Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah “Penyimpangan Seksual” ini dapat
diselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya, tabiinnya, dan
seluruh umatnya yang istiqomah mengikuti tuntunan dan teladan sampai akhir
zaman.
Kalau kita amati, berdasarkan data statistik disebutkan terjadinya peningkatan
angka perceraian di Indonesia dewasa ini. Faktor penyebab peningkatan tersebut
salah satunya karena alasan ekonomi dan masih banyak lainnya. Sejatinya kalau
kita kaji lebih lanjut angka perceraian itu bisa ditekan dengan mengedepankan
komunikasi antar pasangan. Karena itulah dalam makalah ini kami akan mencoba
membahas persoalan tersebut. Kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk
memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan makalah ini.
Namun demikian kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kami mohon maaf atas segala kekurangan dalam
makalah ini. Kami sangat mengharapkan saran dan kritikan dari para pembaca,
kebenaran dan kesempurnaan hanya milik Allah. Akhirnya kami berharap semoga
makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami pribadidan pembacapada umumnya.

Langsa, 08 Maret 2023


Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia itu diciptakan sebagai makhluk sempurna, sehingga mampu
mencintai dirinya (autoerotik), mencintai orang lain beda jenis (heteroseksual)
namun juga yang sejenis (homoseksual) bahkan dapat jatuh cinta makhluk lain
ataupun benda, sehingga kemungkinan terjadi perilaku menyimpang dalam
perilaku seksual amat banyak. Manusia tidak selamanya lurus dan normal, karena
pasti ada saja yang memiliki kecenderungan tidak normal / tidak wajar dalam
menjalani hidup di dunia. Salah satu ketidakwajaran manusia dapat dilihat dari
perilaku seksual menyimpang yang ada pada dirinya.
Kelainan seks terjadi pada batin atau kejiwaan seseorang walaupun dari segi
fisik penderita penyakit seks batin tersebut sama dengan orang-orang normal
yang lain. Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh
seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya.
Biasanya, cara yang digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek
seks yang tidak wajar. Penyebab terjadinya kelainan ini bersifat psikologis atau
kejiwaan, seperti pengalaman sewaktu kecil, dari lingkungan pergaulan, dan
faktor genetik.
Hal-hal tersebut dipengaruhi karena beberapa faktor penyebab yang melatar
belakangi, sehingga dalam makalah ini penulis akan mencoba mengupas
berbagai hal yang berhubungan dengan penyimpangan seksual mulai dari
pengertian, macam-macam, sebab-sebab, cara penanggulangan dan hubungannya
dengan hambatan bagi keharmonisan keluarga.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian penyimpangan seksual?
2. Apa saja jenis-jenis penyimpangan seksual?
3. Bagaimana penyebab penyimpangan seksual?
4. Apa saja dampak dari penyimpangan seksual?
5. Bagaimana usaha pencegahan terhadap penyimpangan seksual?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyimpangan Seksual 


Penyimpangan seksual adalah segala bentuk penyimpangan seksual baik
arah minat maupun orientasi seksual. Penyimpangan adalah gangguan atau
kelainan. Sedangkan perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang
didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama
jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam mulai dari
perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan
bersenggama. Obyek seksualnya juga bisa berupa orang lain, diri sendiri
maupun obyek dalam khayalan.
Penyimpangan seksual merupakan salah satu bentuk perilaku yang
menyimpang karena melanggar norma-norma yang berlaku penyimpangan
seksual dapat juga diartikan sebagai bentuk perbuatan yang mengabaikan
nilai dan norma yang melanggar, bertentangan atau menyimpang dari aturan-
aturan hukum.Sebagian dari tingkah laku itu memang tidak berdampak apa-
apa, terutama jika tidak ada akibat fisik atau sosial yang dapat
ditimbulkannya. Akan tetapi pada sebagian perilaku seksual yang lain,
dampaknya cukup serius, seperti perasaan bersalah, depresi, marah dan
sebagainya.
Kesimpulan penyimpangan perilaku seksual adalah tingkah laku seksual,
khususnya yang tidak sesuai dengan norma-norma agama atau hukum atau
juga asusila yang dilakukan oleh pelaku penyimpangan seksual.

