Paraphilia berasal dari bahasa Yunani, para yang berarti “lebih” dan philia berarti “teman”,
atau “bersenang-senang”. Paraphilia merupakan gangguan mental merujuk pada dorongan
seksual, atau respon seksual terhadap objek atau situasi yang tidak sesuai dengan nilai dan
norma yang berlaku dalam masyarakat.
Istilah paraphilia pertama sekali disebutkan oleh seorang psikoterapis bernama Wilhelm Stekel
dalam bukunya yang berjudul Sexual Aberrations pada tahun 1925. Pemakaian istilah itu tidak
begitu menyebar hingga tahun 1950an dan ketika DSM (1980an) menggunakan istilah tersebut
barulah istilah tersebut menjadi sering digunakan dibeberapa media.
Pengertian Paraphilia
Paraphilia adalah istilah klinis yang digunakan untuk menggambarkan penyimpang seksual.
Paraphilia merupakan permasalahan menyangkut kontrol terhadap impuls, baik secara
langsung dan intens terhadap fantasi seksual, mendesak, dan perilaku yang melibat objek,
aktivitas dan situasi tertentu yang tidak lazim. Objek, aktivitas dan situasi merupakan suatu
kebutuhan bagi individu sebagai pemenuhan kebutuhan seksualnya.
Paraphilia merupakan penyimpang seksual, dimana individu melakukan aktivitas seksual yang
tidak biasa dilakukan oleh orang-orang pada umumnya, melanggar batas norma-norma sosial
yang berlaku dalam masyarakat.
Tipe-Tipe Paraphilia
Berikut adalah tipe-tipe gangguan seksual paraphilia:
1. Eksibisionisme
Dorongan yang kuat dan berulang untuk mencapai kepuasan seksual dengan menunjukkan alat
genitalnya di depan korban, yang biasanya wanita.
Mereka tidak memiliki ketertarikan untuk kontak seksual dengan korban sehingga seringkali
dianggap tidak berbahaya.
2. Voyeurisme
Mengalami distress akibat munculnya dorongan seksual yang kuat dan terus menerus untuk
mencapai kepuasan seksual dengan mengobservasi atau mengamati orang lain yang tidak
dikenal ketika sedang telanjang, membuka pakaian, atau sedang melakukan aktivitas seksual
dimana korban tidak menduganya. Individu dengan voyeurism biasanya tidak menginginkan
aktivitas seksual dengan orang yang diobservasi.
3. Masokisme seksual
Dorongan yang kuat dan terus menerus disertai fantasi untuk mencapai kepuasaan seksual yang
dihubungakan dengan perasaan dipermalukan, diikat, dicambuk atau dibuat menderita dan
sakit dalam bentuk lainnya. Rata-rata individu dengan masokisme seksual tidak dapat
mencapai kepuasaan jika tidak ada rasa sakit atau malu.
4. Fetishisme
Dorongan yang kuat dan berulang serta membangkitkan fantasi yang berkaitan dengan
ketertarikan seksual pada objek bukan manusia atau bagian tubuh tertentu, seperti celana
dalam, sepatu, bra, kulit, dsb).
5. Froterisme
Dornongan yang kuat dan persisten disertai fantasi untuk mencapai kepuasan seksual dengan
tindakan menempelkan atau menggosok-gosokkan diri pada orang lain tanpa ijin. Froterisme
biasanya terjadi pada tempat-tempat umum yang ramai. Tindakan yang sembunyi-sembunyi
dan sesaat membuat korban terkadang tidak menyadari dirinya sebagai korban tindakan
froterisme.
6. Sadisme seksual
Dorongan yang kuat dan berulang disertai fantasi untuk mencapai kepuasan seksual
dihubungkan dengan menimbulkan penghinaan, penderitaan fisik atau rasa sakit pada orang
lain
7. Fetishisme Transvestik
Dorongan yang kuat dan berulang disertai fantasi untuk mencapai kepuasan seksual yang
dihubungkan dengan menggunakan atau memakai untuk dirinya sendiri pakaian dari lawan
jenis
8. Pedofilia
Melibatkan dorongan yang kuat dan persisten disertai fantasi yang melibatkan ketertarikan
seksual pada anak (biasanya usia 13 tahun atau lebih muda). Dapat dikatan sebagai pedofilia
apabila ketertarikan seksual tersebut terjadi berulang dan terus menerus.
