Anda di halaman 1dari 15

PEMBAHASAN

PENYIMPANGAN PRILAKU SEKSUAL

Persoalan penyimpangan seksual telah menjadi objek perdebatan


yang cukup lama dalam peradaban umat manusia. Norma masyarakat
yang  mengutuk berbagai macam penyimpangan seksual mendapatkan
tantangan dari kelompok yang merasa dirugikan atas norma-norma
tersebut. Perdebatan semacam ini menjadi semakin terlihat  setelah
muncul kampanye yang dilakukan oleh gerakan LGBT (lesbian, gay,
biseksual dan transgender). Gerakan LGBT bermula di dalam masyarakat
Barat. Cikal bakal lahirnya gerakan ini adalah pembentukan Gay
Liberation Front (GLF) di London tahun 1970. Gerakan ini terinspirasi dari
gerakan pembebasan sebelumnya di Amerika Serikat tahun 1969 yang
terjadi di Stonewall. Kampanye LGBT berfokus pada upaya penyadaran
kepada kaum lesbian, gay, biseksual dan transgender dan masyarakat
umum bahwa perilaku mereka bukan penyimpangan sehingga mereka
layak mendapatkan hak-hak seksual sebagaimana orang lain.
Di Indonesia, gerakan kampanye menuntut legalitas LGBT juga
marak dan mendapatkan dukungan penting dari akademisi dan pegiat
feminisme. Mereka bergerak  dari ranah politik hingga teologi. Di bidang
politik, usaha ini diwujudkan dengan mengupayakan lolosnya undang-
undang yang memberikan celah bagi pernikahan sesama jenis. Peneliti
INSISTS, Rita Soebagio menyatakan bahwa Rancangan Undang-Undang
Keadilan dan Kesetaraan Gender (RUU KKG) yang digodok di parlemen
hingga tahun 2014  memiliki celah tersebut. Sementara itu, kampanye di
bidang teologis dilakukan dengan membongkar bangunan keagamaan
yang selama ini menjadikan heteroseksual sebagai satu-satunya pilihan
seksualitas manusia. Contoh yang mencolok dan cukup terkenal adalah
publikasi ilmiah Fakultas Syari’ah IAIN Wali Songo dalam jurnal Justisia
edisi 25, Th. XI 2004. Akademisi muslim liberal yang menulis di dalam
jurnal tersebut secara tegas mendukung semua jenis ekspresi seksual
dan mengajak masyarakat untuk setuju terhadap legalisasi perkawinan
sejenis dan pengakuan untuk para penyimpang seksual lainnya. (Anonim,
2013)

A. Pengertian Penyimpangan Seksual


Menurut Vander Zanden, prilaku menyimpang adalah prliaku yang
dianggap sebagai hal tercela dilau batas-batas toleransi oleh sejumlah
besar orang. Menurut Bruce J. Cohen bahwa prilaku menyimpang adalah
setiap prilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-
kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat. Menurut
M.Z Lawang, prilaku meyimpang ialah semua tindakan yang menyimpang
dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan
menimblkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk
memperbaiki prilaku tersebut. Menurut Paul B. Horton bahwa setiap
prilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma
kelompok atau masyarakat.
Secara umum, prilaku menyimpang merupakan semua tindakan
yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku disuatu sistem sosial
dan menimbulkan usaha dari pihak yang berwenang dalam sistem itu
untuk memperbaiki prilaku meenyimpang tersebut. Penyimpangan dalam
suatu masyarakat tidak berarti merupakan penyimpangan dalam
masyarakat lain karena adanya perbedaan sstandar atau ukuran tentang
nilai dan norma. (Hisam, 2016)
Penyimpangan seksual adalah segala bentuk penyimpangan
seksual, baik arah, minat maupun orientasi seksual. Penyimpangan
adalah gangguan atau kelainan. Sedangkan perilaku seksual adalah
segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan
jenis maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa
bermacam-macam mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku
berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Obyek seksualnya juga bisa
berupa orang lain, diri sendiri maupun obyek dalam khayalan.
Sebagian dari tingkah laku itu memang tidak berdampak apa-apa,
terutama jika tidak ada akibat fisik atau sosial yang dapat ditimbulkannya.
Akan tetapi pada sebagian perilaku seksual yang lain, dampaknya cukup
serius, seperti perasaan bersalah, depresi, marah dan sebagainya
(Sarwono, 2006).
B. Macam-macam Kelainan Seksual
Kelainan dan penyimpangan seksual adalah keadaan atau tindakan
seseorang yang berbeda dengan masyarakat yang ada di sekitarnya
(Sarwono, 1982 : 126). Kelainan seksual merupakan kondisi bawaan
seseorang ketika lahir. Penyebab dari kelainan-kelainan seksual biasanya
berasal dari penyakit-penyakit kejiwaan maupun badaniah. Penyakit ini
bisa timbul karena faktor hereditas (keturunan), misalnya pada peristiwa
keterbelakangan mental (idiot). Maupun faktor ketika ia masih dalam
kandungan, seperti kurangnya nutrisi ataupun kecelakaan pada ibu ketika
mengandung (Kartono, 1989: 31). Sedangkan penyimpangan seksual
dialami seseorang karena pengalaman dan lingkungan (Sarwono, 1982 :
84).
Hal ini menyebabkan perilaku seksual seseorang akan berbeda
dengan yang dilakukan oleh masyarakat pada umumnya. Perilaku
penyimpangan seksual ini dibagi ke dalam 2 kelompok, yaitu perilaku
penyimpangan seksual karena kelainan pada objek dan perilaku
penyimpangan seksual karena kelainan pada caranya (Yatimin, 2003 : 54)
1. Kelainan Seksual pada Objeknya
a. Homoseksual
Istilah “homoseksual” seperti yang dipakai dalam psikoanalisis,
telah menjadi “keranjang sampah” yang didalamnya dilemparkan
semua bentuk hubungan dengan jenis kelaminnya sendiri. Kata ini
dapat diaplikasikan aktifitas, tingkah laku, perasaan, pikiran dan
penekanan salah satu dari hal tersebut. Singkatnya, suatu hubungan
baik bermusuhan atau bersahabat dengan satu anggota dari jenis
kelamin yang sama, dapat diistilahkan homoseksual. (Fromm, 2011:
183)
b. Lesbian
Lesbi adalah sebuah hubungan emosional yang melibatkan
rasa, cinta, dan kasih sayang dua manusia yang memiliki jenis kelamin
sama. Pemahaman ini sama dengan pemaknaan kata homoseksual.
Hanya, pada homoseksual belum mengacu kepada jenis kelamin
tertentu dan masih bersifat luas. Sedangkan lesbi lebih dimaknai
bahwa pelaku aktifitas sejenis tersebut berasal dari kaum wanita.
Lesbianisme tergolong dalam abnormalitas seksual yang disebabkan
adanya partner-seks yang abnormal. Lesbianisme berasal sari kata
Lesbos. Lesbos sendiri adalah sebutan bagi sebuah pulau ditengah
Lautan Egeis, yang pada zaman kuno dihuni oleh para wanita
(Kartono, 1985).
c. Bestiality
Bestially adalah bentuk penyimpangan orientasi seksual individu
dimana terdapat kejanggalan untuk mencapai kepuasan hubungan
seksual dengan menggunakan hewan sebagai media penyalur
dorongan atau rangsangan seksual. Pada kasus semacam ini
penderita tidak memilki orientasi seksual terhadap manusia. Joones,
1999:52)
d. Necrofilia
Bentuk kelainan seksual dimana individu penderita nechrophilia
memiki orientasi kepuasan seksual melalui kontak fisik yang bersifat
merangsang atau hubungan seksual dengan media partner jenasah
atau orang yang telah wafat.
e. Pedofhilia
Pedofhilia yaitu kelainan seksual dimana individu yang telah
dewasa memiliki orientasi pencapaian kepuasan seksual melalui cara
hubungan fisik atau hubungan seks yang bersifat merangsang dengan
anak-anak di bawah umur. (Joones, 1999:47)
Biasanya pedofil (orang yang melakukan penyimpangannya)
memlilih anak perempuan yang berumur diantara 8-10 tahun,
sedangkan untuk anak laki-laki berkisar antar 10-12 tahun. Biasanya
hal ini disebabkan oleh perkawinan yang tidak bahagia, tidak
mempunyai anak dan bahkan mengalami perceraian. Selain itu
kebengisan istri dan lebih berkuasanya istri didalam rumah tangga juga
bisa menjadi faktor munculnya kelainan seksual pedofhilia. (Fachry,
1989:11)
f. Fethisisme
Penderita kelainan ini memiliki minat seksual yang terkait
dengan bagian tubuh yang hidup seperti rambut perempuan atau
obyek-obyek mati seperti pakaian dalam perempuan sehingga
eksistansi kepuasan seksual berkisar pada mencium, memainkan atau
mengecap benda-benda tersebut. Sedangkan penyebabnya antara
lain; kekurangmampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan
pergaulan luas, kecendrungan individu untuk tertarik hanya pada
bagian tubuh tertentu. Tetapi yang jelas bahwa kebiasaan ini adalah
akibat sejak kecil atau masa muda yang meninggalkan kesan yang
mendalam. Kesan ini akan timbul apabila dirinya secara tiba-tiba
menemukan apa yang menjadi kesenangannya. (Efendy, 2010)
g. Incest
Adalah hubungan seks dengan sesama anggota keluarga
sendiri non suami istri seperti antara ayah dan anak perempuan, ibu
dengan anak laki-laki, saudara laki-laki dengan saudara perempuan
sekandung, kategori incest sendiri sebenarnya cukup luas, di beberapa
kebudayaan tertentu hubungan seksual yang dilakukan antara paman
dan keponakan atau sepupu atau bahkan galur seketurunan (family)
dapat dikategorikan sebagai perbuatan incest. (Jones, 1999: 47)

h. Zoophilia
Merupakan kelainan dimana orang akan senang dan
terangsang melihat hewn melakukan hubungan seks dengan hewan.
Hewan tersebut disetubuhi atau dilatih untuk merangsang secara
seksual orang yang bersangkutan. Dasar penyebabnya karena
kekurangan untuk melakukan hubungan seks dengan manusia. Hewan
lebih dipandang rendak, lebih mudah dikuasai dan dikendalikan
sehingga kepuasan terasa sempurna. (Fachry, 1986: 26)
i. Geronthopiliia
Geronthopiliia adalah suatu perilaku penyimpangan seksual
dimana sang pelaku jatuh cinta dan mencari kepuasan seksual kepada
orang yang sudah berusia lanjut. Kasus Geronthopilia mungkin jarang
terdapat dalam masyarakat karena umumnya si penderita malu untuk
berkonsultasi kepada pakar seksual, dan tidak jarang mereka adalah
anggota masyarakat biasa yang juga memiliki keluarga serta dapat
menjalankan tugas-tugas hidupnya secara normal. (Brook, 2001: 119)
j. Urophilia/Urophagia
Urophilia/Urophagia : merupakan orientasi seksual dimana
penderita sangat terobsesi dengan urine. Urophilia adalah kelainan
orientasi seksual dimana kepuasan seksual dapat diperoleh melalui
tindakan aktif seperti mengkencingi atau pasif seperti dikencingi (maaf,
saya sulit menemukan padanan kata dalam bahasa Indonesia yang
lebih sopan). Urophagia adalah tindakan meminum urine baik diri
sendiri ataupun orang lain. Urophagia bukanlah kelainan orientasi
seksual bila ditujukan untuk pengobatan alternatif. Tindakan meminum
atau mengkonsumsi urine menjadi suatu kelainan orientasi seksual bila
tindakan tersebut dimotivasi oleh orientasi yang bersifat seksual.
Konsumsi kadang juga dilakukan oleh segelintir orang untuk alasan
kesehatan. (Anonim, 2015)

k. Coprophilia/Coprophagia
Coprophilia/Coprophagia adalah kelainan orientasi seksual yang
berhubungan dengan obsesi terhadap kotoran (lebih tepatnya : feses).
Persis dengan urophilia dan urophagia, maka coprophagia memiliki
definisi yang hampir serupa, yaitu kelainan orientasi seksual dimana
kepuasan seksual didapatkan melalui feses, atau konsumsi feses.
Memang menjijikan, namun ada banyak penderita coprophilia dan
coprophagia di dunia. ( Anonim, 2015)
2. Kelainan Seksual pada Caranya
a. Sadisme
Definisi tentang sadisme seksual yang ada dalam beberapa
literatur adalah, seseorang yang memperoleh kepuasan seksual
apabila melakukan atau mengadakan penyiksaan terhadap
pasangannya. Baik secara fisik, seperti pukulan (dengan anggota
tubuh pelaku atau dengan benda-benda keras), jambakan, cubitan,
cekikan, tendangan, sampai dengan penggunaan benda-benda tajam.
Maupun bentuk penyiksaan secara psikis, seperti umpatan, bentakan
dengan kata-kata kasar, hinaan, serta ancaman (Kartono, 1989: 26).
b. Masokisme
Masokisme seksual merupakan kebalikan dari sadisme seksual.
Seseorang sengaja membiarkan dirinya disakiti atau disiksa untuk
memperoleh kepuasan seksual. Hal ini karena yang bersangkutan
membutuhkan derita yang lebih besar untuk mencapai kepuasan
seksual atau orgasme.
Masokisme seringkali dapat dikenali sebagai suatu kelanjutan
dari sadisme yang diarahkan kepada diri sendiri setelah mengambil
alih kedudukan objek seksual. Analisis klinis dari kasus-kasus
masokistik ekstrim menunjukkan adanya jalinan faktor-faktor besar
yang diperlukan dan menentukan prilaku seksual yang pasif
(kompleks, pengebirian, rasa bersalah). (Freud, 2003 : 29-30)
c. Sadomasokisme
Sadomasokisme adalah cara memperoleh kenikmatan seksual
dari tindakan yang melibatkan pemberian dan penerimaan rasa sakit
atau rasa malu.19 Sadomasokisme merupakan gabungan dari
sadisme seksual dan masokisme seksual yang melibatkan 2 orang
dalam aktivitas seksual. Disebut sebagai sadomasokisme karena ada
orang yang melakukan peran sebagai seorang yang sadistis (yang
memberikan rasa sakit) serta ada yang berperan sebagai masokistis
(yang menikmati rasa sakit). Namun tidak jarang pasangan yang
berperilaku sadomasokisme sering bertukar peran. Pada satu
kesempatan, suami yang berperan sebagai orang yang memberikan
rasa sakit (sadistis), sedangkan di kesempatan yang lain suami
berperan sebagai orang yang menikmeti rasa sakit (masokistis).
(Halgin, 2007: 223)
d. Exhibisionisme
Penderita ekshibisionisme akan memperoleh kepuasan
seksualnya dengan memperlihatkan alat kelamin mereka kepada
orang lain yang sesuai dengan kehendaknya. Bila korban terkejut, jijik
dan menjerit ketakutan, ia akan semakin terangsang. Kondisi seperti
ini biasanya diderita pria, dengan memperlihatkan alat kelaminnya
yang dilanjutkan dengan masturbasi hingga ejakulasi, pada kasus
penyimpangan seksual terdapat pula penderita tanpa rasa malu
menunjukkan alat genitalnya kepada orang lain sekedar untuk
menunjukkannya dengan rasa bangga. (Brook, 2001: 97)
e. Fetishisme
Fatishi berarti sesuatu yang dipuja. Jadi pada penderita
fetishisme, aktivitas seksualnya disalurkan melalui bermasturbasi
dengan BH (breast holder), celana dalam, kaos kaki, atau benda lain
yang dapat meningkatkan hasrat atau dorongan seksual. Sehingga,
orang tersebut mengalami ejakulasi dan mendapatkan kepuasan.
Namun, ada juga penderita yang meminta pasangannya untuk
mengenakan benda-benda favoritnya, kemudian melakukan hubungan
seksual yang sebenarnya dengan pasangannya tersebut dalam hal ini
orientasi seksual diarahkan pada objek kebendaan di sekitar si
penderita. (Brook, 2001: 108)
f. Hiperseks / Hypersexuality
Hiperseks atau hypersexuality merupakan penyimpangan
seksual ditandai dengan tingginya keinginan untuk melakukan
hubungan seksual dan sulitnya mengontrol keinginan seks. Orang
yang mengalami hiperseks memang susah disembuhkan tetapi bukan
berarti tak mungkin. Terlebih kasus itu banyak lebih berkaitan dengan
masalah kejiwaan, ketimbang masalah fisik. Seseorang yang tergolong
pecandu seks adalah orang yang memiliki kelainan dorongan seksual,
dan tidak bisa mengendalikan hasrat tersebut. Dari segi kejiwaan, ada
beberapa sebab yang bisa menimbulkan seseorang yang tergolong
pecandu seks adalah orang yang memiliki kelainan dorongan seksual
dan tidak bisa mengendalikan hasrat tersebut.(Prita, 2008)
g. Voyeurisme
Istilah voyeurisme (scoptophila) berasal dari bahasa Prancis
yang artinya mengintip. Penderita kelainan ini akan memperoleh
kepuasan seksual dengan cara mengintip atau melihat orang lain
sedang telanjang, mandi atau bahkan berhubungan seksual. Setelah
melakukan kegiatan mengintip, penderita tidak melakukan kegiatan
lebih lanjut terhadap korban yang diintip. Ejakulasinya dilakukan
dengan cara bermasturbasi setelah atau selama mengintip korbannya.
Dengan kata lain, kegiatan mengintipnya sebagai rangsangan seksual
untuk memperoleh kepuasan. (Kartono, 1989: 269)
h. Sodomi
Sodomi adalah penyimpangan seksual yang dialami oleh pria
yang suka berhubungan seksual melalui organ anal atau dubur
pasangan seksual baik pasangan sesama jenis (homo) maupun
dengan pasangan perempuan. (Anonim, 2004 :5)
i. Frotteurisme
Frotteurisme merupakan bentuk kelainan seksual dimana
seorang lelaki mendapatkan kepuasan seksual dengan cara
menggesekkan atau menggosokkan alat kelaminnya ke tubuh korban
di tempat publik. (Anonim, 2004: 5)
3. Faktor-faktor Pemicu Penyimpangan Seksual
Penyimpangan-penyimpangan kelainan seksual ini sangat erat
kaitannya dengan penyimpangan sosial. Penyimpangan sosial adalah
perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan
yang ada di dalam masyarakat. Setiap individu memiliki latar belakang
yang berbeda-beda sehingga menghasilkan perilaku yang berbeda pula.
a. Kesenjangan Sosial
Perbedaan status yang mengarah pada kesenjangan sosial,
terutama antara orang kaya dengan orang miskin yang sangat mencolok,
dapat menimbulkan rasa iri dan dengki sehingga terjadi tindak pencurian,
pembunuhan, dan saling ejek.
b. Nilai dan Norma yang Terlalu Longgar
Seharusnya para perilaku menyimpang haruslah dibina. Namun
ada beberapa masyarakat yang membiarkan begitu saja perilaku
menyimpang itu terjadi. Mungkin karena masyarakat terlalu sibuk dengan
rutinitas atau sudah lelah membina pelaku perilaku menyimpang tersebut.
Sehingga dia semakin menyimpang dari masyarakat. (Sasrawan, 2015)
c. Lingkungan Pergaulan
Pergaulan secara tidak langsung sangat mempengaruhi perilaku
seseorang. Jika tanpa pengetahuan dan kesadaran yang cukup,
seseorang mudah terpengaruh oleh kelompok pergaulannya yang kerap
kali menyimpang. Akibatnya ia juga ikut berbuat perilaku yang
menyimpang.
d. Ketidakpuasan
Ada beberapa individu atau kelompok yang merasa tidak puas
dengan kondisi masyarakat saat ini. Sehingga mereka perlu melakukan
perubahan walaupun yang mereka lakukan itu menyimpang dari norma
masyarakat tersebut. Misalnya ada satu kelompok masyarakat ya ng anti
terhadap pendidikan dan menganggap semua orang yang mengikuti
pendidikan adalah orang yang menyimpang.
5. Ketidaksanggupan Menyerap Norma-Norma
Orang yang tidak sanggup menyerap norma-norma yang ada di
dalam masyarakat akan tidak mampu membedakan mana yang baik dan
mana yang buruk menurut masyarakat. Hal tersebut terjadi akibat proses
sosialisasi yang tidak sempurna atau terjadi keretakan dalam keluarga.
e. Penyalahgunaan Narkotika
Orang yang tidak pernah melakukan penyimpangan sosial, jika
diberi narkotika (narkoba dan obat-obat terlarang), maka ia akan
mengalami penyimpangan sosial. Itu dikarenakan sifat aditif narkotika
yang membuat para pecandunya rela melakukan apa saja untuk
mendapatkan narkotika.
f. Sikap Mental
Sikap mental yang tidak pernah malu membuat kesalahan juga
menjadi pemicu seseorang berbuat hal yang menyimpang. Jika sikap
mental ini diarahkan ke hal yang positif, maka dia bisa saja
menjadi pemimpin yang hebat.
g. Keluarga
Keluarga yang tidak mampu membahagiakan anaknya juga dapat
membuat anak tersebut mengalami penyimpangan sosial. Itu dikarenakan
ia berusaha mencari sumber kebahagiaan dan kasih sayang yang lain.
Anak juga akan mencari perhatian dengan cara berbuat hal yang tidak
baik.
h. Intelegensi
Intelegensi atau tingkat kecerdasan juga mempengaruhi perilaku
seseorang. Biasanya orang yang memiliki keterbelakangan mental
cenderung berbuat hal-hal yang menyimpang. Sebaiknya jika orang
tersebut cerdas, maka ia akan lebih mudah memahami norma-norma
yang berlaku di masyarakat.
i. Media Massa
Media massa juga dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Ada
beberapa media massa yang cenderung provokatif dan menebar
kebencian. Akibatnya dia terjerumus dan berusaha untuk membasmi
orang/kaum yang ia benci. Perbuatan tersebut seringkali menyimpang dari
norma.
j. Proses Belajar yang Menyimpang
Seseorang yang terlalu sering belajar dengan tokoh idolanya yang
kerap melakukan hal yang menyimpang, maka ia akan terjerumus dan
terinspirasi untuk melakukan hal yang sama. Buku yang isinya
menyimpang juga dapat menjerumus seseorang.
k. Sosialisasi Subkebudayaan yang Menyimpang
Hal ini terjadi ketika budaya luar masuk ke dalam masyarakat lokal
dan beberapa kebudayaan luar tersebut menyimpang dengan norma yang
ada pada masyarakat lokal. Salah satu contohnya adalah budaya secks
bebas dan kata-kata kasar.
l. Keinginan Untuk Dipuji
Banyak sekali orang yang memiliki sikap gila pujian. Terutama
mereka yang kurang mendapat perhatian dan pujian dari keluarga. Dia
rela berbuat apa saja supaya dipuji oleh kelompoknya meskipun
menyimpang. Misalnya, ada sebuah kelompok yang suka merokok dan
satu orang yang tidak merokok, orang tersebut kurang mendapat
perhatian dari keluarganya, sehingga ia merokok untuk mendapatkan
pujian dari kelompoknya tersebut.
m. Ketegangan Antara Kebudayaan dan Struktur Sosial
Terjadinya ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial
dapat meyebabkan terjadinya perilaku menyimpang. Ketegangan terjadi
jika seseorang berupaya mencapai suatu tujuan namun tidak memperoleh
peluang sehingga ia akan mengupayakan peluang itu sendiri dengan cara
yang menyimpang. Contohnya adalah jika setiap penguasa sama saja
menindas rakyat maka rakyat akan berani memberontak terhadap
penguasa. Ada yang memberontak dengan cara perlawanan dan ada pula
yang terselubung seperti menunggak atau mempermainkan pajak.
n. Ikatan Sosial yang Berlainan
Setiap orang biasanya berhubungan dengan beberapa kelompok
yang berbeda. Hubungan tersebut akan membuat seseorang lama-
kelamaan akan mengidentifikasikan diri dengan kelompok yang paling
dihargainya. Jika perilaku kelompok tersebut menyimpang, maka
kemungkinan besar ia juga terjerumus ke dalam penyimpangan sosial
tersebut.
o. Labelling
Pemberian labelling atau julukan negatif pada seseorang yang
walaupun hanya sekali melakukan tindakan menyimpang juga dapat
memberikan dampak buruk. Ia merasa terganggu dengan label barunya
tersebut dan cenderung akan mengulanginya lagi karena sudah terlanjur.
Misalnya jika seseorang ketahuan mencuri, maka dia akan dicap pencuri
oleh masyarakat, padahal ia hanya sekali melakukan pencurian.
(Sasrawan, 2015)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2004. Jurnal Psikologi Perkembangan. Jakarta: Yacob


Brook,Kelly. 2001. Education Of Sexuality For Teenager.
North Carolina : Charm press
Fachry, A. 1986. Perkawinan, Seks dan Hukum. Pekalongan: Bahagia
Freud, Sigmund. 2003.Teori Seks. Yogyakarta : Jendela
Fromm, Erich. 2011. Cinta, Seksualitas dan Matriarki: Komprehensif
tentang Gender. Yogyakarta : Jalasutra
Halgin, Richard P. 2007. Abnormal Psychology : Clinical Perspectives On
Psychological Disorders. New York : McGraw-Hill
Joones, Deena. 1999. Talking About Seks. New york: Orlando press
Kartono, Kartini. 1989. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual.
Bandung: Mandar Maju Sarwono, Sarlito. 1982. Pengantar Umum
Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang
Yatimin. 2003. Etika Seksual dan Penyimpangannya Dalam Islam.
Pekanbaru: Amzah
Anonim. 2015. Pedofil Bukan Satu-satunya. Tersedia :[Kompasiana.com]
diunduh pada 1-1-2107 pukul 11.00 WIB
Anonim. 2013. Penyimpangan Orientasi Seksual Kajian Psikologis dan
Teologis. Tersedia : [Thisisgender.com] diunduh pada 27-12-2016
pukul 22.00 WIB
Efendy, Ahmad. 2010. Macam-macam Kelainan Seksual. Tersedia :
[ahmadefendy.blogspot.co.id] diunduh pada 27-12-2016
pukul 22.00 WIB
Hisam, 2016. Pengertian Penyimpangan Sosial menurut Para Ahli.
Tersedia : [www.dosenpendidikan.com] diunduh pada 27-12-2016
pukul 22.00 WIB
Prita. 200. Hiperseks/Hypersexuality. Tersedia: [suatuhari.com] diunduh
pada 27-12-2016 pukul 22.00 WIB
Sasrawan, Hedi. 2015. 16 Faktor Penyebab Penyimpangan Sosial.
Tersedia :[ hedisasrawan.blogspot.co.id] diunduh pada 1-1-2107
pukul 11.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai