Anda di halaman 1dari 57

Siklus Kehidupan dan

Tumbuh Kembang Anak

Dr. Elly Tania, SpKJ


Istilah
• ‘Life cycle’ atau ‘siklus kehidupan’ : proses perkembangan
dari lahir sampai mati

• Tumbuh kembang mencakup 2 peristiwa:


– Pertumbuhan ------ perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu.
– Perkembangan ----bertambahnya kemampuan dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur, termasuk aspek sosial atau emosional akibat
pengaruh lingkungan.
TAHAP-TAHAP TUMBUH KEMBANG ANAK

• Tumbuh kembang fisis


• Tumbuh kembang intelektual/kognitif
(Piaget)
• Tumbuh kembang psikoseksual (Freud)
• Tumbuh kembang psikososial (Erik
Erikson)
• Tumbuh kembang moral (kohlberg)
Definisi
• Perkembangan fisik adalah pertumbuhan sistim dan
jaringan tubuh, serta penyempurnaan fungsi-fungsi
tubuh.

• Perkembangan psikososial adalah proses


perkembangan mental emosional seseorang dalam
usahanya menyesuaikan diri dengan lingkungan
dan pengalaman-pengalamannya
• Perkembangan kognitif meliputi perkembngan
proses pikir dan kemampuan intelektual
/inteligentif lainnya.

• Perkembangan moral ---proses belajar


menyesuaikan dengan norma perilaku yang
diterima lingkungan masyarakat/ budaya
dimana seseorang itu hidup
Pola Asuh Banyak Mempengaruhi Siklus
Kehidupan & Kondisi Mental Anak
• Jenis Pola Asuh : Demokratis;permisif (boleh),
otoriter;lalai(abai);helicopter(overprotektif);keterikatan (kasih
sayang);narsisistik(hrs ikut cita2orgtua yg tdk bs dicapai
skrg);toxic(KDRT-abuse), dll
• Pola asuh mengandung unsur-unsur : gender, adat-budaya, agama,
kebiasaan lingkungan-tempat tinggal, ajaran/aturan/hukum yang
berlaku, tingkat pendidikan orangtua, karakter/sifat orangtua,
mekanisme defensif, jenis pekerjaan orangtua/status ekonomi-sosial
–kesehatan fisik-jiwa orangtua, pengalaman pola asuh yg dulu
pernah didapat orangtua, pengalaman trauma-kekerasan masa lalu/
hal positif yang didapat, kemampuan adaptasi-interaksi karakter
antara orangtua-anak, sifat/karakter anak, kondisi fisik-jiwa anak,
kemampuan-hobi-keterbatasan-kebutuhan masing2 anak (1anak=
unik=bukan mesin/robot), jumlah anak, kondisi RT, dll
Pola Asuh Banyak Mempengaruhi Terjadinya Perundungan &
Adiksi

• Pola asuh yang ideal adalah :

Orangtua : Anak :
Karakter-mekanisme defensif; sifat/ karakter, kondisi fisik-
asal budaya-agama-sosial- jiwa, kebutuhan, kemampuan
ekonomi-pendidikan pekerjaan; cara berpikir/intelegensi,
pengalamn hidup masa lalu, hobi/kesenangan,peer group
kondisi fisik-jiwa , pandangan disekolah-sekitar /sesuai
perkembangan jaman saat
ttg hidup/ cita2/ harapan, anak ini tumbuh-kembang,
hubungan dengan pasangan, dll cita2-harapan, dll
Masalah Pola Asuh :
Jarak/Celah antar Generasi= Lintas Dekade

Orangtua dengan
kacamata/pandangan/pengalaman
hidup/cara beinteraksi/gaya Anak lahir kedunia dengan
hidup/pola/adaptasi hidup masa polos spt lembar kertas
lalu era 50- 60-70-80-90-00 tapi
merasa PALING BERPENGALAMAN
kosong mau
tanpa menuliskan/mengisi
mempelajari/lihat/tau/dengar coretan2 hidup dengan
kehidupan JAMAN NOW. pengalaman-cerita-harapan-
pandangan-dll pada JAMAN
NOW.
Perkembangan Psikoseksual

