Anda di halaman 1dari 5

Peran Ayah Dalam Pengasuhan

Kehadiran ayah dan ibu memang untuk saling melengkapi. Seorang ayah membawa sifat
disiplin, tanggung jawab dan kerja keras. Sedangkan seorang ibu menggenapinya dengan kasih
sayang, rasa sensitif atau kepekaan, dan ketelatenan.
Di jaman masyarakat agraris, seorang lelaki pergi ke ladang untuk berkebun dan beternak,
dan perempuannya menjaga lumbung padi di rumah sembari mengasuh anak-anak. Dunia yang
bergeser ke budaya industri kemudian menuntut percepatan. Tenaga manusia, baik laki-laki
maupun perempuan bernilai ekonomi dan setara dengan mesin. Perempuan tidak dianggap tabu
untuk bekerja. Bahkan, pada titik tertentu, perempuan harus bekerja dianggap sebagai sebuah
solusi dari tuntutan ekonomi ketika gaji laki-laki tidak laki cukup untuk menutup tuntutan
kebutuhan. Perubahan budaya, sosial dan strategi ekonomi tersebut akhirnya membawa perubahan
pula dalam pola pengasuhan.
Teori pengasuhan yang paling baru menyebut bahwa dalam kondisi semacam itu, peran
ayah dan ibu dalam pengasuhan adalah seimbang. Artinya, ayah pun memiliki peran yang sama
untuk hadir dan terlibat dalam perkembangan anak. Alangkah indah jika ibu yang telaten
mengajarkan teori, sedangkan ayah yang pemberani memberi dorongan motivasi dan praktik
kepada anak dengan kasih sayang.
Banyak hal penting yang dapat ayah lakukan sehingga membantu perkembangan anak di
dalam pengasuhan, sebagai berikut:

1. Peran Ayah & Perkembangan sosial-emosional


 Keterlibatan ayah sejak dini pada masa-masa penting perkembangan anak adalah sumber
keamanan emosional bagi anak. Perlakuan ayah yang penuh cinta pada bayi sangat
berkontribusi pada rasa aman pada anak. (Rosenberg & Wilcox, 2006).
 Ketika ayah mengenali respon emosi anak dan membantu mereka menyelesaikannya dengan
pendekatan penyelesaian masalah (problem-solving approach), anak-anak akan memiliki nilai
tes Kecerdasan Emosi (EQ) yang tinggi (Civitas, 2001)
 Ayah yang mengisi waktu berkualitas bersama anak meningkatkan kenyamanan-diri,
kepercayaan diri, kompetensi sosial dan keterampilan sosial anak (Amato, 1994)
 Anak yang memiliki hubungan dekat bersama ayahnya memiliki kenyamanan-diri (self-esteem)
yang lebih tinggi dan memiliki kecenderungan lebih sedikit merasa depresi (Dubowitz et al,
2001)
 Keterlibatan ayah dalam kehidupan anak-anak sebelum usia 7 dapat memberikan perlindungan
psikologis terhadap ketidakmampuan menyesuaikan diri ketika mereka menjalani masa remaja
(Flouri & Buchanan, 2002).
2. Peran Ayah & Perkembangan Kecerdasan Anak
 Sejumlah studi menunjukkan bahwa ayah yang terlibat, mengasuh, dan bercanda dengan bayi-
bayi mereka memiliki anak-anak dengan IQ yang lebih tinggi, serta kapasitas bahasa dan
kognitif yang lebih baik (Pruett, 2000)
 Pengasuhan ayah lebih cenderung mempromosikan kemandirian dan eksplorasi anak
mereka dunia luar daripada ibu (Rosenberg & Wilcox, 2006).
 Ayah lebih sering menemukan cara-cara baru dan tak terduga untuk bermain dengan mainan
akrab, yang memperluas cakrawala kreatif anak mereka (Ladd, 2000).
3. Peran Ayah & Perkembangan Motorik Anak
 Bayi enam bulan yang memiliki ayah yang terlibat dalam pengasuhannya memiliki nilai lebih
baik dalam perkembangan motoriknya (Gestwicki, 2010).
 Ayah memiliki kecenderungan melakukan permainan one-on-one, keras dan “kasar” yang dapat
mendukung perkembangan motorik anak dan memberikan kesempatan pada anak
mengeksplorasi hal-hal yang bisa dilakukan tubuh mereka dan membantu mereka mengatur
emosi saat terlibat dalam interaksi fisik impulsif (Rosenberg & Wilcox, 2006).
Fenomena yang terjadi zaman sekarang biasanya ayah jarang berbicara. Saat dirumah
hanya membicarakan persiapan sebelum sekolah atau kantor. Saat di mobil belum tentu bicara
dengan anak. Ayah bekeja seharian, begitu pulang anak sudah tidur. Saat hari libur jarang pergi
bersama keluarga, jika ada kesempatan berkumpul masing-masing sibuk dengan gadget
ditangannya. Kurangnya kontak ayah untuk berkomunikasi dengan anak dan tidak berperan aktif
dalam pengasuhan anak, sebenarnya sangatlah merugi. Ayah tidak mendapat momen-momen
bersama anak yang belum tentu dapat terulang.
Apa yang dapat terjadi jika seorang anak kekurangan peran ayah?
Anak perempuan
1. Depresi kemudian terjerumus dalam seks bebas atau sebaliknya.
Anak perempuan yang tidak mendapat perhatian dari ayahnya akan menjadi sangat labil,
akhirnya dia akan mencari penerimaan, penghargaan dan perhatian dari laki-laki
disekitarnya. Hanya dengan ditraktir bakso dia beranggapan anak laki-laki itu suka
padanya. Hal ini dikarenakan logika berfikirnya belum matang dan belum rasional.
2. Remaja perempuan mudah jatuh cinta dan menyerahkan dirinya.
Biasanya terjadi bila anak kurang mendapat perhatian dan asuhan dari ayah. Jika dia
merasa dirinya berharga maka tidak akan mudah terperdaya. Jadi ayah marilah “pulang”
ke rumah berikan pelukan, banyaklah memuji, usap bahu anak dan katakana kita sangat
sayang padanya. Katakan bahwa dirinya berharga, sampaikan ayah tidak mau anak ayah
disentuh orang lain. Dengarkan dengan seksama apa yang ingin anak sampaikan. Berikan
saluran emosi, bila ayah sering berkata “anak ayah hebat, pasti bisa” tanpa mendengarkan
perasaan anak itu akan membuatnya tertekan, bingung dan merasa harus menyelesaikan
masalahnya sendiri.
3. Anak perempuan tujuh sampai delapan kali lebih mungkin memiliki anak di luar
pernikahan.
4. Umumnya menyukai lelaki lebih tua. Sebagian besar anak sekolah hingga kampus terbiasa
melakukan seks bebas bahkan ada yang menjadi pekerja seks komersial untuk lelaki
dewasa.
5. Remaja perempuan lebih mungkin menjadi single mom.
Anak laki-laki
1. Pada awalnya menjadi anak nakal, kemudian agresif dan terpengaruh narkoba.
2. Lebih sering terlibat pornografi.
Umunya laki-laki dominan menggunakan otak kiri sehingga lebih focus. Hormon seks
(testosterone) di kepalanya lebih banyak daripada perempuan. Kemaluan anak laki-laki
berada di luar, jadi lebih gampang distimulasi.
3. Mudah terpengaruh merokok, mencoba narkoba kemudian tawuran bahkan sampai bisa
membunuh orang.
4. Cenderung lebih aktif secara seksual di usia lebih muda.
5. Akan cenderung membentuk kelompok atau gank.
6. Lebih cenderung sulit mendapatkan atau mempertahankan pekerjaannya di masa dewasa
nanti.
7. Yang lebih parah rentan peer pressure pada remaja akibat tingginya hormon testosterone
yang 20 kali lebih cepat secara biologis memicu testis memproduksi sperma dan indung
telur memproduksi sel telur. Hal tersebut membuat emosi kacau dan mudah galau. Kalua
dari kecil jiwa anak kita kosong, kurang pondasi yang ditanamkan padanya maka saat
semua hal dalam dirinya kacau akan terjadi peer pressure, pelajaran di sekolah berat,
masuk SD usia 5 atau 6 tahun, begitu remaja mudang terjadi mentally broken.
8. Mentally broken
Anak yang hanya pintar secara kognitif tetapi jiwanya ksosong akan terjadi
ketidakseimbangan jiwa dengan otaknya. Terlalu banyak beban yang ditanggung di
hatinya. Begitu ada pemicu akan langsung bereaksi.
9. Lebih besar kecenderungan bercerai saat dewasa.
Banyak hal dalam hidup yang berjalan tidak seperti yang kita inginkan. Ada yang ayahnya
pergi lebih dulu atau ada yang pisah karenahubungan tidak mungkin dipertahankan. Jika ayah
sudah tiada, maka harus dicarikan ayah penggantinya (substitute father). Ayah pengganti bisa
kakeknya, pamannya, guru sekolahnya atau guru mengajinya, imam musola, yang penting tetap
mengisi bejana jiwa anak.
Tantangan zaman yang dihadapi anak-anak kita sangatlah sulit. Hendaknya kita sebagai
orang tua mendampingi anak-anak kita. Zaman seperti pornografi, pacara, fenomena seks di
kalangan anak remaja dapat memperdaya anak-anak kit ajika orangtua tidak membentenginya
dengan kuat. Itulah mengapa orang tua terutama ayah harus mengajak mereka bicara.
Tujuh tahun pertama adalah usia bermain, komunikasi harus dibangun dengan
menyenangkan. Tujuh tahun kedua adalah usia disiplin, perlua adanya batasan-batasan disiplin
dalam berkomunikasi. Berbicara di tujuh tahun kedua anak sudah menjadi teman apabila ingin
berbicara kita perlu izin terlebih dahulu begitu pula sebaliknya, hargai dia dan jadikan teman.
Tujuh tahun ketiga adalah usia akil baligh. Di usia ini anak sudah masuk fase dewasa, anak lebih
matang dana pat berkomunikasi dengan baik. Dalam hokum Islam usia 13 tahun sudah diajarkan
adab “istihfaf” (memelihara nafsu).
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berbicara dengan anak:
1. Sampaikan kepentingan orang tua.
2. Persilahkan anak memilih waktu yang tepat.
3. Dalam keadaan santai.
4. Posisikan ketika berbicara anak berada di tengah
di antara kedua orang tua.
5. Gunakan bahaa tubuh yang ramah, sentuh
dengan kasih sayang.
6. Selalu katakana sebagai orang tua sangat saying
kepadanya.
7. Puji keindahan paras atau kebaikan yang ia lakukan.
Seorang ayah memainkan peran yang tidak bisa tergantikan untuk membantu ibu
membesarkan anaknya menjadi anak yang sehat dan bahagia, diantaranya memilihkan lingkungan
yang baik, yang nantinya berdampak pada hari tua ayah, masyarakat, bangsa dan negara. Semoga
para ayah mampu menjadi ayah terbaik untuk keluarganya.

Oleh:
dr. Orieza Sativa N istri dari Kapten Czi M.Abdul Gofur
Anggota Persit Kartika Chandra Kirana
Cabang XVI Yonzipur 9 Koorcab Divif 1 PG Kostrad

Anda mungkin juga menyukai