Anda di halaman 1dari 19

BAB I

TINJAUAN TEORI

1.1. Definisi Anoreksia Nervosa

Menurut Davison, Neale, dan Kring (2004) mengartikan anorexia sebagai


hilangnya nafsu makan, dan nervosa sebagai alasan-alasan emosional yang mendasari
hilangnya nafsu makan tersebut. Anorexia nervosa adalah suatu gangguan yang
dicirikan penderita memiliki ketakutan luar biasa bahwa dirinya akan mengalami
kegemukan, dan merasa gemuk meskipun tubuhnya kurus (Halmi, 2003).
Anoreksia nervosa adalah jenis gangguan makan dimana individu menjaga
bentuk tubuhnya agar tetap kurus atau untuk lebih kurus lagi dibawah berat normal.
Individu dengan anoreksia nervosa sangat takut dirinya bertambah berat badan, ia akan
mempertahankan rasa lapar secara ekstrim, bila ia merasa makan agak berlebihan maka
ia akan segera memuntahkannya. Hal ini untuk mempertahankan atau mengurangi berat
badan mereka melalui kontrol ketat asupan kalori mereka. (Sigit,2009)
Anoreksia nervosa adalah gangguan makan yang mengancam jiwa yang
ditandai dengan penolakan klien untuk mempertahankan berat badan normal yang
minimal, gangguan persepsi yang bermakna tentang bentuk atau ukuran tubuh atau
menolak untuk mengakui bahwa ada masalah. Anoreksia Nervosa merupakan sebuah
penyakit kompleks yang melibatkan komponen psikologikal, sosiologikal, dan
fisiologikal, pada penderitanya ditemukan peningkatan rasio enzim hati ALT dan GGT,
hingga disfungsi hati akut pada tingkat lanjut. Banyak penelitian yang beranggapan
bahwa masalah yang mendasari lebih bersifat psikologis daripada biologis, sebagian
pakar mencurigai bahwa pengidap anoreksia nervosa mungkin kecanduan opiate
endongen yaitu bahan mirip morpin yang diproduksi sendiri oleh tubuh yang
diperkirakan dikeluarkan selama kelaparan jangka panjang. (Botha, D. 2010)
1.2 Etiologi Anoreksia Nervosa
Etiologi gangguan tetap tidak jelas. Terdapat komponen pisikologis yang
jelas,dan diagnosis terutama didasarkan pada kriteria pisikologis dan prilaku seperti
rigiditas, ritual risme, kehati – hatian, perfectsionisme serta control infuse yang buruk.
Namun demikian, manisfestasi fisik anoreksia dapat mengarah pada kemungkinan
faktor-faktor organik pada etiologi. (Darmawan, 2007)

1
Faktor predisposisi :
1. Biologis
Diyakini ada hubungan keluarga dengan gangguan makan. Keturunan pertama
wanita pada orang yang mengalami gangguan makan beresiko tinggi daripada populasi
umum. Model biologis etiologi gangguan makan difokuskan kepada pusat pengatur
nafsu makan di hipotalamus, yang mengendalikan mekanisme neurokimia khusus untuk
makan dan kenyang. Serotonin dianggap terlibat dalam patofisiologi gangguan makan.
Studi tentang anoreksia nervosa menunjukkan bahwa gangguan tersebut
cenderung terjadi dalam keluarga. Oleh karena itu, kerentanan genetik mungkin muncul
yang dipicu oleh diet yang tidak tepat atau stress emosional. Kerentanan genetik ini
mungkin muncul karena tipe kepribadian tertentu atau kerentaan umum terhadap
gangguan jiwa atau kerentanan genetik mungkin secara langsung mencakup disfungsi
hipotalamus.
2. Perkembangan
Anoreksia nervosa biasanya terjadi selama masa remaja dan diyakini bahwa
penyebabnya berhubungan dengan perkembangan pada tahap kehidupan. Perjuangan
untuk mengembangkan otonomi dan pembentukan indentitas yang unik adalah 2 tugas
yang penting. Keterlibatan faktor kepribadian dinyatakan oleh fakta bahwa penderita
anoreksia cenderung wanita tertentu, muda, berkulit putih dan dari keluarga kalangan
atas yang menekankan pada pencapaian. Jenis latar belakang ini menyebabkan tuntutan
dan harapan keluarga yang menimbulkan stress, dan dalam konteks ini, penolakan
wanita untuk makan mungkin tampaknya tanpa disadari sebagai cara menunjukan
kendali.
Kemungkinan lain yang lebih jarang disebutkan adalah penderita anoreksia
memiliki gangguan pada seksualitas. Selain tidak mengalami menstruasi, wanita
mengalami underweight parah tidak memilki karakteristik seksual lain, seperti feminin
yang sesunguhnya.
3. Lingkungan
Berbagai factor lingkungan dapat mempengaruhi individu untuk mengalami
gangguan makan. Lingkungan keluarga dengan konnflik juga memicu adanya anoreksia
nervosa.

