingan dan pengendalian terhadap tubuh
seseorang menjadi indicator untuk evaluasi diri. Di Amerika serikat kelebihan berat
badan dianggap sebagai tanda kemalasan, kurang control diri atau mendapatkan tubuh
yang sempurna disamakan dengan cantik.
Orang yang mengalami anoreksia sering kali tidak makan lebih dari 500 – 700
kalori dalam sehari dan mungkin mencerna sebanyak 200 kalori, namun mereka merasa
yang dimakan sudah cukup memadai untuk kebutuhan hidup mereka . Beberapa indivu
yang mengalami anoreksia mungkin tidak makan selama seharian. Walaupun
melakukan pembatasan, banyak penderita anoreksia mengalami preokupasi atau
terobsesi oleh makanan dan sering masak untuk keluarga. Individu yang mengalami
gangguan makan dapat melakukan berbagai perilaku pengurasan termasuk latihan
3
olahraga yang berlebihan. Menggunakan diuretic yang diresepkan dan di jual bebas, pil
diet, laksatif dan steroid. Banyak pasien yang mencari bantuan untuk menangani
gangguan makan juga mengalami gangguan jiwa seperti depresi , gangguan obsesif–
konflusif dan gangguan kepribadian.
1.3 Klasifikasi Anoreksia Nervosa
1.3.1 Tipe anoreksia nervosa :
1. Tipe terbatas; individu dengan tipe ini mengindari makan berlebihan, mereka
biasanya menyediakan makan sendiri
2. Tipe binge; individu ini dapat makan dimana saja, akan tetapi selesai makan ia
akan segera memuntahkan makanannya di kamar mandi, menggunakan pencuci perut
atau memperlancar buangan kotoran. (Stuart, 2006)
1.4 Manifestasi Klinis
1.4.1 Gejala klinis pada klien dengan anoreksia nervosa (Vikas, 2006):
1. Gejala yang predominan adalah ketakutan yang sangat akan kenaikan berat badan,
sampai terjadi phobia terhadap makanan. Ketakutan terhadap makanan disertai
dengan penyalahartian dari body image; banyak pasien merasa diri mereka sangat
gendut, walaupun sebenarnya mereka sangat kurus.
2. Banyak penderita anoreksia nervosa mempunyai obsessive compulsive behavior,
misalnya mereka sering sekali mencuci tangan berulang-ulang, pasien cenderung
kaku dan perfeksionis yang mengarahkan pada diagnosis gangguan kepribadian,
seperti narcissisme, atau riwayat gangguan kepribadian.
3. Penderita anoreksia nervosa biasanya menunjukan perilaku yang aneh tentang
makanan, seperti menyembunyikan makanan, membawa makanan dalam kantong,
saat makan mereka membuang makanan, memotong makanan menjadi potongan
kecil-kecil.
4. Gangguan tidur dan gangguan depresi pada umumnya.
5. Muntah yang dipaksakan.
6. Biasanya aktifitas dan program olah raga yang berlebihan.
1.4.2 Tanda Anorexsia nervosa :
1. Menyamarkan kekurusan mereka dengan baju dan make-up.
2. Kulit kering dan kering, rambut halus, dan alopesia ringan.
3. Kehilangan enamel gigi karena asam lambung, ketika penderita muntah. Bahkan
terdapat scar pada dorsum akibat jari-jari yang dimasukan ke mulut untuk
memaksakan muntah.
4
4. Hypokalemi dan kelainan EKG
5. Kelainan neurology (seperti seizure dan neuropaty) dan anemia yang berhubungan
dengan kekurangan gizi dan kelaparan.
Kenyataanya semua sistem organ terganggu dalam anoreksia nervosa. Pasien
seringkali terjadi bradikardi, hipertensi, dehidrasi, amenore, lekopenia, dan mungkin
anemia. Pasien juga mengalami gangguan elektrolit, khususnya ekskresi. Osteopeni,
osteoporosis, tambahan aritmia jantung (meliputi interval Q-T yang panjang), motilitas
lambung yang lambat, meningkatnya tingkat aminotransferase hepar, insufisiensi
renal, rambut rontok, dan adanya lanugo (rambut halus di muka, leher dan punggung)
dihubungkan dengan anoreksia nervosa yang berat.
Hilangnya jaringan lemak sebagai akibat dari pembatasan gizi dikaitkan
dengan hypoleptinemia dan sekresi peptida abnormal terlibat dalam kontrol makanan
(neuropeptide Y, melanocortins dan corticotropin-releasing factor, antara lainnya).
Suatu penelaahan terhadap kelainan endokrin, gangguan di neurotransmitters, serta
rinci analisis tanda-tanda kepadatan tulang dan mineral tulang pada pasien dengan
anoreksia nervosa. (Dona, 2008)
1) Keturunan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika salah satu dari dua saudara
kembar mengalami anorexia nervosa, maka sadara kembar yang satunya lagi
punya kecenderungan yang lebih besar untuk mengalami hal yang sama.
Punya kerabat dekat, biasanya seorang ibu atau saudari yang menderita
anorexia juga meningkatkan kemungkinan dari anggota keluarga lain
(biasanya wanita) untuk mengalami hal yang sama. Namun, jika dibandingkan
dengan berbagai penyakit lain, faktor keturunan dari anorexia nervosa
tampaknya cukup kecil.
5
2) Faktor Biologis
Ada sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa anorexia nervosa itu
berhubungan dengan aktivitas neurotransmitter yang abnormal dibagian otak
yang mengontrol kesenangan dan selera makan. Neurotransmitters itu juga
melibatkan gangguan mental lain, misalnya depresi. Penelitian di daerah ini
relatif baru dan hasil temuannya masih belum jelas.Para penderita anorexia
cenderung untuk cepat merasa kenyang dibanding orang lain.
Sebagian peneliti percaya bahwa hal itu berhubungan dengan fakta
bahwa perut dari penderita anorexia itu cenderung kosong lebih lambat
dibanding orang normal.Sebagian yang lain menganggap hal ini berhubungan
dengan mekanisme otak yang mengontrol selera makan.
Gangguan Makan dan Otak. Hipotalamus adalah pusat otak yang
penting dalam pengaturan rasa lapar dan makan. Kadar beberapa hormone
yang diatur oleh hipotalamus, seperti kortisol, memangtidak normal pada
penderita anoreksia nervosa, namu bukan penyebab anoreksia, melainkan
akibat kondisi melaparkan diri sendiri, dan kadarnya kembali normal seiring
dengan bertambahnya berat badan.Opioid endogenus adalah zat yang
diproduksi tubuh untuk mengurasi rasa sakit, meningkatkan mood, dan
menekan selera makan, setidak-tidaknya pada mereka yang meimiliki berat
badan rendah. Opioid diproduksi dalam kondisi kelaparan dan dianggap
berperan dalam snoreksia dan bulimia, namun dengan cara yang berbeda.
Kelaparan pada pasien anoreksiadapat menaikkan kadar opioid endogenus
yang menyebkan kondisi eforia yang memberikan penguatan positif.
3) Faktor Psikologis
Jenis kepribadian tertentu tampaknya lebih rentan untuk
mengembangkan anorexia nervosa. Penderita anorexia cenderung untuk
menjadi perfectionist yang punya pengharapan tidak realistis mengenai
bagaimana "seharusnya" mereka terlihat dan bertingkah laku. Mereka
cenderung untuk punya pandangan hitam atau putih, salah atau benar,
semuanya atau tidak sama sekali, dalam melihat berbagai situasi. Banyak
penderita anorexia yang tidak punya identitas diri yang kuat, dan memilih
untuk mengorbankan identitasnya demi menyenangkan orang lain. Hampir
semua penderita anorexia itu kurang menghargai diri sendiri. Banyak
6
penderita anorexia yang merasa depresi dan cemas, meski para peneliti tidak
tahu apakah ini adalah penyebab atau akibat dari gangguan pola makan.
4) Faktor Sosial
Penderita anorexia sepertinya cenderung berasal dari keluarga yang
overprotective atau keluarga yang tidak harmonis dimana banyak terjadi
konflik dan inconsistency. Karena itulah, para penderita anorexia merasa perlu
untuk bisa mengontrol sesuatu, dan sesuatu itu adalah berat badannya.
Keluarga seringkali punya harapan yang tinggi, terkadang tidak realistis dan
kaku.
