Anda di halaman 1dari 18

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Seksualitas merupakan salah satu ranah yang paling pribadi dan secara umum privat dalam kehidupn individu. Setiap orang adalah makhluk seksual dengan minat dan fantasi yang dapat mengejutkn atau bahkan mengagetkan kita dari waktu ke waktu. Hal ini merupakan fungsi seksual secara normal. Makalah ini membahas seuruh pikiran, perasaan, dan tindakan seksual manusia yang secara umum dianggap abnorml dan disfungsional dan dicantumkan dalam DSM IV-TR sebagai gangguan seksual dan identitas gender. Pertama akan dibahas teori dan penelitian dalam gangguan identitas gender, sebuah diagnosis yang ditegakkan bagi orang-orang yang yakin bahwa seks mereka berlawanan dari yang mereka miliki saat ini. Juga akan dibahas parafilia dimana seseorang tertarik pada aktifitas atau objek seksual yang tidak wajar. Dalam makalah ini juga dibahas mengenai perkosaan, yang meskipun bukan diagnostik yang terdapat dalam DSM IV-TR

B. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah: 1. Agar dapat memahami salah satu meteri kuliah yang telah ditetapkan. 2. Untuk memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan dalan silabus. 3. Untuk melengkapi nilai tugas yang diberikan oleh dosen. 4. Untuk menjain kerjasama antar sesama anggota kelompok.

BAB II PEMBAHASAN
GANGGUAN SEXSUAL DAN IDENTITAS GENDER

a. Gangguan Identitas Gender (GIG)


1. Karakteristik Gangguan Identitas Gender Gangguan Identitas Gender, yang kadang disebut transeksualisme merupakan keyakinan yang mendalam dan terus menerus dalam diri individu bahwa struktur seksual anatomiknya dan rasa kedirian psikologis sebagai laki-laki atau perempuan tidak sama. Oleh karena itu, seorang laki-laki yang mengidap GIG secara fisik laki-laki, namun menganggap dirinya sebagai perempuan dan ingin hidup sebagai perempuan.

2. Penyebab Gangguan Identitas Gender Faktor-faktor biologis Berbagai faktor hormonal, seperti terlalu banyaknya hormon lakilaki pada perempuan merupakan salah satu penyebab GIG. Anakanak perempuan yang ibunya mengkonsumsi progestin sintesis, merupakan cikal bakal hormon seks laki-laki, untuk mencegah pendarahan rahim selama hamil, memiliki perilaku tomboy (kelaki-lakian). Faktor-faktor sosial dan Psikologis Berbagai praktik dalam pengasuhan anak dapat mendorong anak untuk menyakini bahwa ia adalah lawan jenisnya. Sebagai contoh, banyak ibu, bibi, dan nenek yang menganggap lucu bila anak lakilaki memakai pakaian ibu dan sepatu hak tinggi milik ibunya, dan sangat sering mengajari si anak cara memakai rias wajah. Reaksi seperti ini akan menimbulkan kontribusi yang besar untuk konflik jenis kelamin.

3. Terapi Gangguan Identitas Gender Perubahan tubuh Para terapis meminta klien untuk menjalani psikoterapi selama 6 hingga 12 bulan dan hidup sesuai gender yang diiinginkan. Terapi tidak hanya fokus pada kecemasan dan depresi, namun pada berbagai pilihan yang ada untuk mengubah tubuhnya. Operasi perubahan kelamin Merupakan operasi yang mengubah alat kelamin yang ada agar lebih sama dengan kelamin lawan jenis. Perubahan identitas gender Prosedur untuk mengubah identitas gender dilakukan dengan terapi perilaku yang dapat membantu individu untuk

menyesuaikan identitas gender dengan anatomi tubuh.

b.

Parafilia Dalam DSM-IV-TR, parafilia adalah sekelompok gangguan yang mencakup ketertarikan seksual terhadap objek yang tidak wajar atau aktivitas seksual yang tidak pada umumnya. Pencitraan dan tindakan yang tidak wajar bersifat menetap dan penting bagi kegairahan atau kepuasan seksual. Tipe-tipe dari parafilia 1. Fetishisme Mencakup ketergantungan pada benda-benda mati untuk menimbulkan gairah seksual. Stoking transparan, sepatu, benda-benda dari karet seperti jas hujan, sarung tangan, perlengkapan toilet, pakaian dari bulu, dan celana dalam merupakan benda-benda yang umumnya digunakan untuk menimbulkan gairah seksual bagi para fetisis. Kriteria fetishisme dalam DSM-IV-TR: Berulang, intens, dan terjadi dalam kurun waktu setidaknya enam bulan, fantasi, dorongan, atau perilaku yang menimbulkan gairah seksual berkaitan dengan penggunaan benda-benda mati,
3