2
4. Psikologis
Kebanyakan pasien yang mengalami gangguan makan menunjukkan
sekelompok gejala psikologis seperti rigiditas, ritual risme, kehati – hatian,
perfectsionisme serta control infuse yang buruk. Aspek psikologis anoreksia nervosa
yang mendominansi adalah keinginan yang kuat untuk menguruskan berat badan dan
takut gemuk, biasanya didahului oleh periode 1 atau 2 tahun gangguan mood dan
perubahan perilaku. Penurunan berat badan biasanya dipicu oleh krisis yang khas pada
remaja seperti awitan menstruasi atau kecelakaan interpersonal traumatic yang memicu
perilaku diet yang serius dan berlanjut sampai tidak terkontrol.
Sering kali terdapat kesalahpahaman yang berlebihan terhadap penyimpanan
lemak normal yang merupakan karakteristik periode remaja awal , atau komentar orang
lain bahwa remaja putri terlihat gemuk. Remaja memasuki fase pertumbuhan pubertas
ketika akumulasi lemak biologis yang normal, terutama rentan untuk muncul. Tuntutan
dewasa ini untuk memiliki tubuh ramping merupakan faktor yang sangat penting.
Standar kecantikan ditunjukkan oleh tinggi badan, kerampingan, payudara yang kecil
seperti model – model yang ditampilkan oleh semua bentuk media.
Pada beberapa situasi remaja mengalami stress keluarga yang parah seperti
perpisahan atau perceraian orang tua. Pada kondisi ini atau lainnya remaja mengalami
kehilangan kontrol diri, keputusan untuk sabar atau tidak makan menjadi sebuah area
yang dapat melatih kontrol individu.
5. Sosio kultural
Pada budaya yang menerima atau mengahargai kemontokkan, jarang terjadi
gangguan makan. Lingkungan sosiokultural pada remaja dan wanita muda di Amerika
Serikat juga sangat menekankan kelangsingan dan pengendalian terhadap tubuh
seseorang menjadi indicator untuk evaluasi diri. Di Amerika serikat kelebihan berat
badan dianggap sebagai tanda kemalasan, kurang control diri atau mendapatkan tubuh
yang sempurna disamakan dengan cantik.
Orang yang mengalami anoreksia sering kali tidak makan lebih dari 500 – 700
kalori dalam sehari dan mungkin mencerna sebanyak 200 kalori, namun mereka merasa
yang dimakan sudah cukup memadai untuk kebutuhan hidup mereka . Beberapa indivu
yang mengalami anoreksia mungkin tidak makan selama seharian. Walaupun
melakukan pembatasan, banyak penderita anoreksia mengalami preokupasi atau
terobsesi oleh makanan dan sering masak untuk keluarga. Individu yang mengalami
gangguan makan dapat melakukan berbagai perilaku pengurasan termasuk latihan
3
olahraga yang berlebihan. Menggunakan diuretic yang diresepkan dan di jual bebas, pil
diet, laksatif dan steroid. Banyak pasien yang mencari bantuan untuk menangani
gangguan makan juga mengalami gangguan jiwa seperti depresi , gangguan obsesif–
konflusif dan gangguan kepribadian.
1.3 Klasifikasi Anoreksia Nervosa
1.3.1 Tipe anoreksia nervosa :
1. Tipe terbatas; individu dengan tipe ini mengindari makan berlebihan, mereka
biasanya menyediakan makan sendiri
2. Tipe binge; individu ini dapat makan dimana saja, akan tetapi selesai makan ia
akan segera memuntahkan makanannya di kamar mandi, menggunakan pencuci perut
atau memperlancar buangan kotoran. (Stuart, 2006)
1.4 Manifestasi Klinis
1.4.1 Gejala klinis pada klien dengan anoreksia nervosa (Vikas, 2006):
1. Gejala yang predominan adalah ketakutan yang sangat akan kenaikan berat badan,
sampai terjadi phobia terhadap makanan. Ketakutan terhadap  makanan disertai
dengan penyalahartian dari body image; banyak pasien merasa diri mereka sangat
gendut, walaupun sebenarnya mereka sangat kurus.
2. Banyak penderita anoreksia nervosa mempunyai obsessive compulsive behavior,
misalnya mereka sering sekali mencuci tangan berulang-ulang,  pasien cenderung
kaku dan perfeksionis yang mengarahkan pada diagnosis gangguan kepribadian,
seperti narcissisme, atau riwayat gangguan kepribadian.
3. Penderita anoreksia nervosa biasanya menunjukan perilaku yang aneh tentang
makanan, seperti menyembunyikan makanan, membawa makanan dalam kantong,
saat makan mereka membuang makanan, memotong makanan menjadi potongan
kecil-kecil.
4. Gangguan tidur dan gangguan depresi pada umumnya.
5. Muntah yang dipaksakan.
6. Biasanya aktifitas dan program olah raga yang berlebihan.
1.4.2 Tanda Anorexsia nervosa :
1. Menyamarkan kekurusan mereka dengan baju dan make-up.
2. Kulit kering dan kering, rambut halus, dan alopesia ringan.
3. Kehilangan enamel gigi karena asam lambung, ketika penderita muntah. Bahkan
terdapat scar pada dorsum akibat jari-jari yang dimasukan ke mulut untuk
memaksakan muntah.
4
4. Hypokalemi dan kelainan EKG
5. Kelainan neurology (seperti seizure dan neuropaty) dan anemia yang berhubungan
dengan kekurangan gizi dan kelaparan.
Kenyataanya semua sistem organ terganggu dalam anoreksia nervosa. Pasien
seringkali terjadi bradikardi, hipertensi, dehidrasi, amenore, lekopenia, dan mungkin
anemia. Pasien juga mengalami gangguan elektrolit, khususnya ekskresi. Osteopeni,
osteoporosis, tambahan aritmia jantung (meliputi interval Q-T yang panjang), motilitas
lambung yang lambat, meningkatnya tingkat aminotransferase hepar, insufisiensi
renal, rambut rontok, dan adanya lanugo (rambut halus di muka, leher dan punggung)
dihubungkan dengan anoreksia nervosa yang berat.
Hilangnya jaringan lemak sebagai akibat dari pembatasan gizi dikaitkan
dengan hypoleptinemia dan sekresi peptida abnormal terlibat dalam kontrol makanan
(neuropeptide Y, melanocortins dan corticotropin-releasing factor, antara lainnya).
Suatu penelaahan terhadap kelainan endokrin, gangguan di neurotransmitters, serta
rinci analisis tanda-tanda kepadatan tulang dan mineral tulang pada pasien dengan
anoreksia nervosa. (Dona, 2008)

1.5 Patofisiologi Anorexia Nervosa

Anorexia adalah penyakit kompleks, penyebabnya tidak hanya satu. Hasil


penelitian mensugestikan bahwa sebagian orang punya kecenderungan ke arah
anorexia, lalu sesuatu memicu tingkah laku mereka yang kemudian menjadi self-
reinforcing. Faktor keturunan, biologis, psychologis, dan sosial, semuanya berperan
(Soetjiningsih, 2010).

1) Keturunan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika salah satu dari dua saudara
kembar mengalami anorexia nervosa, maka sadara kembar yang satunya lagi
punya kecenderungan yang lebih besar untuk mengalami hal yang sama.
Punya kerabat dekat, biasanya seorang ibu atau saudari yang menderita
anorexia juga meningkatkan kemungkinan dari anggota keluarga lain
(biasanya wanita) untuk mengalami hal yang sama. Namun, jika dibandingkan
dengan berbagai penyakit lain, faktor keturunan dari anorexia nervosa
tampaknya cukup kecil.

5
2) Faktor Biologis
Ada sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa anorexia nervosa itu
berhubungan dengan aktivitas neurotransmitter yang abnormal dibagian otak
yang mengontrol kesenangan dan selera makan. Neurotransmitters itu juga
melibatkan gangguan mental lain, misalnya depresi. Penelitian di daerah ini
relatif baru dan hasil temuannya masih belum jelas.Para penderita anorexia
cenderung untuk cepat merasa kenyang dibanding orang lain.
Sebagian peneliti percaya bahwa hal itu berhubungan dengan fakta
bahwa perut dari penderita anorexia itu cenderung kosong lebih lambat
dibanding orang normal.Sebagian yang lain menganggap hal ini berhubungan
dengan mekanisme otak yang mengontrol selera makan.
Gangguan Makan dan Otak. Hipotalamus adalah pusat otak yang
penting dalam pengaturan rasa lapar dan makan. Kadar beberapa hormone
yang diatur oleh hipotalamus, seperti kortisol, memangtidak normal pada
penderita anoreksia nervosa, namu bukan penyebab anoreksia, melainkan
akibat kondisi melaparkan diri sendiri, dan kadarnya kembali normal seiring
dengan bertambahnya berat badan.Opioid endogenus adalah zat yang
diproduksi tubuh untuk mengurasi rasa sakit, meningkatkan mood, dan
menekan selera makan, setidak-tidaknya pada mereka yang meimiliki berat
badan rendah. Opioid diproduksi dalam kondisi kelaparan dan dianggap
berperan dalam snoreksia dan bulimia, namun dengan cara yang berbeda.
Kelaparan pada pasien anoreksiadapat menaikkan kadar opioid endogenus
yang menyebkan kondisi eforia yang memberikan penguatan positif.
3) Faktor Psikologis
Jenis kepribadian tertentu tampaknya lebih rentan untuk
mengembangkan anorexia nervosa. Penderita anorexia cenderung untuk
menjadi perfectionist yang punya pengharapan tidak realistis mengenai
bagaimana "seharusnya" mereka terlihat dan bertingkah laku. Mereka
cenderung untuk punya pandangan hitam atau putih, salah atau benar,
semuanya atau tidak sama sekali, dalam melihat berbagai situasi. Banyak
penderita anorexia yang tidak punya identitas diri yang kuat, dan memilih
untuk mengorbankan identitasnya demi menyenangkan orang lain. Hampir
semua penderita anorexia itu kurang menghargai diri sendiri. Banyak

6
penderita anorexia yang merasa depresi dan cemas, meski para peneliti tidak
tahu apakah ini adalah penyebab atau akibat dari gangguan pola makan.

