Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH HAKIKAT MANUSIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Pendidikan


Agama

Dosen : Amri Amir.Lc. M.H

Disusun Oleh Kelompok I :

1. Achamd Rijali Araafi (21134002)


2. Adit Irwansyah (21742015)
3. Alfian Dwi Fajar (21080007)
4. Ahmad Harmaini (21080010)

MATA KULIAH WAJIB UNIVERSITAS

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Hakikat Manusia
B. Pendekatan dan Pengkajian Manusia
C. Beberapa Pengertian Tentang Hakikat Manusia
D. Manusia Tinjauan Secara Evolusi

BAN III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sasaran pendidikan adalah manusia. Manusia sebagai makhluk yang paling
sempurna dimuka bumi ini mempunyai perbedaan dan kelebihan dengan makhluk-
makhluk lain. Akal, merupakan sesuatu hal yang dimiliki oleh manusia yang sangat
berguna untuk mengatur insting serta ego manusia itu sendiri agar tercapai tujuan
kehidupannya.
Dengan akal, manusia bisa mempelajari makna serta hakikat kehidupan dimuka
bumi ini, tanpa akal, manusia tidak mempunyai perbedaan sedikitpun dengan
makhluk yang lainnya. Akal juga membutuhkan ilmu serta pengetahuan agar bisa
berjalan dengan fungsinya, hakikat manusia sebagai makhluk yang selalu
membutuhkan ilmu pengetahuan. Hakikat manusia bisa menjadi makhluk individual,
makhluk sosial, makhluk peadegogis dan manusia sebagai mahkluk yang beragama.
B. Rumusan Masalah.
Makalah ini membahas pokok bahasan tentang :
1. Mengapa orang yang berkecimpung di dunia pendidikan perlu mengkaji hakikat
manusia?
2. Pendekatan apa yang digunakan dalam pengkajian manusia?
3. Apa pengertian hakikat manusia?
4. Bagaimana tinjauan manusia secara evolusi?
C. Tujuan
1. Mahasiswa memahami pengertian hakikat manusia.
2. Mahasiswa dapat menerapkan hakikat manusia di dunia pendidikan.
3. Mahasiswa mengetahui tinjauan manusia secara evolusi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Manusia
Alasan mengapa setiap mahasiswa LPTK ( Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan)
dan orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan perlu mengakaji hakikat manusia.
1. Pengkaji diharapkan mampu memiliki pandangan dan berpikir jauh kedepan tentang
hakekat manusia.
2. Tujuan institusional atau tujuan LPTK yang utama adalah melahirkan tenaga
kependidikan dalam berbagai posisi (guru dan nonguru). Manusia merupakan objek
sekaligus subjek pendidikan, sedangkan objek pendidikan adalah materi dan metode
dalam pendidikan. Manusia berkedudukan sebagai objek pendidikan apabila manusia
tersebut berkedudukan sebagai materi atau bahan pendidikan.
3. Dasar pandangan calon tenaga kependidikan tentang konsep manusia menentukan
bagaimana memperlakukan manusia lain dalam praktek pendidikan terkait dengan tujuan
pendidikan.
B. Pendekatan dalam Pengkajian Manusia
1. Pendekatan Multidisipliner
Pendekatan multidisipliner adalah pendekatan yang dalam mengakaji sesuatu melibatkan
beberapa disiplin ilmu secara berdiri sendiri. Dalam mengkaji manusia berarti digunakan
beberapa cabang ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, antara lain: psikologi tentang
hakikat makna dan perilaku manusia, pendidikan tentang upaya pengubahan perilaku
manusia, demografi tentang populasi manusia, biologi tentang tubuh manusia, sosiologi
tentang hakikat dan proses sosial para manusia, antropologi: diantaranya tentang
kebudayaan manusia.
2. Pendekatan Interdispliner
Perbedaan pendekatan Interdispliner dengan pendekatan multidisiplioner terletak pada
pengkajinya. Dalam pendekatan multidisiplioner pengkajinya adalah seorang spesialis,
sedangkan dalam interdisplioner pengkajinya adalah seorang generalis. Seorang
generalis, dalam mengkaji manusia, menguasai beberapa disiplin ilmu tentang manusia
sekaligus.

Pendekatan Yang Dipakai Dalam Pengkajian Ini


Pengkajian ini lebih banyak menggunakan pendekatan interdisipliner yaitu menggunakan
teori-teori dan konsep-konsep yang telah berkembang dalam berbagai ilmu dan diramu
secara efektif.

