Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA

HAKIKAT MANUSIA

DOSEN PENGAMPUH : Dr. RUSDIN DJIBU, M,PD

KELAS C

Kelompok 2

FEBRIANTI PRIMA PUTRI HALID 13462.22.021

SITI ANGGUNKASIH E. KATILI 13462.22.075

RINDI KARIM 13462.22.070

ULDAWATI KAHALI 13462.22.086

PRODI DII REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

STIKES BAKTI NUSANTARA GORONTALO

2022/2023

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan mengenai
mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, dengan judul “Hakikat Manusia”.

Dengan tulisan ini kami diharapkan mahasiswa mampu untuk memahami makna dari
Demokrasi Indonesia. Kami sadar tulisan ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak, agar bisa
menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya waktu belajar di bangku sekolah
menengah atas, saya yakin dalam pembuatan makalah ini masih banyak ditemukan kekurangan, oleh
karena itu saya sangat mengaharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Gorontalo, 29 September 2022

Hormat Kami

BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Sasaran pendidikan adalah manusia. Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna dimuka
bumi ini mempunyai perbedaan dan kelebihan dengan makhluk-makhluk lain. Akal, merupakan
sesuatu hal yang dimiliki oleh manusia yang sangat berguna untuk mengatur insting serta ego
manusia itu sendiri agar tercapai tujuan kehidupannya.
Dengan akal, manusia bisa mempelajari makna serta hakikat kehidupan dimuka bumi ini, tanpa
akal, manusia tidak mempunyai perbedaan sedikitpun dengan makhluk yang lainnya. Akal juga
membutuhkan ilmu serta pengetahuan agar bisa berjalan dengan fungsinya, hakikat manusia
sebagai makhluk yang selalu membutuhkan ilmu pengetahuan. Hakikat manusia bisa menjadi
makhluk individual, makhluk sosial, makhluk peadegogis dan manusia sebagai mahkluk yang
beragama.
B. RumusanMasalah

Makalah ini membahas pokok bahasan tentang :