4) Faktor Sosial
Penderita anorexia sepertinya cenderung berasal dari keluarga yang
overprotective atau keluarga yang tidak harmonis dimana banyak terjadi
konflik dan inconsistency. Karena itulah, para penderita anorexia merasa perlu
untuk bisa mengontrol sesuatu, dan sesuatu itu adalah berat badannya.
Keluarga seringkali punya harapan yang tinggi, terkadang tidak realistis dan
kaku.
Seringkali, sesuatu yang membuat stress atau kesal menjadi pemicu
untuk memulai tingkah laku anorexia. Misalnya anggota keluarga yang
mengejek berat badannya, mengomeli kebiasaannya memakan junk food,
mengomentari ukuran pakaiannya, atau membandingkannya dengan seseorang
yang bertubuh langsing. Berbagai kejadian dalam hidup, misalnya pindah
rumah, pindah sekolah, putus dengan pacar, atau mulai memasuki masa puber
dan merasa kewalahan dengan perubahan tubuhnya bisa memicu tingkah laku
anorexia. Situasi keluarga yang tumpang tindih adalah pesan media yang tak
henti-hentinya mengatakan bahwa ramping itu bagus dan gemuk itu buruk,
orang langsing itu sukses, menarik, dan bahagia, sedangkan orang gemuk itu
bodoh, pemalas, dan pecundang.

Anoreksia nervosa adalah gangguan makan yang ditandai dengan penolakan


untuk mempertahankan berat badan dalam batas-batas minimal yang normal untuk
tinggi badan, berat badan tubuh, dan kerangka tubuh. Penurunan berat badan yang
berlebih disangkal dan individu memiliki citra tubuh yang menyimpang. Meskipun
kurus, individu merasa gemuk. Selain itu, mereka memfokuskan pada ukuran dan
bentuk bagian tubuh tertentu.
Ada dua jenis anoreksia nervosa. Jenis pertama adalah jenis membatasi diri,
yaitu individu tersebut sangat membatasi makanan dan memaksa diri menjalankan
berbagai latihan, sedangkan jenis yang suka makan dan melakukan purgasi ditandai
dengan membatasi asupan makanan dan diselingi masa pesta makan, diikuti
melakukan purgasi melalui muntah yang diinduksi sendiri atau memakai ipekak,

7
laksatif (obat cuci perut), diuretik, atau enema. Pemakaian obat pengurang nafsu
makan atau pil diet yang berlebihan, termasuk kedalam kedua jenis di atas.
Perilaku purgasi dan setengah puasa dapat menimbulkan ketidakseimbangan
elektrolit dan masalah jantung, yang pada akhirnya dapat berakibat fatal. Kondisi
kelaparan dapat mengakibatkan berbagai gejala medis. Perubahan kadar hormon
pertumbuhan, berkurangnya sekresi hormon kelamin, ketidaksempurnaan
pembentukan jaringan sumsum tulang, abnormalitas struktur otak, disfungsi jantung,
dan kesulitan gastrointestinal sering terjadi. Masalah terkait anoreksia pada remaja
yang perlu diperhatikan adalah kemungkinan retardasi pertumbuhan, keterlambatan
menarke, dan puncak reduksi massa tulang. Bila pola makan normal dapat
dimunculkan kembali dan pemakaian laksatif dapat dihentikan, individu tersebut
dapat mengalami edema perifer.
Berbagai factor psikologis berhubungan dengan anoreksia nervosa. Rasa harga
diri yang rendah sering berperan penting dalam munculnya penyakit ini. Penurunan
berat badan dipandang sebagai suatu pencapaian, dan harga diri menjadi bergantung
pada ukuran dan berat tubuh. Terdapat hubungan antara gangguan makan dan mood.
Pada beberapa kasus, depresi mayor dapat terjadi karena kurangnya nutrisi. Individu
yang engidap anoreksia nervosa bisa kurang spontanitas dalam situasi sosial dan dapat
mengalami pembatasan emosional.
Dinamika keluarga dapat berperan dalam perkembangan gejala. Orang tua
mungkin saja mengontrol dan terlalu protektif. Gangguan makan dapat terjadi sebagai
suatu usaha melawan kontrol yang tidak disadari. Pada beberapa kasus, penurunan
berat badan dan hilangnya karakteristik seks sekunder dapat berhubungan dengan
kesulitan menerima maturasi menuju kedewasaan. Gangguan makan yang tidak cukup
berat untuk memenuhi criteria anoreksia nervosa sering dijumpai pada remaja putri
Amerika Serikat dan mencerminkan kurus ideal secara sosiokultural.

