Anda di halaman 1dari 13

Makalah

Psikologi Abnormal

“Seksual Disorder”

Dosen Pengampu

Prof. Dr. Firman, M.S., Kons.

Oleh

Kelompok 3

1. Raliza Afifa Chaniago (19006207)


2. Rani Mulya (19006210)
3. Resa Wulandari (19006211)
4. Reysha Gusfendi (19006213)
5. Zulmar Fuad (19006236)

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
mengucapkan rasa syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah “Seksual Disorder”.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas Psikologi Abnormal. Selain itu dibuatnya
makalah ini agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Serta tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Firman, M.S., Kons. selaku dosen pengampu mata kuliah
Psikologi Abnormal yang selalu memotivasi kami supaya terlaksananya tugas ini.
Terlepas dari semua itu kami menyadari seutuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami terbuka
untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga kami
bisa melakukan perbaikan makalah sehingga menjadi makalah yang baik dan benar. Akhir kata
kami meminta semoga makalah ini bisa memberi manfaat ataupun inspirasi pada pembaca.

Padang, 29 November 2021

. Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................
DAFTAR ISI ......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................
B. Rumusan Masalah ...............................................................................
C. Tujuan...................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Seksual Disorder...............................................................
B. Jenis/ Tipe Seksual Disorder...............................................................
C. Faktor Penyebab Timbulnya Perilaku...............................................
D. Cara Penanganan Seksual Disorder...................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran .....................................................................................................
KEPUSTAKAAN.............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum, seksual adalah menyinggung tingkah laku, perasaan, atau emosi
yang berasosiasi dengan perangsang alat kelamin, daerah-daerah erogenous, atau
dengan proses perkembangbiakan. Seksualitas merupakan salah satu ranah yang
paling pribadi dan secara umum privat dalam kehidupan individu. Setiap orang
adalah makhluk seksual dengan minat dan fantasi yang dapat mengejutkan atau
bahkan mengagetkan kita dari waktu ke waktu. Hal itu merupakan fungsi seksual
yang normal.
Gangguan seksual adalah ketidakwajaran seksual yang mencakup perilaku
seksual atau fantasi-fantasi seksual yang diarahkan pada pencapaian organisme lewat
relasi diluar hubungan kelamin heteroseksual dengan jenis kelamin yang sama atau
dengan partner yang belum dewasa dan bertentangan dengan norma-norma tingkah
laku seksual dalam masyarakat yang bisa diterima secara umum.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan seksual disorder?
2. Apa saja jenis/ tipe seksual disorder?
3. Apa saja faktor penyebab timbulnya perilaku seksual disorder?

4. Bagaimana cara penangan perilaku seksual disorder


C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian seksual disorder
2. Untuk mengetahui jenis/ tipe seksual disorder
3. Untuk mengetahu faktor penyebab timbulnya perilaku seksual disorder
4. Untuk mengetahui cara penanganan perilaku seksual diorder
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Seksual Disorder


Menurut Chaplin, J.P. (2009: 460) sexual (seksual) adalah menyinggung hal
reproduksi atau perkembangbiakan lewat penyatuan dua individu yang berbeda yang
masing-masing menghasilkan sebutir telur dan sperma. Secara umum, menyinggung
tingkah laku, perasaan, atau emosi yang berasosiasi dengan perangsang alat kelamin,
daerah-daerah erogenous, atau dengan proses perkembangbiakan. Seksualitas merupakan
salah satu ranah yang paling pribadi dan secara umum privat dalam kehidupan individu.
Setiap orang adalah makhluk seksual dengan minat dan fantasi yang dapat mengejutkan
atau bahkan mengagetkan kita dari waktu ke waktu. Hal itu merupakan fungsi seksual yang
normal. Namun, ketika fantasia tau hasrat mulai membahayakan diri kita dan orang lain
(Gerald C. Davison dkk, 2012: 612).
Dari adanya gangguan seksual tersebut perilaku yang diwujudkan oleh individu yang
mengalaminya disebut dengan perilaku penyimpangan seksual. Menurut Syamsu, Y.
(2009: 80) penyimpangan seksual (sexual deviation) merupakan salah satu problem
kehidupan dalam kesehatan mental. Penyimpangan ini dapat dikategorikan sebagai
psychopatic personality. Penyimpangan seksual merupakan perilaku abnormal. Istilah
lainnya terkait gangguan seksual dikenal dengan sebutan paraphilia. Paraphilia adalah jika
cara atau objek dalam perilaku seksual seseorang tidak lazim secara alamiah (natural)
dan/atau social (Sarlito, W. S., 2012: 272).
Jadi, gangguan seksual adalah ketidakwajaran seksual yang mencakup perilaku seksual
atau fantasi-fantasi seksual yang diarahkan pada pencapaian organisme lewat relasi diluar
hubungan kelamin heteroseksual dengan jenis kelamin yang sama atau dengan partner yang
belum dewasa dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam
masyarakat yang bisa diterima secara umum.

B. Jenis/Tipe Seksual Disorder


Menurut Jeffrey S. Nevid, dkk (2003: 74-99), Jenis dan tipe seksual disorder adalah
sebagai berikut:
1. Gangguan Identitas Gender adalah bagaimana seseorang merasa bahwa ia adalah
seorang pria atau wanita. Pada gangguan identitas gender terjadi konflik atau anatomi
gender seorang dengan identitasgendernya. Orang yang gendernya dirasakan berbeda
dengan jenis kelamin biologisnya dapat digolongkan sebagai memiliki gangguan
identitas gender. Ketidakpuasan atas jenis kelamin biologis seseorang dengan
ketidakkonsistenan antara jenis kelamin biologis seseorang dengan peran atau identitas
gender yang diharapkan bukanlah suatu masalah kecuali jika anda hidup dalam
masyarakat yang tidak memiliki toleransi terhadap perbedaan yang anda miliki.
2. Parafilia. Orang menunjukan keterangsangan seksual (mencintai) sebagai respons
terhadap stimulus yang tidak biasa. Menurut DSM-IV, parafilia melibatkan dorongan
dan fantasi seksual yang berulang dan kuat, yang bertahan selama 6 bulan atau lebih
yang berpusat pada:
a. Objek bukan manusia seperti pakaian dalam, sepatu, kulit, atau sutra,
b. Perasaan merendahkan atau menyakiti diri sendiri atau pasangannya,
c. Anak-anak dan orang lain yang tidak dapat atau tidak mampu memberikan
persetujuan.
Tipe utama parafilia yaitu:
a. Ekshibisionisme yaitu kepuasan seksual dengan mempertunjukan alat genital di
depan umum.
b. Voyeurisme yaitu kepuasan seksual dengan mengobservasi orang lain yang tidak
dikenal secara telanjang, membuka pakaian, atau terangsang secara seksual.
c. Masokisme seksual yaitu kepuasan seksual dihubungkan dengan menerima
penghinaan.
d. Fetishisme yaitu ketertarikan seksual pada objek bukan manusia atau bagian tubuh
tertentu.
e. Froterisme yaitu kepuasan seksual dihubungkan dengan tindakan mene mpelkan
atau menggosok-gosokan diri pada orang lain tanpa izin.
f. Sadisme seksual adalah kepuasan seksual dihubungkan dengan menimbulkan
penghinaan atau rasa sakit pada oranglain. Preferensi kuat untuk mendapatkan
atau meningkatkan kepuasan seksual dengan menjadikan diri sendiri sebagai
subjek rasa sakit atau kondisi dipermalukan merupakan karakteristik utama
masokisme seksual.
g. Fetishisme transvestik yaitu kepuasan seksual dihubungkan dengan menggunakan
pakaian dari lawan jenis
h. Pedofilia yaitu ketertarikan seksual pada anak-anak.
i. incest adalah hubungan seksual antarkerabat dekat yang dilarang untuk menikah.
3. Disfungsi seksual meliputi masalah dalam minat, rangsangan, atau respon seksual.
Gangguan ini seringkali merupakan sumber distress bagi orang yang mengalaminya
dan bagi pasangan mereka. Penderita mengalami ciri-ciri:
a. Takut akan kegagalan,
b. Asumsi peran sebagai penonton dan bukan sebagai pelaku
c. Kurangnya self-esteem, efek emosional, dan perilaku menghindar.
Tipe-tipe disfungsi seksual yaitu:
a. Gangguan hasrat seksual
b. Gangguan rangsangan seksual
c. Gangguan orgasme
d. Gangguan nyeri/rasa sakit seksual

Secara gender Supraktinya (1995: 91-93) membagi jenis-jenis gangguan seksual, yaitu:
1. Jenis Disfungsi Seksual Kaum lelaki
a. Insufisiensi erektil. Yaitu ketidakmampuan mencapai atau mempertahankan ereksi
sehingga gagal melakukan hubungan seksual.
b. Ejakulasi prematur. Yaitu jeda yang terlalu pendek antara mulai dirasakannya
stimulasi seksual dan dan terjadinya ejakulasi sehingga pihak perempuan gagal
mencapai kepuasan dalam hubungan seksual.
c. Ejakulasi lamban atau inkompetensi berejakulasi. Yaitu gangguan orgasmik pada
lelaki dimana kelambanan atau bahkan ketidakmampuan mencapai ejakulasi,
berarti kegagalan mencapai orgasme dalam hubungan seksual.
2. Jenis-Jenis Disfungsi Seksual Kaum Perempuan
a. Insufusiensi rangsangan. Merupakan padanan insufisiensi erektil pada kaum lelaki.
Biasanya juga disertai keluhan berupa tidak adanya perasaan-perasaan seksual
serta kebal terhadap sebagian besar atau bahkan semua bentuk stimulasi erotik.
b. Disfungsi orgasmik. Di sini seorang perempuan mampu mengalami rangsangan
seksual namun sulit mencapai orgasme.
c. Vaginismus yaitu keadaan kejang tiba-tiba pada otot-otot di sekitar liang vagina
sehingga menghalangi penetrasi dalam hubungan seksual.
d. Dispareunia adalah koitus penuh rasa saki. Keadaan ini bisa menimpa kaum laki-
laki namun lebih lazim dialami kaum perempuan.
Disamping itu Syamsu, Y. (2009: 80-84) menyatakan terdapat beberapa tipe dari
penyimpangan seksual, yaitu:
1. Gangguan seksual yang pasif
a. Voyeurisme yaitu kepuasan erotik dengan melihat stimulus atau situasi yang
merangsang seksual.
b. Fetishisme yaitu tingkah laku salah suai dimana individu mendapatkan kepuasan
seksual dari pakaian atau bagian badan seseorang.
2. Gangguan seksual yang agresif
a. Exhibionisme yaitu kepuasan erotik dengan memamerkan tubuhnya atau bagian
tubuhnya pada orang lain.
b. Sadisme dan masokisme. Sadisme yaitu cara seseorang mendapatkan kepuasan
seksual dengan menghukum atau menyakiti lawan jenisnya. Sedangkan
masokisme yaitu cara mendapatkan kepuasan seksual dengan penyiksaan dari
lawan jenisnya.
3. Konflik identitas dan peranan seks
a. Homoseksualitas dan lesbian merupakan masalah identitas seksual dimana
seseorang mencintai atau menyenangi orang lain yang jenis kelaminnya sama.
b. Transvetisme yaitu dorongan untuk memakai pakaian jenis kelamin lain.
c. Transseksualisme dimana individu memiliki dorongan yang kuat untuk mengubah
kelaminnya menjadi lawan jenisnya melalui operasi kelamin.
d. Freeseks atau prostitusi yaitu berhubungan seksual di luar pernikahan yang
hukumnya haram.

C. Faktor Penyebab Timbulnya Perilaku


Menurut Jeffrey S. Nevid, dkk (2003: 75-99), faktor penyebab timbulnya perilalu
psikoseksual adalah:
1. Identitas Gender dapat berawal sejak masa kanak-kanak. Anak-anak dengan
gangguan ini menemukan bahwa anatomi gender mereka merupakan sumber
distress yang terus menerus dan intensif. Tidak seorang pun mengetahui apa
penyebab gangguan identitas gender. Teoritikus psikodinamika menunjuk pada
kedekatan hubungan ibu dengan anak laki-laki yang sangat ekstrem, hubungan
yang renggang antara ibu dan ayah, dan ayah yang tidak ada atau jauh dari
anaknya. Faktor-faktor keluarga ini dapat menjadi penyebab munculnya
identifikasi yang kuat terhadap ibu dari para pria muda, mengakibatkan pembaikan
dari identitas dan peran gender yang diharapkan.
2. Parafilia, faktor penyebab parafilia dapat ditinjau dari beberapa perspektif, yaitu:
a. Perspektif teori belajar
Stimulus yang tidak biasa menjadi stimulus terkondisi untuk rangsangan
seksual akibat pemasangannya dengan aktivitas seksual dimasa lalu dan
stimulus yang tidak biasa menjadi erotis dengan cara melibatkannya dalam
fantasi erotis dan masturbasi.
b. Perspektif Psikodinamika
Kecemasan yang tidak terselesaikan dari masa kanak-kanak yang
menyebabkan rangsangan seksual dipindahkan pada objek atau aktivitas yang
lebih aman.
c. Perspektif Multifaktor
Penganiayaan seksual atau fisik pada masa kanak-kanak dapat merusak pola
rangsangan seksual yang normal.
3. Disfungsi Seksual
a. Faktor biologis
Penyakit atau kurangnya produksi hormon seks dapat menganggu hasrat,
rangsangan, atau respons seksual.
b. Faktor psikodinamika
Konflik tak sadar yang berasal dari masa kanak-kanak dapat menjdi akar
permasalahan dalam merespon rangsangan seksual.
c. Faktor kognitif
Kecemasan akan performa, pada ejakulasi dini gagal untuk mengukur
peningkatan level tegangan seksual yang menyebabkan ejakulasi, dan
pengaruh kognisi seperti ketakutan untuk gagal yang dapat menghambat
respon seksual yang normal.
d. Faktor hubungan
Masalah hubungan dan kegagalan untuk mengkomunikasikan kebutuhan
seksual.

Gerald C. Davidson, G. C., dkk. (2006: 633-635) juga menyatakan etiologi Parafilia adalah
sebagai berikut:
1. Perspektif Psikodinamika
Parafilia dipandang oleh para teoritikus psikodinamika sebagai tindakan defensive,
melindungi ego agar tidak menghadapi rasa takut dan memori yang direpres dan
mencerminkan fiksasi di tahap pregnital dalam perkembangan psikoseksual.
2. Perspektif Behavioral dan Kognitif
Beberapa teoris yang memiliki paradigma behavioral berpendapat bahwa paraphilia
terjadi karena pengkondisian klasik yang secara tidak sengaja menghubungkan gairah
seksual dengan sekelompok stimuli yang oleh masyarakat dianggap sebagai stimuli
yang tidak tepat.
3. Perspektif Biologis
Karena sebagian besar orang yang mengidap paraphilia adalah laki-laki, terdapat sepkulasi
bahwa androgen, hormone utama pada laki-laki, berperan dalam gangguan ini.

D. Cara-cara Penanganan Seksual Disorder


Menurut Sarlito, W. S. (2012: 273-276) berdasarkan teori dan teknik yang diterapkan, ada
beberapa jenis psikoterapi:
1. Psikoanalisis
Dengan berusaha menjelajahi alam ketidaksadaran pasiennya melalui wawancara yang
dinamakan asosiasi bebas.
2. Hypnoterapi
Dilakukan untuk menurunkan ambang kesadaran dan mensugesti pasien untuk
sembuh.
3. Terapi Kelompok
Dengan mengajak beberapa orang dalam proses terapi.

4. Terapi Bermain
Digunakan pada anak-anak agar bisa memproyeksikan perasaan-perasaannya terhadap
orang-orang yang menjadi sumber masalahnya.
5. Psikodrama
Dengan bermain peran seakan-akan mereka mempunyai masalah yang harus
diselesaikan bersama.
6. Terapi Humanistik
Dengan membantu klien menelusuri semua potensi positif dalam dirinya, agar dia bisa
mengembangkan dirinya secara positif dan meninggalkan gejala-gejala gangguan
mentalnya.
7. Terapi Perilaku
Perilaku bisa ditimbulkan atau dihambat dengan memberinya reinforcement (ganjaran)
yang positif (untuk mendorong) atau negatif (menghambat).
8. Terapi Perilaku Kognitif
Dimana emosi negatif terhadap suatu benda/hal tertentu, dibahas secara rasional,
sampai akhirnya klien tidak lagi melihat alasan mengapa ia harus beremosi negatif.
9. Terapi Seni
Dengan membuat benda seni, klien dapat melepaskan emosinya (katarsis) dan
memproyeksikan perasaan-perasaannya sehingga terasa lebih ringan.
10. Konseling
Berbentuk wawancara, dimana konselor membantu klien untuk mencaripenyelesaian
yang terbaik untuk masalahnya.

Menurut Gerald. C Davison, dkk.( 2012:617-618) salah satu cara penanganan identitas
gender adalah dengan menggunakan terapi identitas gender. Kita dapat beralih keberbagai
intervensi untuk membantu orang-orang yang mengalami gangguan ini yaitu dengan
mengubah tubuh agar sesuai dengan psikologi orang yang bersangkutan, dan operasi
perubahan kelamin. Operasi perubahan kelamin merupakan satu-satunya jalan yang dapat
ditempuh untuk identitas gender.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan seksual adalah ketidakwajaran seksual yang mencakup perilaku
seksual atau fantasi-fantasi seksual yang diarahkan pada pencapaian organisme lewat
relasi diluar hubungan kelamin heteroseksual dengan jenis kelamin yang sama atau
dengan partner yang belum dewasa dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku
seksual dalam masyarakat yang bisa diterima secara umum. Jenis gangguan seksual ini
ada tiga jenis yaitu gangguang identitas gender, pharapilia, dan disfungsi seksual.
Faktor penyebabnya yaitu (1) Identitas Gender dapat berawal sejak masa kanak-
kanak. Anak-anak dengan gangguan ini menemukan bahwa anatomi gender mereka
merupakan sumber distress yang terus menerus dan intensif. (2) pharapilia dapat berupa
faktor teori belajar, psikodinamika, multifaktor. (3) Disfungsi seksual berupa faktor
bilogis,faktor psikodinamika, faktor kognitif dan hubungan. Dalam mengatasi perilaku
tersebut dapat berupa psikoanalisis, Hypnoterapi, terapi kelompok, terapi bermain dsb.

B. Saran
Semoga dengan ditulisnya makalah ini dapat menambah wawasan pembaca.
Penulis menyadari kekuarangan dalam penulisan makalah ini, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kebaikan penulisan makalah
berikutnya.
KEPUSTAKAAN
Chaplin, J. P. 2009. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Pers.

Gerald C. Davidson, dkk. 2006. Psikologi Abnormal. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Jeffrey S. Nevid, dkk. 2003. Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga.

Sarlito, W. S. 2012. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers.

Supraktinya. 1995. Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta: Kanisius. Syamsu, Y.


2009. Mental Hygiene. Bandung: Maestro.

Anda mungkin juga menyukai