Freud membagi fase perkembangan psikoseksual


menjadi 5 tahap;
• Fase oral, usia 0-18 bln --- kenikmatan dan kepuasan
dari berbagai pengalaman di sekitar mulut. Aktifitas
utama menghisap dan menggigit. Dasar
perkembangan mental yang sehat sangat tergantung
dari hubungan ibu-anak.
• Fase anal, berlangsung antara usia 1-3
tahun, tugas utama anak --- latihan
kebersihan atau toilet training.
Perkembangan Psikoseksual
• fase falik usia 3- 5/6/7 thn --- pengenalan anak
akan bagian tubuhnya sendiri, terjadi proses
identifikasi seksual
Fase Falik (3-6 tahun)

• Kepuasan pada daerah kemaluan/ autoerotic.


• Anak “merasa sama” dengan orangtua yang sejenis dan “mencintai” orangtua
yang beda kelamin--- Oedipus Complex & Electra Complex.
• Anak Laki2 suka-sering pegang penisnya dan menggesekan ---fase eksplorasi
alat kelaminnya, kadang ada yang terlihat telanjang sambil pamer “barang”.
• Bila orangtua selalu marah/membentak/mendoktrin—anak akan selalu ingat
“ini bahaya”
• Sebaiknya tidak dimarahi tapi dialihkan pada kegiatan/aktivitas lain yang
menarik sehingga anak teralih/lupa dan mulai pengenalan fungsi organ
tubuh dgn Bahasa sederhana.
• Ajarkan bagaimana memegang-membersihkan-menjaga alat
kelaminnya/ke”malu”annya—jadi si “Malu” tdk blh dilihat-disentuh orang
lain-hrs selalu tertutup, tdk boleh menggaruk- memasukkan benda ke alat
kelamin.
• Mulai kenal perbedaan identitas kelamin laki-perempuan.
Fase Latent ( 5- 12 tahun)

• Fase tenang
• Perubahan hormonal
• Dipengaruhi oleh kegiatan aktivitas sekolah,
mulai belajar bersosialisasi-komunikasi-
kepercayaan diri.
• Fase laten antara usia 5/6/7tahun -12 tahun ---anak harus
berhadapan dengan berbagai macam tuntutan sosial---rangsangan2
seksual ditekan sedemikian rupa demi moral/agama/adat. Anak2 yg
terlihat tenang/biasa2 saja mgkin menghbskan wkt utk masturbasi
dan main dokter2an.
Fase Genital (± 10 tahun- remaja)
• Fase kematangan alat seksual sekunder
(payudara, bulu dada, kumis).
Erikson’s Eight Stages of Development With
Corresponding Ages:

1. Oral-Sensory : Birth to 12-18 months


2. Muscular-Anal : 18 months to 3 years.
3. Locomotor : 3 to 6 years.
4. Latency : 6 to 12 years.
5. Adolescence : 12 to 18 years.
6. Young Adulthood : 19 to 40 years.
7. Middle Adulthood : 40 to 65 years.
8. Maturity : 65 to death.
Tahap (usia) Krisis Hubungan Perangkat Tujuan Maladaptasi
Psikososial Khusus Psikososial Psikososial dan
Malignansi

0-1 tahun Percaya vs Ibu Mengambil Harapan,ke- Distorsi


(bayi) tidak percaya kemudian percayaan indrawi,
memberikan penakut

2-3 tahun Otonom vs Orangtua Menguasai Kehendak, Impulsif dan


(balita) pemalu dan kemudian Ketergan- kompulsif
ragu-ragu melepaskan tungan

3-6 Inisiatif dan Keluarga Pergi keluar, Tujuan, Ketdkpedulian


tahun(praseko rasa bersalah bermain keberanian berdiam diri
lah)