1. Mengapa orang yang berkecimpung di dunia pendidikan perlu mengkaji hakikat manusia?
2. Pendekatan apa yang digunakan dalam pengkajian manusia?
3. Apa pengertian hakikat manusia?
4. Bagaimana tinjauan manusia secara evolusi?
C. Tujuan
1. Mahasiswa memahami pengertian hakikat manusia.
2. Mahasiswa dapat menerapkan hakikat manusia di dunia pendidikan.
3. Mahasiswa mengetahui tinjauan manusia secara evolusi.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Hakikat Manusia
Alasan mengapa setiap mahasiswa LPTK ( Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan)
dan orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan perlu mengakaji hakikat manusia.
1. Pengkaji diharapkan mampu memiliki pandangan dan berpikir jauh kedepan tentang
hakekat manusia.
2. Tujuan institusional atau tujuan LPTK yang utama adalah melahirkan tenaga
kependidikan dalam berbagai posisi (guru dan nonguru). Manusia merupakan objek
sekaligus subjek pendidikan, sedangkan objek pendidikan adalah materi dan metode
dalam pendidikan. Manusia berkedudukan sebagai objek pendidikan apabila manusia
tersebut berkedudukan sebagai materi atau bahan pendidikan.
3. Dasar pandangan calon tenaga kependidikan tentang konsep manusia menentukan
bagaimana memperlakukan manusia lain dalam praktek pendidikan terkait dengan
tujuan pendidikan.
B. Pendakatan dalam Pengkajian Manusia
1. PendekatanMultidisipliner
Pendekatan multidisipliner adalah pendekatan yang dalam mengakaji sesuatu
melibatkan beberapa disiplin ilmu secara berdiri sendiri. Dalam mengkaji manusia
berarti digunakan beberapa cabang ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, antara lain:
psikologi tentang hakikat makna dan perilaku manusia, pendidikan tentang upaya
pengubahan perilaku manusia, demografi tentang populasi manusia, biologi tentang
tubuh manusia, sosiologi tentang hakikat dan proses sosial para manusia, antropologi:
diantaranya tentang kebudayaan manusia.
2. Pendekatan Interdispliner
Perbedaan pendekatan Interdispliner dengan pendekatan multidisiplioner terletak pada
pengkajinya. Dalam pendekatan multidisiplioner pengkajinya adalah seorang spesialis,
sedangkan dalam interdisplioner pengkajinya adalah seorang generalis. Seorang
generalis, dalam mengkaji manusia, menguasai beberapa disiplin ilmu tentang manusia
sekaligus.
3. Pendekatan Yang Dipakai Dalam Pengkajian Ini
Pengkajian ini lebih banyak menggunakan pendekatan interdisipliner yaitu
menggunakan teori-teori dan konsep-konsep yang telah berkembang dalam berbagai
ilmu dan diramu secara efektif.
C. Beberapa Pengertian Tentang Hakikat Manusia
1. Kepustakaan Hindu (Ciwa) pada umumnya menyatakan bahwa “atman” manusia datang
langsung dari Tuhan (Bathara Ciwa) dan sekaligus merupakan penjelmaannya
2. Kepustakaan Agama Budha menggambarkan bahwa manusia adalah makhluk sengsara,
merupakan wadah dari “the absolute” yang hidupnya penuh dengan kegelapan, sehingga
tak sanggup melihat kenyataan.
3. Pendapat kaum pemikir kuno yang bercampur dengan mistik menyatakan bahwa
manusia adalah manifestasi yang paling komplit dan paling sempurna dari Tuhan Yang
Maha Esa. Oleh karena itu, manusia merupakan sari dari semua makhluk. Ia merupakan
mikrokosmos, dimana segala sesuatu ada dan berada dalam dirinya serta memiliki
kecerdasan. Akan tetapi karena ketidak ketelitiannya akan segala sesuatu maka manusia
hidup didalam ilusi, pura-pura, dan palsu.
3. Socrates menyatakan bahwa hakikat manusia terletak pada budinya, yang
memungkinkan untuk menentukan hikmah dan kebaikan. Sementara Plato menonjolkan
peran pikir yang dapat melahirkan budi baik, dengan demikian hakikat manusia terletak
pada idenya. Sedangkan Aristoteles menyatakan bahwa hakikat manusia terletak pada
pikirnya tetapi perlu dilengkapi dengan hasil pengamatan indera.
5. Sejumlah pemikir yang lebih kemudian cenderung terjadi perdebatan. Aliran
humanistik menyatakan bahwa manusia merupakan kemenyeluruhandalam segala
dimensinya. Spinosa menyatakan bahwa hakikat manusia sama dengan hakikat Tuhan dan
alam semesta. Voltaire menyatakan bahwa memerlukan 30 abad untuk memahami struktur
manusia dan selamanya untuk memahami sedikit jiwa manusia namun hanya sebentar
untuk membunuhnya. Notonagoro menyatakan bahwa manusia merupakan makhluk
monodualisme antara jiwa dan raga tidak dapat dipisahkan. Manusia memiki sifat benda
tak hidup, tumbuhan, dan hewani sekaligus.
6. Ahli biologi cenderung melihat hakikat manusia secara ragawi. Aktivitas jiwa
merupakan fungsi aktivitas otak. Democritus menganggap manusia itu adalah atom.
7. Para ahli psikologi lebih melihat hakikat manusia sabagai aktivitas rohani, jasmani
merupakan alat dari rohani.
8. Pandangan dari dari visi Islam sebagaimana tercermin dalam pandangan Al-Jammaly,