C. Beberapa Pengertian Tentang Hakikat Manusia


1. Kepustakaan Hindu (Ciwa) pada umumnya menyatakan bahwa “atman” manusia
datang langsung dari Tuhan (Bathara Ciwa) dan sekaligus merupakan penjelmaannya
2. Kepustakaan Agama Budha menggambarkan bahwa manusia adalah makhluk sengsara,
merupakan wadah dari “the absolute” yang hidupnya penuh dengan kegelapan, sehingga
tak sanggup melihat kenyataan.
3. Pendapat kaum pemikir kuno yang bercampur dengan mistik menyatakan bahwa
manusia adalah manifestasi yang paling komplit dan paling sempurna dari Tuhan Yang
Maha Esa. Oleh karena itu, manusia merupakan sari dari semua makhluk. Ia merupakan
mikrokosmos, dimana segala sesuatu ada dan berada dalam dirinya serta memiliki
kecerdasan. Akan tetapi karena ketidak ketelitiannya akan segala sesuatu maka manusia
hidup didalam ilusi, pura-pura, dan palsu.
3. Socrates menyatakan bahwa hakikat manusia terletak pada budinya, yang
memungkinkan untuk menentukan hikmah dan kebaikan. Sementara Plato menonjolkan
peran pikir yang dapat melahirkan budi baik, dengan demikian hakikat manusia terletak
pada idenya. Sedangkan Aristoteles menyatakan bahwa hakikat manusia terletak pada
pikirnya tetapi perlu dilengkapi dengan hasil pengamatan indera.
5. Sejumlah pemikir yang lebih kemudian cenderung terjadi perdebatan. Aliran
humanistik menyatakan bahwa manusia merupakan kemenyeluruhandalam segala
dimensinya. Spinosa menyatakan bahwa hakikat manusia sama dengan hakikat Tuhan
dan alam semesta. Voltaire menyatakan bahwa memerlukan 30 abad untuk memahami
struktur manusia dan selamanya untuk memahami sedikit jiwa manusia namun hanya
sebentar untuk membunuhnya. Notonagoro menyatakan bahwa manusia merupakan
makhluk monodualisme antara jiwa dan raga tidak dapat dipisahkan. Manusia memiki
sifat benda tak hidup, tumbuhan, dan hewani sekaligus.
6. Ahli biologi cenderung melihat hakikat manusia secara ragawi. Aktivitas jiwa
merupakan fungsi aktivitas otak. Democritus menganggap manusia itu adalah atom.
7. Para ahli psikologi lebih melihat hakikat manusia sabagai aktivitas rohani, jasmani
merupakan alat dari rohani.
8. Pandangan dari dari visi Islam sebagaimana tercermin dalam pandangan Al-Jammaly,
menyatakna bahwa manusia dam jagad pada hakikatnya merupakan satu kesatuan.
Manusia tidak dibenarkan mementingkan kebendaan atau kerohanian secara tidak
seimbang. Hakikat manusia merupakan paduan yang menyeluruh antara akal, emosi, dan
perbuatan. Manusia bukan penjelmaan Tuhan tetapi merupakan utusan Tuhan di muka
bumi. Sementara Al-Syaibani memandang manusia memiliki delapan prinsip.
a) Manusia diciptakan dari segumpal darah atau mani;
b) Manusia khalifah di atas bumi dan diberi tugas untuk memakmurkannya secara bebas
namun akan diminta pertanggungjawabannya.
c) Manusia merupakan makhluk sosial dan berbahasa untuk berkomunikasi dalam proses
pendidikan.
d)Ada 3 unsur kepribadian manusia yaitu badan, ruh, dan akal. Kamajuan, kebahagiaan,
dan kesempurnaan pribadi tergantung keselarasan ketiga pokok tersebut.
e) Seluruh perwatakan manusia merupakan perpaduan antara bawaan dan lingkungan.
f)Manusia memiliki motivasi, kecenderungan dan kebutuhan dasar, baik melalui proses
pewarisan maupun sosialisasi.
g) Hakikat watak manusia adalah lentur dan luwes.
9.Manusia menurut Pancasila adalah monodualistik dan monopluralistik; keselarasan,
keserasian dan keseimbangan, integralistik; kebersamaan dan kekeluargaan.
Paham monodualistik menyatakan bahwa manusia pada hakikatnya adalah ciptaan Tuhan
yang memiliki hubungan yang serasi dengan Tuhan; kesatuan dari jasmani dan rohani;
mengalami kehidupan dunia dan akhirat; anggota dari suatu masyarakat/bangsa; makhluk