Menyebabkan distress atau hendaya yang jelas dalam fungsi sosial atau pekerjaan, Benda-benda yang menimbulkan gairah seksual tidak terbatas

pada bagian pakaian perempuan yang dikenakannya sebagai lawan jenis atau alat-alat yang dirancang untuk menstimulasi alat kelamin secara fisik, seperti vibrator.

2. Fetishisme Transvestik Merupakan tindakan memakai pakaian lawan jenis dengan tujuan untuk memperoleh gairah seksual, namun tanpa mengalami

kebingungan identitas gender seperti yang dialami oleh penderita GIG. Kondisi ini disebut juga dengan transvestisme. Kriteria fetishisme transvestik: Berulang, intens, dan terjadi selama periode setidaknya 6 bulan pada laki-laki heteroseksual, fantasi, dorongan, atau perilaku yang menimbulkan gairah seksual yang berkaitan dengan memakai pakaian lawan jenis, Menyebabkan distress atau hendaya yang jelas dalam fungsi sosial atau pekerjaan, Dapat berhubungan dengan disforia gender dalam kadar tertentu (merasa tidak nyaman dengan identitas gendernya).

3. Pedofilia dan incest Merupakan orang dewasa yang mendapatkan kepuasan seksual melalui kontak fisik dan lebih menyukai untuk berhubunagn seks dengan anak kecil, dan dalam kasus incest, dilakukan terhadap anggota keluarga sendiri. Kriteria Pedofilia dalam DSM-IV-TR: Berulang, intens, dan terjadi selama periode minimal 6 bulan, fantasi, dorongan, perilaku yang menimbulkan gairah seksual
4

yang berkaitan dengan melakukan kontak seksual dengan seorang anak prapuberitas, Orang yang bersangkutan bertindak berdasarkan dorongan tersebut, atau dorongan dan fantasi tersebut menyebabkan orang yang bersangkutan mengalami distress atau masalah interpersonal, Orang yang bersangkutan minimal berusia 16 tahun dan 5 tahun lebih tua dari anak yang menjadi korbannya.

4. Voyeurisme Merupakan kondisi di mana seseorang memiliki preferensi tinggi untuk mendapatkan kepuasan seksual dengan melihat orang lain yang sedang tanpa busana atau sedang melakukan hubungan seksual. Kriteria voyeurisme dalam DSM-IV-TR: Berulang, intens, dan terjadi selama periode minimal 6 bulan, fantasi, dorongan, perilaku yang menimbulkan gairah seksual yang berkaitan dengan tindakan mengintip orang lain yang sedang tanpa busana atau sedang melakukan hubungan seksual tanpa diketahui oleh yang bersangkutan, Orang yang bersangkutan bertindak berdasarkan dorongan tersebut, atau dorongan dan fantasi tersebut menyebabkan orang tersebut sangat menderita atau interpersonal. mengalami masalah

5. Eksibisionisme Merupakan preferensi tinggi dan berulang untuk mendapatkan kepuasan seksual dengan memamerkan alat kelamin pada orang yang tidak dikenal yang tidak menginginkannya, kadang kepada seorang anak. Kriteria eksibisionisme dalam DSM-IV-TR:

Berulang, intens, dan terjadi selama periode minimal 6 bulan, fantasi, dorongan, perilaku yang menimbulkan gairah seksual yang berkaitan dengan memamerkan alat kelamin kepada orang yang tidak dikenal yang tidak menduganya,

Orang yang bersangkutan bertindak berdasarkan dorongan tersebut, atau dorongan dan fantasi tersebut menyebabkan orang tersebut mengalami distress atau mengalami masalah interpersonal.

6. Froteurisme Adalah gangguan yang berkaitan dengan melakukan sentuhan yang berorientasi seksual pada bagian tubuh seseorang yang tidak pernah menaruh curiga akan terjadinya hal itu. Froteur mendapatkan kontak seksual dengan menggosokkan kelaminnya ke seorang perempuan atau memegang bagian tubuh perempuan di tempat umum. Dapat dilakukan oleh seorang laki-laki dengan menggosokkan penisnya ke paha atau pantat seorang perempuan atau menyentuh payudara atau alat kelaminnya. Kriteria froteurisme dalam DSM-IV-TR: Berulang, intens, dan terjadi dalam periode minimal 6 bulan, fantasi, dorongan, atau perilaku yang menimbulkan gairah seksual yang berkaitan dengan menyentuh atau menggosokkan bagian tubuhnya pada orang yang tidak menghendakinya, Orang yang bersangkutan bertindak berdasarkan dorongan tersebut, atau dorongan dan fantasi tersebut menyebabkan orang tersebut mengalami distress atau mengalami masalah interpersonal.

7. Sadisme seksual dan Masokisme seksual Preferensi kuat untuk mendapatkan atau meningkatkan kepuasan seksual dengan menimbulkan rasa sakit atau penderitaan psikologis
6

(seperti dipermalukan) pada orang lain merupakan karakteristik utama sadisme seksual. Dan preferensi kuat untuk mendapatkan atau meningkatkan kepuasan seksual dengan menjadikan diri sendiri sebagai subjek rasa sakit atau kondisi dipermalukan merupakan karakteristik utama dari masokisme seksual. Kriteria Sadisme Seksuale dalam DSM-IV-TR: Berulang, intens, dan terjadi dalam periode minimal 6 bulan, fantasi, dorongan, atau perilaku yang menimbulkan gairah seksual yang berkaitan dengan tindakan (bukan fantasi) mempermalukan atau menyebabkan penderitaan fisik pada orang lain, Menyebabkan distress bagi orang yang bersangkutan atau mengalami hendaya dalam fungsi sosial atau pekerjaan atau orang tersebut bertindak berdasarkan dorongan tersebut kepada orang lain yang tidak menghendakinya.

Kriteria Masokisme Seksual dalam DSM-IV-TR: Berulang, intens, dan terjadi dalam periode minimal 6 bulan, fantasi, dorongan, atau perilaku yang menimbulkan gairah seksual yang berkaitan dengan tindakan (bukan fantasi) yang dilakukan oleh orang lain untuk mempermalukan atau memukul dirinya, Menyebabkan distress bagi orang yang bersangkutan atau mengalami hendaya dalam fungsi sosial atau pekerjaan

Etiologi parafilia
Perspektif psikoanalis, menyatakan bahwa gangguan tersebut memiliki karakteristik defensif, melindungi orang yang bersangkutan dari konflik-konflik yang ditekan dan mencerminkan fiksasi pada tahap perkembangan psikoseksual yang tidak matang.
7

Perspektif Behavioral dan Kognitif, memfokuskan langsung pada perilaku seksualitu sendiri. Salah satu pandangannya adalah ketertarikan fetis terhadap benda-benda seperti boot, timbul karena pengkondisian klasik yang tidak sengaja terhadap gairah seksual.

Perspektif Biologis, karena sebagian besar orang yang mengidap parafilia adalah laki-laki, terdapat spekulasi bahwa androgen, hormon utama pada laki-laki, amat berperan dalam gangguan ini.

Terapi parafilia
Terapi Psikoanalis, pandangan tentang parafilia disebabkan karena gangguan karakter, pandangan ini hanya sedikit berkontribusi terhadap terapi yang efektif bagi gangguan ini, Teknik Behavioral, mengembangkan prosedur terapeutik yang hanya mengubah aspek seksual individu, Penanganan Kognitif, digunakan untuk mengatasi distorsi kognitif, Penanganan Biologis, terdapat berbagai variasi intervensi biologis, seperti kastrasi atau pemotongan testis yang cukup efektif dalam mengurangi insiden perilaku parifilik.

c. Pemerkosaan
Meskipun tidak didiagnosis secara terpisah dalam DSM-IV-TR, namun merupakan pola yang mengakibatkan trauma sosial dan psikologis yang hebat pada korbannya. Dimasukkannya perkosaan dalam

pembahasan tentang seksualitas manusia merupakan sesuatu yang konroversial karena banyak teoris yang menganggap perkosaan sebagai tindakan agresi dan kekerasan dan bukan tindakan seks.

