Psikologi Abnormal
“Seksual Disorder”
Dosen Pengampu
Oleh
Kelompok 3
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
mengucapkan rasa syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah “Seksual Disorder”.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas Psikologi Abnormal. Selain itu dibuatnya
makalah ini agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Serta tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Firman, M.S., Kons. selaku dosen pengampu mata kuliah
Psikologi Abnormal yang selalu memotivasi kami supaya terlaksananya tugas ini.
Terlepas dari semua itu kami menyadari seutuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami terbuka
untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga kami
bisa melakukan perbaikan makalah sehingga menjadi makalah yang baik dan benar. Akhir kata
kami meminta semoga makalah ini bisa memberi manfaat ataupun inspirasi pada pembaca.
. Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................
DAFTAR ISI ......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................
B. Rumusan Masalah ...............................................................................
C. Tujuan...................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Seksual Disorder...............................................................
B. Jenis/ Tipe Seksual Disorder...............................................................
C. Faktor Penyebab Timbulnya Perilaku...............................................
D. Cara Penanganan Seksual Disorder...................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran .....................................................................................................
KEPUSTAKAAN.............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum, seksual adalah menyinggung tingkah laku, perasaan, atau emosi
yang berasosiasi dengan perangsang alat kelamin, daerah-daerah erogenous, atau
dengan proses perkembangbiakan. Seksualitas merupakan salah satu ranah yang
paling pribadi dan secara umum privat dalam kehidupan individu. Setiap orang
adalah makhluk seksual dengan minat dan fantasi yang dapat mengejutkan atau
bahkan mengagetkan kita dari waktu ke waktu. Hal itu merupakan fungsi seksual
yang normal.
Gangguan seksual adalah ketidakwajaran seksual yang mencakup perilaku
seksual atau fantasi-fantasi seksual yang diarahkan pada pencapaian organisme lewat
relasi diluar hubungan kelamin heteroseksual dengan jenis kelamin yang sama atau
dengan partner yang belum dewasa dan bertentangan dengan norma-norma tingkah
laku seksual dalam masyarakat yang bisa diterima secara umum.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan seksual disorder?
2. Apa saja jenis/ tipe seksual disorder?
3. Apa saja faktor penyebab timbulnya perilaku seksual disorder?
Secara gender Supraktinya (1995: 91-93) membagi jenis-jenis gangguan seksual, yaitu:
1. Jenis Disfungsi Seksual Kaum lelaki
a. Insufisiensi erektil. Yaitu ketidakmampuan mencapai atau mempertahankan ereksi
sehingga gagal melakukan hubungan seksual.
b. Ejakulasi prematur. Yaitu jeda yang terlalu pendek antara mulai dirasakannya
stimulasi seksual dan dan terjadinya ejakulasi sehingga pihak perempuan gagal
mencapai kepuasan dalam hubungan seksual.
c. Ejakulasi lamban atau inkompetensi berejakulasi. Yaitu gangguan orgasmik pada
lelaki dimana kelambanan atau bahkan ketidakmampuan mencapai ejakulasi,
berarti kegagalan mencapai orgasme dalam hubungan seksual.
2. Jenis-Jenis Disfungsi Seksual Kaum Perempuan
a. Insufusiensi rangsangan. Merupakan padanan insufisiensi erektil pada kaum lelaki.
Biasanya juga disertai keluhan berupa tidak adanya perasaan-perasaan seksual
serta kebal terhadap sebagian besar atau bahkan semua bentuk stimulasi erotik.
b. Disfungsi orgasmik. Di sini seorang perempuan mampu mengalami rangsangan
seksual namun sulit mencapai orgasme.
c. Vaginismus yaitu keadaan kejang tiba-tiba pada otot-otot di sekitar liang vagina
sehingga menghalangi penetrasi dalam hubungan seksual.
d. Dispareunia adalah koitus penuh rasa saki. Keadaan ini bisa menimpa kaum laki-
laki namun lebih lazim dialami kaum perempuan.
Disamping itu Syamsu, Y. (2009: 80-84) menyatakan terdapat beberapa tipe dari
penyimpangan seksual, yaitu:
1. Gangguan seksual yang pasif
a. Voyeurisme yaitu kepuasan erotik dengan melihat stimulus atau situasi yang
merangsang seksual.
b. Fetishisme yaitu tingkah laku salah suai dimana individu mendapatkan kepuasan
seksual dari pakaian atau bagian badan seseorang.
2. Gangguan seksual yang agresif
a. Exhibionisme yaitu kepuasan erotik dengan memamerkan tubuhnya atau bagian
tubuhnya pada orang lain.
b. Sadisme dan masokisme. Sadisme yaitu cara seseorang mendapatkan kepuasan
seksual dengan menghukum atau menyakiti lawan jenisnya. Sedangkan
masokisme yaitu cara mendapatkan kepuasan seksual dengan penyiksaan dari
lawan jenisnya.