individu dan sosial.
Paham monopluralistik memandang bangsa Indoensia sebagai suatu kesatuan dari unsur-
unsur yang beraneka ragam. Keberagaman itu diciptakan Tuhan dengan prinsip
keselarasan, keserasian, dan keseimbangan. Manusia perlu menjaga prinsip-prinsip itu
agar tercapai nilai kebersamaan dan kekeluargaan.
Paham integralistik menyatakan bahwa tiap manusia perlu diakui dan dihormati
eksistensinya, hak dan kewajibannya. Begitu juga sebaliknya, sebagai individu, manusia
perlu menjaga kepentingan, keselamatan dan kesejahteraan masyarakat seluruhnya.
Dengan kebersamaan itu, bangsa Indonesia percaya akan mencapai kesejahteraan dan
kebahagiaan lahir batin.
Nilai-nilai dasar Pancasila yang sekarang berkembang menjadi norma norma kehidupan
bangsa Indonesia dapat dirinci sebagai berikut :
1. Keimanan dan Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2. Rasa keadilan
3. Keberadaban
4. Persatauan dan kesatuan
5. Mufakat
6. Kesejahteraan
7. Kebebasan.
Dengan demikian, pendidikan merupakan pengalaman belajar yang berlangsung dalam
segala lingkungan dan berlangsung sepanjang hayat.
D. Manusia: Tinjauan Secara Evolusi
Makhluk yang paling tidak teratur kondisinya adalah manusia, maka dengan sifat
keadilan-Nya Tuhan memberi perlakuan khusus kepada manusia yaitu diberi peraturan
khusus (wahyu berupa kitab suci) dan terlahir dalam kondisi tak berdaya.Yang dipunyai
manusia ketika lahir hanyalah potensi-potensi dengan bantuan orang lain berupa
pendidikan maka manusia dapat mengembangkan potensinya. Evolusi pada manusia tidak
hanya dalam pengertian biologi saja, melainkan menyangkut pula pengertian dalam
bidang kemampuan intelektual, tingkah laku, dan peradaban manusia.
1. Evolusi dalam Bidang Kemampuan Intektual
Bukti-bukti penemuan fosil manusia menunjukkan bahwa volume otak manusia purba
lebih kecil dibandingkan dengan otak manusia modern. Kecilnya volume otak diyakini
menunjukkan rendahnya kemampuan intelektualnya. Akan tetapi semenjak manusia
menemukan bahasa sebagai alat komunikasi perkembangan kemampuan intelektualnya
melampaui batas-batas perkembangan evolusi biologisnya ( koenntjaraningrat,1987).
Dengan demikian kita dapat mengatakan, bahwa semenjak manusia menemukan bahasa
dan tulisan telah mulai ada revolusi ilmu dan revolusi dalam pelaksanaan pendidikan.
2. Evolusi manusia dalam Bidang Tingkah Laku
Evolusi manusia dalam bidang tingkah laku terkait dengan perkembangan secara evolusi
dalam bidang biologisnya. Menurut (Barre,1954) semenjak evolusi biologis sampai pada
tahap yang memungkinkan kombinasi antara mata, tangan, dan kemampuan berjalan
tegak, mulai terjadi revolusi dalam tingkah laku manusia.
3. Evolusi Manusia dalam Perkembangan Peradaban
Margaret Mead, Sastrapratedja (1991) menyatakan bahwa, telah terjadi perkembangan
kebudayaan dari pasca-figuratif dan ko-figuratif menuju prafiguratif.
Kebudayaan pascafigurative adalah kebudayaan tradisional, dimana generasi terdahulu
dengan mudah mewariskan kebudayaannya kepada generasi berikutnya. Dalam
kebudayaan kofiguratif, teriring dengan perkembangan jumlah dan kemampuan manusia,
muncullah berbagai institusi social baru yang mempunyai tugas pewarisan nilai antar
generasi. Institusi baru itu diantaranya adalah lembaga pendidikan. Selanjutnya dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka berbagai aspek kehidupan berubah
dengan cepat. Sesuatu kebudayaan baru belum mempola sudah diganti dengan
kebudayaan yang lebih baru lagi. Antara stimulus yang bermunculan dengan respon
jaraknya terlalu pendek. Dengan demikian tidak ada waktu untuk mengolah stimulus
yang bermunculan tersebut. Kebudayaan demikian disebut pra-figuratif.

Wujud sifat hakekat manusia dalam membenahi konsep pendidikan yaitu:


a. Kemampuan menyadari diri.
b. Kemampuan bereksistensi.
c. Pemilikan kata hati.
d. Moral.
e. Kemampuan bertanggung jawab.
f. Rasa kebebasan (kemerdekaan).
g. Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak.
h. Kemampuan menghayati kebahagiaan.

Dimensi-dimsensi hakekat manusia:


Pada pembahasan telah diuraikan sifat hakikat manusia. Pada bagian ini sifat hakikat
tersebut akan di bahas lagi dimensi-dimensinya atau di tilik dari sisi lain. Ada empat
macam dimensi yang akan di bahas, yaitu

1. Dimensi keindividualan
2. Dimensi kesosialan
3. Dimensi kesusilaan
4. Dimensi keberagaman

1. Dimensi Keindividualan
Lysen mengartikan individu sebagai ”orang seorang” sesuatu yang merupakan suatu
keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya individu diartikan sebagai
pribadi . Karena adanya individualitas itu setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-
cita, kecendrungan, semangat dan daya tahan yang berbeda.
Kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan ciri yang sangat esensial
dari adanya individualitas pada diri manusia. Sifat sifat sebagaimana di gambarkan di atas
secara potensial telah di miliki sejak lahir perlu ditumbuh kembangkan melalui
pendidikan agar bisa menjadi kenyataan. Sebab tanpa di bina, melalui pendidikan, benih-
benih individualitas yang sangat berharga itu yang memungkinkan terbentuknya suatu
kepribadian seseorang tidak akan terbentuk semestinya sehingga seseorang tidak
memiliki warna kepribadian yang khas sebagai milikinya. Padahal fungsi utama
pendidikan adalah membantu peserta didik untuk membentuk kepripadiannya atau
menemukan kediriannya sendiri. Pola pendidikan yang bersifat demokratis dipandang
cocok untuk mendorong bertumbuh dan berkembangnya potensi individualitas
sebagaimana dimaksud. Pola pendidikan yang menghambat perkembangan individualitas
(misalnya yang bersifat otoriter) dalam hubungan ini disebut pendidikan yang patologis.
2. Dimensi kesosialan
Setiap anak dikaruniai kemungkinan untuk bergaul. Artinya, setiap orang dapat saling
berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya terkandung untuk saling memberi dan
menerima.
Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampat lebih jelas pada dorongan untuk
bergaul. Dengan adanya dorogan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan
sesamanya.
Seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di dalam
interaksi dengan sesamanya. Seorang berkesempatan untuk belajar dari orang lain,
mengidentifikasi sifat-sifat yang di kagumi dari orang lain untuk dimilikinya, serta
menolak sifat yang tidak di cocokinya. Hanya di dalam berinteraksi dengan sesamanya,
dalam saling menerima dan memberi, seseorang menyadari dan menghayati
kemanusiaanya.
3. Dimensi kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi
di dalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika di
dalam yang pantas atau sopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung. Karena itu
maka pengertian yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah
yang mempunyai konotasi berbeda yaitu, etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan)
dan etika (persoalan kebaikan). Kesusilaan diartikan mencakup etika dan etiket.
Persoaalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Pada hakikatnya
manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta
melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu adalah mahluk susila.
4. Dimensi Keberagaman
Pada hakikatnya manusia adalah mahluk religius. Beragama merupakan kebutuhan
manusia karena manusia adalah mahluk yang lemah sehingga memerlukan tempat
bertopang.
Manusia memerlukan agama demi kesalamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa agama
menjadi sandaran vertical manusia. Manusia dapat menghayati agama melalui proses
pendidikan agama. Pendidikan agama bukan semata-mata pelajaran agama yang hanya
memberikan pengetahuan tentang agama, jadi segi-segi afektif harus di utamakan. Di
samping itu mengembangkan kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa perlu mendapat perhatian.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pada hakekatnya manusia adalah sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, diciptakan
dalam bentuk paling sempurna. Manusia adalah makhluk spiritual yang akan menjalani
fase-fase peristiwa kehidupan baik sebelum lahir, sekarang maupun setelah mati. Spiritual
merupakan aspek non fisik yang mampu memberikan kekuatan manusia untuk lebih dari
sekedar hidup.
Jadi manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan sebagaimana juga makhluk-makhluk yang
lain di muka bumi ini dan setiap makhluk yang dijadikan itu memiliki ciri-ciri tertentu
yang membedakan ia dengan makhluk lainnya.
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk utama dalam dunia alami, makhluk yang
berkemauan bebas, makhluk yang sadar dan sadar diri, kreatif, idealis, serta makhluk
moral. Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil
( jadi bukan hanya gradual ) membedakan manusia dari hewan.
B. Saran
Sebagai civitas akademik yang berpendidikan, sebaikya mahasiswa memahami
pengertian hakikat manusia dan dapat menerapkan hakikat manusia di dunia pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Munib, Achmad. 2010.Pengantar Ilmu Pendikan. Semarang: Unnes Press.


Tirtarahardja, Umar. 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Depddikbud.

http://everandmore.blogspot.com/2011/09/hakikat-manusia-dan-dimensi-dimensinya.html
(diunduh pada tanggal 12 Maret 2013 pukul 10.57 WIB).

http://iisratnaningsih.blogspot.com/2011/10/pemecahan-masalah-ekonomi-melalui.html
( diunduh pada 11 MARET 2013 pukul 7.46).

http://www.scribd.com/doc/38588449/PENGANTAR-ILMU-PENDIDIKAN#download
(diunduh pada 11 maret 2013 pukul jam 09.00).

Anda mungkin juga menyukai