Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sasaran pendidikan adalah manusia. Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna
dimuka bumi ini mempunyai perbedaan dan kelebihan dengan makhluk-makhluk lain.
Akal, merupakan sesuatu hal yang dimiliki oleh manusia yang sangat berguna untuk
mengatur insting serta ego manusia itu sendiri agar tercapai tujuan kehidupannya.
Dengan akal, manusia bisa mempelajari makna serta hakikat kehidupan dimuka bumi
ini, tanpa akal, manusia tidak mempunyai perbedaan sedikitpun dengan makhluk yang
lainnya. Akal juga membutuhkan ilmu serta pengetahuan agar bisa berjalan dengan
fungsinya, hakikat manusia sebagai makhluk yang selalu membutuhkan ilmu
pengetahuan. Hakikat manusia bisa menjadi makhluk individual, makhluk sosial,
makhluk peadegogis dan manusia sebagai mahkluk yang beragama.
B. Rumusan Masalah.
Makalah ini membahas pokok bahasan tentang :
1. Mengapa orang yang berkecimpung di dunia pendidikan perlu mengkaji hakikat
manusia?
2. Pendekatan apa yang digunakan dalam pengkajian manusia?
3. Apa pengertian hakikat manusia?
4. Bagaimana tinjauan manusia secara evolusi?
C. Tujuan
1. Mahasiswa memahami pengertian hakikat manusia.
2. Mahasiswa dapat menerapkan hakikat manusia di dunia pendidikan.
3. Mahasiswa mengetahui tinjauan manusia secara evolusi.
BAB II
ISI

A. Hakikat Manusia
Alasan mengapa setiap mahasiswa LPTK ( Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan) dan orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan perlu mengakaji
hakikat manusia.
1. Pengkaji diharapkan mampu memiliki pandangan dan berpikir jauh kedepan tentang
hakekat manusia.
2. Tujuan institusional atau tujuan LPTK yang utama adalah melahirkan tenaga
kependidikan dalam berbagai posisi (guru dan nonguru). Manusia merupakan objek
sekaligus subjek pendidikan, sedangkan objek pendidikan adalah materi dan metode
dalam pendidikan. Manusia berkedudukan sebagai objek pendidikan apabila manusia
tersebut berkedudukan sebagai materi atau bahan pendidikan.
3. Dasar pandangan calon tenaga kependidikan tentang konsep manusia menentukan
bagaimana memperlakukan manusia lain dalam praktek pendidikan terkait dengan
tujuan pendidikan.
B. Pendakatan dalam Pengkajian Manusia
1. Pendekatan Multidisipliner
Pendekatan multidisipliner adalah pendekatan yang dalam mengakaji sesuatu
melibatkan beberapa disiplin ilmu secara berdiri sendiri. Dalam mengkaji manusia
berarti digunakan beberapa cabang ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, antara lain:
psikologi tentang hakikat makna dan perilaku manusia, pendidikan tentang upaya
pengubahan perilaku manusia, demografi tentang populasi manusia, biologi tentang
tubuh manusia, sosiologi tentang hakikat dan proses sosial para manusia, antropologi:
diantaranya tentang kebudayaan manusia.
2. Pendekatan Interdispliner
Perbedaan pendekatan Interdispliner dengan pendekatan multidisiplioner terletak pada
pengkajinya. Dalam pendekatan multidisiplioner pengkajinya adalah seorang spesialis,
sedangkan dalam interdisplioner pengkajinya adalah seorang generalis. Seorang
generalis, dalam mengkaji manusia, menguasai beberapa disiplin ilmu tentang manusia
sekaligus.

Pendekatan Yang Dipakai Dalam Pengkajian Ini


Pengkajian ini lebih banyak menggunakan pendekatan interdisipliner yaitu
menggunakan teori-teori dan konsep-konsep yang telah berkembang dalam berbagai
ilmu dan diramu secara efektif.

