Anda di halaman 1dari 13

STUDI KASUS ETIKA SEKSUAL KASUS LGBT

A. DESKRIPSI SINGKAT MASALAH LGBT

Dalam kehidupan masyarkat yang terdapat permasalahan-permasalahan yang


begitu komplesks, ternyata lahir berbagai macam proses gaya hidup yang dilakoni
oleh setiap individu dalam masyarakat. Salah satunya adalah proses berinteraksi.
Sudah menjadi kodratnyalah manusia diciptakan berpasang-pasangan antara laki-laki
dan perempuan dan kemudian menjali hubungan untuk membangun sebuah keluarga
yang harmonis. Namun ternyata, dalam kehidupan manusia yang sebenar-benarnya
muncul suatu hal yang berbeda serta dianggap tidak wajar, dikarenakan dua insan
yang sejenis menjalin hubungan percintaan atau dikenal dengan homoseksual (pada
laki-laki) dan lesbian (pada wanita). Selain Homoseksual dan Lesbian ada juga
penyimpang seskual yang lain yaitu biseksual dan transgender.
Homoseksual adalah istilah dimana seorang lelaki yang mengarahkan
orientasi seksualnya kepada sesama lelaki atau disebut juga laki-laki yang mencintai
laki-laki baik secara fisik, emosional dan spritual.
Dr. Sawitri Supardi Sadarjoen, Psi, mendefinisikan homoseksual sebagai
suatu kecendrungan yang kuat akan daya tarik erotis terhadap seseorang justru
terhadap jenis kelamin yang sama.
Lesbian adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi
seksualnya kepada sesama perempuan atau disebut juga perempuan mencintai
perempuan baik secara fisik, seksual, emosional maupun spritual.
Biseksual adalah perilaku atau orientasi seksual seseorang baik laki-laki
maupun perempuan, yang tertarik secara seksual dan erotik pada dua jenis kelamin.
Transgender adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan orang
yang melakukan, merasa berpikir atau terlihat berbeda dari jenis kelamin yang
ditetapkan saat mereka lahir. Transgender tidak menunjukkan bentuk spesifik
apapun dari orientasi seksual orangnya. Orang-orang transgender dapat saja
menidentifikasikan dirinya sebagai heteroseksual, homoseksual, biseksual,
panseksual, poliskesual atau aksesual. Definisi Transgender mencakup :
a. Tentang, berkaitan dengan atau menetapkan seseorang yang identitasnya tidak
sesuai dengan pengertian yang konvesional tentang gender laki-laki atau
perempuan, melainkan menggabungkan atau bergerak diantara keduanya.
b. Orang yang ditetapkan gendernya,biasanya pada saat kelahirannya dan
didasarkan pada alat kelaminnya, tetapi yang merasa bahwa deskripsi ini salah
atau tidak sempurna bagi dirinya.
c. Non Identifikasi dengan, atau non representasi sebagai, gender yang diberikan
kepada dirinya pada saat kelahirannya.

Berikut ini adalah tingkatan orientasi seksual berdasarkan skala Kinsey :


Orientasi Seksual Keterangan
Heteroseksual Eksklusif -
Heterseksual Predominan Homoseksualnya cuma kadang-kadang
Heteroseksual dan Seimbang (Biseksual)
Homoseksual
Homoseksual Predominan Heteroseksualnya lebih dari kadang-kadang
Homoseksual Predominan Heteroseksualnya cuma kadang-kadang
Homoseksual Eksklusif -
Faktor-Faktor yang menyebabkan timbulnya Homoseksual
1. Susunan Kromosom, Perbedaan homoseksual dan heteroseksual dapat dilihat dari
susunan kromosomnya yang berbeda. Seorang wanita akan mendapatkan satu
kromosom x dari ibu dan satu kromosom x dari ayah. Sedangkan pada pria
mendapatkan satu kromosom x dari ibu dan satu kromosom y dari ayah.
Kromosom y adalah penentu seks pada pria. Jika terdapat kromosom y, sebanyak
apapun kromosm x dia tetap berjenis kelamin pria. Seperti yang terjadi pada pria
penderita Sindrom Klinefelter yang memiliki tiga kromosom seks yaitu xxy. Dan
hal ini dapat terjadi pada 1 diantara 700 kelahiran bayi.
2. Ketidakseimbangan Hormon, Seorang pria memiliki hormon testoteron, tetapi
juga mempunyai hormon yang dimiliki oleh wanita yaitu esterogen dan
progesteron. Namun kadar hormon wanita ini sangat sedikit, tetapi bila seorang
pria mempunyai kadar hormon esterogen dan progesteron yang cukup tinggi pada
tubuhnya, maka hal inilah yang menyebabkan perkembangan seskual seorng pria
mendekati karakteristik wanita.
3. Struktur Otak. Stuktur otak pada Straight females dan straight males serta gay
females gay males terdapat perbedaan. Otak bagian kiri dan kanan dari Straight
males sangat jelas teroisah dengan membran yang cukup tebal dan tegas. Straight
females, otak antara bagian kiridan kanan tidak begitu tegas dan tebal. Dan pada
gay males, struktur otaknya sama dengan Straigt females , serta pada gay females
struktur otaknya sama dengan straight males, gay females ini biasa disebut dengan
lesbian.
4. Kelainan Susunan Syaraf. Berdasarkan hasil penelitian terakhir, diketahui bahwa
kelainan susunan syaraf otak dapat mempengaruhi perilku seks heteroseksual
maupun homoseksual. Kelainan susunan syaraf otak ini ini disebabkan oleh
radang atau patah tulang dasar tengkorak
5. Faktor Lain, Faktor lain yang dapat menyebabkan orang menjadi homoseksual,
sebagaimana diungkapkan oleh Prof. DR. Wimpie Pangkahila (Pakar Andrologi
dan seksologi) selain faktor biologis (kelainan otak dan genetik), adalah faktor
psikodinamik, yaitu adanya gangguan perkembangan psikseksual pada masa anak-
anak, faktor sosiokultural, yaitu adanya adat-istiadat yang memberlakukan
hubungan homoskesual dengan alasan yang tidak benar, dan terakhir adalah faktor
lingkungan, dimana memungkinkan dan mendorong hubungan para pelaku
homoseksual menjadi erat.
Dari keempat faktor tersebut, penderita homoseksual yang disebabkan oleh
faktor biologis dan psikodinamik memungkinkan untuk tidak dapat disembuhkan
menjadi heteroseksual. Namun jika seseorang menjadi homoseksual karena faktor
sosiokultural dan lingkungan, maka dapat disembuhkan menjadi heteroskesual,
asalkan orang tersebut mempunyai tekad dan keinginan kuat untuk menjauhi
lingkungan tersebut.
Perilaku Biseksual didorong oleh beberapa keadaan antara lain :
1. Coba-coba. Perilaku coba-coba untuk memperoleh pengalaman seksual baru sering
dilakukan antar sahabat. Laki-laki yang telah beristri mencoba pengalaman seksual
baru dengan sahabat laki-lakinya. Demikian pula perempuan yang telah bersuami
mencoba pengalaman seksual baru dengan sahabat perempuannya. Jadi penomena
orientasi seksual ini memang kompleks atau pelik dan tidak dapat dilihat hanya
pada perilaku yang tampak dipermukaan (Overt behavior).
2. Seks Bebas (free sex). Para penganut seks bebas seringkali mengadakan pesta seks
yang dihadiri banyak orang dengan berbagai ragam orientasi seskual.Dalam
Keadaan semacam ini, sangat terbuka kemungkinan coba-coba melakukan
hubungan biseksual.
3. Kebutuhan Emosional yang tidak terpenuhi. Hasil penelitian tentang seksualitas
ganda menunjukkan bahwa para wanita biseksual mempunyai beberapa kebutuhan
emosinal lainnya, menurut mereka hanya dapat dipenuhi perempuan. Untuk
memenuhi seluruh kebutuhan emosional tersebut, mereka memiliki peran
seksualitas ganda.
4. Kebutuhan akan Variasi dan Kreativitas. Hasil penelitian terhadap pria biseksual
menunjukkan bahwa kebanyakan mereka menjadi biseksual karena ingin
memenuhi kebutuhan adanya variasi dan kreativitas untuk mendapatkan kepuasaan
dan kenikmatan dalam melakukan hubungan seksual.

B. SASARAN PRIMER DAN SEKUNDER


1. Sasaran Primer
Pelaku LGBT pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya
pendidikan atau promosi kesehatan.
2. Sasaran Sekunder
Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, Anak Remaja, Keluarga
Pelaku LGBT, Pemerintah, Organisasi Masa. Disebut sasaran sekunder karena
dengan memberikan pendidikan/pengetahuan terhadap pelaku LGBT.

C. METODE ADVOKASI
Metode advokasi yang dilakukan dalam menanggulangi pencemaran limbah
adalah dengan menggunakan 3 metode advokasi yaitu :
1. Serminar / Pelatihan
2. Media
3. Negosiasi

D. TEMPAT PELAKSANAAN
Advokasi dilakukan diaula hotel.
E. ESTIMASI WAKTU
Advokasi etika seksual khusunya kasus LGBT dilaksanakan pada tanggal 16
oktober 2016 .

F. DATA, FAKTA DAN REALITA


Era Global semakin mengubah sikap perilaku yang sangat berpengaruh
kepada bangsa ini untuk mencoba keluar dari kebiasaan dan rutinitas hidup sehari-
harinya mencoba mengadopsi hal-hal yang dianggapnya baik yang merebak saat ini
yaitu budaya lesbi, gay, biseksual dan transgender (LGBT), yang selama ini
diindoensia sangat ditentang karena tidak sesuai dengan norma agama yang sejak
lama menjadi dasar tatanan hidup Warga Negara Republik Indonesia.
Sebelum Revolusi seksual pada tahun 1960-an tidak ada kosa kata non
peyoratif untuk menyebut kaum yang bukan heteroseksual. Istilah terdekat " Gender
Ketiga", telah ada sejak tahun 1860-an, tetapi tidak banyak setujui. Istilah pertama
yang banyak digunakan, "homoseksual", dikatakan mengandung konotasi negatif dan
cenderung digantikan oleh "homofil" pada era 1950-an dan 1960-an. lalu gay pada
tahun 1970-an. Frase "gay dan lesbian" menjadi lebih umum setelah identitas
kaum lesbian semakin terbentuk Pada tahun 1970, Daughters of Bilitis menjadikan
isu feminisme atau hak kaum gay sebagai prioritas. Maka, karena kesetaraan
didahulukan, perbedaan peran antar laki-laki dan perempuan dipandang bersifat
patriarkal oleh feminis lesbian. Banyak feminis lesbian yang menolak bekerja sama
dengan kaum gay. Lesbian yang lebih berpandangan esensialis merasa bahwa
pendapat feminis lesbian yang separatis dan beramarah itu merugikan hak-hak kaum
gay. Selanjutnya, kaum biseksual dan transgender juga meminta pengakuan dalam
komunitas yang lebih besar. Setelah euforia kerusuhan Stonewall mereda, dimulai
dari akhir 1970-an dan awal 1980-an, terjadi perubahan pandangan; beberapa gay
dan lesbian menjadi kurang menerima kaumbiseksual dan transgender. Kaum
transgender dituduh terlalu banyak membuat stereotip dan biseksual hanyalah gay
atau lesbian yang takut untuk mengakui identitas seksual mereka. Setiap komunitas
yang disebut dalam akronim LGBT telah berjuang untuk mengembangkan
identitasnya masing-masing, seperti apakah, dan bagaimana bersekutu dengan
komunitas lain; konflik tersebut terus berlanjut hingga kini.
Di Indonesia sendiri komunitas gay dan lesbian sedikit banyak belum bias
diterima di masyarakat. Tidak sedikit masyarakat berpandangan miring, benci, kotor
serta jijik bahkan ada yang mengucilkan dan menjauhi mereka. Tetapi disamping itu
terdapat juga masyarakat yang justru pro terhadap komunitas ini. Munculnya LSM
serta situs khusu untuk komunitas Lesbian dan Gay merupakan Bukti dukungan dari
sejumlah masyarakat..Karena menurut mereka kaum homoseksual memiliki Hk
Asasi Manusia yang patut dilindungi.Organisasi ini menangani kehidupan para
homoseksual untuk diberikan keterampilan serta informasi mengenai gaya hidup
mereka.
Salah satu bentuk pengaplikasian dari kondisi komunitas ini adalah dengan
terbentuknya beberapa LSM seperti Swara Srikandi di Jakarta, LGBT Gaya
Nusantara, LGBT Arus Pelangi dan Lentera Sahaja juga Indonesia Gay Society di
Yogyakarta. Disamping itu juga muncul sarana chating dan Facebook yang
dijadikan ruang untuk saling mengetahui dan mengenal. Sarana ini digunakan
sebagai media berbagi cerita dan tentu aja menjadi ajang pencarian pasangan. Bukti-
bukti diatas merupakan salah satu contoh berkembangnya komunitas LGBT di
Indonesia.
Hasil Survey YKPN menunjukkan bahwa ada sekitar 4000-5000 penyuka
sesama jenis dijakarta. Gaya Nusantara memperkirakan ada 260.000 dari 6 juta
penduduk jawa timur adalah Homo. Kaum Gay yang tercatat sebagai member
komunitas gay diindonesia terdapat 76.288. Sedangkan Oetomo Memperkirakan
secara nasional terdapat 1 % jumlah komunitas Homoseksual di Indonenesia
Lesbian sendiri mempunyai dua tipe yang dibedakan oleh Jones dan Hesnard
(dalam Beauvoir, 2003), yaitu Butch dan Femme. Butch adalah perempuan
maskulin yang berhasrat meniru laki-laki (tipe ini mengambil peran laki-laki dalam
hubungan lesbiannya). Femme adalah seorang feminism yang takut terhadap laki-
laki (tipe ini mengambil peran wanita dalam hubungan lesbiannya).
Sedangkan Gay mempunyai dua tipe juga yaitu TOP dan BOT. Top adalah
laki-laki yang berpenampilan rapid an macho (tipe yang mengambil peran sebagai
laki-laki dalam hubungan gaynya). Sedangkan Bot adalah laki-laki yang feminim
(tipe yang mengambil peran sebagai wanita dalam hubungan gaynya)
Banyaknya factor yang mempengaruhi timbulnya kaum Homoseksual sendiri
dari factor keluarga dan factor lingkungan. Biasanya faktor keluarga lebih
menjerumus pada kurangnya peran orang tua pada anak atau kasus perceraian,
kekerasan bahkan penganiayaan dalam rumah tangga. Akibatnya seorang anak bias
mengalami trauma. Traumatik yang parah sering ditimbulkan karena peristiwa masa
lalu seorang anak. Selain itu factor lingkungan, dimana sesorang merasa nyaman dan
lebih tertarik dengan sesama jenis daripada laan jenisnya.

G. BENTUK SOLUSI PERILAKU LGBT


Seperti yang diketahui, ada bukti kuat bahwa homoseksualitas adalah
kondisi yang sedikit dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik, kelenjar, atau pengaruh-
pengaruh psikologis. Jika hal ini ternyata benar, maka LGBT dapat dicegah dengan
menyediakan pembelajaran melalui pengalaman-pengalaman yang menstimulasi
heteroseksualitas. Pembelajaran ini harus dimulai dirumah, bahkan sebelum anak
itu mengetahui bagaimana caranya membaca.
1. Menanamkan Ilmu agama sejak kecil, melaksanakan ibadah sesuai dengan agama
yang dianut.
2. Ciptakan Lingkungan Rumah Yang sehat.
3. Memberikan Informasi yang akurat mengenai LGBT
4. Membangun konsep diri yang sehat atau memberikan pengetahuan sejak dini
secara kejiwaannya sesuai dengan kondisi jenis kelamin secara fisik biologic yang
dimiliki.
5. Memberikan pengetahuan sejak dini mengenali struktur tubuh dengan fungsi-
fungsinya terutama alat kelamin suai dengan kejiwaannya.
6. Memberikan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan sosialnya.
7. Memahami bahwa berbuat yang tidak sesuai dengan kodrat sebagai manusia
normal akan berdampak kepada kesehatan jasmani dan rohani.
8. Tetaplah akui keberdaan pelaku LGBT dalam lingkungan kita. Agar ia merasa
tetap diterima dan tidak merasa sendiri menghadapi dunianya. Hal ini menjadi
bekal penting agar dapat memutus pertemanannya dengan kaum sasamanya.
9. Apabila terjadi kepada seseorang yang dekat dengan kita, seperti saudara dalam
keluarga, lakukan langkah konkret untuk mengatasinya. langkah yang efektif
adalah dengan duduk bersama keluarga untuk mencari jalan keluar.
10. Nasihati apabila pelaku ditemukan sering menonton film berbau LGBT untuk
segera menghentikan kebiasaanyan. Beritahu dan capailah kesepakatan bahwa
apa yang dilakukannya sangat bertentangan dengan nilai sosial dan agama.
11. Membuat aturan/kesepakatan untuk tidak menerima teman sesama jenisnya
menginap dirumah atau bergaul dengan komunitasnnya. Sebagai penggantinya
perlu diperkenalkan dengan teman/komunitas lain sehingga kehidupan sosialnya
tetap berjalan.
12. Jika yang mengalami adalah saudara terdekat kita, sarankan dengan hati-hati
untuk berkonsultasi dan melakukan terai dengan psikologi yang kompoten.

13. Kemudian Perguruan Tinggi perlu secara resmi dan besar-besaran mendirikan
Pusat Kajian dan Penanggulangan LGBT, yang perlu secara konsisten dan
komprehensifdilakukan.
14. Dan juga jangan mau kalah bahwa pihak masjid dan ahli agama memberikan
nasehat untuk meninggalkan perbuatan keji LGBT ini, karena jelas prilaku ini
bertentangan dengan norma-norma agama

15. Intinya Pemerintah dan masyarakat hendaknya menjadi patner sejati untuk
kampanye besar-besaran dalam memperbaiki kondisi masyarakat yang terancam
dari bahaya LGBT ini.

16. Dan khusus individu-indivdu masyarakat hendaknya getol alam memberikan


nasehat dan menyuarakan kebenaran.

17. Kemudian orang-orang yang sadar baru dari kelakukan LGBT yang dilakukannya
maka prlu didampingi secara intensif, sehingga mereka tidak lagi kembali kepada
perbuatan kejinya dahulu.

18. Untuk itu tentunya perlu didukung dengan sarana dan prasarana yang baik agar
masalah LGBT ini dapat teratasi dengan izin Allah Azza wa Jalla.

H. DAMPAK NEGATIF PERILAKU LGBT


A. Dampak negative dari perilaku LGBT bagi kesehatan yaitu :
1. Kanker Oral
Kemungkinan besa pelaku LGBT terkena kanker kanrena Virus HPV (Human
Papillomavirus)
2. Kanker Mulut
Sebagian pelaku LGBT melakukan Oral seks dengan parter seks yang berbeda-
beda, membuat tingkat terjadinya kasus kanker mulut pada pelaku LGBT sangat
tinggi.
3. Meningitis
Penyakit meningitis dapat menular lewat hubungan seksual yang utamanya
dilakukan oleh pasangan sesama jenis.
4. Kanker pada Lesbian
Wanita lesbian punya masalah dari kemampuan tubuh yang lemah untuk
menghadapi kanker.
5. HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya
Kaum LGBT punya resiko tinggi mendapatkan penyakit AIDS, penyakit virus
ini dapat membuat tubuh kehilangan kemampuan mempertahankan dirinya.
B. Dampak Sosial
Pada sebuah studi yang dilakukan, didapatkan data-data bahwa seorang
gay punya pasangan antara 20-106 orang per tahunnya. Adapun pasangan zina
(pasangan hetroseksual tetapi di luar pernikahan) tidak lebih dari 8 orang seumur
hidupnya. Pada penelitian yang serupa, bahwa sekitar 43% dari golongan kaum
gay, yang didapatkan data-datanya dengan pencermatan yang teliti.
Ditemukan bahwa sekitar 43% kaum gay tersebut selama hidupnya melakukan
homo seksual dengan 500 orang bahkan lebih.

Bahkan, diantaranya itu ada sekitar 28% yang melakukannya dengan lebih dari
1000orang. Sekitar 79% dari mereka mengatakan bahwa pasangan sejenisnya itu
merupakan orang yang tidak dikenalinya sama sekali.
Tentunya fenomena gay ini menjadi sebuah hal yang mengerikan akibatnya bagi
dampak kehidupan sosial.
C. Dampak Pendidikan
Untuk dampak pendidikan juga tidak kalah memprihatinkannya, dimana
siswa atau siswi yang menganggap dirinya sebagai sebagai penyuka sesama
jenis, menghadapi permasalahan putus sekolah 5 kali lebih besar dibandingkan
dengan siswa normal. Dan juga anak-anak yang mempunyai orang tua yang
meiliki perilaku menyimpang akan memiliki malu dan sering mendaptkan
bulliying disekolahnya hal ini dapat membuat mereka tidak nyaman bersekolah.
D. Dampak Keamanan
Kaum homo seksual memberikan peran sebesar 33% pelecehan seksual
pada anak-anak di Negara Amerika Serikat, dimana yang cukup mencengangkan
bahwa populasi kaum homo ini sebenarnya hanya 2% dari keseluruhan penduduk
Amerika. Yang hal itu berarti bahwa 1 dari 20 kasus homo seksual bentuknya
adalah pelecehan seksual pada anak-anak.
Adapun 1 dari 490 kasus perzinaan bentuknya adalah pelecehan seksual pada
anak-anak (Psychological Report, 1986, 58 pp. 327-337).
E. Dampak Lainnya
akibat kelakukan LGBT ini menimbulkan perubahan perilaku pada pelakunya,
dimana akan cenderung mengakibatkan hal negatif pada sistem syaraf, serta
penurunan pada kemampuan kerja sistem otak.
Dimana kalau kita lihat seorang gay merasa lebih nyaman dengan
penyelewengan yang dilakukannya, walaupun mungkin mereka menyadari
bahwa apa yang dilakukan adalah hal yang salah, sehingga akibatnya hal itu
membuat mereka menurun dalam kemampuan berpikir realistis
I. BENTUK MATRIKS RTL

No Program Kegiatan Indicator Sasaran Waktu Sumber


Dan Pelaksanaa Dana
Pencapaian n
Advokasi Seminar/ Adanya Sasaran Dilaksanakn -
Etika Seksual pelatihan peraturan primer
pada
dan UU adalahPelak
tentang u LGBT tanggal 16
Etika Sasaran
oktober
Seksual sekunder
khusunya adalah 2016 .
kasus LGBT tokoh
masyarakat
tokoh
agama
Anak
remaja,
Keluarga
Pelaku
LGBT,
Pemerintah
Terkait,
Organisasi
Masyarakat

J. INDIKATOR KEBERHASILAN
1. Adanya peraturan,surat keputusan,surat edaran, instruksi,himbauan,dan
dukungan sarana,tenaga.
2. Adanya Penurunan angka kasus LGBT
3. Meningkatnya peran serta masyarakat, organisasi masa, tokoh adat, tokoh agama
dalam upaya pencegahan perilaku LGBT.
4. Peran serta pemerintah utamanya Instansi terkait dalam upaya memberikan
pendidikan dan penyuluhan terhadap dampak-dampak negate dari perilaku
LGBT.

Anda mungkin juga menyukai