7-12 tahun Berkarya vs Berteman dan Menyelesaika Kompetensi Keahlian


(usia sekolah) inferioritas sekolah n sesuatu, sempit dan
kerjasama kelambanan

12- 18 tahun Identitas ego Teman, gank, Menjd diri Kesetiaan , Fanatisme,
(remaja) vs keraguan idola sendiri dan loyalitas penolakan
peran berbagi dgn
org lain
Fase 1
• Kepercayaan dasar terbentuk selama tahap sensorik-oral(tahun pertama
kehidupan), yang ditunjukkan oleh bayi lewat kapasitasnya untuk tidur
tenang, menyantap makanan dengan nyaman, dan membuang kotoran
dengan santai.
• Kebiasaan-kebiasaan, konsistensi, dan kontinuitas sehari-hari dalam
lingkungan bayi merupakan dasar paling awal bagi berkembangnya suatu
perasaan identitas psikososial. Melalui kontinuitas pengalaman dengan
orang-orang dewasa, bayi belajar menggantungkan dirinya dan percaya
pada orang lain; tetapi mungkin yang lebih penting ialah ia belajar
mempercayai dirinya sendiri. (Situasi kebalikan : Neglect pada anak/ anak
yatim piatu)
• Kepastian semacam itu harus >>> unggul dari kecurigaan dasar.
• Perbandingan yang tepat antara kepercayaan dasar dan
kecurigaan dasar mengakibatkan tumbuhnya pengharapan.
Fondasi pengharapan terletak pada hubungan-hubungan
pertama dengan orangtua keibuan dan dapat dipercaya yang
responsif terhadap kebutuhan-kebutuhannya dan pengalaman-
pengalaman.
• Melalui sejumlah pengalaman yang terus meningkat, bayi
memperoleh inspirasi tentang berpengharapan baru,
mengembangkan kemampuan untuk membuang pengharapan
yang dikecewakan, dan menemukan pengharapan dalam tujuan-
tujuan dan kemungkinan dimasa mendatang.
• Tahap ini merupakan ritualisasi numinous--- pandangan bayi
akan kehadiran ibu yang bersifat perasaan, pandangannya,
pegangannya, sentuhannya, senyumannya, cara memanggil
namanya, dan “pengakuan” atas dirinya.
• Penyimpangan ritualisasi ini (sosok ibu/asuhan tidak ada) adalah
dalam kehidupan dewasa berupa pemujaan terhadap pahlawan
secara berlebih-lebihan atau idolisme
Fase 2 : Otonom vs pemalu dan ragu-ragu
• Pada tahap kedua kehidupan (tahap muskular-anal dalam skema
psikoseksual) anak mulai mempelajari apakah yang diharapkan dari
dirinya; apakah kewajiban-kewajiban dan hak-haknya ; apakah
pembatasan-pembatasan yang dikenakan pada dirinya.
• Tahap ini sifat anak ---penuh kemauan / cari tau--- orang-orang
dewasa mengendalikan dgn mengajari sifat malu; mendorong anak-
anak untuk mengembangkan perasaan otonomi-- akhirnya jadi
mandiri.
• Rasa mampu mengendalikan diri akan menimbulkan dalam diri anak
rasa memiliki kemauan baik dan bangga yang bersifat menetap;
sebaliknya rasa kehilangan kontrol-diri dapat menyebabkan perasaan
malu dan keragu-raguan yang bersifat menetap.
• Ritualisasi tahap ini sifat bijaksana(judicious), karena anak mulai
menilai dirinya sendiri dan orang lain serta membedakan antara
benar dan salah.
• Penyimpangan ritualisasi ini adalah legalisme.
Trust vs Mistrust ( Percaya & Tidak Percaya, 0-18 bulan)
• Karena ketergantungannya, hal pertama yang akan dipelajari seorang anak atau bayi dari lingkungannya
adalah rasa percaya pada orang di sekitarnya, terutama pada ibu atau pengasuhnya yang selalu bersama
setiap hari. Jika kebutuhan anak cukup dipenuhi oleh sang ibu atau pengasuh seperti makanan dan kasih
sayang maka anak akan merasakan keamanan dan kepercayaan.
• Akan tetapi, jika ibu atau pengasuh tidak dapat merespon kebutuhan si anak, maka anak bisa menjadi
seorang yang selalu merasa tidak aman dan tidak bisa mempercayai orang lain, menjadi seorang yang
selalu skeptis dan menghindari hubungan yang berdasarkan saling percaya sepanjang hidupnya.
Otonomi vs Malu dan Ragu – ragu (Autonomy vs Shame and Doubt, 18 bulan – 3 tahun)
• Kemampuan anak untuk melakukan beberapa hal pada tahap ini sudah mulai berkembang, seperti makan
sendiri, berjalan, dan berbicara. Kepercayaan yang diberikan orang tua untuk memberikannya kesempatan
bereksplorasi sendiri dengan dibawah bimbingan akan dapat membentuk anak menjadi pribadi yang
mandiri serta percaya diri.
• Sebaliknya, orang tua yang terlalu membatasi dan bersikap keras kepada anak, dapat membentuk sang
anak berkembang menjadi pribadi yang pemalu dan tidak memiliki rasa percaya diri, dan juga kurang
mandiri. Anak dapat menjadi lemah dan tidak kompeten sehingga selalu merasa malu dan ragu – ragu
terhadap kemampuan dirinya sendiri.
Initiative vs Guilt (Inisiatif vs Rasa Bersalah, 3 – 6 tahun)
• Anak usia prasekolah sudah mulai mematangkan beberapa kemampuannya yang lain seperti motorik dan
kemampuan berbahasa, mampu mengeksplorasi lingkungannya secara fisik maupun sosial
dan mengembangkan inisiatif untuk mulai bertindak.
• Apabila orang tua selalu memberikan hukuman untuk dorongan inisiatif anak, akibatnya anak dapat selalu
merasa bersalah tentang dorongan alaminya untuk mengambil tindakan. Namun, inisiatif yang berlebihan
juga tidak dapat dibenarkan karena anak tidak akan memedulikan bimbingan orang tua kepadanya.
Sebaliknya, jika anak memiliki inisiatif yang terlalu sedikit, maka ia dapat mengembangkan rasa ketidak
pedulian.
Stage 3: Early Childhood -- Age 3 to 6
 Tahap ketiga ini setara dengan tahap lokomotor-genital pada tahap psikoseksualitas,
ialah tahap inisiatif: suatu masa untuk memperluas penguasaan dan tanggung jawab.
Selama tahap ini anak menampilkan diri lebih maju dan lebih “seimbang” secara fisik
maupun kejiwaan.
 Inisiatif bersama dengan otonomi memberikan kepada anak suatu kualitas sifat
mengejar, merencanakan, serta kebulatan tekad dalam menyelesaikan tugas-tugas
dan meraih tujuan-tujuan.
 Bahaya dari tahap ini adalah perasaan bersalah yang dapat menghantui anakkarena
terlampaui bergairah memikirkan tujuan-tujuan, termasuk fantasi-fantasi genital,
menggunakan cara-cara agresif serta manipulatif untuk mencapai tujuan-tujuan itu.
 Kegiatan utama anak dalam tahap ini adalah bermain, dan tujuan tumbuh dari
kegiatan bermainnya, eksplorasi-eksplorasinya, usaha-usaha dan kegagalan-
kegagalannya serta eksperimentasinya dengan alat permainan. Disamping
• Kegiatan
permainan utama anak
fisik, dalam tahapjuga
ia melakukan ini adalah bermain---
permainan tujuandengan
kejiwaan tumbuhmemerankan
dari kegiatan
peranan orangtua dan orang-orang dewasa lain dalam suatu permainan khayalan.