C. Beberapa Pengertian Tentang Hakikat Manusia


1. Kepustakaan Hindu (Ciwa) pada umumnya menyatakan bahwa “atman” manusia
datang langsung dari Tuhan (Bathara Ciwa) dan sekaligus merupakan penjelmaannya
2. Kepustakaan Agama Budha menggambarkan bahwa manusia adalah makhluk
sengsara, merupakan wadah dari “the absolute” yang hidupnya penuh dengan
kegelapan, sehingga tak sanggup melihat kenyataan.
3. Pendapat kaum pemikir kuno yang bercampur dengan mistik menyatakan bahwa
manusia adalah manifestasi yang paling komplit dan paling sempurna dari Tuhan Yang
Maha Esa. Oleh karena itu, manusia merupakan sari dari semua makhluk. Ia
merupakan mikrokosmos, dimana segala sesuatu ada dan berada dalam dirinya serta
memiliki kecerdasan. Akan tetapi karena ketidak ketelitiannya akan segala sesuatu
maka manusia hidup didalam ilusi, pura-pura, dan palsu.
3. Socrates menyatakan bahwa hakikat manusia terletak pada budinya, yang
memungkinkan untuk menentukan hikmah dan kebaikan. Sementara Plato menonjolkan
peran pikir yang dapat melahirkan budi baik, dengan demikian hakikat manusia terletak
pada idenya. Sedangkan Aristoteles menyatakan bahwa hakikat manusia terletak pada
pikirnya tetapi perlu dilengkapi dengan hasil pengamatan indera.
5. Sejumlah pemikir yang lebih kemudian cenderung terjadi perdebatan. Aliran
humanistik menyatakan bahwa manusia merupakan kemenyeluruhandalam segala
dimensinya. Spinosa menyatakan bahwa hakikat manusia sama dengan hakikat Tuhan
dan alam semesta. Voltaire menyatakan bahwa memerlukan 30 abad untuk memahami
struktur manusia dan selamanya untuk memahami sedikit jiwa manusia namun hanya
sebentar untuk membunuhnya. Notonagoro menyatakan bahwa manusia merupakan
makhluk monodualisme antara jiwa dan raga tidak dapat dipisahkan. Manusia memiki
sifat benda tak hidup, tumbuhan, dan hewani sekaligus.
6. Ahli biologi cenderung melihat hakikat manusia secara ragawi. Aktivitas jiwa
merupakan fungsi aktivitas otak. Democritus menganggap manusia itu adalah atom.
7. Para ahli psikologi lebih melihat hakikat manusia sabagai aktivitas rohani, jasmani
merupakan alat dari rohani.
8. Pandangan dari dari visi Islam sebagaimana tercermin dalam pandangan Al-
Jammaly, menyatakna bahwa manusia dam jagad pada hakikatnya merupakan satu
kesatuan. Manusia tidak dibenarkan mementingkan kebendaan atau kerohanian secara
tidak seimbang. Hakikat manusia merupakan paduan yang menyeluruh antara akal,
emosi, dan perbuatan. Manusia bukan penjelmaan Tuhan tetapi merupakan utusan
Tuhan di muka bumi. Sementara Al-Syaibani memandang manusia memiliki delapan
prinsip.
a) Manusia diciptakan dari segumpal darah atau mani;
b) Manusia khalifah di atas bumi dan diberi tugas untuk memakmurkannya secara
bebas namun akan diminta pertanggungjawabannya.
c) Manusia merupakan makhluk sosial dan berbahasa untuk berkomunikasi dalam
proses pendidikan.
d)Ada 3 unsur kepribadian manusia yaitu badan, ruh, dan akal. Kamajuan,
kebahagiaan, dan kesempurnaan pribadi tergantung keselarasan ketiga pokok tersebut.
e) Seluruh perwatakan manusia merupakan perpaduan antara bawaan dan lingkungan.
f)Manusia memiliki motivasi, kecenderungan dan kebutuhan dasar, baik melalui proses
pewarisan maupun sosialisasi.
g) Hakikat watak manusia adalah lentur dan luwes.
9.Manusia menurut Pancasila adalah monodualistik dan monopluralistik; keselarasan,
keserasian dan keseimbangan, integralistik; kebersamaan dan kekeluargaan.
Paham monodualistik menyatakan bahwa manusia pada hakikatnya adalah ciptaan
Tuhan yang memiliki hubungan yang serasi dengan Tuhan; kesatuan dari jasmani dan
rohani; mengalami kehidupan dunia dan akhirat; anggota dari suatu
masyarakat/bangsa; makhluk individu dan sosial.
Paham monopluralistik memandang bangsa Indoensia sebagai suatu kesatuan dari
unsur-unsur yang beraneka ragam. Keberagaman itu diciptakan Tuhan dengan prinsip
keselarasan, keserasian, dan keseimbangan. Manusia perlu menjaga prinsip-prinsip itu
agar tercapai nilai kebersamaan dan kekeluargaan.
Paham integralistik menyatakan bahwa tiap manusia perlu diakui dan dihormati
eksistensinya, hak dan kewajibannya. Begitu juga sebaliknya, sebagai individu,
manusia perlu menjaga kepentingan, keselamatan dan kesejahteraan masyarakat
seluruhnya. Dengan kebersamaan itu, bangsa Indonesia percaya akan mencapai
kesejahteraan dan kebahagiaan lahir batin.
Nilai-nilai dasar Pancasila yang sekarang berkembang menjadi norma norma
kehidupan bangsa Indonesia dapat dirinci sebagai berikut :
1. Keimanan dan Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2. Rasa keadilan
3. Keberadaban
4. Persatauan dan kesatuan
5. Mufakat
6. Kesejahteraan
7. Kebebasan.
Dengan demikian, pendidikan merupakan pengalaman belajar yang berlangsung dalam
segala lingkungan dan berlangsung sepanjang hayat.
D. Manusia: Tinjauan Secara Evolusi
Makhluk yang paling tidak teratur kondisinya adalah manusia, maka dengan sifat
keadilan-Nya Tuhan memberi perlakuan khusus kepada manusia yaitu diberi peraturan
khusus (wahyu berupa kitab suci) dan terlahir dalam kondisi tak berdaya.Yang dipunyai
manusia ketika lahir hanyalah potensi-potensi dengan bantuan orang lain berupa
pendidikan maka manusia dapat mengembangkan potensinya. Evolusi pada manusia
tidak hanya dalam pengertian biologi saja, melainkan menyangkut pula pengertian
dalam bidang kemampuan intelektual, tingkah laku, dan peradaban manusia.
1. Evolusi dalam Bidang Kemampuan Intektual
Bukti-bukti penemuan fosil manusia menunjukkan bahwa volume otak manusia purba
lebih kecil dibandingkan dengan otak manusia modern. Kecilnya volume otak diyakini
menunjukkan rendahnya kemampuan intelektualnya. Akan tetapi semenjak manusia
menemukan bahasa sebagai alat komunikasi perkembangan kemampuan
intelektualnya melampaui batas-batas perkembangan evolusi biologisnya (
koenntjaraningrat,1987). Dengan demikian kita dapat mengatakan, bahwa semenjak
manusia menemukan bahasa dan tulisan telah mulai ada revolusi ilmu dan revolusi
dalam pelaksanaan pendidikan.
2. Evolusi manusia dalam Bidang Tingkah Laku
Evolusi manusia dalam bidang tingkah laku terkait dengan perkembangan secara
evolusi dalam bidang biologisnya. Menurut (Barre,1954) semenjak evolusi biologis
sampai pada tahap yang memungkinkan kombinasi antara mata, tangan, dan
kemampuan berjalan tegak, mulai terjadi revolusi dalam tingkah laku manusia.
3. Evolusi Manusia dalam Perkembangan Peradaban
Margaret Mead, Sastrapratedja (1991) menyatakan bahwa, telah terjadi perkembangan
kebudayaan dari pasca-figuratif dan ko-figuratif menuju prafiguratif.
Kebudayaan pascafigurative adalah kebudayaan tradisional, dimana generasi terdahulu
dengan mudah mewariskan kebudayaannya kepada generasi berikutnya. Dalam
kebudayaan kofiguratif, teriring dengan perkembangan jumlah dan kemampuan
manusia, muncullah berbagai institusi social baru yang mempunyai tugas pewarisan
nilai antar generasi. Institusi baru itu diantaranya adalah lembaga pendidikan.
Selanjutnya dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka berbagai
aspek kehidupan berubah dengan cepat. Sesuatu kebudayaan baru belum mempola
sudah diganti dengan kebudayaan yang lebih baru lagi. Antara stimulus yang
bermunculan dengan respon jaraknya terlalu pendek. Dengan demikian tidak ada waktu
untuk mengolah stimulus yang bermunculan tersebut. Kebudayaan demikian disebut
pra-figuratif.

Wujud sifat hakekat manusia dalam membenahi konsep pendidikan yaitu:


a. Kemampuan menyadari diri.
b. Kemampuan bereksistensi.
c. Pemilikan kata hati.
d. Moral.
e. Kemampuan bertanggung jawab.
f. Rasa kebebasan (kemerdekaan).
g. Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak.
h. Kemampuan menghayati kebahagiaan.

Dimensi-dimsensi hakekat manusia:


Pada pembahasan telah diuraikan sifat hakikat manusia. Pada bagian ini sifat hakikat
tersebut akan di bahas lagi dimensi-dimensinya atau di tilik dari sisi lain. Ada empat
macam dimensi yang akan di bahas, yaitu

1. Dimensi keindividualan
2. Dimensi kesosialan
3. Dimensi kesusilaan
4. Dimensi keberagaman

1. Dimensi Keindividualan
Lysen mengartikan individu sebagai ”orang seorang” sesuatu yang merupakan suatu
keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya individu diartikan
sebagai pribadi . Karena adanya individualitas itu setiap orang memiliki kehendak,
perasaan, cita-cita, kecendrungan, semangat dan daya tahan yang berbeda.
Kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan ciri yang sangat
esensial dari adanya individualitas pada diri manusia. Sifat sifat sebagaimana di
gambarkan di atas secara potensial telah di miliki sejak lahir perlu ditumbuh
kembangkan melalui pendidikan agar bisa menjadi kenyataan. Sebab tanpa di bina,
melalui pendidikan, benih-benih individualitas yang sangat berharga itu yang
memungkinkan terbentuknya suatu kepribadian seseorang tidak akan terbentuk
semestinya sehingga seseorang tidak memiliki warna kepribadian yang khas sebagai
milikinya. Padahal fungsi utama pendidikan adalah membantu peserta didik untuk
membentuk kepripadiannya atau menemukan kediriannya sendiri. Pola pendidikan
yang bersifat demokratis dipandang cocok untuk mendorong bertumbuh dan
berkembangnya potensi individualitas sebagaimana dimaksud. Pola pendidikan yang
menghambat perkembangan individualitas (misalnya yang bersifat otoriter) dalam
hubungan ini disebut pendidikan yang patologis.

2.Dimensikesosialan
Setiap anak dikaruniai kemungkinan untuk bergaul. Artinya, setiap orang dapat saling
berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya terkandung untuk saling memberi dan
menerima.
Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampat lebih jelas pada dorongan untuk
bergaul. Dengan adanya dorogan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan
sesamanya.
Seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di dalam
interaksi dengan sesamanya. Seorang berkesempatan untuk belajar dari orang lain,
mengidentifikasi sifat-sifat yang di kagumi dari orang lain untuk dimilikinya, serta menolak
sifat yang tidak di cocokinya. Hanya di dalam berinteraksi dengan sesamanya, dalam
saling menerima dan memberi, seseorang menyadari dan menghayati kemanusiaanya.

3. Dimensi kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Akan
tetapi di dalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas
jika di dalam yang pantas atau sopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung.
Karena itu maka pengertian yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua
macam istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu, etiket (persoalan kepantasan
dan kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan). Kesusilaan diartikan mencakup etika
dan etiket.Persoaalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Pada
hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta
melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu adalah mahluk susila.

4. Dimensi Keberagaman
Pada hakikatnya manusia adalah mahluk religius. Beragama merupakan kebutuhan
manusia karena manusia adalah mahluk yang lemah sehingga memerlukan tempat
bertopang.
Manusia memerlukan agama demi kesalamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa
agama menjadi sandaran vertical manusia. Manusia dapat menghayati agama melalui
proses pendidikan agama. Pendidikan agama bukan semata-mata pelajaran agama
yang hanya memberikan pengetahuan tentang agama, jadi segi-segi afektif harus di
utamakan. Di samping itu mengembangkan kerukunan hidup di antara sesama umat
beragama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa perlu mendapat
perhatian.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada hakekatnya manusia adalah sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa,
diciptakan dalam bentuk paling sempurna. Manusia adalah makhluk spiritual
yang akan menjalani fase-fase peristiwa kehidupan baik sebelum lahir, sekarang
maupun setelah mati. Spiritual merupakan aspek non fisik yang mampu
memberikan kekuatan manusia untuk lebih dari sekedar hidup.
Jadi manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan sebagaimana juga makhluk-
makhluk yang lain di muka bumi ini dan setiap makhluk yang dijadikan itu
memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakan ia dengan makhluk lainnya.
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk utama dalam dunia alami, makhluk
yang berkemauan bebas, makhluk yang sadar dan sadar diri, kreatif, idealis,
serta makhluk moral. Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik,
yang secara prinsipil ( jadi bukan hanya gradual ) membedakan manusia dari
hewan.

B.
B. Saran
Sebagai civitas akademik yang berpendidikan, sebaikya mahasiswa memahami
pengertian hakikat manusia dan dapat menerapkan hakikat manusia di dunia
pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Munib, Achmad. 2010.Pengantar Ilmu Pendikan. Semarang: Unnes Press.


Tirtarahardja, Umar. 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Depddikbud.

http://everandmore.blogspot.com/2011/09/hakikat-manusia-dan-dimensi-
dimensinya.html (diunduh pada tanggal 12 Maret 2013 pukul 10.57 WIB).

http://iisratnaningsih.blogspot.com/2011/10/pemecahan-masalah-ekonomi-melalui.html
( diunduh pada 11 MARET 2013 pukul 7.46).

http://www.scribd.com/doc/38588449/PENGANTAR-ILMU-PENDIDIKAN#download
(diunduh pada 11 maret 2013 pukul jam 09.00).

Anda mungkin juga menyukai