Seringkali, sesuatu yang membuat stress atau kesal menjadi pemicu
untuk memulai tingkah laku anorexia. Misalnya anggota keluarga yang
mengejek berat badannya, mengomeli kebiasaannya memakan junk food,
mengomentari ukuran pakaiannya, atau membandingkannya dengan seseorang
yang bertubuh langsing. Berbagai kejadian dalam hidup, misalnya pindah
rumah, pindah sekolah, putus dengan pacar, atau mulai memasuki masa puber
dan merasa kewalahan dengan perubahan tubuhnya bisa memicu tingkah laku
anorexia. Situasi keluarga yang tumpang tindih adalah pesan media yang tak
henti-hentinya mengatakan bahwa ramping itu bagus dan gemuk itu buruk,
orang langsing itu sukses, menarik, dan bahagia, sedangkan orang gemuk itu
bodoh, pemalas, dan pecundang.
7
laksatif (obat cuci perut), diuretik, atau enema. Pemakaian obat pengurang nafsu
makan atau pil diet yang berlebihan, termasuk kedalam kedua jenis di atas.
Perilaku purgasi dan setengah puasa dapat menimbulkan ketidakseimbangan
elektrolit dan masalah jantung, yang pada akhirnya dapat berakibat fatal. Kondisi
kelaparan dapat mengakibatkan berbagai gejala medis. Perubahan kadar hormon
pertumbuhan, berkurangnya sekresi hormon kelamin, ketidaksempurnaan
pembentukan jaringan sumsum tulang, abnormalitas struktur otak, disfungsi jantung,
dan kesulitan gastrointestinal sering terjadi. Masalah terkait anoreksia pada remaja
yang perlu diperhatikan adalah kemungkinan retardasi pertumbuhan, keterlambatan
menarke, dan puncak reduksi massa tulang. Bila pola makan normal dapat
dimunculkan kembali dan pemakaian laksatif dapat dihentikan, individu tersebut
dapat mengalami edema perifer.
Berbagai factor psikologis berhubungan dengan anoreksia nervosa. Rasa harga
diri yang rendah sering berperan penting dalam munculnya penyakit ini. Penurunan
berat badan dipandang sebagai suatu pencapaian, dan harga diri menjadi bergantung
pada ukuran dan berat tubuh. Terdapat hubungan antara gangguan makan dan mood.
Pada beberapa kasus, depresi mayor dapat terjadi karena kurangnya nutrisi. Individu
yang engidap anoreksia nervosa bisa kurang spontanitas dalam situasi sosial dan dapat
mengalami pembatasan emosional.
Dinamika keluarga dapat berperan dalam perkembangan gejala. Orang tua
mungkin saja mengontrol dan terlalu protektif. Gangguan makan dapat terjadi sebagai
suatu usaha melawan kontrol yang tidak disadari. Pada beberapa kasus, penurunan
berat badan dan hilangnya karakteristik seks sekunder dapat berhubungan dengan
kesulitan menerima maturasi menuju kedewasaan. Gangguan makan yang tidak cukup
berat untuk memenuhi criteria anoreksia nervosa sering dijumpai pada remaja putri
Amerika Serikat dan mencerminkan kurus ideal secara sosiokultural.
8
e) Tetaplah menyibukkan diri, tapi jangan berlebihan. Tidur minimal 7 jam per
malam.
f) Habiskan waktu setiap hari dengan orang-orang yang peduli kesehatan kita
semua
Penatalaksanaan Anorexia Nervosa (Sheila, 2008) :
9
1. Cognitive behavior therapy (CBT) di design untuk mengubah pemikiran
dan perasaan mengenai tubuh dan tingkah lakunya terhadap makanan,
namun tidak membahas kenapa pemikiran dan perasaan itu timbul.
2. Psychodynamic therapy, juga disebut psychoanalytic therapy, dilakukan
untuk menggali penyebab emosional yang memicu tingkah laku anorexia.
Therapy ini cenderung lebih lama dibanding CBT.
3. Interpersonal therapy adalah therapy jangka pendek untuk membantu
penderita anorexia mengidentifikasi masalah dalam berhubungan. Pasien
mungkin akan diminta untuk melihat kembali sejarah keluarganya dengan
tujuan untuk mengenali bidang-bidang masalah dan cara mengatasinya.
4. Therapy keluarga dan pasangan ditujukan untuk membantu mengatasi
konflik atau gangguan yang menjadi menjadi faktor pemicu tingkah laku
anorexia. Therapy keluarga terutama sangat membantu dalam membantu
para orang tua yang anorectic agar tidak menurunkan sikap dan tingkah
laku mereka pada anak-anaknya. Terapi keluarga dapat bermanfaat bagi
keluarga dari klien yang berusia kurang dari 18 tahun. Keluarga yang
menunjukkan enmeshment, terapi keluarga juga berguna untuk membantu
anggota keluarga menjadi partisipan yang efektif dalam terapi klien.
(Sheila L. Videbeck, 2008 )
3. Penyembuhan total
Beberapa upaya yang dilakukan agar pasien kembali stabil,
menghilangkan kebiasaan dan pikiran-pikiran yang dapat menimbulkan gangguan
makan kembali
4. Mengurangi atau menghapuskan perilaku atau pemikiran yang awalnya
mengarah ke makan tidak teratur.
Untuk menyembuhkan anoreksia nervosa diperlukan kesabaran. Hal-hal
yang dapat dilakukan adalah konseling bersama dengan anggota keluarga, serta
edukasi tentang nutrisi, psikoterapi, dan kesehatan. Si penderita sangat
membutuhkan dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat. Jika ada salah
satu anggota keluarga anda yang menderita kelainan ini, jangan berhenti
mendukungnya untuk sembuh.
10
5. Psikofarmakologi
Beberapa kelas obat-obatan telah diteliti, tetapi sedikit yang menunjukkan
keberhasilan secara klinis. Amitriptilin (Elavil) dan siproheptadin antihistamin
dalam dosis tinggi (sampai 28mg/hari). Dapat meningkatkan penambahan berat
badan pasien rawat inap dengan anoreksia nervosa.(Sheila L. Videbeck, 2008)
11
11. Adanya hiperkarotenemia (menyebabkan kulit berwarna kuning, juga
dikenal sebagai pseudoikterus) à karena diet vegetarian atau penurunan
metabolisme
1.8 Komplikasi
1.9 Prognosis
12
BAB II
2.1 Pengkajian
2.1.1 Identitas
Umur : tidak ada perbandingan dari usia anak anak sampai dewasa, jadi relatif sama,
hanya saja banyak diantaranya di derita oleh usia –usia dewasa.
Jenis kelamin : Laki laki dan perempuan yang menderita anoreksia nervosa relatif sama.
13
Psikologis
Kaji tentang emosi, pengetahuan terhadap penyakit, dan suasana hati klien. Klien yang
mengalami gangguan makan mempunyai mood yang labil, biasanya berhubungan dengan
perilaku makan atau diet klien. Menghindari makanan yang “buruk” atau makanan yang
menggemukkan memberi klien perasaan kuat dan kendali terhadap tubuhnya, sedangkan
makan berlebihan atau pengurasan menimbulkan ansietas, depresi, dan perasaan lepas
kendali. Klien sering tampak sedih, cemas, dan khawatir.
Klien anoreksia nervosa pada awalnya senang dan gembira, seolah-olah tidak ada yang
salah. Wajah yang menyenangkan biasanya hilang saat klien menunjukan perilaku makan
berlebihan dan pengurasan, dan klien mungkin menunjukan emosi yang intens tentang
perasaan bersalah, malu, dan memalukan. Klien merasa lepas kendali dan tidak mampu
merubah perilaku tersebut meskipun klien mengakui perilaku tersebut sebagai hal yang
patologis.
Hal ini menyebabkan klien anoreksia nervosa menjalani hidup yang rahasia, dengan diam-
diam melakukan makan yang berlebihan dan pengurasan dibelakang teman dan keluarga
klien. Jumlah waktu yang diluangkan untuk membeli dan memakan makanan dan kemudian
melakukan pengurasan dapat mengganggu performa peran baik di rumah maupun di
lingkungan.