9. Paraphilia lainnya
Ada beberapa bentuk lain dari gangguan paraphilia, diantaranya nekrofilia (dorongan seksual
dan fantasi dengan melibatkan kontak seksual dengan mayat), zoofilia (dorongan seksual dan
fantasi yang melibatkan kontak seksual dengan binatang), dan lain lain. Prevalensi gangguan
seksual parafilia lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita.
Sebagian besar paraphilia mengidap pada pria lebih banyak dibandingkan wanita.
Paraphilia erat kaitannya dengan perilaku agresivitas, perilaku pendiam dan kejahatan.
Beberapa jenis paraphila seperti pedophilia, eksibisionisme, veyourisme, sadisme dan
frotteurism digolongkan sebagai kejahatan seksual (kriminalitas).
Ciri parafilia menurut DSM IV (diagnostic and statistical manual of mental disorder) adalah
melibatkan dorongan atau fantasi seksual yang berulang dan kuat, yang bertahan selama 6
bulan atau lebih yang berpusat pada:
Objek bukan manusia seperti pakaian dalam, sepatu, kulit atau sutra.
Perasaan merendahkan atau menyakiti diri sendiri atau pasangannya.
Anak-anak atau orang lain yang tidak dapat atau tidak mapu memberikan persetujuan.
Beberapa jenis paraphilia dikategorikan sebagai kejahatan seksual. Beberapa agama (terutama
Islam) seks sangat dilarang, secara umumnya orang berpendapat paraphilia juga merupakan
dosa.
Seiringan perkembangan psikologi, paraphilia menjadi etiologi penting yang masih terus
dipelajari dampak-dampak paraphilia yang mempengaruhi fungsi pribadi individu terhadap
fungsi dan situasi sosial. Beberapa jenis paraphilia juga kadang menjadi kontroversi dan
perdebatan dalam suatu komunitas tertentu atau masyarakat. Perbedaan pendapat berupa
sebagai bentuk penyimpangan seksual atau variasi seksual, atau menjadi hak-hak privasi
individu dalam penyaluran seksual. Contoh; perilaku homoseksual dan masturbasi
Pada awalnya perilaku homoseksual tertera sebagai bagian dari paraphilia dalam DSM I dan
II, namun pada DSM III dan IV homoseksual sudah tidak ada dalam terdaftar dan sudah tidak
dianggap lagi sebagai bentuk penyimpangan seksual.
Masturbasi merupakan hal yang paling sering menjadi pembicaraan, beberapa penelitian
menunjukkan bahwa mayoritas pria dan wanita pernah melakukan masturbasi. Secara
psikologis masturbasi memberi pengaruhi yang tidak baik terhadap beberapa orang, masturbasi
memberi pengaruh adiktif yang berakibatkan pada gangguan seperti kesulitan berkonsentrasi,
kompulsi, dan perasaan bersalah (dosa).
FAKTOR PENYEBAB
TREATMENT
• Psikoterapi
Teknik yang dapat dipakai adalah Cognitive Behavioral Therapy (CBT), terapi dapat
dilakukan secara individual dan terapi kelompok, latihan yang diberikan adalah
meningkatkan ketrampilan sosial, latihan fisik, latihan konsentrasi, mengatasi depresi, dan
treatmen hormon
• Medikasi
Pemberian obat antiandrogen yang bertujuan untuk menormalkan level hormon testeron.
Obat-obat yang digunakan seperti medroxyprogesterone dan cyproterone
Bila individu juga disertai gangguan kecemasan dan depresi jenis SSRIs (selective serotonin
reuptake inhibitors) menjadi obat pilihan dokter; fluoxetine atau fluvoxamine
PENCEGAHAN SENDIRI
• Stress reduction secara tepat. Tidak melakukan aktivitas seksual yang aneh-aneh sebagai
pelampiasan stres. Lakukan hal-hal positif agar penyaluran stres tidak merusak perilaku dan
kebiasaan lainnya, perilaku menyimpang dapat teradiktif bila penyaluran stres dengan
aktivitas seksual setiap kali dilakukan bila stress menimpa.
• Perkuatkan iman, bagaimanapun iman merupakan benteng terbaik sebagai pencegahan
penyimpangan perilaku.
• Self control. Mengontrol dorongan rasa ingin tahu, mencoba atau pengaruh teman ―dengan
penuh kesadaran dan pengetahuan akan dampak-dampak buruk dari perilaku tersebut
• Tidak surfing atau melihat pornografi yang bebas bisa di dapat dari internet atau media
lainnya.
• Membiasakan hidup sehat untuk mengurang stres, termasuk olahraga teratur, nutrisi yang
seimbang dan pengalaman spiritual dan religius.