d. Disfungsi Seksual
Meliputi permasalahan yang mengenai masalah seksual yang mengganggu kenikmatan seksual yang wajar dalam perjalanan hidup banyak orang. Empat fase dalam siklus respons seksual manusia dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Keinginan (Appetitive), tahap ini merujuk minat atau nafsu seksual, yang berhubungan dengan fantasi yang menimbulkan gairah seksual, 2. Kegairahan (Excitement), merupakan tahap awal dalam konsep Masters dan Johnson, yaitu suatu pengalaman subjektif tentang kenikmatan seksual yang dihubungkan dengan perubahan fisiologis yang disebabkan meningkatnya aliran darah ke alat kelamin dan pada perempuan ke payudara. Pembengkalan tersebut, yaitu mengalirnya darah ke jaringan-jaringan, terlihat dalam bentuk ereksi penis pada laki-laki dan pada perempuan pembesaran payudara dan perubahan dalam vagina, seperti meningkatnya lubrikasi, 3. Orgasme, merupakan fase kenikmatan seksual mencapai puncak. Pada laki-laki ejakulasi dirasakan tidak terhindarkan dan pada perempuan tepi-tepi bagian luar ketiga pada vagina mengalami kontraksi. Pada kedua jenis kelamin mengalami ketegangan otot pada umumnya dan sentakan pada panggul yang terjadi dengan sendirinya. 4. Resolusi, merupakan tahap akhir yang merujuk pada relaksasi dan rasa nyaman. Perempuan sering kali hampir secara langsung mampu kembali merespons kenikmatan seksual, yang

memungkinkan terjadinya orgasme ganda.

Empat kategori Disfungsi Seksual


1. Gangguan nafsu seksual, dibedakan atas dua jenis:

a. Gangguan nafsu seksual hipoaktif, Merujuk kepada kurang atau tidak adanya fantasi dan dorongan seksual. Kriteria gangguan nafsu seksual hipoaktif dalam DSM-IV-TR: Kurangnya atau tidak adanya fantasi dan nafsu seksual yang berlangsung secara terus menerus, Menyebabkan interpersonal, Tidak disebabkan oleh gangguan aksis I lain (kecuali disfungsi seksual lain) atau efek fisiologis langsung dari suatu obat atau penyakit medis umum. distress mendalam atau masalah

b. Gangguan keengganan seksual, Mencerminkan gangguan ini yang lebih ekstrim, di mana sesorang secara aktif menghindari hampir semua kontak genital dengan orang lain. Kriteria gangguan keengganan seksual dalam DSM-IV-TR: Penolakan secara terus-menerus terhadap (hampir) semua kontak seksual, Menyebabkan interpersonal, Tidak disebabkan oleh gangguan aksis I lain (kecuali disfungsi seksual lainnya). distress mendalam atau masalah

2.

Gangguan gairah seksual Beberapa orang jarang atau tidak mengalami kesulitan nafsu seksual, namun mengalami kesulitan untuk mencapai atau memepertahankan gairah seksual. a. Gangguan gairah seksual perempuan Kriteria gangguan gairah seksual perempuan dalam DSM-IVTR:
10

Ketidakmampuan yang terus-menerus untuk mencapai atau mempertahankan kenikmatan seksual (lubrikasi dan pembengkalan genital) yang diperlukan untuk

menyelsaikan aktivitas seksual, Menyebabkan interpersonal, Tidak disebabkan oleh gangguan aksis I lain (kecuali disfungsi seksual lainnya) atau efek fisiologis langsung dari suatu obat atau penyakit medis umum. b. Gangguan ereksi laki-laki Kriteria gangguan ereksi pada laki-laki dalam DSM-IV-TR: Ketidakmampuan yang terus-menerus untuk mencapai atau mempertahankan ereksi yang diperlukan untuk menyelsaikan aktivitas seksual, Menyebabkan interpersonal, Tidak disebabkan oleh gangguan aksis I lain (kecuali disfungsi seksual lainnya) atau efek fisiologis langsung dari suatu obat atau penyakit medis umum. distress mendalam atau masalah distress mendalam atau masalah

3.

Gangguan Orgasme Tipe jenis gangguan orgasme tercantum dalam DSM-IV-TR, satu jenis terdapat pada perempuan dan dua jenis pada laki-laki. a. Gangguan orgasme perempuan, Sebelumnya disebut hambatan pada perempuan, gangguan ini merujuk pada ketiadaan orgasme setelah satu periode kenimatan seksual normal. Kriteria gangguan orgasme perempuan dalam DSM-IV-TR: Tertundanya atau tidak terjadinya orgasme secara terusmenerus setelah periode gairah seksual normal. Dengan mempertimbangkan umur, pengalaman seksual, dan
11

keadekuatan stimulasi seksual yang diterimanya,

Menyebabkan distress mendalam atau masalah interpersonal, Tidak disebabkan oleh gangguan aksis I lain (kecuali disfungsi seksual lainnya) atau efek fisiologis langsung dari suatu obat atau penyakit medis umum. b. Gangguan orgasme laki-laki dan Ejakulasi premature (dini) a) Gangguan orgasme laki-laki merupakan kesulitan

mengalami ejakulasi, relatif jarang. Diantara penyebabnya antara lain takut pasangan hamil, menyembunyikan rasa cinta, mengekspresikan kekasaran, cedera saraf tulang belakang atau penggunaan obat tertentu. Kriteria gangguan orgasme laki-laki dalam DSM-IV-TR: Tertundanya atau tidak terjadinya orgasme secara terusmenerus setelah periode gairah seksual normal. Dengan mempertimbangkan umur dan keadekuatan stimulasi seksual yang diterimanya, Menyebabkan interpersonal, Tidak disebabkan oleh gangguan aksis I lain (kecuali disfungsi seksual lainnya) atau efek fisiologis langsung dari suatu obat atau penyakit medis umum. distress mendalam atau masalah

b) Ejakulasi dini, merupakan disfungsi seksual yang paling banyak terjadi pada laki-laki. Ejakulasi kadang terjadi sebelum penis dimasukkan ke vagina, namun lebih sering terjadi dalam beberapa detik setelah kontak kelamin. Ejakulasi dini berhubungan dengan kecemasan yang tinggi. Kriteria ejakulasi dini dalam DSM-IV-TR: Selalu mengalami ejakulasi setelah stimulasi minimal dan sebelum orang yang bersangkutan

menginginkannya. Dengan mempertimbangkan factorfaktor yang memengaruhi durasi fase kegairahan,


12

seperti umur, masih awam dengan situasi atau pasangan, dan frekuensi hubungan seksual dalam beberapa waktu terakhir, Menyebabkan interpersonal, Tidak semata-mata disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu obat. distress mendalam atau masalah

4.

Gangguan nyeri seksual a. Dispareunia Didiagnosis bila rasa sakit selalu atau berulang kali dialami ketika melakukan kontak kelamin. Beberapa perempuan menuturkan bahwa rasa nyeri terjadi ketika penis mulai memasuki vagina, sedangkan yang lain menuturkan bahwa rasa sakit hanya terjadi setelah penetrasi. Kriteria dispareunia dalam DSM-IV-TR: Rasa nyeri berulang pada kelamin yang berhubungan dengan kontak kelamin dalam hubungan seksual, Menyebabkan interpersonal, Tidak disebabkan semata-mata oleh vaginismus atau kurangnya lubrikasi vaginal atau gangguan aksis I lain (kecuali disfungsi seksual lainnya) atau efek fisiologis langsung dari suatu obat atau penyakit medis umum. b. Vaginismus Ditandai dengan kejang yang terjadi dengan sendirinya pada bagian luar ketiga pada vagina hingga ke tingkat yang tidak memungkinkan terjadinya kontak kelamin. Rasa sakit genital yang berhubungan dengan kontak kelamin distress mendalam atau masalah

berhubungan oleh masalah medis, seperti infeksi pada vagina, kandung kemih, atau rahim, atau ukuran penis.
13

Kriteria vaginismus dalam DSM-IV-TR: Kejang berulang pada bagian luar ketiga pada vagina hingga ke tingkat yang tidak memungkinkan terjadinya kontak kelamin dalam hubungan seksual konvensional, Menyebabkan interpersonal, Tidak disebabkan oleh gangguan aksis I lain (kecuali disfungsi seksual lainnya) atau efek fisiologis langsung dari suatu obat atau penyakit medis umum. distress mendalam atau masalah

Teori teori umum mengenai disfungsi seksual


1. Pandangan psikoanalis Mengasumsikan bahwa disfungsi seksual merupakan simptomsimptom dari konflik yang direpres yang mendasari masalah tersebut. Penjelasan mengenai etiologi disfungsi seksual manusia yang

dikemukakan oleh Masters dan Johnson. Model teoritis masters dan Johnson (1970); Menggunakan model yang terdiri dari dua bagian, yaitu: a) Penyebab di masa kini atau proksimal. Dibedakan menjadi dua, yaitu: Takut terhadap performa, Merujuk kepada kondisi di mana seseorang memiliki kekhawatiran berlebihan mengenai bagaimana ia akan berperforma selama berhubungan seksual. Mengambil peran pengamat, Merujuk pada seseorang yang menjadi pengamat dan bukannya sebagai peserta dalam pengalaman seksual. b) Penyebab Historis kekolotan dalam beragama, trauma psikoseksual, kecenderungan homoseksual, konseling yang tidak adekuat,
14

konsumsi alkohol yang berlebihan, penyebab biologis, faktor-faktor sosiokultural.

2. Pandangan kontemporer lain


Penyebab dalam disfungsi seksual, dapat dikarenakan bahwa individu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang kurang mengenai masalah seksual, komunikasi yang buruk antara kedua pihak dan kekhawatiran tertular suatu penyakit.

Terapi Disfungsi Seksual Mengurangi kecemasan, Para terapis perilaku memahami bahwa para klien disfungsi seksual membutuhkan pemaparan bertahap dan sistematis pada aspekaspek situasi seksual yang memicu kecemasan. Masturbasi Terarah, Merupakan suatu terapi multi langkah, di mana langkah pertama, si perempuan mengamati dengan teliti tubuhnya tanpa busana, termasuk alat kelaminnya, dan mengidentifikasikan berbagai bagian dengan bantuan diagram. Langkah berikutnya, ia diinstruksikan untuk

menyentuh kelaminnya dan menemukan bagian yang menghasilkan kenikmatan. Setelah itu, ia meningkatkan intensitas masturbasinya dengan fantasi erotis. Jika orgasme belum dicapai, ia diminta membeli vibrator dan diajari bagaimana menggunakannya dalam masturbasi. Berikutnya, pasangan terlibat untuk mengamati pasangannya melakukan masturbasi, kemudian melakukan pada pasangannya apa yang

sebelumnya dilakukan sendiri , dan terakhir melakukan kontak kelamin. Prosedur untuk mengubah sikap dan pikiran, pelatihan keterampilan dan komunikasi. Klien didorong untuk merasakan sensasi menyenangkan yang menyertai gairah seksual sejak dari permulaan. Para terapis memberikan
15

bahan-bahan tertulis dan menunjukkan kepada klien rekaman video dan film yang secara eksplisit mendemonstrsikan teknik-teknik seksual. Dan mendorong pasangan untuk saling mengkomunikasikan apa yang mereka sukai dan tidak disukai. Terapi pasangan, Teknik dan Perspektif psikodinamika. Memberikan terapi non seksual kepada klien dan menekankan terhadap kebutuhan untuk menghindari perkawinan yang bermasalah. Pandangan psikodinamika menyatakan bahwa klien sering kali tidak mampu meyampaikan dengan jelas masalah-masalah yang benar-benar mengganggu mereka sehingga terapis dapat membantu pengukuran dan perencanaan yang tepat. Prosedur medis dan fisiologis Pertimbangan terhadap faktor-faktor somatik sangat penting dalam gangguan disperunia dan disfungsi ereksi penuh.

16

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Yang terpenting dari makalah gangguan seksual dan identitas gender adalah, kita harus memahami gangguan identitas gender, yang mana kita harus mengetahui karakteristik dari ganggun identitas gender, penyebab gangguan identitas gender, serta terapi ganggun identitas gender. Kemudian kita harus memahami mengenai parafilia yang mana terdiri dari fetisisme, pedofilia dan incest, memahami fetisisme transventik, memahami voyurisme, eksibisionisme, froteurisme, serta etiologi dari parafilia dan terapi yang digunakan untuk parrafilia. Kemudian kita juga harus ang memahami tentng pemerkosaan yang mana mengetahui tentang kejahatannya, dan terapi yang digunakan untuk korban pemerkosaan dan pelaku pemerkosa. Selain itu kita juga harus memahami tentang disfungsi seksual dimulai dari memahami deskrpsi dan oetiologinya, serta teori-teori umum dan terapi yag digunakan untuk disfungsi seksual.

B. Saran Dari pemabahasan di atas, pemakalah mengaharapkan adanya tambahan materi yang di usulkan oleh pembaca makalah, serta dengan adanya makalah tentang Gangguan Seksual dan Identitas Gender sehingga pembaca dapat menghindari dari perilku seksual secara bebas.

17

Referensi
Davidson, Gerald C. 2010. Psikologi Abnormal Edisi Ke-9. Rajawali Pers: Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai