Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM

I. KASUS (MASALAH UTAMA)


.Perubahan Proses Pikir: Waham

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


A. Definisi
Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-menerus, tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006)
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah.
Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya
klien (Aziz R, 2003).

B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
a. Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf yang
berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif.
b. Neurobiologis : adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks limbic
c. Neurotransmitter : abnormalitas pada dopamine, serotonin dan glutamat.
d. Psikologis : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.
2. Faktor Presipitasi
a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
b. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
c. Adanya gejala pemicu

C. Tanda dan Gejala


1. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakinninya (tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan
2. Klien tampak tidak mempunyai orang lain
3. Curiga
4. Bermusuhan
5. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan
6. Takut dan sangat waspada
7. Tidak tepat menilai lingkungan/realitas
8. Ekspresi wajah tegang
9. Mudah tersingung

D. Masalah Keperawatan Yang Sering Muncul


1. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2. Kerusakan komunikasi : verbal
3. Perubahan isi pikir : waham

E. Akibat Yang Sering Muncul


1. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat)
Cara berpikir magis dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk dan pengorganisasian
bicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial)
2. Fungsi persepsi
Depersonalisasi dan halusinasi
3. Fungsi emosi
Afek datar, afek tidak sesuai, reaksi berlebihan, ambivalen
4. Fungsi motorik
Imfulsif gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme, stereotopik gerakan yang diulang-
ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang jelas, katatonia.
5. Fungsi sosial : kesepian
6. Isolasi sosial, menarik diri dan harga diri rendah.

F. Mekanisme Koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi klien dari pengalaman yang
menakutkan dengan respon neurobiologist yang maladaptive meliputi: regresi berhubungan
dengan masalah proses informasi dengan upaya untuk mengatasi ansietas, proyeksi sebagai
upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi, menarik diri, pada keluarga: mengingkari.

G. Fase-fase
Proses terjadinya waham dibagi menjadi enam yaitu :
1. Fase Lack of Human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhn-kebutuhan klien baik secara fisik maupun
psikis. Secar fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status sosial
dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang
salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara
Reality dengan selft ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan
dipandang sebagai seorang dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dn diperhitungkan
dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di
dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang ( life
span history ).
2. Fase lack of self esteem
Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal
dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak
terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya. Misalnya, saat
lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi komunikasi yang canggih,
berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self
ideal  yang melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek
pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system semuanya sangat rendah.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia katakan
adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi
menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya
untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas
dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal.
Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien
itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan
keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau
konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
4. Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan
klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut
sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya
kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma ( Super Ego ) yang ditandai dengan
tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa
semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai
halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering
menyendiri dan menghindar interaksi sosial ( Isolasi sosial ).
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang
salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan
traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi ( rantai yang hilang ).
Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman
diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara
konfrontatif serta memperkaya keyakinan relegiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan
menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.

H. Jenis Waham
Tanda dan gejala waham berdasarkan jenisnya meliputi :
a) Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan
khusus yang diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya
ini pejabat di separtemen kesehatan lho!” atau, “Saya punya tambang emas.”
b) Waham curiga: individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencederai dirinya dan siucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan. Contoh, “Saya tidak tahu seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup
saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya.”
c) Waham agama: individu memiliki keyakinan terhadap terhadap suatu agama secara
berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh, “Kalau
saya mau masuk surga, saya harus menggunakan pakaian putih setiap hari.”
d) Waham somatic: individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu
atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Misalnya, “Saya sakit kanker.” (Kenyataannya pada pemeriksaan
laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien terus mengatakan
bahwa ia sakit kanker).
e) Waham nihilistik: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di
dunia/meninggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, ”Ini kan alam kubur ya, sewmua yang ada disini adalah roh-roh”.
f) Waham sisip pikir : keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain yang disisipkan ke
dalam pikirannya.
g) Waham siar pikir : keyakinan klien bahwa orang lain mengetahui apa yang dia
pikirkan walaupun ia tidak pernah menyatakan pikirannya kepada orang tersebut
h) Waham kontrol pikir : keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh kekuatan di
luar dirinya.

I. Rentang Respon

III. A. POHON MASALAH


Resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan

Perubahan Proses Pikir: Waham

Harga Diri Rendah


ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA WAHAM

PENGKAJIAN
A. Tempatkan waham dalam kerangka waktu dan identifikasi pemicu
1. Identifikasi semua komponen waham dengan menempatkannya dalam waktu dan
urutan
2. Identifikasi pemicu yang mungkin berhubungan dengan stress atau ansietas
3. Apabila waham terkait dengan ansietas, ajarkan keterampilan mengatasi ansietas
B. Kaji intensitas, frekuensi, lama waham
1. Bantu pasien untuk menghilangkan waham yang berlalu dengan cepat dalam
kerangka waktu yang singkat
2. Pertimbangkan untuk menghindari waham yang menetap atau yang telah dialami
dalam waktu lama sementara waktu guna mencegah terhambatnya hubungan
perawat-pasien
3. Dengarkan secara seksama sampai tidak diperlukan lagi pembicaraan mengenai
waham
C. Identifikasi komponen emosional waham
1. Berespon terhadap perasaan pasien yang mendasar, bukan pada sifat waham yang
tidak logis
2. Dorong pembicaraan mengenai ketakutan, kecemasan, dan kemarahan pasien
tanpa menilai waham yang diceritakan pasien benar atau salah
D. Amati adanya bukti pemikiran konkret
1. Tentukan apakah pasien benar-benar mengajak anda berbicara atau tidak
2. Tentukan apakah anda dan pasien menggunakan bahasa yang sama
E. Amati pembicaraan yang menunjukkan gejala gangguan pemikiran
1. Tentukan apakah pasien menunjukkan gangguan pemikiran (missalnya bicara
berputar-putar, menyimpang, mudah mengubah topik pembicaraan, tidak dapat
merespon terhadap upaya anda untuk mengarahkan kembali pembicaraan)
2. Sadari bahwa ini bukan saat yang tepat untuk menunjukkan ketidaksesuaian antara
kenyataan dan waham
F. Amati kemampuan pasien untuk menggunakan pertimbangan sebab-akibat secara
akurat
1. Tentukan apakah pasien dapat membuat prediksi yang logis (induktif atau
deduktif) berdasarkan pada pengalaman masa lalu
2. Tentukan apakah pasien dapat mengonseptualisasikan waktu
3. Tentukan apakah pasien dapat mengakses dan menggunakan memori saat ini dan
jangka panjang
G. Bedakan antara gambaran pengalaman dan kenyataan dari situasi tertentu
1. Identifikasi keyakinan yang salah mengenai situasi yang nyata
2. Tingkatkan kemampuan pasien dalam menguji realitas
3. Tentukan apakan pasien berhalusinasi, karena ini akan memperkuat waham
H. Secara cermat, tanyakan pasien tentang kenyataan yang terjadi dan arti kenyataan
tersebut
1. Bicarakan mengenai waham untuk mencoba membantu pasien melihat bahwa
wahamtersebut tidak benar
2. Harap diingat, jika langkah ini dilakukan sebelum langkah sebelumnya selesai, hal
ini akan menguatkan waham
I. Diskusikan tentang waham dan konsekuensinya
1. Jika intensitas waham berkurang, diskusikan waham ketika pasien siap
mendiskusikannya
2. Diskusikan konsekuensi waham
3. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengambil tanggungjawab dalam
perilaku, aktivitas sehari-hari, dan pengambilan keputusan
4. Dorong tanggungjawab personal pasien, dan partisipasinya dalam kesehatan dan
penyembuhan
J. Tingkatkan distraksi sebagai cara untuk menghentikan fokus pasien pada waham
1. Tingkatkan aktivitas yang membutuhkan perhatian pada keterampilan fisik dan
dapat membantu pasien menggunakan waktu secara konstruktif
2. Kenali dan dorong aspek yang sehat dan positif dari kepribadian pasien