3. Konflik identitas dan peranan seks
a. Homoseksualitas dan lesbian merupakan masalah identitas seksual dimana
seseorang mencintai atau menyenangi orang lain yang jenis kelaminnya sama.
b. Transvetisme yaitu dorongan untuk memakai pakaian jenis kelamin lain.
c. Transseksualisme dimana individu memiliki dorongan yang kuat untuk mengubah
kelaminnya menjadi lawan jenisnya melalui operasi kelamin.
d. Freeseks atau prostitusi yaitu berhubungan seksual di luar pernikahan yang
hukumnya haram.
Gerald C. Davidson, G. C., dkk. (2006: 633-635) juga menyatakan etiologi Parafilia adalah
sebagai berikut:
1. Perspektif Psikodinamika
Parafilia dipandang oleh para teoritikus psikodinamika sebagai tindakan defensive,
melindungi ego agar tidak menghadapi rasa takut dan memori yang direpres dan
mencerminkan fiksasi di tahap pregnital dalam perkembangan psikoseksual.
2. Perspektif Behavioral dan Kognitif
Beberapa teoris yang memiliki paradigma behavioral berpendapat bahwa paraphilia
terjadi karena pengkondisian klasik yang secara tidak sengaja menghubungkan gairah
seksual dengan sekelompok stimuli yang oleh masyarakat dianggap sebagai stimuli
yang tidak tepat.
3. Perspektif Biologis
Karena sebagian besar orang yang mengidap paraphilia adalah laki-laki, terdapat sepkulasi
bahwa androgen, hormone utama pada laki-laki, berperan dalam gangguan ini.
4. Terapi Bermain
Digunakan pada anak-anak agar bisa memproyeksikan perasaan-perasaannya terhadap
orang-orang yang menjadi sumber masalahnya.
5. Psikodrama
Dengan bermain peran seakan-akan mereka mempunyai masalah yang harus
diselesaikan bersama.
6. Terapi Humanistik
Dengan membantu klien menelusuri semua potensi positif dalam dirinya, agar dia bisa
mengembangkan dirinya secara positif dan meninggalkan gejala-gejala gangguan
mentalnya.
7. Terapi Perilaku
Perilaku bisa ditimbulkan atau dihambat dengan memberinya reinforcement (ganjaran)
yang positif (untuk mendorong) atau negatif (menghambat).
8. Terapi Perilaku Kognitif
Dimana emosi negatif terhadap suatu benda/hal tertentu, dibahas secara rasional,
sampai akhirnya klien tidak lagi melihat alasan mengapa ia harus beremosi negatif.
9. Terapi Seni
Dengan membuat benda seni, klien dapat melepaskan emosinya (katarsis) dan
memproyeksikan perasaan-perasaannya sehingga terasa lebih ringan.
10. Konseling
Berbentuk wawancara, dimana konselor membantu klien untuk mencaripenyelesaian
yang terbaik untuk masalahnya.
Menurut Gerald. C Davison, dkk.( 2012:617-618) salah satu cara penanganan identitas
gender adalah dengan menggunakan terapi identitas gender. Kita dapat beralih keberbagai
intervensi untuk membantu orang-orang yang mengalami gangguan ini yaitu dengan
mengubah tubuh agar sesuai dengan psikologi orang yang bersangkutan, dan operasi
perubahan kelamin. Operasi perubahan kelamin merupakan satu-satunya jalan yang dapat
ditempuh untuk identitas gender.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan seksual adalah ketidakwajaran seksual yang mencakup perilaku
seksual atau fantasi-fantasi seksual yang diarahkan pada pencapaian organisme lewat
relasi diluar hubungan kelamin heteroseksual dengan jenis kelamin yang sama atau
dengan partner yang belum dewasa dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku
seksual dalam masyarakat yang bisa diterima secara umum. Jenis gangguan seksual ini
ada tiga jenis yaitu gangguang identitas gender, pharapilia, dan disfungsi seksual.
Faktor penyebabnya yaitu (1) Identitas Gender dapat berawal sejak masa kanak-
kanak. Anak-anak dengan gangguan ini menemukan bahwa anatomi gender mereka
merupakan sumber distress yang terus menerus dan intensif. (2) pharapilia dapat berupa
faktor teori belajar, psikodinamika, multifaktor. (3) Disfungsi seksual berupa faktor
bilogis,faktor psikodinamika, faktor kognitif dan hubungan. Dalam mengatasi perilaku
tersebut dapat berupa psikoanalisis, Hypnoterapi, terapi kelompok, terapi bermain dsb.
B. Saran
Semoga dengan ditulisnya makalah ini dapat menambah wawasan pembaca.
Penulis menyadari kekuarangan dalam penulisan makalah ini, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kebaikan penulisan makalah
berikutnya.
KEPUSTAKAAN
Chaplin, J. P. 2009. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Pers.
Gerald C. Davidson, dkk. 2006. Psikologi Abnormal. Jakarta: Raja Grafindo Persada.