1.6 Penatalaksanaan dan Pencegahan Anorexia Nervosa Pencegahan Anorexia


Nervosa
a) Jangan pernah berdiet. Lebih baik jalani pola makan yang sehat.
b) Tetaplah menjalani perawatan.
c) Monitor kebiasaan berbicara negatif pada diri sendiri. Praktekkan kebiasaan
berbicara positif pada diri sendiri.
d) Habiskan waktu untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan setiap hari.

8
e) Tetaplah menyibukkan diri, tapi jangan berlebihan. Tidur minimal 7 jam per
malam.
f) Habiskan waktu setiap hari dengan orang-orang yang peduli kesehatan kita
semua
Penatalaksanaan Anorexia Nervosa (Sheila, 2008) :

1.      Mengembalikan berat badan kembali normal


Seorang consultant gizi atau diet adalah bagian penting dari team yang
diperlukan agar sukses merawat anorexia. Perawatan awal dititik beratkan untuk
menstabilkan kondisi medis dari pasien dengan cara meningkatkan jumlah kalori
dan menyeimbangkan electrolytes
Setelah itu, therapy nutrisi diperlukan untuk mensupport proses
penyembuhan dan penambahan berat badan yang stabil. Ini adalah proses yang
intensif dengan melibatkan pendidikan mengenai nutrisi, perencanaan makan,
monitoring nutrisi, dan membantu penderita anorexia untuk mengembangkan
hubungan yang sehat dengan makanan.
Dilakukan program diet ulang yang sehat untuk mengembalikan berat
badan kembali normal, pada pasien tertentu kadang diperlukan perawatan di
rumah sakit. Check kesehatan akan dilakukan untuk melihat berbagai
kemungkinan komplikasi yang muncul.
2.      Terapi psikologi/ psikoterapi
Campur tangan medis membantu menghilangkan masalah fisik yang
berhubungan dengan anorexia, namun biasanya juga perlu diiringi dengan
pengubahan tingkah laku. Psychotherapy berperan penting dalam membantu
penderita anorexia untuk memahami dan memulihkan diri. Berbagai jenis
psychotherapy akan digunakan, tergantung dari situasi masing-masing penderita.
Secara umum, target dari psychotherapy adalah untuk membantu mengembangkan
sikap yang sehat dari pasien terhadap tubuh mereka dan makanan. Ini mungkin
melibatkan pencarian akar masalah yang jadi penyebab tingkah laku anorexia,
juga cara mengatasinya.
Beberapa jenis psychotherapy yang telah sukses dalam merawat anorexia
adalah sebagai berikut:

9
1. Cognitive behavior therapy (CBT) di design untuk mengubah pemikiran
dan perasaan mengenai tubuh dan tingkah lakunya terhadap makanan,
namun tidak membahas kenapa pemikiran dan perasaan itu timbul.
2. Psychodynamic therapy, juga disebut psychoanalytic therapy, dilakukan
untuk menggali penyebab emosional yang memicu tingkah laku anorexia.
Therapy ini cenderung lebih lama dibanding CBT.
3. Interpersonal therapy adalah therapy jangka pendek untuk membantu
penderita anorexia mengidentifikasi masalah dalam berhubungan. Pasien
mungkin akan diminta untuk melihat kembali sejarah keluarganya dengan
tujuan untuk mengenali bidang-bidang masalah dan cara mengatasinya.
4. Therapy keluarga dan pasangan ditujukan untuk membantu mengatasi
konflik atau gangguan yang menjadi menjadi faktor pemicu tingkah laku
anorexia. Therapy keluarga terutama sangat membantu dalam membantu
para orang tua yang anorectic agar tidak menurunkan sikap dan tingkah
laku mereka pada anak-anaknya. Terapi keluarga dapat bermanfaat bagi
keluarga dari klien yang berusia kurang dari 18 tahun. Keluarga yang
menunjukkan enmeshment, terapi keluarga juga berguna untuk membantu
anggota keluarga menjadi partisipan yang efektif dalam terapi klien.
(Sheila L. Videbeck, 2008 )

3.      Penyembuhan total
Beberapa upaya yang dilakukan agar pasien kembali stabil,
menghilangkan kebiasaan dan pikiran-pikiran yang dapat menimbulkan gangguan
makan kembali
4.      Mengurangi atau menghapuskan perilaku atau pemikiran yang awalnya
mengarah ke makan tidak teratur.
Untuk menyembuhkan anoreksia nervosa diperlukan kesabaran. Hal-hal
yang dapat dilakukan adalah konseling bersama dengan anggota keluarga, serta
edukasi tentang nutrisi, psikoterapi, dan kesehatan. Si penderita sangat
membutuhkan dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat. Jika ada salah
satu anggota keluarga anda yang menderita kelainan ini, jangan berhenti
mendukungnya untuk sembuh.

10
5.      Psikofarmakologi
Beberapa kelas obat-obatan telah diteliti, tetapi sedikit yang menunjukkan
keberhasilan secara klinis. Amitriptilin (Elavil) dan siproheptadin antihistamin
dalam dosis tinggi (sampai 28mg/hari). Dapat meningkatkan penambahan berat
badan pasien rawat inap dengan anoreksia nervosa.(Sheila L. Videbeck, 2008)

1.7 Pemeriksaan Diagnostik


Anoreksia nervosa seringkali didiagnosis dengan mengesampingkan penyakit-
penyakit medis dan psikiatrik lainnya yang berhubungan dengan penurunan berat
badan. Pada saat ini kriteria AN yang jelas dan dapat dipercaya telah diformulasikan
berdasarkan tanda dan gejala-gejalanya (Soetjiningsih, 2010).
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi gejal-gejala dari
AN adalah sebagai berikut :

1. Elektrokardiogram (EKG) bradikardia umum terjadi


2. Tekanan darah berdiri dan berbaring untuk mengkaji adanya hipotensi
3. Kadar urea, elektrolit, kreatinin serum (pada kasus berat, dipantau setiap 3
bulan)  dapat menunjukkan kadar nitrogen urea darah (NUD) yang rendah
akibat dehidrasi dan jumlah asupan protein yang tidak adekuat; alkalosis
metabolik dan hipokalemia karena muntah
4. Urinalisis, klirens kreatinin urine (pada kasus berat, dipantau setiap
tahun) pH mungkin naik; mungkin ditemukan keton
5. Hitung darah lengkap (HDL), hitung trombosit (pada kasus berat, dipantau
setiap 3 bulan) biasanya normal; mungkin terdapat anemia normokromik
normositik.
6. Kadar Glukosa serum (pada kasus berat, dipantau setiap 3 bulan)
7. Uji fungsi hepar (pada kasus berat, dipantau setiap 3 bulan)
8. Kadar TSH (thyroid stimulating hormone), kortisol (pada kasus berat
dipantau enam bulan sekali)
9. Densitas tulang (pada kasus berat dipantau setiap tahun) menunjukkan
osteopenia
10. Komposisi tubuh (pada kasus berat dipantau setiap tahun menggunakan
kaliper, atau water immersion)

11
11. Adanya hiperkarotenemia (menyebabkan kulit berwarna kuning, juga
dikenal sebagai pseudoikterus) à karena diet vegetarian atau penurunan
metabolisme

1.8 Komplikasi

1.       Berat badan jauh dibawah normal.


2.       Anggapan yang selalu buruk tentang bentuk badannya sendiri.
3.       Perubahan menstruasi sampai akhirnya tidak menstruasi.
4.       Detak jantung tidak teratur.
5.       Gangguan fungsi hati, sistem cardiovascular dan organ dalam lainnya.
6.       Terjadinya pelemahan otot dan disfungsi sistem imun.
7.       Ketidakseimbangan hormon.
8.       Terganggunya proses pertumbuhan tubuh.
9.       Osteoporosis.
10.    Kematian.

1.9 Prognosis

Terjadinya anoreksia nervosa (AN) dan bulimia meningkat sejak 2 dekade


terakhir. Diperkirakan ada satu setiap 100 wanita usia 16 – 18 tahun, menderita
anoreksia nervosa. Distribusinya merupakan distribusi bimodal, puncak pertama pada
14,5 tahun dan puncak yang lain pada 18 tahun; 25 % lebih muda dari 13 tahun .
Peningkatan telah dilaporkan disemua Negara barat, sedangkan Negara lain ada
beberapa laporan yang sporadic. Perbandingan penderita wanita dengan pria adalah
10:1. Pada mulanya dilaporkan hanya ada pada kelompok sosioekonomi menengah
keatas, namun sekarang AN juga ada pada golongan sosioekonomi yang lebih rendah.
AN telah didiagnosis pada berbagai etnik dan ras. Bulimia lebih umum terjadi daripada
AN. Meningkatnya insidens gangguan makan yang berhubungan dengan AN dan
bulimia berkaitan dengan latar belakang keluarga. Anoreksia diperkirakan memiliki
angka kematian tertinggi dari semua gangguan jiwa, dengan mana saja 6-20% dari
mereka yang didiagnosis dengan gangguan akhirnya mati karena penyebab yang terkait.
tingkat bunuh diri orang-orang dengan anoreksia juga lebih tinggi dari itu dari populasi
umum. (Vikas, 2009).

12
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA ANOREKSIA NERVOSA

2.1 Pengkajian
2.1.1 Identitas
Umur : tidak ada perbandingan dari usia anak anak sampai dewasa, jadi relatif sama,
hanya saja banyak diantaranya di derita oleh usia –usia dewasa.
Jenis kelamin   : Laki laki dan perempuan yang menderita anoreksia nervosa relatif sama.

2.1.2 Keluhan utama


Biasanya keluhan utama yang klien rasakan jarang diungkapkan klien. Klien biasa
mengungkapkan bahwa dia tidak menderita anorexsia nervosa dengan tanda binge (makan
berlebih) dan purge (makan sedikit).

2.1.3 Riwayat penyakit dahulu


Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di riwayat
sebelumnya, kapan waktu terjadinya, dan penanganan yang dilakukan sendiri sebelum di
rawat. Klien anorexsia nervosa sering berfokus pada cara menyenangkan orang lain dan
menghindari konflik. Klien sering memiliki perilaku impulsif seperti penyalahgunaan zat dan
pencurian, ansietas, depresi, dan gangguan kepribadian.

2.1.4 Riwayat penyakit sekarang


Anoreksia Nervosa

2.1.5 Riwayat penyakit keluarga


Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit anorexsia nervosa.

2.1.6 Pemeriksaan fisik


B1 (Breath) : RR meningkat.
B2 (Blood) : perasaan dingin meskipun pada ruangan hangat, TD rendah, takikardia,
bradikardia, disritmia.
B3 (Brain) : penampilan umum klien tidak luar biasa, klien tampak terbuka dan mau
berbicara.
B4 (Bladder) : kaji keseimbangan cairan dan elektrolit, turgor kulit tidak elastic dan
membrane mukosa kering.
B5 (Bowel) : catat kehilangan berat badan 15% di bawah normal. Klien dapat kelebihan
atau kekurangan berat badan, tetapi biasanya mendekati berat badan yang diharapkan sesuai
dengan usia dan ukuran tubuhnya. Kaji keadaan gigi, mulut, dan abdomen.
B6 (Bone) :-

13
Psikologis
Kaji tentang emosi, pengetahuan terhadap penyakit, dan suasana hati klien. Klien yang
mengalami gangguan makan mempunyai mood yang labil, biasanya berhubungan dengan
perilaku makan atau diet klien. Menghindari makanan yang “buruk” atau makanan yang
menggemukkan memberi klien perasaan kuat dan kendali terhadap tubuhnya, sedangkan
makan berlebihan atau pengurasan menimbulkan ansietas, depresi, dan perasaan lepas
kendali. Klien sering tampak sedih, cemas, dan khawatir.
Klien anoreksia nervosa pada awalnya senang dan gembira, seolah-olah tidak ada yang
salah. Wajah yang menyenangkan biasanya hilang saat klien menunjukan perilaku makan
berlebihan dan pengurasan, dan klien mungkin menunjukan emosi yang intens tentang
perasaan bersalah, malu, dan memalukan. Klien merasa lepas kendali dan tidak mampu
merubah perilaku tersebut meskipun klien mengakui perilaku tersebut sebagai hal yang
patologis.
Hal ini menyebabkan klien anoreksia nervosa menjalani hidup yang rahasia, dengan diam-
diam melakukan makan yang berlebihan dan pengurasan dibelakang teman dan keluarga
klien. Jumlah waktu yang diluangkan untuk membeli dan memakan makanan dan kemudian
melakukan pengurasan dapat mengganggu performa peran baik di rumah maupun di
lingkungan.

2.1.7 Penunjang
Hasil pemeriksaan Laboratorium
Na : 135 -145 mEq/L
Ca: 4-5 mEq/L
K : 3.5 – 5.3 mEq/L

2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake nutrisi, ketidakinginan untuk makan.
2. Ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan ketidakseimbangan intake cairan
secara oral dengan pengeluaran cairan.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan malnutrisi, keletihan.
4. Gangguan Konsep Diri berhubungan dengan merasa bentuk tubuh tidak ideal.

14
1. Domain 2 Nutrition
Class 1 ingestion

Diagnosa : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan tidak adekuatnya intake nutrisi, ketidakinginan untuk makan (00002)

NOC NIC
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam intake Nutririon Management (1100)
nutrisi klien adekuat
1. Monitoring intake dan output per hari
Domain II Physiologic health - cond’t 2. Tentukan motivasi klien untuk
Class K Dingestion & Nutrition (1009) meningkatkan nafsu makan dengan
menyedi-akan makanan kesukaan klien
Kriteria Hasil : (tanpa kontra indikasi)
Indicator : 3. Kaji kemampuan klien dalam pemenuhan
1. Klien tidak lagi menunjukan bukti kebutuhan nutrisi
penurunan BB 4. Berikan terapi nutrisi (makanan dan
2. Menjelaskan komponen diet yang cairan untuk mendukung proses
adekuat metabolisme klien agar tidak terjadi
3. Intake nutrisi adekuat malnutrisi
4. Status hidrasi 5. Timbang BB klien secara berkala
5. Nafsu makan meningkat perminggu untuk mengetahui
peninggakan BB sebagai indicator
keberhasilan
6. Informasikan pada klien dan keluarga
tentang manfaat nutrisi agar membantu
mendorong asupan makanan klien

2. Domain 2 Nutrition

15
Class 5 Hydration

Diagnosa : Resiko ketidak seimbangan elektrolit berhubungan dengan ketidak


seimbangan intake cairan secara oral dengan pengeluaran cairan (00028)
NOC NIC
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam intake Fluid / Electrolyte Management (2080)
cairan kembali normal 1. memantau kadar serum elektrolit yang
abnormal
Domain II Physiologic health - cond’t 2. memonitor perubahan status paru atau
Class G Fluid & Electrolytes (0601) jantung menunjukkan overload cairan
atau dehidrasi
Kriteria Hasil : 3. memonitor kehilangan cairan
1. tekanan darah normal (120/80 4. memberikan cairan, yang sesuai
mmHg) 5. menjaga dan catatan yang akurat dari
2. denyut nadi normal (60-100x/menit) asupan dan output
3. 24 jam asupan dan output seimbang
4. membran mukosa lembab
5. turgor kulit kembali normal
6. berat jenis urine

3. Domain 4 Activity/Rest
Class 3 Energy Balance

Diagnosa : Keletihan berhubungan dengan malnutrisi. (00093)


NOC NIC
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam Energy Management (0180)
keletihan pasien teratasi dengan kriteria 1. kolaborasikan dengan dokter dan tim
hasil : kesehatan lain untuk memenuhi
Domain I Functoinal Health kemampuan pasien beraktivitas dan
Class A Energy Maintenance (0008) istirahat.
Domain II physiologic Health 2. Instruksikan pada pasien untuk mencatat
Class K digestion & Nutrition (1007) tanda-tanda vital dan gejala kelelahan
3. Ajarkan tehnik dan manajemen aktivitas
Kriteria Hasil : untuk mencegah kelelahan.
1. kemampuan aktivitas adekuat 4. Jelaskan pada pasien hubungan keletihan

16
2. kemudahan melakukan aktivitas dengan proses penyakit.
sehari-hari 5. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
3. keseimbangan aktivitas dan istirahat meningkatkan intake makanan tinggi
4. mempertahankan nutrisi adekuat energi.
6. Tingkatkan pembatasan bedrest dan
aktivitas.

4. Domain 6 Self-Perception
Class 2 Self-Esteem

Diagnosa : Harga Diri Rendah Situasional berhubungan dengan merasa bentuk tubuh
tidak ideal (00120)
NOC NIC
Self-Esteem Enhacement (5400)
Domain III Psychosocial Health 1. menentukan pasien untuk mengiden-
Class M Psychological Well-Being tifikasi kekuatan
(1205) 2. memberikan pengalaman yang mening-
Kriteria Hasil : katkan otonomi pasien, yang sesuai
1. verbalisasi penerimaan diri 3. menahan diri dari mengkritik negatif
2. pemeliharaan kontak mata 4. mengeksplorasi prestasi pasien dahulu
3. deskripsi diri 5. mengapresiasi atau memuji kemajuan
4. menghargai orang lain pasien menuju tujuan mencapai
5. komunikasi terbuka 6. menginstruksikan orang tua untuk
6. tingkat kepercayaan diri mengenali prestasi anak-anak
7. respon yang diharapkan dari orang 7. memantau kurangnya tindak lanjut dalam
lain pencapaian tujuan
8. membuat pernyataan positif tentang
pasien

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Anoreksia nervosa adalah salah satu gangguan makan yang paling banyak
terjadi pada anak gadis remaja dan wanita muda dan disebabkan oleh berbagai faktor

17
seperti biologi, sosial dan psikososial, diperlukan terapi yang menyeluruh dalam
penatalaksanaan anoreksia nervosa termasuk didalamnya hospitalisasi, psikoterapi
dan terapi biologis. Tanda dan gejala yang sering timbul pada penyakit ini adalah
berat badan turun secara drastic,diet berkelanjutan,ketakutan bertambah berat badan
atau menjadi gemuk, bahkan ketika berat badannya dibawah rata rata,gejala yang
tidak semestinya pada bentuk atau berat badan dalam evaluasi diri,sibuk menghitung
kalori makanan dan nutrisi,lebih memilih makan sendirian, latihan berlebih, selain itu
penyakit ini dapat menyebabkan kematian.

DAFTAR PUSTAKA

Botha, D. (2010). Anorexia Nervosa – The Female Phenomenon: Repositioning the


Males.Counselling, Psychotherapy, and Health, 6(1), 1-20.

18
Darmawan, Bambang. 2007.gangguan penolakan makan(anoreksia nervosa) Diunduh
di: http://mediacastore.com/penyakit/67/anoreksia nervosa.html.27 22 April 2016.
pukul: 19.00 WIB
Davidson, C Gerald, Neale, John M, Kring, Ann M (2006) Psikologi Abnormal Edisi
ke-9, Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.
Evelyn Attia, Timothy Walsh (2007) Treatment in Psychiatry, Jurnal Anorexia
Nervosa.
Gail,W,Stuart.2006. Buku saku keperawatan jiwa edisi 5. Jakarta:EGC
Soetjianingsih. 2010. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta :
Sagung Seto.
Swain, Pamela I. 2006. Anorexia Nervosa and Bulimia Nervosa. New york : Nova
Science Publishers
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta:EGC.
Vikas Duvvuri, M.D., Ph.D. & Walter H. Kaye, M.D. 2009. Anorexia Nervosa.  Jurnal
Kedokteran Vol. VII, No. 4. Diakses pada tanggal 22 April 2016
Wong,Dona,L.2008.Masalah Kesehatan Anak usia sekolah dan remaja.Jakarta:EGC

19

Anda mungkin juga menyukai