Anda di halaman 1dari 5

Pandangan Tentang Hakikat Manusia

1. Pandangan Aliran Psikoanalitik


 Dorongan dalam diri manusia yang bersifat instinktif, untuk
memenuhi kebutuhan biologisnya.
 Manusia tidak memegang kendali atas nasibnya sendiri

Tokoh dan teori:

Freud :

 Struktur kepribadian manusia yaitu Id, Ego, Super Ego. Id sebagai


penggerak, ego sebagai pengatur, dan super ego sebgai pengawas
atau pengontrol.
 Dua instink paling penting yaitu instink seksual dan instink agresi.

Kritik:

 Bersifat dehumanisasi
 Manusia dianggap makhluk tidak rasional yang tidak memiliki
control.

Koreksi:

Noe-Psikoanalitik : selain tenaga dalam (innate energy), manusia


mempunyai kemampuan merespon berbagai jenis rangsangan.

2. Pandangan Aliran Humanistik


Dorongan dalam diri manusia untuk mengatur, mengarahkan dan
mengontrol diri sendiri.
Tokoh dan teori:
 Rogers: Manusia memiliki dorongan yang mengarahkannya ke
tujuan yang positif, rasional, dan dapat menentukan nasibnya
sendiri.
 Adler: Manusia digerakkan dalam hidupnya sebagian pleh rasa
tanggung jawab sosial, sebagian lagi oleh kebituhan pribadinya.

Kritik:

Terlalu mengagungkan rasio manusia

Koreksi:

Rogers: individu merupakan arus perubahan yang mengalir terus,


manusia pada hakikatnya dalam proses menjadi (on becoming), tidak
pernah selesai, tidak pernah sempurna.
3. Pandangan Aliran Behavioristik
 Lingkungan sebagai penentu tunggal perilaku manusia
 Manusia sebagai makhluk reaktif yang perilakunya dikontrol faktor
luar/lingkungan

Kritik:

 Bersifat dehumanisasi
 Manusia hanya dianggap makhluk reaktif yang perilakunya
dikontrol faktor luar/ lingkungan

Koreksi:

 Pandangan Behavioristik tidak mendehumanisasi manusia, justru


mendehumunkulisasi manusia.
 Kemampuan memilih, menetapkan tujuan, mencipta justru
diperoleh sebagai hasil belajar berkat pengaruh lingkungan
4. Pandangan Pancasila
Manusia mempunyai keinginan untuk mempertahankan dan mengejar
kehidupan yang lebih baik Manusia makhluk Tuhan yang memiliki
kemampuan dan keterbatasan, kebaikan dan keburukan Manusia adalah
makhluk pribadi dan makhluk sosial Manusia hanya mempunyai arti dan
dapat hidup layak dalam hubungannya dengan manusia lain

Agusti, Ira. 2015. Beberapa Pandangan Tentang Hakikat manusia. (Online),


(https://slideplayer.info/slide/3233924/) diakses 21 September 2018.

1. Pandangan Psikoanalitik
Dalam pandangan psikoanalitik diyakini bahwa pada hakikatnya manusia
digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat
instingtif. Halini menyebabkan tingkah laku seorang manusia diatur dan
dikontrol oleh kekuatan psikologis yang memang ada dalam diri manusia.
Terkait hal ini diri manusia tidak memegang kendali atau tidak menentukan
atas nasibnya seseorang tapi tingkah laku seseorang itu semata-mata diarahkan
untuk mememuaskan kebuTuhan dan insting biologisnya.
2. Pandangan Humanistik
Para humanis menyatakan bahwa manusia memiliki dorongan-
dorongan dari dalam dirinya untuk mengarahkan dirinya mencapai tujuan
yang positif. Mereka menganggap manusia itu rasional dan dapat menentukan
nasibnya sendiri. Hal ini membuat manusia itu terus berubah dan berkembang
untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih sempurna. Manusia dapat
pula menjadi anggota kelompok masyarakat dengan tingkah laku yang baik.
Mereka juga mengatakan selain adanya dorongan-dorongan tersebut, manusia
dalam hidupnya juga digerakkan oleh rasa tanggung jawab sosial dan
keinginan mendapatkan sesuatu. Dalam hal ini manusia dianggap sebagai
makhluk individu dan juga sebagai makhluk sosial.
3. Pandangan Martin Buber
Martin Buber mengatakan bahwa pada hakikatnya manusia tidak bisa
disebut ‘ini’ atau ‘itu’. Menurutnya manusia adalah sebuah eksistensi
ataukeberadaan yang memiliki potensi namun dibatasi oleh kesemestaan alam.
Namun keterbatasan ini hanya bersifat faktual bukan esensial sehingga apa
yang akan dilakukannya tidak dapat diprediksi. Dalam pandangan ini manusia
berpotensi untuk menjadi ‘baik’ atau ‘jahat’, tergantung kecenderungan mana
yang lebih besar dalam diri manusia. Hal ini memungkinkan manusia yang
‘baik’ kadang-kadang juga melakukan ‘kesalahan’.
4. Pandangan Behavioristik
Pada dasarnya kelompok Behavioristik menganggap manusia sebagai
makhluk yang reaktif dan tingkah lakunya dikendalikan oleh faktor-faktor dari
luar dirinya, yaitu lingkungannya. Lingkungan merupakan faktor dominan
yang mengikat hubungan individu. Hubungan ini diatur oleh hukum-hukum
belajar, seperti adanya teori conditioning atau teori pembiasaan dan
keteladanan. Mereka juga meyakini bahwa baik dan buruk itu adalah karena
pengaruh lingkungan.
Dari uraian di atas bisa diambil beberapa kesimpulan yaitu;
a. Manusia pada dasarnya memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan
hidupnya.
b. Dalam diri manusia ada fungsi yang bersifat rasional yang bertanggung
jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial individu.
c. Manusia pada hakikatnya dalam proses ‘menjadi’, dan terus berkembang.
d. Manusia mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif, mampu
mengatur dan mengendalikan dirinya dan mampu menentukan nasibnya
sendiri.
e. Dalam dinamika kehidupan individu selalu melibatkan dirinya dalam
usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain, dan
membuat dunia menjadi lebih baik.
f. Manusia merupakan suatu keberadaan yang berpotensi yang
perwujudannya merupakan ketakterdugaan. Namun potensi itu bersifat
terbatas.
g. Manusia adalah makhluk Tuhan, yang yang kemungkinan menjadi ‘baik’
atau ’buruk’.
h. Lingkungan adalah penentu tingkah laku manusia dan tingkah laku itu
merupakan kemampuan yang dipelajari.

Beberapa pendapat lain tentang hakikat manusia adalah:


1. Pandangan Mekanistik
Dalam pandangan mekanistik semua benda yang ada di dunia ini termasuk
makhluk hidup dipandang sebagai sebagai mesin, dan semua proses termasuk
proses psikologi pada akhirnya dapat diredusir menjadi proses fisik dan
kimiawi. Lock dan Hume, berdasarkan asumsi ini memandang manusia
sebagai robot yang pasif yang digerakkan oleh daya dari luar dirinya. Menurut
penulis pendapat ini seperti menafikan keberadaan potensi diri manusia
sehingga manusia hanya bisa diaktivasi oleh kekuatan yang ada dari luar
dirinya.
2. Pandangan Organismik
Pandangan organismik menganggap manusia sebagai suatu keseluruhan
(gestalt), yang lebih dari pada hanya penjumlahan dari bagian-bagian. Dalam
pandangan ini dunia dianggap sebagai sistem yang hidup seperti halnya
tumbuhan dan binatang. Organismik menyatakan bahwa pada hakikatnya
manusia bersifat aktif, keuTuhan yang terorganisasi dan selalu berubah.
Manusia menjadi sesuatu karena hasil dari apa yang dilakukannya sendiri,
karena hasil mempelajari. Menurut penulis pandangan ini mengakui adanya
kemampuan aktualisasi diri manusia melalui pengembangan potensi-potensi
yang telah ada pada diri manusia.
3. Pandangan Kontekstual
Dalam pandangan kontekstual manusia hanya dapat dipahami dalam
konteksnya. Manusia tidak independent, melainkan merupakan bagian dari
lingkungannya. Manusia adalah individu yang aktif dan organisme sosial.
Untuk bisa memahami manusia maka pandangan ini megharuskan mengenal
perkembangan manusia secara utuh seperti memperhatihan gejala-gejala fisik,
psikis, dan juga lingkungannya, serta peristiwa-peristiwa budaya dan historis.

Khasinah, Siti. Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam Dan Barat. Jurnal
Ilmiah Didaktika,8(2):299-302. (Online), (https://jurnal.ar-raniry.ac.id),
diakses 21 September 2018.

Hakikat manusia merupakan objek studi salah satu cabang metafisika,


yaitu antropologi (filsafat antropologi). Hakikat manusia adalah seperangkat
gagasan atau konsep yang mendasar tentang manusia dan makna eksistensi
manusia di dunia. Berkenaan dengan "prinsip adanya" (principe de 'ere) manusia.
Aspek-aspek hakikat manusia, meliputi asal-usulnya, struktur metafisiknya,
karakteristik, dan makna eksistensinya di dunia. Manusia adalah makhluk Tuhan
Yang Maha Esa, atas dasar keimanan hal ini jelas kita akui dan kita pahami;
dalam filsafat hal ini didukung oleh argument kosmologi, sedangkan secara
faktual terbukti dengan adanya fenomena kemakhlukan yang dialami manusia.
Manusia adalah kesatuan badani-rohani, hidup dalam ruang dan waktu, sadar akan
diri dan lingkungannya, mempunyai berbagai kebutuhan, insting, nafsu, dan
tujuan hidup. Manusia memiliki berbagai potensi, yaitu potensi untuk mampu
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbuat baik, cipta, rasa,
karsa, dan karya. Dalam eksistensinya, manusia memiliki berbagai aspek
kehidupan individualitas, sosialitas, kultural, moralitas, dan religius. Semua itu
mengimplikasikan interaksi atau komunikasi, historisitas, dan dinamika.
Hakikat manusia adalah makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat
menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Individu
yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual
dan sosial. Manusia yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif
mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak
pernah selesai (tuntas) selama hidupnya. Individu yang dalam hidupnya selalu
melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu
orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati. Suatu keberadaan yang
berpotensi yang perwujudannya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang
tak terbatas. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung
kemungkinan baik dan jahat. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan
terutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak dapat berkembang sesuai dengan
martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.

Sumantri, Muhammad S. 2015. Hakikat Manusia dan Pendidikan. 13-14.


(Online), (http://repository.ut.ac.id/4028/1/MKDK4001-M1.pdf) diakses
21 September 2018.

Anda mungkin juga menyukai