2.1.7 Penunjang
Hasil pemeriksaan Laboratorium
Na : 135 -145 mEq/L
Ca: 4-5 mEq/L
K : 3.5 – 5.3 mEq/L
14
1. Domain 2 Nutrition
Class 1 ingestion
NOC NIC
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam intake Nutririon Management (1100)
nutrisi klien adekuat
1. Monitoring intake dan output per hari
Domain II Physiologic health - cond’t 2. Tentukan motivasi klien untuk
Class K Dingestion & Nutrition (1009) meningkatkan nafsu makan dengan
menyedi-akan makanan kesukaan klien
Kriteria Hasil : (tanpa kontra indikasi)
Indicator : 3. Kaji kemampuan klien dalam pemenuhan
1. Klien tidak lagi menunjukan bukti kebutuhan nutrisi
penurunan BB 4. Berikan terapi nutrisi (makanan dan
2. Menjelaskan komponen diet yang cairan untuk mendukung proses
adekuat metabolisme klien agar tidak terjadi
3. Intake nutrisi adekuat malnutrisi
4. Status hidrasi 5. Timbang BB klien secara berkala
5. Nafsu makan meningkat perminggu untuk mengetahui
peninggakan BB sebagai indicator
keberhasilan
6. Informasikan pada klien dan keluarga
tentang manfaat nutrisi agar membantu
mendorong asupan makanan klien
2. Domain 2 Nutrition
15
Class 5 Hydration
3. Domain 4 Activity/Rest
Class 3 Energy Balance
16
2. kemudahan melakukan aktivitas dengan proses penyakit.
sehari-hari 5. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
3. keseimbangan aktivitas dan istirahat meningkatkan intake makanan tinggi
4. mempertahankan nutrisi adekuat energi.
6. Tingkatkan pembatasan bedrest dan
aktivitas.
4. Domain 6 Self-Perception
Class 2 Self-Esteem
Diagnosa : Harga Diri Rendah Situasional berhubungan dengan merasa bentuk tubuh
tidak ideal (00120)
NOC NIC
Self-Esteem Enhacement (5400)
Domain III Psychosocial Health 1. menentukan pasien untuk mengiden-
Class M Psychological Well-Being tifikasi kekuatan
(1205) 2. memberikan pengalaman yang mening-
Kriteria Hasil : katkan otonomi pasien, yang sesuai
1. verbalisasi penerimaan diri 3. menahan diri dari mengkritik negatif
2. pemeliharaan kontak mata 4. mengeksplorasi prestasi pasien dahulu
3. deskripsi diri 5. mengapresiasi atau memuji kemajuan
4. menghargai orang lain pasien menuju tujuan mencapai
5. komunikasi terbuka 6. menginstruksikan orang tua untuk
6. tingkat kepercayaan diri mengenali prestasi anak-anak
7. respon yang diharapkan dari orang 7. memantau kurangnya tindak lanjut dalam
lain pencapaian tujuan
8. membuat pernyataan positif tentang
pasien
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Anoreksia nervosa adalah salah satu gangguan makan yang paling banyak
terjadi pada anak gadis remaja dan wanita muda dan disebabkan oleh berbagai faktor
17
seperti biologi, sosial dan psikososial, diperlukan terapi yang menyeluruh dalam
penatalaksanaan anoreksia nervosa termasuk didalamnya hospitalisasi, psikoterapi
dan terapi biologis. Tanda dan gejala yang sering timbul pada penyakit ini adalah
berat badan turun secara drastic,diet berkelanjutan,ketakutan bertambah berat badan
atau menjadi gemuk, bahkan ketika berat badannya dibawah rata rata,gejala yang
tidak semestinya pada bentuk atau berat badan dalam evaluasi diri,sibuk menghitung
kalori makanan dan nutrisi,lebih memilih makan sendirian, latihan berlebih, selain itu
penyakit ini dapat menyebabkan kematian.
DAFTAR PUSTAKA
18
Darmawan, Bambang. 2007.gangguan penolakan makan(anoreksia nervosa) Diunduh
di: http://mediacastore.com/penyakit/67/anoreksia nervosa.html.27 22 April 2016.
pukul: 19.00 WIB
Davidson, C Gerald, Neale, John M, Kring, Ann M (2006) Psikologi Abnormal Edisi
ke-9, Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.
Evelyn Attia, Timothy Walsh (2007) Treatment in Psychiatry, Jurnal Anorexia
Nervosa.
Gail,W,Stuart.2006. Buku saku keperawatan jiwa edisi 5. Jakarta:EGC
Soetjianingsih. 2010. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta :
Sagung Seto.
Swain, Pamela I. 2006. Anorexia Nervosa and Bulimia Nervosa. New york : Nova
Science Publishers
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta:EGC.
Vikas Duvvuri, M.D., Ph.D. & Walter H. Kaye, M.D. 2009. Anorexia Nervosa. Jurnal
Kedokteran Vol. VII, No. 4. Diakses pada tanggal 22 April 2016
Wong,Dona,L.2008.Masalah Kesehatan Anak usia sekolah dan remaja.Jakarta:EGC
19