B. Jenis-Jenis Penyimpangan Seksual


1. Homoseksual
Homoseksual merupakan kelainan seksual berupa disorientasi
pasangan seksualnya. Disebut gay bila penderitanya laki-laki dan lesbi
untuk penderita perempuan. Hal yang memprihatinkan di sini adalah
kaitan yang erat antara homoseksual dengan peningkatan risiko AIDS.
Pernyataan ini dipertegas dalam jurnal kedokteran Amerika, kaum
homoseksual yang mencari pasangannya melalui internet, terpapar risiko
penyakit menular seksual (termasuk AIDS) lebih tinggi dibandingkan
mereka yang tidak.
2. Sadomasokisme
Sadisme seksual termasuk kelainan seksual. Dalam hal ini kepuasan
seksual diperoleh bila mereka melakukan hubungan seksual dengan
terlebih dahulu menyakiti atau menyiksa pasangannya. Sedangkan
masokisme seksual merupakan kebalikan dari sadisme seksual.
Seseorang dengan sengaja membiarkan dirinya disakiti atau disiksa untuk
memperoleh kepuasan seksual.
3. Ekshibisionisme
Penderita ekshibisionisme akan memperoleh kepuasan seksualnya
dengan memperlihatkan alat kelamin mereka kepada orang lain yang
sesuai dengan kehendaknya. Bila korban terkejut, jijik dan menjerit
ketakutan, ia akan semakin terangsang. Kondisi begini sering diderita
pria, dengan memperlihatkan penisnya yang dilanjutkan dengan
masturbasi hingga ejakulasi.
4. Voyeurisme
Istilah voyeurisme (disebut juga scoptophilia) berasal dari bahasa
prancis yakni vayeur yang artinya mengintip. Penderita kelainan ini akan
memperoleh kepuasan seksual dengan cara mengintip atau melihat orang
lain yang sedang telanjang, mandi atau bahkan berhubungan seksual.
Setelah melakukan kegiatan mengintipnya, penderita tidak melakukan
tindakan lebih lanjut terhadap korban yang diintip. Dia hanya mengintip
atau melihat, tidak lebih. Ejakulasinya dilakukan dengan cara
bermasturbasi setelah atau selama mengintip atau melihat korbannya.
Dengan kata lain, kegiatan mengintip atau melihat tadi merupakan
rangsangan seksual bagi penderita untuk memperoleh kepuasan seksual.
Yang jelas, para penderita perilaku seksual menyimpang sering
membutuhkan bimbingan atau konseling kejiwaan, di samping dukungan
orang-orang terdekatnya agar dapat membantu mengatasi keadaan
mereka.
5. Fetishisme
Fatishi berarti sesuatu yang dipuja. Jadi pada penderita fetishisme,
aktivitas seksualnya disalurkan melalui bermasturbasi dengan
bh(breastholder), celana dalam, kaos kaki, atau benda lain yang dapat
meningkatkan hasrat atau dorongan seksual. Sehingga, orang tersebut
mengalami ejakulasi dan mendapatkan kepuasan. Namun, ada juga
penderita yang meminta pasangannya untuk mengenakan benda-benda
favoritnya, kemudian melakukan hubungan seksual yang sebenarnya
dengan pasangannya tersebut.
6. Pedophilia
Pedophilia adalah orang dewasa yang suka melakukan hubungan
seks/kontak fisik yang merangsang dengan anak di bawah umur.
7. Bestially
Bestially adalah manusia yang suka melakukan hubungan seks
dengan binatang seperti kambing, kerbau, sapi, kuda, ayam, bebek,
anjing, kucing, dan lain sebagainya.
8. Incest
Incest adalah hubungan seks dengan sesama anggota keluarga