menyatakna bahwa manusia dam jagad pada hakikatnya merupakan satu kesatuan.
Manusia tidak dibenarkan mementingkan kebendaan atau kerohanian secara tidak
seimbang. Hakikat manusia merupakan paduan yang menyeluruh antara akal, emosi, dan
perbuatan. Manusia bukan penjelmaan Tuhan tetapi merupakan utusan Tuhan di muka
bumi. Sementara Al-Syaibani memandang manusia memiliki delapan prinsip.
a) Manusia diciptakan dari segumpal darah atau mani;
b) Manusia khalifah di atas bumi dan diberi tugas untuk memakmurkannya secara bebas
namun akan diminta pertanggungjawabannya.
c) Manusia merupakan makhluk sosial dan berbahasa untuk berkomunikasi dalam proses
pendidikan.
d)Ada 3 unsur kepribadian manusia yaitu badan, ruh, dan akal. Kamajuan, kebahagiaan,
dan kesempurnaan pribadi tergantung keselarasan ketiga pokok tersebut.
e) Seluruh perwatakan manusia merupakan perpaduan antara bawaan dan lingkungan.
f)Manusia memiliki motivasi, kecenderungan dan kebutuhan dasar, baik melalui proses
pewarisan maupun sosialisasi.
g) Hakikat watak manusia adalah lentur dan luwes.
9.Manusia menurut Pancasila adalah monodualistik dan monopluralistik; keselarasan,
keserasian dan keseimbangan, integralistik; kebersamaan dan kekeluargaan.
Paham monodualistik menyatakan bahwa manusia pada hakikatnya adalah ciptaan Tuhan
yang memiliki hubungan yang serasi dengan Tuhan; kesatuan dari jasmani dan rohani;
mengalami kehidupan dunia dan akhirat; anggota dari suatu masyarakat/bangsa; makhluk
individu dan sosial.
Paham monopluralistik memandang bangsa Indoensia sebagai suatu kesatuan dari unsur-
unsur yang beraneka ragam. Keberagaman itu diciptakan Tuhan dengan prinsip
keselarasan, keserasian, dan keseimbangan. Manusia perlu menjaga prinsip-prinsip itu
agar tercapai nilai kebersamaan dan kekeluargaan.
Paham integralistik menyatakan bahwa tiap manusia perlu diakui dan dihormati
eksistensinya, hak dan kewajibannya. Begitu juga sebaliknya, sebagai individu, manusia
perlu menjaga kepentingan, keselamatan dan kesejahteraan masyarakat seluruhnya.
Dengan kebersamaan itu, bangsa Indonesia percaya akan mencapai kesejahteraan dan
kebahagiaan lahir batin.
Nilai-nilai dasar Pancasila yang sekarang berkembang menjadi norma norma kehidupan
bangsa Indonesia dapat dirinci sebagai berikut :
1. Keimanan dan Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2. Rasa keadilan
3. Keberadaban
4. Persatauan dan kesatuan
5. Mufakat
6. Kesejahteraan
7. Kebebasan.
Dengan demikian, pendidikan merupakan pengalaman belajar yang berlangsung dalam
segala lingkungan dan berlangsung sepanjang hayat.
D. Manusia: Tinjauan Secara Evolusi
Makhluk yang paling tidak teratur kondisinya adalah manusia, maka dengan sifat
keadilan-Nya Tuhan memberi perlakuan khusus kepada manusia yaitu diberi peraturan
khusus (wahyu berupa kitab suci) dan terlahir dalam kondisi tak berdaya.Yang dipunyai
manusia ketika lahir hanyalah potensi-potensi dengan bantuan orang lain berupa
pendidikan maka manusia dapat mengembangkan potensinya. Evolusi pada manusia tidak
hanya dalam pengertian biologi saja, melainkan menyangkut pula pengertian dalam
bidang kemampuan intelektual, tingkah laku, dan peradaban manusia.
1. Evolusi dalam Bidang Kemampuan Intektual
Bukti-bukti penemuan fosil manusia menunjukkan bahwa volume otak manusia purba
lebih kecil dibandingkan dengan otak manusia modern. Kecilnya volume otak diyakini
menunjukkan rendahnya kemampuan intelektualnya. Akan tetapi semenjak manusia
menemukan bahasa sebagai alat komunikasi perkembangan kemampuan intelektualnya
melampaui batas-batas perkembangan evolusi biologisnya ( koenntjaraningrat,1987).
Dengan demikian kita dapat mengatakan, bahwa semenjak manusia menemukan bahasa
dan tulisan telah mulai ada revolusi ilmu dan revolusi dalam pelaksanaan pendidikan.
2. Evolusi manusia dalam Bidang Tingkah Laku
Evolusi manusia dalam bidang tingkah laku terkait dengan perkembangan secara evolusi
dalam bidang biologisnya. Menurut (Barre,1954) semenjak evolusi biologis sampai pada
tahap yang memungkinkan kombinasi antara mata, tangan, dan kemampuan berjalan
tegak, mulai terjadi revolusi dalam tingkah laku manusia.
3. Evolusi Manusia dalam Perkembangan Peradaban
Margaret Mead, Sastrapratedja (1991) menyatakan bahwa, telah terjadi perkembangan
kebudayaan dari pasca-figuratif dan ko-figuratif menuju prafiguratif.
Kebudayaan pascafigurative adalah kebudayaan tradisional, dimana generasi terdahulu
dengan mudah mewariskan kebudayaannya kepada generasi berikutnya. Dalam
kebudayaan kofiguratif, teriring dengan perkembangan jumlah dan kemampuan manusia,
muncullah berbagai institusi social baru yang mempunyai tugas pewarisan nilai antar
generasi. Institusi baru itu diantaranya adalah lembaga pendidikan. Selanjutnya dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka berbagai aspek kehidupan berubah
dengan cepat. Sesuatu kebudayaan baru belum mempola sudah diganti dengan
kebudayaan yang lebih baru lagi. Antara stimulus yang bermunculan dengan respon
jaraknya terlalu pendek. Dengan demikian tidak ada waktu untuk mengolah stimulus yang
bermunculan tersebut. Kebudayaan demikian disebut pra-figuratif.
Wujud sifat hakekat manusia dalam membenahi konsep pendidikan yaitu:
a. Kemampuan menyadari diri.
b. Kemampuan bereksistensi.
c. Pemilikan kata hati.
d. Moral.
e. Kemampuan bertanggung jawab.
f. Rasa kebebasan (kemerdekaan).
g. Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak.
h. Kemampuan menghayati kebahagiaan.
Dimensi-dimsensi hakekat manusia:
Pada pembahasan telah diuraikan sifat hakikat manusia. Pada bagian ini sifat hakikat tersebut
akan di bahas lagi dimensi-dimensinya atau di tilik dari sisi lain. Ada empat macam dimensi
yang akan di bahas, yaitu
1. Dimensi keindividualan
2. Dimensi kesosialan
3. Dimensi kesusilaan
4. Dimensi keberagaman
1. Dimensi Keindividualan
Lysen mengartikan individu sebagai ”orang seorang” sesuatu yang merupakan suatu keutuhan
yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya individu diartikan sebagai pribadi .
Karena adanya individualitas itu setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita,
kecendrungan, semangat dan daya tahan yang berbeda.
Kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan ciri yang sangat esensial dari
adanya individualitas pada diri manusia. Sifat sifat sebagaimana di gambarkan di atas secara
potensial telah di miliki sejak lahir perlu ditumbuh kembangkan melalui pendidikan agar bisa
menjadi kenyataan. Sebab tanpa di bina, melalui pendidikan, benih-benih individualitas yang
sangat berharga itu yang memungkinkan terbentuknya suatu kepribadian seseorang tidak akan
terbentuk semestinya sehingga seseorang tidak memiliki warna kepribadian yang khas sebagai
milikinya. Padahal fungsi utama pendidikan adalah membantu peserta didik untuk membentuk
kepripadiannya atau menemukan kediriannya sendiri. Pola pendidikan yang bersifat
demokratis dipandang cocok untuk mendorong bertumbuh dan berkembangnya potensi
individualitas sebagaimana dimaksud. Pola pendidikan yang menghambat perkembangan
individualitas (misalnya yang bersifat otoriter) dalam hubungan ini disebut pendidikan yang
patologis.
2. Dimensi kesosialan
Setiap anak dikaruniai kemungkinan untuk bergaul. Artinya, setiap orang dapat saling
berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya terkandung untuk saling memberi dan
menerima.
Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampat lebih jelas pada dorongan untuk bergaul.
Dengan adanya dorogan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya.
Seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di dalam interaksi
dengan sesamanya. Seorang berkesempatan untuk belajar dari orang lain, mengidentifikasi
sifat-sifat yang di kagumi dari orang lain untuk dimilikinya, serta menolak sifat yang tidak di
cocokinya. Hanya di dalam berinteraksi dengan sesamanya, dalam saling menerima dan
memberi, seseorang menyadari dan menghayati kemanusiaanya.
3. Dimensi kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi di
dalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika di dalam
yang pantas atau sopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung. Karena itu maka
pengertian yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah yang
mempunyai konotasi berbeda yaitu, etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika
(persoalan kebaikan). Kesusilaan diartikan mencakup etika dan etiket.
Persoaalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Pada hakikatnya manusia
memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta melaksanakannya sehingga
dikatakan manusia itu adalah mahluk susila.
4. Dimensi Keberagaman
Pada hakikatnya manusia adalah mahluk religius. Beragama merupakan kebutuhan manusia
karena manusia adalah mahluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang.
Manusia memerlukan agama demi kesalamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa agama
menjadi sandaran vertical manusia. Manusia dapat menghayati agama melalui proses
pendidikan agama. Pendidikan agama bukan semata-mata pelajaran agama yang hanya
memberikan pengetahuan tentang agama, jadi segi-segi afektif harus di utamakan. Di samping
itu mengembangkan kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan penganut
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa perlu mendapat perhatian.

Anda mungkin juga menyukai