Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Manusia merupakan tujuan atau objek sasaran pendidikan. sehingga calon pendidik

atau calon guru harus memahami tentang hakikat manusia dan pengembangannya. Pada
dasarnya manusia berbeda dengan hewan. Manusia dibekali akal pikiran sedangkan hewan
tidak itulah yang membedakan. Ciri-ciri manusia lainnya yang membedakan dengan hewan
adalah hakikat manusia. Disebut hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya
dimiliki manusia dan tidak dimiliki oleh hewan. Dengan pemahaman tetang hakikat manusia
dan pengembangannya diharapkan calon pendidik dapat menjalan tugas dan kewajibannya
yaitu mendidik manusia dengan benar.
Manusia memiliki kedudukan yang paling tinggi diantara ciptaan Tuhan lainnya.
Dengan kekuatan dan keterbatasannya, manusia dapat berbuat apa saja atas dirinya sendiri
maupun lingkungannya. Potensi manusia seperti itu secara mendasar telah dimiliki manusia
sejak dari awal penciptaannya. Dalam kondisi keberadaan manusia yang dilandasi oleh tujuan
penciptaannya, manusia berkembang dan memperkembangkan diri mengukir budaya yang
semakin

tinggi

dan

modern,

serta

mengejar

kebahagiaan

yang

dicitakannya.

Manusia memiliki sifat hakikat yang merupakan karakteristik manusia yang membedakan
dengan mahluk lainnya. Sifat hakikat inilah merupakan landasan dan arah dalam merancang
dan melaksanakan komunikasi transaksional di dalam interaksi edukatif. Oleh karena itu
sasaran pendidikan adalah manusia dimana pendidikan bertujuan menumbuh kembangkan
potensi kemanusiannya. Agar pendidikan dapat dilakukan dengan tepat dan benar, pendidikan
harus memiliki gambaran yang jelas siapa manusia sebenarnya.
Manusia adalah mahluk Tuhan yang paling sempurna yang memiliki ciri khas yang
secara prinsipil berbeda dari hewan. Ciri khas manusia yang membedakan dengan hewan
ialah hakikat manusia. Disebut hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya
dimiliki manusia dan tidak dimiliki hewan. Dengan pemahaman yang jelas tentang hakikat
manusia maka seorang pendidik diharapan dapat membuat peta karakteristik manusia,
sebagai acuan baginya dalam bersikap, menyusun strategi, metode, dan teknik.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
a)

Apakah yang dimaksud hakikat manusia?

b)

Apa saja yang disebut sebagai dimensi hakikat manusia?

c)

Bagaimana mengembangkan dimensi hakikat manusia?

d)

Bagaimana gambaran sosok manusia indonesia?

e)

Apa sajakah kebutuhan dimensi manusia?

f)

Apa sajakah macam dimensi manusia itu?

g)

Bagaimana pengembangan dimensi manusia?

1.3

Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui :


a)

Untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah landasan pendidikan

b)

Untuk memahami tentang sifat hakikat manusia

c)

Untuk memahami dimensi-dimensi hakikat manusia

d)

Untuk memahami pengembangan dimensi hakikat manusia

e)

Untuk mengenal sosok manusia indonesia

f)

Untuk mengenal lebih dalam tentang kebutuhan dimensi manusia

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Pengertian Hakikat Manusia


Menurut Bath dalam Reja (1975:14) tentang teori manusia bahwa manusia pada saat

dilahirkan berada dalam tahapan perkembangannya yang bukannya lebih, melainkan kurang
dari hewan. Menurut Meitzshe dalam Reja (1975:15) manusia adalah hewan yang belum
ditetapkan. Menurut Majid Noor (1981:21) secara pendekatan filsafat manusia terdiri dari
badan dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh.
Ada 3 aliran pemikiran:
1.

Aliran materalisme yaitu aliran yang memandang bahwa yang penting adalah badan
manusia, jiwa hanya masalah yang kurang penting, jiwa hanya membonceng saja dalam
tubuh. Menurut Feurbach dalam Majid Noor (1981:22) berpendapar bahwa dibalik
manusia tidak ada makhluk lain yang misterius yang disebut jiwa.

2.

Aliran spritualisme memandang bahwa yang penting adalah jiwa. Tokohnya antara lain
Plato yang berpendapat bahwa jiwa lebih agung dari pada badan, jiwa telah ada di alam
atas sebelum masuk kedalam badan.

3.

Aliran dualisme menganggap bahwa badan dan jiwa sama pentingnya. Tokohnya Rene
Descartes dalam Majid Noor (1981:24) jiwa adalah substansi yang berfikir dan badan
adalah substansi yang berkeleluasaan. Dualisme terbagi atas paralelisme (badan sejajar
kedudukannya dengan jiwa) dan monoisme (antara badan dan jiwa telah terjadi
perpaduan sehingga manunggal).
Hakekat manusia adalah sebagai berikut :

1.

Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk

2.

memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku

3.

intelektual dan sosial.


Yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan
mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
3

4.

Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah

5.

selesai (tuntas) selama hidupnya.


Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk

6.

ditempati
Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan

7.

dengan potensi yang tak terbatas


Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik

8.

dan jahat.
Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan
ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam
lingkungan sosial.
Tuhan menciptakan mahluk hidup diduinia ini atas berbagai jenis dan tingkatan. Dari

berbagai jenis dan tingkatan mahluk hidup tersebut manusia adalah mahluk yang paling mulia
dan memiliki berbagai kelebihan.
Keberadaan manusia apabila dibandingkan dengan mahluk lain (hewan), selain
memiliki insting sebagaimana yang dimiliki hewan, manusia adalah mahluk yang memiliki
beberapa kemampuan antara berfikir, rasa keindahan, perasaan batiniah, harapan,
menciptakan dan lain-lain.sedangkan kemampuan hewan lebih bersifat insting dan
kemampuan berfikir yang rendah untuk mencari makan, mempertahankan diri dan
mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.lain halnya dengan manusia, selain memiliki
insting manusia juga mampu berfikir (homo sapiens), mampu mengubah dan menciptakan
segala sesuatu sesuai dengan rasa keindahan dan kebutuhan hidupnya. Lebih dari itu manusia
adalah mahluk moral dan religious.
Dari penjelasan tentang perbedaan manusia dan hewan, maka mucul beberapa
pandangan tentang hakikat manusia sebagai berikut:
1. Pandangan Psikoanalitik
a. Tokoh psikoanalitik (Hansen, stefic, wanner, 1977) menyatakan bahwa manusia pada
dasarnya digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat
instingtif. Tingkah laku seseorang ditentukan dan dikontrol oleh kekuatan psikologis
yang sudah ada pada diri seseorang, tidak ditentukan oleh nasibnya tetapi diarahkan
untuk memenuhi kebutuhan dan insting biologisnya.
4