sendiri non suami istri seperti antara ayah dan anak perempuan dan ibu
dengna anak cowok
9. Necrophilia
Necrophilia adalah orang yang suka melakukan hubungan seks
dengan orang yang sudah menjadi mayat / orang mati.
10. Zoophilia
Zoophilia adalah orang yang senang dan terangsang melihat hewan
melakukan hubungan seks dengan hewan.
11. Sodomi
Sodomi adalah pria yang suka berhubungan seks melalui dubur
pasangan seks baik pasangan sesama jenis (homo) maupun dengan
pasangan perempuan.
12. Frotteuris
Frotteuris yaitu suatu bentuk kelainan seksual di mana seseorang
laki-laki mendapatkan kepuasan seks dengan jalan menggesek-gesek atau
menggosok-gosok alat kelaminnya ke tubuh perempuan di tempat publik
atau umum seperti di kereta, pesawat, bis, dll.
13. Gerontopilia
Gerontopilia adalah suatu perilaku penyimpangan seksual dimana
sang pelaku jatuh cinta dan mencari kepuasan seksual kepada orang yang
sudah berusia lanjut (nenek-nenek atau kakek-kakek). Gerontopilia
termasuk dalam salah satu diagnosis gangguan seksual, dari sekian
banyak gangguan seksual seperti voyurisme, exhibisionisme, sadisme,
masochisme, pedopilia, brestilia, homoseksual, fetisisme, frotteurisme,
dan lain sebagainya. Keluhan awalnya adalah merasa impoten bila
menghadapi istri/suami sebagai pasangan hidupnya, karena merasa tidak
tertarik lagi. Semakin ia didesak oleh pasangannya maka ia semakin tidak
berkutik, bahkan menjadi cemas. Gairah seksualnya kepada pasangan
yang sebenarnya justru bisa bangkit lagi jika ia telah bertemu dengan
idamannya (kakek/nenek).
Manusia itu diciptakan tuhan sebagai makhluk sempurna, sehingga
mampu mencintai dirinya (autoerotik), mencintai orang lain beda jenis
(heteroseksual) namun juga yang sejenis (homoseksual) bahkan dapat jatuh
cinta makhluk lain ataupun benda, sehingga kemungkinan terjadi perilaku
menyimpang dalam perilaku seksual amat banyak. Manusia walaupun
diciptakan-Nya sempurna namun ada keterbatasan, misalnya manusia itu
satu-satunya makhluk yang mulut dan hidungnya tidak mampu menyentuh
genitalianya. Seandainya dapat dilakukan mungkin manusia sangat mencintai
dirinya secara menyimpang pula. Hal itu sangat berbeda dengan hewan,
hampir semua hewan mampu mencium dan menjilat genitalianya, kecuali
barnobus (sejenis gorilla) yang sulit mencium genitalianya. Barnobus satu-
satunya jenis apes (monyet) yang bila bercinta menatap muka pasangannya,
sama dengan manusia. Hewan pun juga banyak yang memiliki penyimpangan
perilaku seksual seperti pada manusia, hanya saja mungkin variasinya lebih
sedikit, misalnya ada hewan yang homoseksual, sadisme, dan sebagainya.
Kasus gerontopilia mungkin jarang terdapat dalam masyarakat karena
umumnya si pelaku malu untuk berkonsultasi ke ahli, dan tidak jarang mereka
adalah anggota masyarakat biasa yang juga memiliki keluarga (anak dan
istri/suami) serta dapat menjalankan tugas-tugas hidupnya secara normal
bahkan kadang-kadang mereka dikenal sebagai orang-orang yang
berhasil/sukses dalam kariernya. Meski jarang ditemukan, tidaklah berarti
bahwa kasus tersebut tidak ada dalam masyarakat Indonesia.

C. Penyebab Penyimpangan Seksual


Sebab-sebab atau faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tingkah
laku penyimpangan seksual dalam rumah tangga sakinah itu dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Pengaruh lingkungan keluarga
Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan fondasi
primer bagi perkembangan anak. Perilaku menyimpang bukan
merupakan peristiwa herediter, bukan merupakan warisan bawaan sejak
lahir, banyak bukti menyatakan bahwa tingkah laku asusila dan kriminal
orang tua serta anggota keluarga lainnya memberikan dampak menular
dan infeksius pada jiwa anak-anak.
Keluarga merupakan sumber utama atau lingkungan yang utama
penyebab kenakalan remaja yang berupa penyimpangan seksual pada
remaja. Hal ini disebabkan karena anak itu hidup dan berkembang
permulaan sekali dari pergaulan keluarga yaitu hubungan anak dengan
anggota keluarga lain yang tinggal bersama–sama. Kualitas rumah tangga
atau kehidupan keluarga jelas memainkan peranan paling besar dalam
membentuk kepribadian remaja dilingkungan. Baik buruknya struktur
keluarga memberikan dampak baik dan buruknya perkembangan jiwa
dan jasmani anak, faktor keluarga yang menyebabkan penyimpangan
seksual pada remaja.
Penyebab timbulnya penyimpangan seksual remaja antara lain
adalah kurangnya pengetahuan dan pengertian orang tua tentang cara
pendidikan yang baik, banyak orang tua yang tidak memahami agama
yang dianutnya apalagi mengamalkannya. Sehingga ajaran agama Islam
itu praktis tidak dilaksanakan dalam kehidupan keluarganya.
2. Pengaruh lingkungan di sekolah
Kondisi sekolah yang tidak menguntungkan juga mempengaruhi
terjadinya penyimpangan seksual . Kondisi tersebut antara lain minimnya
fasilitas ruang belajar sedangkan jumlah muridnya banyak sehingga
mereka harus berdesak-desakan duduk di dalam kelas. Selanjutnya
mereka harus mendengarkan pelajaran yang tidak menarik minatnya
karena sikap gurunya yang tidak simpatik dan tidak menguasai metode
pendidikan, sehingga anak-anak tidak bergairah dalam belajar, selain itu
adanya guru yang suka mengobjek di luar sekolah, menyebabkan guru
sering absen, menjadi suka membolos, sering berkeliaran di pertokoan
atau mall tanpa pengawasan atau mengganggu murid lainnya yang
sedang belajar.
Kurikulum selalu berubah-ubah tidak menentu, materi pelajaran
selalu ketinggalan zaman dan tidak sesuai dengan operasi anak muda
masa sekarang, anak merasa sangat dibatasi gerak-geriknya dan merasa
tertekan batinnya, kurang sekali kesempatan yang diberikan oleh sekolah
untuk melakukan ekspresi bebas, baik yang bersifat fisik maupun psikis.
Sebagai akibatnya, anak jadi ikut-ikutan tidak mematuhi semua
aturan, ingin jadi bebas liar, mau berbuat semaunya sendiri, menjadi
agresif. Juga suka melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan norma
sosial di luar sekolah untuk melampiaskan kedongkolan dan frustrasinya.
Berdasarkan uraian diatas, maka jelaslah bahwa betapa berat pengaruh
pendidikan sekolah dalam membentuk akhlak remaja baik dalam
kehidupan materi maupun kehidupan iman, etika dan spiritual mereka.
3. Pengaruh lingkungan masyarakat
Semakin dewasa anak semakin banyak kesempatan mereka bergaul
dilingkungan masyarakat. Lingkungan sekitarnya tidak selalu baik dan
menguntungkan bagi pendidikan dalam perkembangan anak. Lingkungan
adakalanya dihuni oleh orang dewasa, serta anak-anak muda kriminal
dan anti sosial, yang bisa merangsang timbulnya reaksi adolesens yang
masih labil jiwanya, dengan begitu anak-anak remaja ini mudah
terjangkit oleh para kriminal dan asusila dan anti sosial tadi.
Kelompok orang dewasa dan asusila tersebut biasanya terdiri atas
gelandangan, tidak punya rumah dan pekerjaan yang tetap, malas bekerja
namun berambisi besar untuk hidup mewah dan bersenang-senang. Pola-
pola asusila ini sangat mudah menjalar pada remaja yang tidak
mempunyai motivasi untuk belajar dan meningkatkan kepribadiannya,
sehingga mereka lebih bergairah untuk melakukan eksperimen dalam
dunia hitam yang dianggap penuh misteri namun sangat menarik
keremajaan mereka.
Bila dianalisis lebih jauh ada beberapa faktor yang mempengaruhi
dan menentukan terjadinya kenakalan remaja, penyebab kenakalan
remaja pada dasarnya berasal dari dalam diri manusia itu dan pengaruh
lingkungan luar dirinya, diantaranya adalah:
a. Yang berasal dari remaja seperti kemungkinan tidak beriman atau
masih lemah imannya. Kurang tertanam jiwa beragama dan
aktivitasnya tidak tersalurkan, tidak mampu mengendalikan
dorongan hawa nafsunya dan gagal keinginan atau prestasi yang
diharapkan.
b. Yang berasal dari pengaruh lingkungan (pengaruh luar) seperti
pengaruh-pengaruh lingkungan keluarga, pengaruh pergaulan di
sekolah dan pengaruh lingkungan pergaulan masyarakat, pengaruh
modernisasi.
c. Akibat merosotnya akhlak, krisis keimanan.

D. Dampak Penyimpangan Seksual


Akibat dari meningkatnya aktivitas seksual pada remaja yang tidak
diimbangi dengan alat kontrasepsi diantaranya adalah kehamilan remaja atau
pranikah sehingga banyak remaja yang melakukan tindakan aborsi
(pengguguran kandungan) dengan cara meminum ramuan atau jamu, memijat
peranakannya atau mencoba mengeluarkan janin dengan cara bantuan dukun
atau meminum obat-obatan yang diberikan dokter atau bidan. Cara tersebut
bisa mengakibatkan perdarahan, infeksi sehingga kematian si calon ibu.
Sedangkan pada janin mengalami kecacatan mental maupun fisik dalam masa
pertumbuhannya.
Salah satu akibat yang ditimbulkan dari aktivitas seksual yang tidak sehat
adalah penyakit menular seksual (PMS). Penyakit ini disebut juga venereal,
berasal dari kata venus, yaitu Dewi Cinta dari Romawi kuno. Penularan
penyakit ini biasanya terjadi karena seringnya seseorang melakukan
hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan. Bisa juga karena
melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang sebelumnya telah
terjangkit salah satu penyakit ini. Penyakit seksual ini sangat berbahaya.
Pengobatan untuk setiap jenis penyakit berbeda-beda, beberapa diantaranya
tidak dapat disembuhkan.
Sebagai konsekuensi logis dari perilaku seks menyimpang adalah
munculnya berbagai penyakit kelamin (veneraldiseases, VD), atau penyakit
akibat hubungan seksual (sexuallytransmitteddiseases, STD). Berbagai
penyakit kelamin yang kini dikenal di dunia kedokteran adalah: sifilis,
gonore, herpes simplex, limprogranulomaakuminatavenerium,
granulomainguinale, trikomonas, kondilomaakuminata, dan AIDS.
Dari berbagai penyakit itu yang paling terkenal, paling berbahaya dan
paling banyak diderita oleh pelaku seks bebas (termasuk pelaku seks
menyimpang seperti homoseks, seks anal, dan sebagainya) adalah: sifilis,
gonore, herpes progenitalis dan AIDS.
1. Gonorea
Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual. Sebutan lain
penyakit ini adalah kencing nanah. Penyakit ini menyerang organ seks
dan organ kemih. Selain itu, akan menyerang selaput lendir mulut, mata,
anus, dan beberapa organ tubuh lainnya. Bakteri yang membawa
penyakit ini. dinamakan Gonococcus.
2. Sifilis
Sifilis dikenal juga dengan sebutan “Raja Singa”. Penyakit ini sangat
berbahaya. Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual atau
penggunaan barang-barang dari seseorang yang tertular (seperti baju,
handuk, dan jarum suntik). Penyebab timbulnya penyakit ini adalah
adanya kuman Treponemapallidum.
3. Herpes
Herpes termasuk jenis penyakit tua karena sudah ada sejak lama,
ditularkan oleh bangsa Yunani, romawi, dan Louis XV. Herpes termasuk
jenis penyakit biasa, disebabkan oleh virus harpes simpleks.
4. Klamidia
Klamidia berasal dari kata chlamydia, sejenis organisme
mikroskopik yang dapat menyebabkan infeksi pada leher rahim, rahim,
saluran indung telur, dan saluran kencing. Gejala yang banyak dijumpai
pada penderita penyakit ini adalah keluarnya cairan dari vagina yang
berwarna kuning , disertai rasa panas seperti terbakar ketika kencing.
5. Candida
Penyakit ini biasa juga disebut sebagai infeksi ragi. Sebenarnya,
dalam vagina terdapat berjuta-juta ragi. Meskipun tidak akan
menimbulkan masalah, karena ragi berkembang terlalu pesat, dalam
keadaan tertentu dapat menyebabkan infeksi.
6. Chancroid
Chancroid adalah sejenis bakteri yang menyerang kulit kelamin dan
menyebabkan luka kecil bernanah. Jika luka ini pecah, bakteri akan
menjalar ke daerah pubik dan kelamin.

7. Granulomainguinale
Penyakit ini sama dengan chancroid, yaitu disebabkan oleh bakteri.
Bagian yang terserang biasanya permukaan kulit penis, bibir vagina,
klitoris, dan anus, akan berubah membentuk jaringan berisi cairan yang
mengeluarkan bau tidak sedap.
8. Lymphogranulomavenereum
Penyakit ini biasa disingkat LGV, disebabkan oleh virus dan dapat
mempengaruhi seluruh organ tubuh. Penyakit ini sangat berbahaya
karena antibiotik tidak dapat menanggulanginya.
9. AIDS
AIDS adalah sebuah singkatan dari “AcquiredImmunoDeficiency”
Syndrome. Artinya, suatu gejala menurunnya sistem kekebalan tubuh
seseorang.
10. HIV
HIV adalah singkatan dari “Human Immunodeficiency Virus”, yaitu
sejenis virus yang menyebabkan AIDS.
11. ARC
ARC merupakan singkatan dari “AIDS RelatedComplex”,
menyebabkan timbulnya pembekakan pada kalenjar di sekitar pangkal
paha dan daerah lainnya.

12. Scabies
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis serangga yang disebut “mite”.
Serangga tersebut dapat masuk melalui daerah kelamin dan dapat
berkembang biak secara cepat.
13. PID
Merupakan singkatan dari “Pelvis InflammatoryDisease”, yaitu suatu
penyakit infeksi sistem saluran reproduksi perempuan, seperti gonorea
atau clamydia.
14. Trichomonasinfection
Penyakit ini merupakan suatu penyakit yang menyerang vagina
perempuan dan menyebabkan terjadinya infeksi dengan mengeluarkan
cairan busa disertai dengan rasa gatal dan panas pada vagina tersebut.
15. Venerealwarts
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menyerang alat kelamin
seseorang. Pada laki-laki, virus ini menyerang bagian kepala penis.
Pada perempuan, virus ini biasanya menyerang bibir vagina dan daerah
sekitar anus (perineum).

E. Usaha Pencegahan Penyimpangan Seksual


1. Sikap dan pengertian orang tua
Pencegahan abnormalitas masturbasi sesungguhnya bias secara
optimal diperankan oleh orang tua. Sikap dan reaksi yang tepat dari
orang tua terhadap anaknya yang melakukan masturbasi sangat penting.
Di samping itu, orang tua perlu memperhatikan kesehatan umum dari
anak-anaknya juga kebersihan di sekitar daerah genitalia mereka. Orang
tua perlu mengawasi secara bijaksana hal-hal yang bersifat pornografis
dan porno aksi yang terpapar pada anak.
Menekankan kebiasaan masturbasi sebagai sebuah dosa dan
pemberian hukuman hanya akan menyebabkan anak putus asa dan
menghentikan usaha untuk mencontohnya. Sedangkan pengawasan yang
bersifat terang-terangan akan menyebabkan sang anak lebih memusatkan
perhatiannya pada kebiasaan ini; dan kebiasaan ini bias jadi akan
menetap.Orang tua perlu memberikan penjelasan seksual secara jujur,
sederhana dan terus terang kepada anaknya pada saat-saat yang tepat
berhubungan dengan perubahan-perubahan fisiologis seperti adanya
ereksi, mulai adanya haid dan fenomena seksual sekunder lainnya.
Secara khusus, biasanya anak remaja melakukan masturbasi jika
punya kesempatan melakukannya. Kesempatan itulah sebenarnya yang
jadi persoalan utama. Agar tidak bermasturbasi, hendaklah dia (anak)
jangan diberi kesempatan untuk melakukannya. Kalau bisa, hilangkan
kesempatan itu. Masturbasi biasanya dilakukan di tempat-tempat yang
sunyi, sepi dan menyendiri. Maka, jangan biarkan anak untuk
mendapatkan kesempatan menyepi sendiri. Usahakan agar dia tidak
seorang diri dan tidak kesepian. Beri dia kesibukan dan pekerjaan
menarik yang menyita seluruh perhatiannya, sehingga ia tidak teringat
untuk pergi ke tempat sunyi dan melakukan masturbasi.
Selain itu, menciptakan suasana rumah tangga yang dapat
mengangkat harga diri anak, hingga ia dapat merasakan harga dirinya.
Hindarkan anak dari melihat, mendengar dan membaca buku-buku dan
gambar-gambar porno. Suruhlah anak-anak berolah raga, khususnya olah
raga bela diri, yang akan menyalurkan kelebihan energi tubuhnya. Atau
membiasakan mereka aktif dalam organisasi kepemudaan dan
keolahragaan.
2. Pendidikan seks
Sex education (pendidikan seks) sangat berguna dalam mencegah
remaja pada kebiasaan masturbasi. Pendidikan seks dimaksudkan sebagai
suatu proses yang seharusnya terus-menerus dilakukan sejak anak masih
kecil. Pada permulaan sekolah diberikan sex information dengan cara
terintegrasi dengan pelajaran-pelajaran lainnya, dimana diberikan
penjelasan-penjelasan seksual yang sederhana dan informatif.Pada tahap
selanjutnya dapat dilanjutkan dengan diskusi-diskusi yang lebih bebas
dan dipimpin oleh orang-orang yang bertanggung jawab dan menguasai
bidangnya.Hal penting yang ingin dicapai dengan pendidikan seks adalah
supaya anak ketika sampai pada usia adolesen telah mempunyai sikap
yang tepat dan wajar terhadap seks.
3. Pengobatan
Biasanya anak-anak dengan kebiasaan masturbasi jarang dibawa ke
dokter, kecuali kebiasaan ini sangat berlebihan. Masturbasi memerlukan
pengobatan hanya apabila sudah ada gejala-gejala abnormal, bias berupa
sikap yang tidak tepat dari orang tua yang telah banyak menimbulkan
kecemasan, kegelisahan, ketakutan, perasaan bersalah/dosa, menarik diri
atau adanya gangguan jiwa yang mendasari, seperti gangguan
kepribadianneurosis, perversi maupun psikosis.
4. Psikoterapi
Psikoterapi pada kebiasaan masturbasi mesti dilakukan dengan
pendekatan yang cukup bijaksana, dapat menerima dengan tenang dan
dengan sikap yang penuh pengertian terhadap keluhan penderita.
Menciptakan suasana dimana penderita dapat menumpahkan semua
masalahnya tanpa ditutup-tutupi merupakan tujuan awal psikoterapi.Pada
penderita yang datang hanya dengan keluhan masturbasi dan adanya
sedikit kecemasan, tindakan yang diperlukan hanyalah meyakinkan
penderita pada kenyataan yang sebenarnya dari masturbasi. Pada kasus-
kasus adolesen, kadang-kadang psikoterapi lebih kompleks dan
memungkinkan dilakukan semacam interview sex education. Psikoterapi
dapat pula dilakukan dengan pendekatan keagamaan dan keyakinan
penderita
5. Hipnoterapi
Self-hypnosis (auto-hypnosis) dapat diterapkan pada penderita
dengan masturbasi kompulsif, yaitu dengan mengekspose pikiran bawah
sadar penderita dengan anjuran-anjuran mencegah masturbasi.
6. Genital Mutilation (Sunat)
Ini merupakan pendekatan yang tidak lazim dan jarang dianjurkan
secara medis. Pada beberapa daerah dengan kebudayaan tertentu, dengan
tujuan mengurangi/membatasi/meniadakan hasrat seksual seseorang,
dilakukan mutilasi genital dengan model yang beraneka macam.
7. Menikah
Bagi remaja/adolesen yang sudah memiliki kesiapan untuk menikah
dianjurkan untuk menyegerakan menikah untuk menghindari/mencegah
terjadinya kebiasaan masturbasi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyimpangan seksual merupakan salah satu bentuk perilaku yang
menyimpang karena melanggar norma-norma yang berlaku penyimpangan
seksual dapat juga diartikan sebagai bentuk perbuatan yang mengabaikan
nilai dan norma yang melanggar, bertentangan atau menyimpang dari aturan-
aturan hukum. Sebagian dari tingkah laku itu memang tidak berdampak apa-
apa, terutama jika tidak ada akibat fisik atau sosial yang dapat
ditimbulkannya. Akan tetapi pada sebagian perilaku seksual yang lain,
dampaknya cukup serius, seperti perasaan bersalah, depresi, marah dan
sebagainya.
Sebab-sebab atau faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tingkah
laku penyimpangan seksual dalam rumah tangga sakinah itu dapat
dikelompokkan karena tiga pengaruh, yaitu : pengaruh lingkungan keluarga,
pengaruh lingkungan sekolah, dan pengaruh lingkungan masyarakat. Selain
itu juga karena merosotnya nilai keimanan seseorang itu.

B. Saran
Walaupun seks merupakan karunia Allah, namun setelah manusia jatuh
ke dalam dosa, seks sering disalahgunakan. Iblis telah membuat segala aspek
seks menjadi perzinaan, dimana kasih diganti dengan nafsu birahi.
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Kushartati. 2001. Remaja dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Depdiknas.

Dianawati, Ajen. 2006. Pendidikan Seks untuk Remaja. Jakarta: Kawan Pustaka.

Junaedi, Didi. 2010. 17+ Seks Menyimpang. Jakarta: Semesta Rakyat Merdeka.

Pratiwi. 2004. Pendidikan Seks untuk Remaja. Yogyakarta: Tugu Publisher.

Sarwono, Sarlito. 2002. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Singgih, Gunarsa. 2004. Psikologi untuk Muda-Mudi. Jakarta: IKAPI.

Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:


Sagung Seto.

Willis, Sofyan. 2005. Remaja dan Permasalahannya. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai