PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
A. Hakikat
Menurut bahasa hakikat berarti kebenaran atau seesuatu yang sebenar-
benarnya atauasal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti
dari segala sesuatu atau yangmenjadi jiwa sesuatu. Karena itu dapat dikatakan
hakikat syariat adalah inti dan jiwa darisuatu syariat itu sendiri. Dikalangan
tasauf orang mencari hakikat diri manusia yangsebenarnya karena itu muncul
kata-kata diri mencari sebenar-benar diri. Sama dengan pengertian itu mencari
hakikat jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia.
B. Manusia
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh
Allah swt.Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi
fungsi dan tugas merekasebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran
menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah.Membicarakan tentang
manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat bergantung metodologi
yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari.
Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo
volens(makhluk berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk y
ang memiliki perilaku interaksiantara komponen biologis (id), psikologis
(ego), dan social (superego). Di dalam diri manusiatedapat unsur animal
(hewani), rasional (akali), dan moral (nilai).
Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo
mehanibcus(manusia mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap
introspeksionisme (aliran yangmenganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan
subjektif dan psikoanalisis ( aliran yang berbicara tentang
alam bawa sadar yang tidak nampak). Behavior yang menganalisis prilakuyan
g Nampak saja. Menurut aliran ini segala tingkah laku manusia terbentuk
sebagai hasil proses pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak disebabkan
aspek.
Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens
(manusia berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai
makhluk yang bereaksisecara pasif pada lingkungannya, makhluk yang selalu
berfikir. Penganut teori kognitifmengecam pendapat yang cenderung
menganggap pikiran itu tidak nyata karena tampak tidakmempengaruhi
peristiwa. Padahal berpikir , memutuskan, menyatakan, memahami,
dansebagainya adalah fakta kehidupan manusia.
Manusia adalah keyword yang harus dipahami terlebih dahulu bila kita
ingin memahami pendidikan. Untuk itu perlu kiranya melihat secara lebih
rinci tentang beberapa pandangan mengenai hakikat manusia:
1. Pandangan Psikoanalitik
→ Dalam pandangan psikoanalitik diyakini bahwa pada hakikatnya
manusia digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat
instingtif. Hal ini menyebabkan tingkah laku seorang manusia diatur dan
dikontrol oleh kekuatan psikologis yang memang ada dalam diri manusia.
Terkait hal ini diri manusia tidak memegang kendali atau tidak menentukan
atas nasibnya seseorang tapi tingkah laku seseorang itu semata-mata
diarahkan untuk mememuaskan kebuTuhan dan insting biologisnya.
2. Pandangan Humanistik
→ Pada humanis menyatakan bahwa manusia memiliki dorongan-
dorongan dari dalam dirinya untuk mengarahkan dirinya mencapai tujuan
yang positif. Mereka menganggap manusia itu rasional dan dapat menentukan
nasibnya sendiri. Hal ini membuat manusia itu terus berubah dan berkembang
untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih sempurna. Manusia dapat
pula menjadi anggota kelompok masyarakat dengan tingkah laku yang baik.
Mereka juga mengatakan selain adanya dorongan-dorongan tersebut, manusia
dalam hidupnya juga digerakkan oleh rasa tanggung jawab sosial dan
keinginan mendapatkan sesuatu. Dalam hal ini manusia dianggap sebagai
makhluk individu dan juga sebagai makhluk sosial.
4. Pandangan Behavioristik
Pada dasarnya kelompok Behavioristik menganggap manusia sebagai
makhluk yang reaktif dan tingkah lakunya dikendalikan oleh faktor-faktor
dari luar dirinya, yaitu lingkungannya. Lingkungan merupakan faktor
dominan yang mengikat hubungan individu. Hubungan ini diatur oleh
hukum-hukum belajar, seperti adanya teori conditioning atau teori
pembiasaan dan keteladanan. Mereka juga meyakini bahwa baik dan buruk
itu adalah karena pengaruh lingkungan.
2. Pandangan Organismik
→ Pandangan organismik menganggap manusia sebagai suatu
keseluruhan (gestalt), yang lebih dari pada hanya penjumlahan dari
bagian-bagian. Dalam pandangan ini dunia dianggap sebagai sistem yang
hidup seperti halnya tumbuhan dan binatang. Organismik menyatakan
bahwa pada hakikatnya manusia bersifat aktif, keuTuhan yang
terorganisasi dan selalu berubah. Manusia menjadi sesuatu karena hasil
dari apa yang dilakukannya sendiri, karena hasil mempelajari. Menurut
penulis pandangan ini mengakui adanya kemampuan aktualisasi diri
manusia melalui pengembangan potensi-potensi yang telah ada pada diri
manusia.
3. Pandangan Kontekstual
→ Dalam pandangan kontekstual manusia hanya dapat
dipahami dalam konteksnya. Manusia tidak independent, melainkan
merupakan bagian dari lingkungannya. Manusia adalah individu yang
aktif dan organisme sosial. Untuk bisa memahami manusia maka
pandangan ini megharuskan mengenal perkembangan manusia secara
utuh seperti memperhatihan gejala-gejala fisik, psikis, dan juga
lingkungannya, serta peristiwa-peristiwa budaya dan historis.
2.4 Manusia Menurut Pandangan Islam
Ada beberapa dimensi manusia dalam pandangan Islam, yaitu:
1. Manusia Sebagai Hamba Allah (Abd Allah)
Sebagai hamba Allah, manusia wajib mengabdi dan taat kepada
Allah selaku Pencipta karena adalah hak Allah untuk disembah dan tidak
disekutukan.Bentuk pengabdian manusia sebagai hamba Allah tidak
terbatas hanya pada ucapan dan perbuatan saja, melainkan juga harus
dengan keikhlasan hati, seperti yang diperintahkan dalam surah
Bayyinah:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama
yang lurus …,” (QS:98:5).
Dalam surah adz- Dzariyat Allah menjelaskan: “Tidaklah Aku
ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah Aku.”
(QS51:56). Dengan demikian manusia sebagai hamba Allah akan
menjadi manusia yang taat, patuh dan mampu melakoni perannya sebagai
hamba yang hanya mengharapkan ridha Allah.
3. Spiritual
Potensi spiritual yang dimiliki manusia, bisa di ibaratkan
seperti potongan puzzle yang bisa menjadikan manusia menjadi mahluk
paripurna.
Spiritual adalah cara manusia berhubungan dengan penciptanya
, sehingga apabila hubungan terjalin dengan baik akanterwujud manusia
universal yang berbudi pekerti luhur. Di zaman yang menjadikan
materisebagai tolak ukur, potongan puzzle ini seakan-akan hilang,
sehinngga banyak sukses materi yang dicapai dengan cara-cara biadab,
contohnya koruptor. Spiritualitas harusdilatih dan di bina secara terus
menerus, agar bisa terwujud manusia sejati yang utuh.
1. Belajar
2. Mengajarkan ilmu
3. Membudayakan ilmu
3.1 Simpulan
Dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks. Di
ciptakannya manusia di bumi oleh Sang Pencipta tidak hanya untuk diam saja, tetapi
manusia dituntut untuk selalu berperan aktif untuk berbuat kebaikan. Sebagai seorang
manusia, kita juga harus menjadi individu yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan
orang lain.
Manusia bukanlah makhluk yang sempurna, masih banyak kekurangan yang
melekat dalam diri manusia. Salah satu contohnya adalah kurangnya pemahaman
manusia tentang agama, oleh karena itu manusia dianjurkan untuk saling
menghormati dan mengasihi satu sama lain karena kita diciptakan tanpa adanya
perbedaan. Selain itu, sebagai seorang manusia kita harus mematuhi aturan yang ada.
3.2 Saran
Dari penulisan makalah ini, penulis menyarankan agar sebagai seorang
manusia kita harus menjadi individu yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan
orang lain. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri oleh karena itu
kita harus saling tolong menolong dalam kebaikan antar sesama.
Untuk kedepannya tugas dalam membuat makalah ini sangat dianjurkan untuk
dilanjutkan, karena bisa menambah wawasan manusia tentang pengetahuan Agama.
Selain itu, makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk menggali lebih
dalam Hakikat Manusia menurut Islam.
DAFTAR PUSTAKA