bermainnya, eksplorasi-eksplorasinya, usaha-usaha dan kegagalan-kegagalannya serta
Permainan memberikan kepada anak sejenis kenyataan perantara; ia bisa belajar
eksperimentasinya
dengan tentang tujuan dengan alat permainan.
benda-benda, Disamping
hubungan permainan
antara dunia fisik,
dalamia melakukan
dan dunia luar,
juga
dan permainan
bagaimana kejiwaan
ingatandengan memerankan
masa lampau peranan orangtua
bisa diterapkan dan orang-orang
pada tujuan-tujuan masa
depan.

dewasa lain dalam suatu permainan khayalan.
Tujuan adalah nilai yang munonjol pada tahap ini. Maka, tujuan adalah keberanian
• Permainan memberikan
untuk merumuskan dankepada anak sejenis
mengejar kenyataan
tujuan-tujuan perantara;
yang bernilaiiayang
bisa belajar dengan
bebas dari
hambatan fantasi kanak-kanak, rsa bersalah dan ketakutan akan hukuman.
tentang tujuan benda-benda, hubungan antara dunia dalam dan dunia luar, dan
 Ritualisasi tahap ini bercirikan ritualisasi dramatik. Anak secara aktif berpartisipasi
bagaimana ingatan
dalam kegiatan masa lampau
bermain, bisa diterapkan
memakai pada tujuan-tujuan
pakaian, menirukan masa depan.
kepribadian-kepribadian
• orang dewasa,
Ritualisasi dan
tahap ini berpura-pura
bercirikan menjadi
ritualisasi apasaja
dramatik. Anakmulai
secaradari
aktifseekor anjing sampai
berpartisipasi dalam
seorang astronot.

kegiatan bermain,ritualisasi
Penyimpangan memakai inipakaian,
adalah menirukan
ritualismekepribadian-kepribadian
impersonansi sepanjang orang dewasa,
hidup.
dan berpura-pura
Seorang dewasamenjadi
memainkanapasaja mulai dari
peranan atauseekor anjing sampai
melakukan tindakan seorang
untukastronot.
menampilkan
suutu gambaran yang tidak mencerminkan kepribadiannya yang sejati.
Stage 4: Elementary and Middle School
Years
Age 6 to 12
 Pada tahap keempat dalam proses epigenetik ini( pada freud, periode laten) anak
harus belajar mengontrol imajinasi-imajinasinya yang sangat kaya, dan mulai
menempuh pendidikan formal.
 Bahaya dari tahap ini ialah anak bisa mengembangkan perasaan rendah diri apabila
ia tidak berhasil menguasai tugas-tugas yang diberikan.
 Nilai kompetensi muncul pada tahap ini. Yang penting adalah bahwa anak harus
menggunakan kecerdasan dan energinya yang melimpah untuk aktivitas dan tujuan
tertentu.
 Rasa kompetensi dicapai dengan menurunkan diri pada pekerjaan dan penyelesaian
tugas-tugas, yang pada akhirnya mengembangkan kecakapan kerja.
 Selama usia ini, anak ingin sekali mempelajari teknik-teknik produktivitas. Maka,
kompetensi merupakan penggunaan keterampilan dan kecerdasan untuk
menyelesaikan tugas-tugas, yang tidak terhambat oleh perasaan rendah diri serba
kekanak-kanakan.
 Ritualisasi tahap ini merupakan ritualisasi formal, masa anak belajar bekerja secara
metodis. Mengamati dan mempelajari metode-metode kerja memberikan kepada
anak suatu rasa memiliki kualitas berupa keterampilan dan kesempurnaan.
 Penyimpangan ritualismenya dimasa dewasa ialah formalisme, berwujud
pengulangan formalitas-formalitas yang tidak berarti dan ritual-ritual kosong.
Identity vs. Role Confusion
Industry vs Inferiority ( Tekun vs Rasa Rendah Diri, 6-12 tahun)
• Anak yang sudah terlibat aktif dalam interaksi sosial akan mulai mengembangkan suatu
perasaan bangga terhadap identitasnya. Kemampuan akademik anak yang sudah memasuki
usia sekolah akan mulai berkembang dan juga kemampuan sosialnya untuk berinteraksi di
luar keluarga.
• Dukungan dari orang tua dan gurunya akan membangun perasaan kompeten serta percaya
diri, dan pencapaian sebelumnya akan memotivasi anak untuk mencapai pengalaman baru.
Sebaliknya kegagalan untuk memperoleh prestasi penting dan kurangnya dukungan dari guru
dan orang tua dapat membuat anak menjadi rendah diri, merasa tidak kompeten dan tidak
produktif.

Identity vs Role Confusion ( Identitas vs Kebingungan Peran, 12-18 tahun)


• Pada tahap ini seorang anak remaja akan mencoba banyak hal untuk mengetahui jati diri
mereka sebenarnya, dan biasanya anak akan mencari teman yang memiliki kesamaan
dengan dirinya untuk melewati hal tersebut.

• Jika anak dapat menjalani berbagai peran baru dengan positif dan dukungan orang tua, maka
identitas yang positif juga akan tercapai.
Akan tetapi jika anak kurang mendapat bimbingan dan mendapat banyak penolakan dari orang
tua terkait berbagai peranannya, maka ia bisa jadi akan mengalami kebingungan identitas serta
ketidak yakinan terhadap hasrat serta kepercayaan dirinya.
• Tahap Sensorimotor menurut Piaget dimulai sejak umur 0 sampai 2 tahun.
Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana. 
• Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi langkah. 
Kemampuan yang dimiliki antara lain :

• a.Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek di sekitarnya.

• b.Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara.

• c.Suka memperhatikan sesuat lebih lama.

• d.Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya.

• e.Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya.
• Tahap preoperasional (umur 2 - 7/8 tahun) : Karakteristik tahap ini adalah :
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada• a.Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori
penggunaan symbol atau bahasa tanda, dan mulai objek, tetapi kurang disadarinya.
berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi• b.Anak mulai mengetahui hubungan secara logis
menjadi dua, yaitu preoperasional dan intuitif. terhadap hal-hal yang lebih kompleks.
Preoperasional (umur 2-4 tahun), anak telah mampu• c.Anak dapat melakukan sesuatu terhadap
menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsep sejumlah ide.
nya, walaupun masih sangat sederhana. Maka sering• d.Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara
terjadi kesalahan dalam memahami objek. benar. Dia mengerti terhadap sejumlah objek yang
Karakteristik tahap ini adalah: teratur dan cara mengelompokkannya. Anak
a.Self counter nya sangat menonjol. kekekalan masa pada usia 5 tahun, kekekalan berat
b.Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar pada usia 6 tahun, dan kekekalan volume pada
secara tunggal dan mencolok. usia 7 tahun. Anak memahami bahwa jumlah
c.Mampu mengumpulkan barang-barang menurut objek adalah tetap sama meskipun objek itu
kriteria, termasuk kriteria yang benar. dikelompokkan dengan cara yang berbeda.
d.Dapat menyusun benda-benda secara berderet,
tetapi tidak dapat menjelaskan perbedaan antara
deretan.
Tahap intuitif (umur 4 - 7 atau 8 tahun), anak telah
dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada
kesan yang agak abstraks. Dalam menarik kesimpulan
sering tidak diungkapkan dengan kata-kata. Oleh sebab
itu, pada usia ini, anak telah dapat mengungkapkan isi
hatinya secara simbolik terutama bagi mereka yang
memiliki pengalaman yang luas.
• Tahap operasional konkret (umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun)

• Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang
jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan. 
• Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat
konkret.
• Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang ada di dalam
dirinya.  Karenanya kegiatan ini memerlukan proses transformasi informasi ke dalam dirinya sehingga
tindakannya lebih efektif.  Anak sudah tidak perlu coba-coba dan membuat kesalahan, karena anak
sudah dapat berpikir dengan menggunakan model "kemungkinan" dalam melakukan kegiatan tertentu. 
Ia dapat menggunakan hasil yang telah dicapai sebelumnya.  Anak mampu menangani sistem klasifikasi.

• Namun sungguhpun anak telah dapat melakukan pengklasifikasian, pengelompokan dan pengaturan
masalah (ordering problems) ia tidak sepenuhnya menyadari adanya prinsip-prinsip yang terkandung di
dalamnya.  Namun taraf berpikirnya sudah dapat dikatakan maju.  Anak sudah tidak memusatkan diri
pada karakteristik perseptual pasif.  Untuk menghindari keterbatasan berpikir anak perlu diberi
gambaran konkret, sehingga ia mampu menelaah persoalan.  Sungguhpun demikian anak usia 7-12
tahun masih memiliki masalah mengenai berpikir abstrak.
Tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahun) :

Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak
dan logis dengan  menggunakan pola berpikir "kemungkinan". 
Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-dedutive dan inductive, dengan
kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa.

  Pada tahap ini kondisi berpikir anak sudah dapat :

• a.Bekerja secara efektif dan sistematis.



b.Menganalisis secara kombinasi, anak  dapat merumuskan beberapa
kemungkinan.

c.Berpikir secara proporsional,

• d.Menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi. 


Tahap Kedua Praoperasional (2-6 Tahun)
• Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek
dengan gambaran dan kata-kata.
• Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut
pandang orang lain.
• Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti
mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau
mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
• Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya, masih
menggunakan penalaran intuitif bukan logis, tidak dapat memahami tempatnya di
dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain, kesulitan
memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya, kemampuan untuk
memahami perspektif orang lain semakin baik.
• Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap
benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
Tahapan Operasional Konkrit (6 -12 Tahun)
Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
• Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.
Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang
paling besar ke yang paling kecil.
• Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut
tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda
dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki
keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan).
• Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa
memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih
sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
• Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian
kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama
dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
• Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak
berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai
contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air
dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi
cangkir lain.
• Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang
lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah).
• Fase Kognitif tidak berlaku untuk :
• Anak dengan Retardasi Mental (IQ
bermasalah)
• Anak dengan Autisme
• Anak dengan Gangguan Jiwa spt Skizofrenia,
bipolar, dll
• Perkembangan Moral Tergantung :
- Lingkungan sekitar spt : keluarga, Sekolah, kantor,
tempat ibadah, dll
- Ciri kepribadian Antisosial/ ggn kepribadian

Perkembangan Moral dimulai dari :


- Patuh karena takut dihukum
- Patuh karena cari muka
- Patuh karena teratur bagian dari dirinya
Faktor Biologi pada Lansia
Perkembangan Jiwa
Contoh penyakit tersering pada Lansia

• Stroke
• Demensia
• Sakit Jantung
• BPH (pembesaran Prostat—laki-laki> 50thn)
• DM
• Hipertensi
• Inkontinensia urin/ suka ngompol
• Anemia
• Gizi buruk – bisa karena tidak nafsu makan/ rasa pengecapan kurang/tidak diberi makan
• Dehidrasi
• Osteoporosis/ tulang keropos--- Hormon bukan karena kurang susu
Masalah Sosial Lansia
• Pekerjaan : Masa Pensiun terus terpaksa
bekerja ??
• Ekonomi : Penghasilan berkurang- uang pensiun,
asuransi?, investasi masa muda?, tergantung anak-
keluarga?, warisan?
• Keterbatasan Gerak – kurang aktif di masyarakat-
kaderisasi- turun posisi
• Masalah komunikasi/ Beda kesepakatan Pikiran karena
Beda Generasi
• Kehidupan Pernikahan : kehilangan pasangan,
kehilangan gairah, dll
Masalah Lansia yang Penting : Elderly Mistreatment/ Elder Abuse

Anda mungkin juga menyukai