b. Sigmund freud mengemukakan bahwa struktur kepribadian seseorang terdiri dari tiga
komponen yakni: ide, ego, super ego. Masing-masing komponen tersebut merupakan
berbagai insting kebutuhan manusia yang mendasari perkembangan manusia.
2. Pandangan Humanistik
a. Pandangan Humanistik (Hansen, dkk, 1977) menolak pandangan Freud bahwa
manusia pada dasarnya tidak rasional, tidak tersosialisasikan dan tidak memiliki
control terhadapnasibnya sendiri. Tokoh Humanistik (Roger) berpendapat bahwa
manusia itu memiliki dorongan untuk menyerahkan dirinya sendiri kearah positif,
manusia itu rasional, tersosialisasikan, mengatur, dan mengontrol dirinya sendiri.
b. Pandangan Adler (1954), bahwa manusia tidak semata-mata digerakkan oleh
dorongan untuk memuaskan dirinya sendiri, namun digerakkan oleh rasa tanggung
jawab social serta oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu.
3. Pandangan Martin Buber
Martin Buber (1961) tidak sependapat dengan pandangan yang menyatakan bahwa
manusia berdosa dan dalam gengaman dosa. Buber berpendapat bahwa manusia merupakan
sesuatu keberadaan (eksistensi) yang berpotensi. Namun, diharapkan pada kesemestaan atau
potensi manusia itu terbatas.Keterbatasan ini bukanlah keterbatasan yang mendasar
(esensial), tetapi keterbatsan factual semata-mata. Ini berarti bahwa yang akan akan
dilakukan oleh manusia ini tidak dapat diramalkan dan manusia masih menjadi pusat
ketakterdugaan dunia.
4. Pandangan Behaviouristik
Kaum behaviouristik (Hansen, dkk, 1977) berpendapat bahwa manusia sepenuhnya
adalah mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh fakto-fakto yang datang dari luar.
Lingkungan adalah penentu tunggal dari tingkah laku manusia. Dengan demikian kepribadian
individu dapat dikembalikan semata-mata kepada hubungan antara individu dengan
lingkungannya, hubungan itu diatur oleh hokum-hukum belajar, seperti teori pembiasaan
(conditing) dan peniruan.
Untuk memahami hakekat manusia berturut-turut dibahas beberapa pengertian
berdasarkan:

Pandangan berbagai agama, filsafat kuno maupun modern, terutama menurut


pandangan filsafat Pancasila. Pandangan para pakar biologi, psikologi dan perdagogi.
Dimensi keindividuan, kesosiialan, kesusilaan dan keberagamaan manusia.
1.

Kepustakaan hindu (Ciwa) menyatakan bahwa atman manusia datang langsung dari

2.

Tuhan (Bathara Ciwa) dan sekaligus menjadi penjelmaannya.


Kepustaan agama Budha menggambarkan bahwa manusia adalah makhluk samsara,

3.

merupakan wadah dari the absolute yang hidupnya penuh dengan kegelapan.
Pendapat kaum pemikir kuno yang bercampur dengan mistik menyatakan bahwa
manusia adalah manifestasi yang paling komplit dan paling sempurna dari Tuhan

4.

Yang Maha Esa, intisari dari semua mahluk yang memiliki kecerdasan.
Filosof Socrates menyatakan bahwa hakekat manusia terletak pada budinya yang
memungkinkan untuk menentukan kebenaran dan kebaikan. Plato dan Aristoteles

5.

menyatakan hakikat manusia terletak pada pikirnya.


Tokoh Dunia Barat melanjutkan pendapat Plato & Aristoteles tentang hakekat
kebaikan manusia yg selanjutnya bergeser ke pandangan humanistik yg menyatakan

6.

manusia merupakan kemenyuluruhan dari segala dimensinya.


Spinoza berpandangan pantheistik menyatakan hakekat manusia sama dengan Tuhan

7.

dan sama pula dengan hakekat alam semesta.


Voltaire mengatakan hakekat manusia sangat sulit untuk diketahui dan butuh waktu

8.

yang sangat panjang untuk mengungkapkannya.


Notonagoro mengatakan manusia pada hakekatnya adalah mahluk mono-dualis yang

9.

merupakan kesatuan dari jiwa dan raga yg tak terpisahkan.


Para ahli biologi memandang hakekat manusia titik beratnya pada segi jasad, jasmani,
atau wadag dengan segala perkembangannya. Pandangan ini dipelopori oleh Darwin

10.

dengan teori evolusinya.


Para ahli psikologi sebaliknya menyatakan bahwa hakekat manusia adalah rokhani,

11.

jiwa atau psikhe.


Ahli teori konvergensi antara lain William Stern berpendapat bahwa hakekat manusia

12.

merupakan paduan antara jasmani dan rohani.


Pandangan dari segi agama, Islam, Kristen, dan Katolik menolak pandangan hakekat
manusia adalah jasmani dengan teori evolusi. Hakekat manusia adalah paduan
menyeluruh antara akal, emosi dan perbuatan. Dengan hati dan akalnya manusia terus

13.

menerus mencari kebenaran dan dianugerahi status sebagai khalifah Allah.


Pancasila memandang hakekat manusia memiliki sudut pandang yg monodualistik &
monopluralistik,

keselarasan,

keserasian,

dan

keseimbangan,

integralistik,

kebersamaan dan kekeluargaan.

Setelah mengikuti beberpa pendapat tentang manusia diatas dapat ditarik beberapa
pengertian bahwa:
1)

Manusia pada dasarnya memiliki tenaga dalam yang mengerakkan hidupnya

2)

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.


Dalam diri manusia ada fungsi yang bersifat rasional dan bertanggung jawab atas

3)

tingkah laku social dan rasional individu.


Manusia mampu mengarahkan dirinya ke tujuan posotif, mampu mengatur dan

4)
5)

mengontrol dirinya dan mampu menetukan nasibnya sendiri.


Manusia pada hakikatnya dalam proses berkembang terus tidak pernah selesai.
Dalam hidupnya individu melibatkan dirinya dlam usaha untuk mewujudkan
dirinya sendiri, membantu orang lain, dan membantu dunia lebih baik untuk

6)

ditempati.
Manusia merupakan suatu keberadaan berpotensi yang perwujudannya merupakan

7)
8)

ketakterdugaan, namun potensi ini terbatas.


Manusia adalah mahluk tuhan yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
Lingkungan adalah penentuan tingkah laku manusia dan tingkah laku ini
merupakan wujud kepribadian manusia.

2.2

Pengertian Sifat Hakikat Manusia


Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil

(jadi bukan hanya gradual ) membedakan manusia dari hewan. Meskipun antara manusia dan
hewan banyak kemiripan terutama jika dilihat dari segi biologisnya. Bahkan beberapa filosof
seperti Socrates menamakan manusia itu zoon politicon ( hewan yang bermasyarakat ), Max
Scheller menggambarkan manusia sebagai Das Kranke tier ( Hewan yang sakit ) yang selalu
gelisah dan bermasalah.
Kenyataan dan pernyataan tersebut dapat menimbulkan kesan yang keliru, mengira
bahwa hewan dan manusia itu hanya berbeda secara gradual yaitu suatu perbedaan yang
dengan melalui proses rekayasa dapat dibuat sama keadaannya, misalnya air yang karena
perubahan temperature lalu menjadi es. Seolah-olah dengan kemahiran rekayasa pendidikan,
orang hutan dapat dirubah menjadi manusia.
1.

Pengertian dan Sifat Hakekat Manusia


Ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil membedakan manusia dari hewan

2.

Pendidikan Bersifat Filosofis

Filosofis berarti berdasarkan pengetahuan dan penyelidian dengan akal budi


mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal dan hokum, termasuk termasuk teori
yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan (berintikan logika, estetika,
metafisika, epistemology dan falsafah)
Untuk mendapatkan landasan pendidikan yang kukuh diperlukan adanya kajian yang
bersifat mendasar, sistematis dan Universal tentang ciri hakiki manusia
3.

Pendidikan Bersifat Normatif


Normatif berarti bersifat norma atau mempunyai tujuan/aturan
Pendidikan mempunyai tugas untuk menumbuhkembangkan sifat hakikat manusia
sebagai sesuatu yang bernilai luhur, dan hal itu menjadi keharusan.

2.3

Kodrat, Harkat dan Martabat Manusia


Kodrat manusia merupakan keseluruhan sifat-sifat asli, kemampuan-kemampuan atau

bakat-bakat alami, kekuasaan, bekal disposisi yang melekat pada kebaradaan/eksistensi


manusia sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial ciptaan Tuhan YME. Harkat
manusia adalah nilai manusia sebagai makhluk Tuhan yang memiliki kemampuankemampuan yang disebut cipta, rasa dan karsa. Derajat manusia adalah tingkat kedudukan
atau martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki bakat, kodrat,
kebebasan hak, dan kewajiban asasi.

2.4

Wujud Sifat Hakikat Manusia


Wujud sifat hakikat manusia yang dikemukakan oleh paham eksistensialisme yaitu :
a. Kemampuan menyadari diri
Kaum Rasionalisme menunjuk kunci perbedaan manusia dengan hewan pada adanya

kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Berkat adanya kemampuan
menyadari diri yang dimiliki manusia, maka manusia menyadari bahwa dirinya (akunya)
memiliki cirri yang khas atau karakteristik diri. Hal ini yang menyebabkan manusia dapat
membedakan dirinya dengan aku-aku yang lain. Bahkan bukan hanya membedakan, lebih
dari itu manusia biasa membuat jarak (distansi) dengan lingkungannya. Kemampuan

membuat jarak ini berarah ganda yaitu arah keluar dan arah kedalam. Dengan arah keluar,
aku memandang dan menjadikan lingkungan sebagai objek, selnajutnya aku memanipulasi ke
dalam lingkungan untuk memenuhi kebutuihannya. Puncak aktifitas yang mengarah keluar
ini dipandang sebagai gejala egoisme. Dengan arak ke dalam, aku memberi status kepada
lingkungannya sebagai subjek yang berhadapan dengan aku sebagai objek yang isinya adalah
pengabdian, pengorbanan dan tenggang rasa. Gejala ini lazimnya dipandang oleh masyarakat
sebagai sesuatu yang terpuji. Pengembangan arah keluar merupakan pembinaan aspek social,
sedangkan pengembangan arah ke dalam berarti pembinaan aspek individualitas manusia.
b. Kemampuan Bereksistensi
Manusia merupakan makhluk yang mempunyai kemampuan untuk menerobos dan
mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. Kemempuan menempatkan diri dan
menerobos inilah yang disebut dengan kemempuan bereksistensi. Jika seandainya pada diri
amnesia tidak terdapat kebebasan atau kemampuan bereksisitensi, maka manusia itu tidak
lebih dari hanya sekedar esensi belaka, artinya ada hanya sekedar berada dan tidak pernah
mengada atau bereksisitensi. Adanya kemampuan bereksistensi inilah pula yang membedakan
manusia sebagai makhluk human dari hewan selaku mekhluk infra human, di mana hewan
menjadi onderdil dari lingkungan, sedangkan manusia menjadi manajer terhadap lingkungan.
Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui pendidikan. Peserta didik diajar agar belajar
dari pengalamannya, belajar mengantisipasi suatu keadaan dan peristiwa, belajar melihat
prospek masa depan serta mengembangkan daya imajinasi kreatif sejak dari masa kanakkanak.
c. Kata Hati
Kata hati merupakan kemampuan membuat keputusan tentang yang baik/benar dan
yang buruk/salah bagi manusia sebagai manusia. Dalam kaitannya dengan moral, kata hati
merupakan petunjuk bagi moral/ perbuatan. Usaha untuk mengubah kata hati yang tumpul
menjadi kata hati yang tajam adalah pendidikan kata hati (gewetan forming). Realisasinya
dapat ditempuh dengan melatih akal kecerdasan dan kepekaan emosi. Tujuannya agar orang
memiliki keberanian moral yang didasari oleh kata hati yang tajam.
d. Moral

Moral yang sinkron dengan kata hati yang tajam yaitu yang benar-benar baik bagi
manusia sebagai manusia merupakan moral yang baik atau moral yang tinggi atau luhur.
Sebaliknya perbuatan yang tidak sinkron dengan kata hati yang tajam ataupun merupakan
realisasi dari kata hati yang tumpul disebut moral yang buruk, lazimnya disebut tidak
bermoral.
e. Tanggung Jawab
Tanggung jawab dapat diartikan sebagai keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu
perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia, dan bahwa hanya karena itu perbuatan
tersebut dilakukan, sehingga sanksi apapun yang dituntutkan (oleh kata hati, oleh masyarakat,
oleh agama-agama), diterima dengan penuh kesadaran dan kerelaan. Dan uraian ini menjadi
jelas betapa pentingnya pendidikan moral bagi peserta didik baik sebagai pribadi maupun
sebagai anggota masyarakat.
f. Rasa Kebebasan
Merdeka adalah rasa bebas (tidak merasa terikat oleh sesuatu), tetapi sesuai dengan
tuntutan kodrat manusia. Kemerdekaan dalam arti yang sebenarnya memang berlangsung
dalam keterikatan. Kemerdekaan berkaitan erat dengan kata hati dan moral.
g. Kewajiban dan Hak
Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul sebagai manifestasi dari
manusia sebagai makhluk social. Yang satu ada hanya oleh karena adanya yang lain. Tak ada
hak tanpa kewajiban. Jika seseorang mempunyai hak untuk menuntut sesuatu maka tentu ada
pihak lain yang berkewajiban untuk memenuhi hak tersebut (yang pada saat itu belum
dipenuhi), begitu sebaliknya.
h. Kemampuan Menghayati Kebahagiaan
Adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia. Penghayatan hidup yang
disebut kebahagiaan ini meskipun tidak mudah untuk dijabarkan tetapi tidak sulit untuk
dirasakan. Kebahagiaan tidak cukup digambarkan hanya sebagai himpunan dari pengalamanpengalaman yang menyenangkan saja, tetapi lebih dari itu, yaitu merupakan integrasi dari
segenap kesenangan, kegembiraan, kepuasan, dan sejenisnya dengan pengalamanpengalaman pahit dan penderitaan. Proses integrasi dari kesemuanya itu (yang
10

menyenangkan maupun yang pahit) menghasilkan suatu bentuk penghayatan hidup yang
disebut bahagia.
Wujud Sifat Hakikat Manusia dikemukakan oleh paham eksistensialisme:
1. Kemampuan Menyadari Diri, Kemampuan Mengeksplorasi potensi yang ada, dan
mengembangkannya kearah kesempurnaan dan menyadarinya sebagai kekuatan
2. Kemampua Bereksistensi, Manusia bersifat aktif dan manusia dapat menjadi manejer
terhadap lingkungannya
3. Pemilikan Kata Hati, Kemampuan membuat keputusan tentang baik/benar dengan
yang buruk/salah bagi manusia, Cara meningkatkan : melatih akal/kecerdasan dan
kepekaan emosi
4. Moral (etika), Perbuatan yang dilakukan/nilai-nilai kemanusiaan, Bermoral sesuai
dengan kata hati yang baik bagi manusia, dan sebaliknya, Etiket hanya sekedar
kemampuan bersikap/mengenai sopan santun
5. Kemampuan Bertanggung Jawab, Suatu perbuatan harus sesuai dengan tuntutan
kodrat manusia
6. Rasa Kebebasan (Kemerdekaan), Kebebasan yang terikat(bertanggung jawab), Tugas
pendidikan membuat pesreta didik merasa merdeka dalam menjalankan tuntutan
kodrat manusia.
7. Kesediaan Melaksanakan Kewajiban dan Menyadari Hak, dapat ditempuh dengan
pendidikan disiplin:

Disiplin Rasional -> dilanggar -> rasa Salah

Disiplin Afektif -> dilanggar -> rasa Gelisah

Disiplin Sosial -> dilanggar -> rasa Malu

Disiplin Agama -> dilanggar -> rasa Berdosa

8. Kemampuan Menghayati Kebahagiaan


Kesanggupan menghayati kebahagiaan berkaitan dengan 3 hal : Usaha, norma-norma,
dan Takdir.
11

2.5

Kebutuhan Dimensi Manusia


Ketika Anda menyadari diri Anda secara total, maka Anda mengetahui bahwa diri

Anda terdiri dari aspek jasmani dan rohani. Kesadaran diri Anda dapat dirasakan dan
gejalanya dapat dimanifestasikan dalam bentuk sikap dan perbuatan fisik walaupun kesadaran
itu bersifat psikis. Hal demikian menunjukkan bahwa Anda masih eksis dan masih hidup.
Kebutuhan hidup manusia dapat bersifat fisik dan psikis.
1.

Kebutuhan Hidup Bersifat Fisik


a. Kebutuhan primer
Untuk mempertahankan kehidupan Anda diperlukan pemenuhan kebutuhan-

kebutuhan hidup primer. Kebutuhan primer adalah kebutuhan hidup yang tidak boleh tidak,
harus ada dan tersedia. Bilamana kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka keberlangsungan
kehidupan akan terganggu. Kebutuhan primer yang berupa nutrisi dari makanan dan
minuman, oksigen dan asupan lainnya harus selalu tersedia. Tubuh yang mendapatkan asupan
yang cukup dan proporsional akan meningkatkan kesehatan.
b. Kebutuhan sekunder
Semakin sehat seseorang, maka semakin meningkat vitalitasnya. Implikasinya adalah
turut meningkatkan kebutuhan yang lain yang bersifat sekunder, seperti kebutuhan seks
misalnya. Pemenuhan terhadap kebutuhan ini membawa konsekuensi pengembangbiakan
jumlah spesies manusia, bilamana pemenuhan kebutuhan seks ini dapat dilakukan secara
wajar.
Secara spesifik ada kebutuhan khusus yang berbeda antara laki-laki dan perempuan
terkait dengan perbedaan biologik yang bersifat kodrati yaitu perbedaan organ-organ
reproduksi yang harus menjadi perhatian utama. Misalnya laki-laki membuahi dan
perempuan mengalami haid, hamil, melahirkan anak dan menyusui. Tentu saja laki-laki dan
perempuan memiliki kebutuhan yang berbeda yang disebut dengan kebutuhan gender praktis.
2.

Kebutuhan Hidup Bersifat Psikis


Aspek psikis memerlukan perhatian, pendidikan dan pembinaan sebagaimana

mestinya sesuai dengan sifat dan karakteristiknya. Seseorang yang melupakan pendidikan
12

dan pembinaannya, maka perkembangan dan pertumbuhan kepribadiannya dapat dipastikan


menyalahi hakikat dan kodrat hidupnya. Aspek ini berasal dari alam spiritual, bahkan
cenderung kembali ke asalnya bila ia bersih dan suci. Penyuciannya dapat berupa konsentrasi
dalam dzikir, shalat dan ibadah lainnya.
Secara psikis seseorang memenuhi pembinaan guna pengembangan aspek psikisnya.
Seperti

pengembangan

berpikir,

mengingat,

berfantasi,

menanggapi,

mengamati,

memperhatikan dan lain sebagainya. Kebutuhan itu seharusnya dapat dipenuhi sedemikian
rupa agar ia dapat menikmati hidup dan dalam rangka menciptakan kondisi manusia yang
sehat jasmani dan rohani. Kebutuhan psikis dapat disebutkan sebagai berikut.
a.

Rasa Aman
Seseorang, baik laki-laki maupun perempuan, memerlukan, atau yang memiliki

perbedaan sosial, sama-sama memerlukan rasa aman dari berbagai ancaman yang bersifat
menekan. Seseorang yang merasa tidak aman dari ancaman sesuatu menyebabkan ia gelisah,
susah bahkan sampai putus asa. Perasaan aman bisa timbul karena orang yang mempunyai
pertahanan diri yang tangguh dan dapat mengatasi segala rintangan yang bersifat menekan
dirinya. Disamping itu, adanya perlindungan dari pihak lain yang bertanggungjawab atau dari
pihak yang mempunyai otoritas untuk itu, seperti negara dengan segenap aparat
keamanannya, atau orang tua bagi anak kecil dapat menghidarkan seseorang dari kecemasan
dan rasa tidak aman.
b.

Penghargaan
Seseorang dengan ragam perbedan sosial maupun jenis kelamin sama-sama

memerlukan penghargaan dari pihak lain, terutama terhadap prestasi-prestasi yang pernah
dicapainya. Apresiasi dari orang lain menimbulkan dan meningkatkan rasa percaya diri pada
seseorang untuk berbuat lagi, baik perbuatan yang serupa atau perbuatan lain, karena ia
mendapatkan kebebasan berkreasi dan optimisme yang tinggi. Orang yang tidak pernah
mendapat penghargaan dari pihak lain bisa jadi menekan dirinya, pesimis dan bahkan putus
asa. Namun demikian, orang yang mendapatkan apresiasi yang terlalu tinggi dari pihak lain
boleh jadi ia bisa congkak atau sombong, karena terlalu percaya diri.
c.

Aktualisasi Diri

13

Seseorang dengan ragam perbedaan sosial maupun jenis kelamin sama-sama


mempunyai kemauan, keinginan, dan cita-cita. Semua orang berharap agar kemauan,
keinginan dan cita-citanya dapat dicapai. Hal demikian adalah wajar pada setiap orang
apabila keinginanannya dapat dicapai secara baik akan menimbulkan rasa kepuasan dan
percaya diri. Untuk mencapai keinginannnya itu seseorang selalu melakukan kegiatan yang
menunjang pencapai keinginan itu. Orang yang dapat melakukan demikian adalah orang
dapat mengaktualisasikan dirinya secara penuh sehingga kebutuhannya dapat dipenuhi.
d.

Kebutuhan Terhadap Agama


Ketika seseorang melihat penyimpangan dari pola-pola perencanaan yang ia

programkan, akan menyadarkan diri atas kekuasaan yang berada di luar dirinya. Kesadaran
semacam ini yang akan menuntun seseorang untuk mempercayai dzat yang maha kuasa. Hal
demikian yang menjadi dasar keimanan seseorang untuk memeluk atau mempercayai suatu
agama. Pengalaman agama yang dicapai dalam shalat dan doa misalnya, telah membimbing
seseorang untuk merasakan ketentraman batin bahwa dirinya berada dalam naungan
kekuasaan-Nya. Dengan demikian, semua manusia dengan berbagai strata sosial dan
perbedaan sosial maupun perbedaan jenis kelamin sama-sama membutuhkan kehadiran
agama untuk membimbing kehidupan mereka. Allah pun tidak memandang manusia dari
aspek perbedaan tersebut, tetapi memandang dari perbedaan ketakwaannya.

2.6

Dimensi-Dimensi Hakekat Manusia


1. Keindividualan (pribadi yang berbeda dari yang lain)
Dimensi keindividuan Manusia adalah mahluk monodualis ciptaan Tuhan yang

dikaruniai status sebagai Khalifah Allah di atas bumi. Bayi dianugerahi keadaan jasmani yang
lemah tetapi memiliki potensi-potensi jasmaniah berupa konstruksi tubuh lengkap serta
rokhaniah berupa daya cipta, rasa, karsa, intuisi, bakat. Faktor-faktor potensi bawaan inilah
yang membedakan manusia yang satu dengan yang lainya yg bersifat unik yang dapat
berkembang dengan adanya pengaruh lingkungan.
2. Kesosialan (ketergantungankebutuhan pada orang lain)

14

Manusia disamping mahluk mono-dualis sekaligus mahluk mono-pluralis. Manusia


dilahirkan sebagai suku bangsa tertentu dengan adat kebudayaan tertentu pula. Sebagai
anggota suatu masyarakat, seseorang berkewajiban untuk berperan dan menyesuaikan diri
serta bekerja sama dengan masyarakat. Manusia dan masyarakat merupakan realitas yang
saling memajukan & saling memperkembangkan. Manusia pada dasarnya memiliki dimensi
kesosialan.
3. Kesusilaan (menyangkut etika dan etiket)
Manusia dengan kemampuan akalnya memungkinkan untuk menentukan sesuatu
manakah yang baik dan manakah yang buruk, manakah yang pantas dan manakah yang tidak
pantas. Dengan pertimbangan nilai-nilai budaya yang dijunjungnya memungkinkan manusia
untuk berbuat dan bertindak secara susila.
4. Keberagaman
(keyakinan ada kekutan yang mengendalikan seluruh aspek kehidupan di luar
kemampuan makhlup hidup di dunia)
Manusia adalah mahluk religius yang dianugerahi ajaran-ajaran yg dipercayainya
yang didapatkan melalui bimbingan nabi demi kemaslahatan dan keselamatannya.
Manusia sebagai mahluk beragama mempunyai kemampuan menghayati pengalaman diri dan
dunianya menurut agama masing-masing. Pemahaman agama diperoleh melalui pelajaran
agama, sembahyang, doa-doa maupun meditasi, komitmen aktif & praktek ritual
5. Intelektual
(mengembangkan wawasan dan iptek, terampil mengkomunikasikan pengetahuan dan
memecahkan masalah)

6. Produktivitas

15

(Kesanggupan memilih pekerjaan sesuai dengan kemampuan, keserasian hidup


bekeluarga, pandai menempatkan diri sebagai konsumen dan produsen, serta kreatif dan
berkarya).
Secara filosofis hakikat manusia merupakan kesatauan dari potensi-potensi esensial
yang ada pada diri manusia, yakni: Manusia sebagai mahluk pribadi/individu, Manusia
sebagai mahluk social, manusia sebagai mahluk susila/moral. Ketiga hakikat manusia
tersebut diatas dapat dijabarkan sebagai berikut:
1)

Manusia sebagai mahluk pribadi / individu (individual being)


Lysen mengartikan individu sebagai orang seorang sesuatu yang merupakan suatu

keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in divide). Selanjutnya individu diartikan sebgai
pribadi. Karena adanya individualitas itu setiap orang memliki kehendak, perasaan, cita-cita,
kencerungan, semangat dan daya tahan yang berbeda.
Kesangupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan cirri yang sangat
esensial dari adanya individualitas pada diri manusia. Sifat-sifat sebagaimana digambarkan
diatas secara potensial telah dimiliki sejak lahir perlu ditumbuh kembangkan melalui
pendidikan agar bisa menjadi kenyataan. Sebab tanpa di bina, memlalui pendidikan, benihbenih individualitas yang sangat berharga itu yang memungkinkan terbentuknya sesuatu
kepribadian seseorang tidak akan terbentuk semestinya sehingga seseorang tidak memiliki
warna kepribadian yang khas sebagai milikinya. Padahal fungsi utama pendidikan adalah
membantu peserta didik untuk membentuk kepribadiannya atau menemukan kepribadiannya
sendiri. Pola pendidikan yang brsifat demokratis dipandang cocok untuk mendorong
bertumbuh dan berkembangannya potensi individualitas sebagaimana dimaksud. Pola
pendidikan yang menghambat perkembangan individualitas (misalnya yang bersifat otoriter )
dalam hubungan ini disebut pendidikan yang patologis
2)

Manusia sebagai mahluk social / dimensi social


Setiap anak dikaruniai kemungkinan untuk bergaul. Artinya, setiap orang dapat saling

berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya terkadung untuk saling memberikan dan
menerima. Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas pada dorongan

16

untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan
sesamanya.
Seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya didalam
interaksi dengan sesamanya. Seseorang berkesempatan untuk belajar dari orang lain,
mengidentifikasikan sifat-sifat yang di kagumi dari orang lain untuk dimilikinya, serta
menolak sifat yang tidak di cocokinya. Hanya didalam berinteraksi dengan sesamanya, dalam
saling menerima dan member, seseorang menyadari dan menghayati kemanusiaanya.
3)

Manusia sebagai mahluk susila/ dimensi kesusialaan


Susila berasaldari kata su dan sial yang berarti kepantasan yang lebih tinggi. Akan

tetapi didalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika
didalam yang pantas atau sopan itu misalnnya terkandung kejahatan terselubung. Karean itu
maka pengertian yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah yang
mempunyai konotasi berbeda yaitu, etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika
(persoalan kebaikan). Kesusilaan diartikan mencakup etika dan etiket. Persoalan kesusilaan
selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan
untuk mengambil keputusan susila, serta melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu
adalah mahluk susila.
Seseorang (individu manusia) yang sejak kelahirannya (dari penciptaannya) dibekali
dengan hakikat manusia untuk pengembangan diri dan kehidupan selanjutnya, ia dilengkapi
dengan dimensi-dimensi kemanusiaan yang melekat pada diri individu itu. Dimensi-dimensi
itu adalah :
1.

Dimensi keindividualan

2.

Dimensi kesosialan

3.

Dimensi kesusilaan

4.

Dimensi keberagamaan

1.

Dimensi Keindividualan

Manusia sebagai makhluk keindividualan dimaksudkan sebagai orang yang utuh,


yang terdiri dari kesatuan fisik dan psikis. Kandungan dimensi keindividualan adalah potensi
dan perbedaan. Di sini dimaksudkan bahwa setiap individu pada dasarnya memiliki potensi,
17

baik potensi fisik maupun mental-psikologis, seperti kemampuan intelegensi, bakat dan
kemampuan pribadi lainnya. Potensi ini dapat berbeda-beda antar individu. Ada individu
yang berpotensi sangat tinggi, tinggi, sedang, kurang dan kurang sekali.
Keberadaan manusia sebagai individual bersifat unik artinya berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Setiap manusia sama mempunyai mata, telinga, kaki dan anggota tubuh
lainnya, namun tidak ada yang sama persis bentuknya, karena setiap orang kelak akan
diminta pertangungjawaban atas sikap perilakunya. Kesadaran manusia akan dirinya sendiri
merupakan perwujudan individualitas manusia, ini mencakup pengertian yang sangat luas,
antaranya kesadaran akan diri antara realitas, self respect, self narcisme, egoisme dll.
Manusia sebagai individu memiliki hak sebagai kodrat alami atau anugerah Tuhan
kepadanya. Hak asasi sebagai pribadi terutama hak hidup, hak kemerdekaan, dan hak
memiliki. Konsekuensi dari adanya hak, maka manusia menyadari kewajiban-kewajiban dan
tangung jawab moralnya.
2. Dimensi Kesosialan
Manusia disamping sebagai mahluk individual, dia juga mahluk sosial. Perwujudan
manusia sebagai makhluk sosial tampak dalam kenyataan bahwa tidak ada yang mampu
hidup sebagai manusia tanpa bantuan orang lain. Manusia hidup dalam suasana
interdependensi, dalam antar hubungan dan antaraksi.
Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas pada dorongan untuk
bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan
sesamanya. Kandungan dimensi kesosialan adalah komunikasi dan kebersamaan. Dengan
bahasa (baik bahasa verbal maupun non-verbal, lisan maupun tulisan) individu menjalin
komunikasi atau hubungan dengan individu lain. Di samping itu individu juga menggalang
kebersamaan dengan individu lain dalam berbagai bentuk, seperti persahabatan, keluarga,
kumpulan dan organisasi (non formal dan formal).
Sifat sosialitas menjadi dasar dan tujuan dari kehidupan manusia yang sewajarnya
atau menjadi dasar dan tujuan setiap anak dan kelompoknya. Setiap anak pasti terlibat dalam
kehidupan sosial pada setiap waktu. Sebagai makhluk sosial, mereka saling membutuhkan,
saling membantu, dan saling melengkapi. Manusia akan selalu berinteraksi dengan manusia
lain untuk mencapai tujuan hidupnya, dan interaksi tersebut merupakan wadah untuk
18

pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya. Yang dimaksud dengan interaksi sosial


adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia dimana tingkah laku individu
yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki tingkah laku yang lain.
3. Dimensi Kesusilaan
Manusia adalah mahluk susila. Dritarkara mengatakan manusia susila, yaitu manusia
yang

memiliki

nilai-nilai,

menghayati,

dan

mewujudkan

dalam

perbuatan.

Kandungan dimensi kesusilaan adalah nilai dan moral. Dalam dimensi ini digarisbawahi
kemampuan dasar setiap individu untuk memberi penghargaan terhadap sesuatu, dalam
rentang penilaian tertentu. Sesuatu dapat dinilai sangat tinggi, sedang, ataupun rendah.
Penilaian yang dibuat oleh sekelompok individu tentang sesuatu yang sangat penting
untuk kehidupan bersama sering kali ditetapkan sebagai standar baku. Standar baku inilah
yang selanjutnya dijadikan patokan untuk menetapkan boleh tidaknya sesuatu hal dilakukan
oleh individu (terutama individu yang berada di dalam kelompok yang dimaksud). Inilah
yang disebut moral. Individu dalam kelompok yang bersangkutan harus mengikuti ketentuan
moral tersebut. Ketentuan moral itu biasanya diikuti oleh sanksi atau bahkan hukuman bagi
pelanggarnya. Sumber moral adalah agama, adat, hukum ilmu, dan kebiasaan.
Masalah kesusilaan maka akan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Nilai-nilai
adalah sesuatu yang dijunjung tinggi oleh manusia, mengandung makna kebaikan, keluhuran
kemuliaan dan dijadikan pedoman hidup. Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan
untuk mengambil keputusan nilai-nilai susila dan melaksanakannya. Sehingga dengan
demikian dapat dikatakan manusia, bila memiliki nilai-nilai, menghayati dan melaksanakan
nilai-nilai tersebut.
4. Dimensi Keberagamaan
Manusia adalah mahluk religius. Sejak zaman dahulu nenek moyang manusia
meyakini akan adanya kekuatan supranatural yang menguasai hidup alam semesta ini. Untuk
mendekatkan diri dan berkomunikasi dengan kekuatan tersebut ditempuh dengan ritual
agama.
Beragama merupakan kebutuhan manusia, karena manusia adalah mahluk yang lemah
memerlukan tempat bertopang demi keselamatan hidupnya. Agama sebagai sandaran

19

manusia. Penanaman sikap dan kebiasaan beragama dimulai sedini mungkin, yang
melaksanakan dikeluarga dan dilanjutkan melalui pemberian pendidikan agama di sekolah.
Kandungan dimensi keberagaman adalah iman dan takwa. Dalam dimensi ini terkandung
pemahaman bahwa setiap individu pada dasarnya memiliki kecenderungan dan kemampuan
untuk mempercayai adanya Sang Maha Pencipta dan Maha Kuasa serta mematuhi segenap
aturan dan perintah-Nya. Keimanan dan ketakwaan ini dibahas dalam agama yang dianut
oleh individu. Kitab suci agama serta tafsir yang mengiringinya memuat kaidah-kaidah
keimanan dan ketakwaan tersebut.
2.7

Pengembangan Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia


Sasaran pendidikan adalah manusia sehingga dengan sendirinya pengembangan

dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidikan. Meskipun pendidikan itu pada dasarnya
baik tetapi dalam pelaksanaanya mungkin saja bisa terjadi keslahan-kesalahan yang lazimnya
disebut salah didik. Sehubugan dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi yaitu:
1. Pengembangan yang utuh
1. Aspek jasmani dan rohani
Aspek Jasmani : fisik
Aspek Rohani : Pandai, wawasan Luas, Pendirian teguh, tenggang
rasa, dinamis, keratif
2. Dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan keberagaman
3. Aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
Kognitif : mengamati, melihat, berfikir, mempertimbangkan, menduga,

menilai, dsb.
Afektif : perasaan
Psikomotorik :Reaksi psikologis yang di tunjukkan dengan tindakan

Tingkat krutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua faktor,
yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri dan kualitas pendidikan yang disediakan
untuk memberikan pelayanan atas perkembangannya.
Selanjutnya dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu:
a)

Dari wujud dimensinya

Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi keindividualian,
sesosialan,kesusilaan dan keberagamaan, antar aspek kognitif. Afektif dan psikomotorik.
20

Pengembangan aspek jasmanisah dan rohaniah dikatakan utuh jika keduanya mendapat
pelayanan secara seimbang. Pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan,kesusilaan
dan keberagamaan dikatakan utuh jika semua dimensi tersebut mendapatkan layanan dengan
baik, tidak terjadi pengabaian terhadap salah satunya. Pengembangan domain kognitif, afektif
dan psikomotor dikatakan utuh jika tiga-tiganya mendapat pelayanan yang berimbang.
b)

Dari arah pengembangan

Keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia dpat diarahkan kepada


pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan dam kebergamaan secara
terpadu. Dapat disimpulkan bahwa pengembangan dimensi hakikat manusi yang utuh
diartikan sebagai pembinaan terpadu terhadap dimensi hakikat manusia sehingga dapat
tumbuh dan berkembang seacra selaras. Perkrmbangan di maksud mencakup yang horizontal
(yang menciptakan keseimbangan) dan yang bersifat vertical (yang menciptakan ketinggian
martabat manusia). Dengan demikian totalitas membentuk manusia yang utuh.
2. Pengembangan yang tidak utuh
1. Terabaikannya dimensi hakekat manusia
2. Terbentuknya kepribadian yang pincang & tidak mantap (pengambangan yang
patologis)
Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi
didalam proses pengembangan jika ada unsure dimensi hakikat manusia yang terabaikan
untuk ditangani, misalnya dimensi kesosialan didominasi oleh pengembangan dimensi
keindividualan

ataupun

domain

afektif

didominasi

oelh

pengembangan

dimensi

keindividualan atupun domain afektif didominasi oleh pengembangan domain kognitif.


Demikian pula secara vertical ada domain tingkah laku terabaikan penanganannya.
Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya kepribadian yang pincang dan tidak
mentap pengambangan semacam ini merupakan pengembangan yang patologis.

2.8

Pengembangan Dimensi-dimensi Manusia


21

Hakikat dan eksistensi manusia, masing-masing dimensinya dapat dikembangkan


sehingga dapat membentuk kepribadian manusia.
1.

Pengembangan Manusia sebagai Mahluk Individu

Pendidikan harus mengembangkan anak didik mampu menolong dirinya sendiri.


Untuk dapat menolong dirinya sendiri, anak didik perlu mendapat berbagai pengalaman di
dalam pengembangan konsep, prinsip, generasi, intelek, inisiatif, kreativitas, kehendak,
emosi/perasaan, tanggungjawab, keterampilan ,dll. Dengan kata lain, anak didik harus
mengalami

perkembangan

dalam

kawasan

kognitif,

afektif

dan

psikomotor.

Sebagai mahluk individu, manusia memerlukan pola tingkah laku yang bukan merupakan
tindakan instingtif, dan hal-hal ini hanya bisa diperoleh melalui pendidikan dan proses
belajar. Di atas telah dikatakan bahwa perwujudan manusia sebagai mahluk individu (pribadi)
ini memerlukan berbagai macam pengalaman. Tidaklah dapat mencapai tujuan yang
diinginkan, apabila pendidikan terutama hanya memberikan aspek kognitif (pengetahuan)
saja sebagai yang sering dikenal dan diberikan oleh para pendidik pada umumnya selama ini.
Pendidikan seperti ini disebut bersifat intelektualistik, karena hanya berhubungan dengan segi
intelek saja. Pengembangan intelek memang diperlukan, namun tidak boleh melupakan
pengembangan aspek-aspek lainnya sebagai yang telah disebutkan di atas.
2.

Pengembangan Manusia sebagai Mahluk Sosial

Manusia adalah mahluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak
dapat mencapai apa yang diinginkan secara seorang diri saja. Kehadiran manusia lain
dihadapannya, bukan saja penting untuk mencapai tujuan hidupnya, tetapi juga merupakan
sarana untuk pengembangan kepribadiannya. Kehidupan sosial antara manusia yang satu
dengan yang lainnya dimungkinkan tidak saja oleh kebutuhan pribadi seperti telah disebutkan
di atas, tetapi juga karena adanya bahasa sebagai alat atau medium komunikasi. Melalui
pendidikan dapat dikembangkan suatu keadaan yang seimbang antara pengembangan aspek
individual dan aspek sosial ini. Hal ini penting untuk pendidikan di Indonesia yang
berfilasafah pancasila, yang menghendaki adanya perkembangan yang seimbang antara aspek
individual dan aspek sosial tersebut.
3.

Pengembangan Manusia sebagai Mahluk Susila

22

Setiap masyarakat dan bangsa mempunyai norma-norma, dan nilai-nilainya. Melalui


pendidikan kita harus mampu menciptakan manusia susila dan harus mengusahakan anakanak didik kita menjadi manusia pendukung norma, kaidah dan nilai-nilai susila dan sosial
yang dijunjung tinggi oleh masyarakatnya. Norma, nilai dan kaidah tersebut harus menjadi
milik dan selalu dipersonifikasikan dalam setiap sepak terjang, dan tingkah laku tiap pribadi
manusia.
Pentingnya mengetahui dan menerapkan secara nyata norma, nilai, dan kaidah-kaidah
masyarakat dalam kehidupannya mempunyai dua alasan pokok, yaitu :
1.

Untuk kepentingan dirinya sendiri sebagai individu. Apabila individu tidak


dapat menyesuaikan diri dan tingkah lakunya tidak sesuai dengan norma, nilai dan
kaidah sosial yang terdapat dalam masyarakat maka dimanapun ia hidup tidak dapat

diterima oleh masyarakat.


2.
Untuk kepentingan stabilitas kehidupan masyarakat itu sendiri. Masyarakat
telah menghasilkan dalam perkembangannya aturan-aturan main yang kita sebut
norma, nilai, dan kaidah-kaidah sosial yang harus diikuti oleh anggotanya. Norma,
nilai dan kaidah-kaidah tersebut merupakan hasil persetujuan bersama untuk
dilaksanakan dalam kehidupan bersama, demi untuk mencapai tujuan mereka
bersama. Dengan demikian, kelangsungan kehidupan masyarakat tersebut sangat
tergantung pada dapat tidaknya dipertahankan norma, nilai dan kaidah masyarakat
3.

yang bersangkutan.
Pengembangan

Manusia

sebagai

Mahluk

Religius.

Sebagai

anggota

masyarakat dan bangsa yang memiliki filsafat Pancasila kita dituntut untuk
menghayati dan mengamalkan ajaran pancasila sebaik-baiknya. Sebagai anggota
masyarakat yang dituntut untuk menghayati dan mengamalkan ajaran Pancasila, maka
kepada masing-masing warga negara dengan demikian juga dituntut untuk dapat
melaksanakan hubungan dengan Tuhan sebaik-baiknya menurut keyakinan yang
dianutnya masing-masing, serta untuk melaksanakan hubungan sebaik-baiknya
dengan sesama manusia dan dengan lingkungan.

2.9

Sosok Manusia Indonesia


23

Sosok manusia Indonesia seutuhnya telah di rumuskan di dalam GBNH mengenai


arah pembangunan jangka panjang. Dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan
di dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh
masyarakat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar
kemajuan lahirlah, sperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan atupun kepuasaan batiniah
seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab atau
rasa keadilan, melainkan keselarasan, keserasian dan kseimbangan antara kedua sekaligus
batiniah.
Selanjutnya juga diartikan bahwa pembangunan itu merata diseluruh tanah air, bukan
hanya untuk golongan atau sebagian dari masyarakat. Salanjutnya juga di artikan sebagai
keselarasan hubugan antara manusia dan tuhannya, antara sesama manusia, antara manusia
dengan lingkungan alam sekitarnya, keserasian hubungan antara bangsa-bangsa dan juga
keselarasan antara cita-cita hidup di dunia dengan kebahagiaan diakhirat.

BAB III
PENUTUP
24

3.1

Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sifat hakikat manusia dengan segnap

dimensinya hanya dimiliki oleh manusia tidak terdapat pada hewan. Cirri-ciri yang khas
tersebut membedakan secara prinsipiil dunia hewan dari dunia manusia. Adanya hakikat
tersebut membrikan tempat kedudukan pada manusia sedimikian rupa sehingga derajat lebih
tinggi dari pada hewan dan sekaligus menguasai hewan.salah satu hakikat yang istimewa
ialah adanya kemampuan menghayati kabahagian pada manusia semua sifat hakikat manusia
dapat dan harus ditumbuhkan kembangkan melalui pendidikan. Berkat pendidikan maka sifat
hakikat manusia dapat ditumbuhkembangkan secara selaras dan berimbang sehingga menjadi
manusia yang utuh.
Manusia merupakan makhluk yang sempurna. Kepribadian manusia memiliki sifat
yang unik, potensial dan dinamis. Pemenuhan kebutuhan dan pengembangan diri manusia itu
tampaknya memang dapat dilaksanakan dari, untuk dan oleh manusia itu sendiri. Pernyataan
bahwa manusia dengan segenap perkembangan budayanya adalah dari manusia, untuk
manusia, dan oleh manusia, mengimplikasikan bahwa manusia memang hebat, bisa berbuat
dan membuat apa saja, untuk kehidupan kemanusiaannya, sesuai dengan kebutuhan dan
kemauaannya.
Manusia juga memiliki akal untuk menghadapi kehidupannya di dunia ini. Akal juga
memerlukan pendidikan sebagai obyek yang akan dipikirkan. Fungsi akal tercapai apabila
akal itu sendiri dapat menfungsikan, dan obyeknya itu sendiri adalah ilmu pengetahuan.
Maka dari itu, manusia pada hakikatnya adalah makhluk peadagogis, makhluk sosial,
makhluk individual, dan makhluk beragama.
3.2

Saran
1. Kepada semua pihak yang berkepentingan dunia pendidikan wajib berpegang teguh
kepada nilai-nilai kependidikan dalam mengemban tugas dan tanggung jawab
kesehariannya.
2. Penerapan paradigma baru dalam pendidikan disosialisasikan lebih luas

DAFTAR PUSTAKA

25

Tirtarahardja, Umar. 1990.Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.


Hamalik, Oemar Dr.1994.Kurikulum dan Pembelajaran.Bandung: Bumi Aksara.
Nasution, Prof. Dr.1995.Sejarah Pendidikan Indonesia.Bandung: Bumi Aksara.
http://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/14/hakikat-manusia-dan-perkembangannya/
http://nisanisiniso.blogspot.com/2012/10/makalah-hakikat-manusia-dan.html

26

Anda mungkin juga menyukai