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG LAZIM TERJADI


1. Gangguan proses pikir : waham
2. Gangguan persepsi sensori : penglihatan, pendengaran, kinestetik, pengecap,
perabaan  b.d stress psikologi
3. Kerusakan interaksi social b.d perubahan proses pikir
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Gangguan proses pikir : Distorted Thought Manajemen Delusi (Delusi
waham control Management)
Setelah dilakukan  BHSP (prinsip komunikasi
interaksi selama 1x24 terapeutik dan pertahankan
jam, klien mengenal konsistensi).
waham nya dengan  Beri kesempatan klien
indicator/kriteria hasil : untuk mendiskusikan
 Klien mampu wahamnya dengan
mengenal terjadinya petugas/perawat.
waham.  Hindari mendebat atau
 Klien mampu mendukung waham.
mengungkapkan isi  Fokuskan diskusi pada
waham. perasaan klien (takut,
 Klien mengungkapkan marah, terganggu, dsb),
frekuensi waham. bukan isi wahamnya.
 Klien mampu  Dorong klien untuk
mengungkapkan mengungkapkan perasaan
perasaan terkait terkait dengan wahamnya.
dengan waham.  Hindarkan stimulasi yang
berlebihan yang dapt
menyebabkan munculnya
waham.
 Libatkan klien dalam TAK
orientasi Realita
 Observasi isi waham yang
membahayakan.
 Membantu klien untuk
mengeliminasi/menurunkan
stressor yang menciptakan
delusi.
 Dukung klien untuk
menvalidasi keyakinan
terhadap wahamnya
dengan orang yang
dipercaya/petugas/perawat.
 Dukung klien untuk
melaksanakan jadwal
kegiatan harian secara
konsisten.
 Berikan aktivitas rekreasi
atau aktivitas yang
membutuhkan perhatian
dan keterampilan diwaktu
luang klien.
 Kelola pemberian obat-
obat antipsikotik dan
antidepressant sesuai
dengan order/kebutuhan.
 Monitor efek samping
obat.
 Jelaskan pentingnya
kepatuhan klien terhadap
aturan pengelolaan obat.

2 Gangguan persepsi Distorted Thought 1. Bina Hubungan


sensori : penglihatan, Control Terapeutik Dan Saling
pendengaran, kinestetik, Setelah dilakukan Percaya (Complex
pengecap, perabaan b.d interaksi selama 3 x 24 Relationship Building)
stress psikologi jam, klien mampu  Perkenalkan diri
mengendalikan halusinasi dengan sopan.
dengan indikator/kriteria  Tanyakan nama
hasil : lengkap klien dan
 Klien mampu nama panggilan yang
mengenal terjadinya disukai klien.
halusinasi.  Buat
 Klien mampu kontrak/persetujuan
mengungkapkan isi tentang tujuan dan
halusinasi. cara prtemuan yang
 Klien saling dapat diterima
mengungkapkan dengan cara yang
frekuensi halusinasi. tepat.
 Klien mampu  Pelihara postur tubuh
mengungkapkan terbuka.
perasaan terkait  Ciptakan iklim yang
dengan halusinasi. hangat dan menerima
secara tepat.\
 Berespon pada pesan
non verbal klien
dengan cara yang
tepat.
 Tunjukkan
ketertarikan pada klien
dengan
mempertahankan
kontak mata,
berhadapan, posisi
mata sejajar, saat
berbicara perawat
sedikit membungkuk
jika diperlukan.
2. Manajemen Halusinasi
(Halusination
Management)
 Observasi tingkah laku
yang berhubungan
dengan halusinasi.
 Bantu klien mengenal
halusinasi
 Diskusikan dengan
klien waktu, isi,
frekuensi, dan situasi
pencetus munculnya
halusinasi.
 Diskusikan dengan
klien apa yang
dirasakan jika
halusinasi muncul.
 Beri klien kesempatan
untuk mengungkapkan
perasaannya.
 Identifikasi dan
diskusikan dengan
klien perilaku yang
dilakukan saat
halusinasi muncul.
 Diskusikan manfaat
dan akibat dari cara
atau perilaku yang
dilakukan klien.

3 Kerusakan interaksi Social Involvement


social b.d perubahan Setelah dilakukan 1. Tingkatkan sosialisasi
proses pikir interaksi selama 3 X 24 (socialization
jam, klien dapat memulai enhancement)
hubungan/interaksi  BHSP (prinsip
dengan orang lain, komunikasi teraputik,
dengan indikator/kriteria pertahankan sikap
hasil : konsisten, terbuka,
 Klien mampu tepati janji, dan
memperkenalkan hindari kesan
dirinya dengan orang negative.
lain, berjabat tangan,  Observasi perilaku
memjawab salam, ada menarik diri klien
kontak mata, dan  Kaji
meluangkan waktu pengetahuan  klien
untuk duduk tentang perilaku
berdampingan dengan mengisolasikan
orang lain /perawat. dirinya.
 Klien mau  Diskusikan dengan
menyebutkan alas an klien hal-hal yang
menarik/mengisolasi menyebabkan klien
diri. mengisolasikan diri
 Klien mau  Berikan kesempatan
mengutarakan kepada klien untuk
masalahnya. menceritakan
perasaannya terkait
dengan isolasi dirinya
 Dorong klien untuk
membagi masalah
yang
dihadapi/dimilikinya
 Dukung klien untuk
jujur dan menunjukan
identitas dirinya
dengan orang lain
 Melibatkan dalam
TASK
2. Manajemen Kestabilan
Mood serta Perasaan
Aman dan Nyaman
(Mood Management)
 Observasi/monitor
kesesuaian antara afek
dan ungkapkan secara
verbal klien.
 Berikan perasaan
aman dan nyaman
pada klien.
 Dorong klien
mengungkapkan
perasaannya dan
mengekspresikannya
secara tepat.
 Bantu klien
mengidentifikasi
perasaan yang
mendasari keinginan
klien untuk tidak
melakukan interaksi
dengan orang lain.
 Dorong klien untuk
mengungkapkan
hambatan dan
kesulitan dalam
berinteraksi dengan
orang lain.
 Diskusikan dengan
klien manfaat
berinteraksi dengan
orang lain.
 Diskusikan kerugian
tidak berinteraksi
dengan orang lain.
 Kelola pemberian obat
untuk manjaga
kestabilan mood/mood
stabilizing (antidepres
sant, lithium,
hormone, dan vitamin-
vitamin)
 Monitor efek samping
obat dan dampaknya
terhadap mood klien.
 Libatkan klien dalam
TAK SS, SP Umum.
 Lakukan kolaborasi
dengan psikiater bila
diperlukan (missal :
ECT).
3. Tingkatkan Sosialisasi
(Socialization
Enhancement)
 Bantu klien
mengidentifikasi
kelebihan, hambatan,
dan kesulitan dalam
berkomunikasi dengan
orang lain.
 Tingkatkan kesadaran
klien terhadap
kelebihan dan
pketerbatasan dalam
berkomunikasi
tersebut.
 Dukung klien
mengembangkan
hubungan/interaksi
yang telah terbina.
 Dukung dalam
aktivitas di ruang
perawatan.
 Beri reinforcement
atas kemampuan dan
keberhasilan klien.
 Libatkan klien dalam
TAKS.
DAFTAR PUSTAKA

Nanda, 2005-2006. Panduan Diagnosa keperawatan NANDA 2005-2006 Definisi


dan            Klasifikasi. Philadhelpia.

Permitasari Lisa. 2012. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Isi Pikir: Waham.
http://healthandbeautifulinfo.blogspot.com/2012/09/asuhan-keperawatan-klien-
dengan.html. Di akses 9 November 2020.

Anda mungkin juga menyukai