(Pertemuan Kedua) A. Kelompok 1 a. Pengertian Landasan Pendidikan Landasan pendidikan adalah asumsi yang menjadi tumpuan atau titik pijakan dalak konteks praktik pendidikan atau penelitian pendidikan. b. Pengertian Menurut Para Ahli Menurut Fred North Vohitehead pendidikan adalah tuntunan pribadi menuju pemahaman akan seni kehidupan. Lalu, menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan dilihat sebagai tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak – anak, yang senantiasa menuntun kekuatan kodrat mereka agar mencapai kebahagiaan yang setinggi – tinggi. Menurut UU no. 2 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperluakan oleh dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. c. Urgensi Landasan Pendidikan i. Untuk membangun landasan pendidikan yang kokoh ii. Sebagai tolok ukur/dasar dalam studi pendidikan iii.Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional iv.Untuk menjadikan sumber daya manusia yang cerdas v. Landasan pendidikan menjadi pendoman yang konkret d. Fungsi & Landasan Pendidikan Misi utama landasan pendidikan ini adalah sebagai pengembangan wawasan kependidikan yang berhubungan dengan berbagai asumsi umum tentang pendidikan yang harus dipilih dan diadopsi oleh tenaga pendidikan sehingga menjadi cara pandang dan bersikap dalam mengajar. Berbagai asumsi pendidikan yang telah dipilih dan diadopsi oleh seorang tenaga pengajar akan memberikan dasar rujukan konseptual mengenai praktik mengajarnya. Jadi, fungsi landasan pendidikan adalah sebagai dasar dalam praktik pendidikan dana tau studi pendidikan. Nama : Akmal Zaidan Gymnastiar NIM : 2003432 e. Jenis – jenis Landasan Pendidikan i. Landasan Religius Pendidikan Asumsi – asumsi yang bersumber dari religi atau agama yang menjadi titik tolak dalam rangka praktik pendidikan. ii. Landasan Filosofis Pendidikan Asumsi yang dideduksi dari asumsi – asumsi filsafat umum (metafisika, epistemologi, dan aksiologi) yang bersifat preskriptif dari suatu aliran filsafat tertentu. iii. Landasan Ilmiah Pendidikan Asumsi – asumsi yang bersumber dari berbagai cabang atau disiplin ilmu yang menjadi titik tolak dalam rangka praktik pendidikan. Ada beberapa landasan yang tergolong landasan ilmiah pendidikan, yaitu : 1. Landasan Psikologis Pendidikan 2. Landasan Sosiologis Pendidikan 3. Landasan Antropologis Pendidikan 4. Landasan Historis Pendidikan 5. Landasan Ekonomik Pendidikan 6. Landasan IPTEK iv. Landasan Yuridis/Hukum Pendidikan Asumsi – asumsi yang bersumber dari peraturan perundang – undangan yang berlaku yang menjadi titik tolak dalam rangka praktik pendidikan. f. Ruang Lingkup Landasan Pendidikan Ruang lingkup landasan pendidikan adalah batasan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Ruang lingkup Landasan Pendidikan meliputi : i. Landasan Filosofis Pendidikan ii. Landasan Sosiologis iii. Landasan Kulturan iv. Landasan Psikologis Nama : Akmal Zaidan Gymnastiar NIM : 2003432 v. Landasan Ilmiah dan Teknologis. Nama : Akmal Zaidan Gymnastiar NIM : 2003432 B. Kelompok 2 a. Hakikat Manusia Adapun hakikat manusia sebagai berikut : 1. Makhluk dari Tuhan Yang Maha Esa Menurut evolusionisme menyatakan bahwa manusia merupakan mata rantai tertinggi dari hasil evolusi yang terjadi di alam semesta. Keberadaan manusia sama halnya dengan alam semesta yaitu ada dengan sendirinya dan berkembang dari alam semesta ini tanpa adanya campur tangan Tuhan. Namun pernyataan tersebut ditolak oleh aliran kreasionisme yang menyatakan bahwa manusia itu diciptakan sebagai mana alam semesta yang diciptakan oleh suatu kratif kaus atau personality yang disebut Tuhan Yang Maha Esa. Secara filosofis, penolakan tersebut didasarkan pada empat argument, yaitu: i. Argumen ontologis. Semua manusia memiliki ide tentang Tuhan. ii. Argumenkosmologis. Segala sesuatu yang ada mesti mempunyai satu sebab. iii.Argumen teologis. Segala sesuatu memiliki tujuan iv. Argumen moral. Manusia memiliki moral 2. Kesatuan Badani dan Rohani Terdapat tiga pandangan tentang hubungan badani dan rohani, yaitu: i. Menurut Julien de La Mettrie sebagai seorang Epihenomenalisme menyatakan bahwa esensi dari kehidupan adalah sebatas hubungan badani saja. Sebab itu segala hal tentang kejiwaan diyakini hanya sebagai resonansi dari aktivitas fisik tersebut ii. Menurut Plato sebagai Spiritualisme menyatakan bahwa esensi kehidupan manusia bersifat kejiwaan atau rohani. Walau demikian Plato tidak serta merta mengingkari adanya fisik atau tubuh. Namun, menurut dia jiwa ini memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan badan., jiwa ini berperan memimpin badan artinya jiwalah yang memengaruhi badan oleh karena itu badan memiliki ketergantungan terhadap jiwa. iii. Menurut Rene Descartes sebagai Paralelisme menyatakan bahwa esensi manusia terdiri dari badan dan jiwa. Kedua esensi tersebut berbeda, oleh karena itu tidak ada hubungannya dari jiwa dan badan. Namun demikian setiap peristiwa kejiwaan ini selalu parallel dengan peristiwa badaniah atau sebaliknya. Namun ketiga pandangan tersebut ditolak oleh E. F. Schumacher yang menyatakan bahwa manusia ini satu kesatuan dari peristiwa badani dan rohani yang secara principal ini berbeda dengan benda , tumbuhan, dan tuhan. Sejalan dengan pernyataan tersebut Nama : Akmal Zaidan Gymnastiar NIM : 2003432 Abdurahman Sholih Abdullah menyatakan manusia ini tersusun dari hal yang berbeda, ruh, dan badan namun manusia ini merupakan kesatuan pribadi yang integral 3. Individualitas/Personalitas i. Manusia sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dibagi artinya manusia ini tidak hanya sebagai anggota dalam lingkungan kerja akan tetapi berperan juga sebagai individual. ii. Manusia memiliki perbedaan dengan yang lainnya sehingga bersifat unik artinya perbedaan tersebut berkenaan dengan misalnya postur tubuh, cara berpikir, minat, cita – cita, serta tujuannya. iii.Subjek yang otonom, dikarenakan manusia memiliki subjektivitas atau kedirisendirian artinya manusia ini hakikatnya sebagai objek yakni manusia bebas menentukan nasibnya sendiri. 4. Sosialitas i. Aristoteles menyebut manusia sebagai makhluk social atau makhluk bermasyarakat (Ernst Cassirer, 1987). ii. Terdapat hubungan timbal baik antara individu dengan masyarakatnya. Pernyataan Ernst Cassirer dan Theo Huijbers (Soerjanto P. dan K. Beriens, 1983). iii. Terdapat pengruh individu terhadap masyarakatnya (Iqbal, 1987). iv.Hubungan antara individu dengan sesamanya adalah hubungan subjek dengan subjek yang oleh Martin Buber disebut hubungan I-Thou / Aku- Engkau (Maurice S. Friedman, 1954)/ v. Terdapat keseimbangan antara individualitas dan sosialitas pada manusia. 5. Keberbudayaan Kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar. 3 Jenis wujud kebudayaan : i. Sebagai kompleks dari ide-ide, ilmu pengetahuan, norma-norma, peraturan-peraturan, dsb; ii. Sebagai kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat; iii. Sebagai benda-benda hasil karya manusia
Manusia hidup berbudaya dan membudaya.
Manusia baru menjadi manusia karena dan bersama kebudayaannya. Kebudayaan juga disinyalir telah menimbulkan krisis antropologis. Nama : Akmal Zaidan Gymnastiar NIM : 2003432 Kebudayaan tidak bersifat statis, melainkan dinamis. Masyarakat kadang terombang-ambing diantara dua kecenderungan yakni konservatif atau inovatif. 6. Moralitas Yaitu manusia memiliki dimensi realitas manusia memiliki dimensi moralitas Karena ia memiliki kata hati yang dapat membedakan antara baik dan jahat Adapun Menurut Immanuel kant pada manusia terdapat rasio praktis yang memberikan perintah mutlak atau categorical imperative misalnya Ketika anda meminjam buku atau meminjam uang kepada teman maka kata hati Anda mengatakan untuk mengembalikannya sebagai subjek yang otonom atau memiliki kebebasan manusia selalu dihadapkan pada suatu alternatif tindakan atau perbuatan yang harus dipilihnya Adapun kebebasan untuk bertindak atau berbuat selalu berhubungan dengan norma-norma moral dan nilai-nilai moral yang juga harus dipilihnya Karena manusia mempunyai kebebasan memilih untuk bertindak atau berbuat maka selalu ada penilaian moral atau tuntutan pertanggungjawaban atas setiap perbuatannya 7. Keberagaman Keragaman merupakan salah satu karakteristik esensial eksistensi manusia yang terungkap dalam bentuk pengakuan atau keyakinan akan kebenaran suatu agama yang diwujudkan dalam sikap dan perilakunya hal ini terdapat pada manusia manapun baik dalam rentang waktu dulu sekarang atau masa yang akan datang maupun dalam rentang geografis di mana manusia berada seperti yang telah kita pahami manusia memiliki potensi untuk mampu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa nilai Tuhan pun telah menurunkan wahyu melalui utusan utusannya dan telah menggelar tanda- tanda di alam semesta untuk dipikirkan oleh manusia agar manusia beriman dan bertakwa kepadanya dalam keberagaman manusia dapat merasakan hidupnya menjadi bermakna ia memperoleh kejelasan tentang asal-usulnya dasar hidupnya tata cara hidupnya dan menjadi jelas-jelas Arah tujuannya akan kemana. 8. Historitas Kapan adalah historisitas eksistensi manusia memiliki dimensi Artinya bahwa keberadaan manusia pada saat ini terpaut kepada masa lalunya ia belum selesai mewujudkan dirinya sebagai manusia ia mengarah ke masa depan untuk mencapai tujuan hidupnya di atas memiliki fungsi untuk membangun eksistensi manusia sehubungan dengan ini menyatakan bahwa manusia harus tahu siapa dia tadinya untuk menjadi sadar kemungkinan menjadi apa dia nantinya masa lampaunya yang historis adalah Faktor dasar yang tidak dapat dihindarkan bagi masa depannya manusia telah melampaui masa lalunya Adapun keberadaannya pada saat ini adalah sedang dalam Nama : Akmal Zaidan Gymnastiar NIM : 2003432 perjalanan ke dalam perkembangan dan pengembangan diri sejak kelahirannya manusia memang adalah manusia tetapi ia juga harus terus berjuang untuk hidup sesuai kodrat dan martabat kemanusiaannya karena itu ia belum selesai menjadi manusia belum selesai mengaktualisasikan dirinya demi mencapai tujuan hidupnya tujuan hidup manusia mencakup tiga dimensi yang pertama yaitu dimensi ruang yaitu di sini di sana dan di dunia akhirat yang kedua dimensi waktu yaitu masa sekarang dan masa yang akan datang dan yang ke-3 dimensi nilai yaitu baik atau tidak baik sesuai dengan agama dan budaya yang diakuinya Adapun esensi tujuan hidup manusia tiada lain adalah untuk mencapai keselamatan atau kebahagiaan di dunia dan di akhirat atau untuk mendapatkan Ridho dari Tuhan Yang Maha Esa 9. Komunikasi Iya atau interaksi dalam rangka mencapai tujuan hidupnya manusia berinteraksi atau berkomunikasi komunikasi atau interaksi ini dilakukan baik secara vertikal yaitu dengan Tuhannya Dan secara horizontal yaitu dengan alam sesama manusia serta budayanya bahkan dengan dirinya sendiri demikianlah interaksi atau komunikasi bersifat multidimensi. 10. Dinamika Dinamika menurut entry jarak Arab SD pada tahun 1986 menyatakan bahwa manusia mempunyai atau berupa dinamika artinya manusia tidak pernah berhenti selalu dalam keaktifan baik dalam aspek sosiologis maupun spiritualnya dinamika mempunyai arah horizontal atau ke arah sesama dan dunia maupun arah TransTV tal yaitu ke arah yang mutlak Adapun dinamika itu adalah Untuk penyempurnaan diri baik dalam hubungannya dengan sesama dunia dan Tuhan manusia adalah subjek sebab itu ia dapat mengontrol dinamikanya Namun demikian karena ia adalah kesatuan jasmani rohani yang mana ia dibekali nafsu sebagai insan sosial dan sebagainya maka dinamika itu tidak sepenuhnya selalu dapat dikuasainya terkadang muncul dorongan- dorongan negatif yang bertentangan dengan apa yang seharusnya kadang muncul pengaruh negatif dari sesamanya yang tidak sesuai dengan kehendaknya kadang muncul kesombongan yang tidak seharusnya diwujudkan ada individualitasnya terlalu dominan atau sosialitas nya sehubungan dengan itu idealnya manusia harus secara sengaja dan secara Principal menguasai dirinya agar dinamika itu betul-betul sesuai dengan arah yang seharusnya. 11. Eksistensi Manusia Manusia memiliki dimensi dinamika sebab itu eksistensi manusia bersifat dinamis bagi manusia bereksistensi berarti mengadakan dirinya secara aktif bereksistensi berarti merencanakan berbuat dan menjadi permasalahannya manusia itu bereksistensi untuk menjadi siapa eksistensi Manusia tiada lain adalah untuk menjadi manusia inilah tugas yang diembannya tugasnya ia Nama : Akmal Zaidan Gymnastiar NIM : 2003432 harus menjadi manusia ideal yaitu manusia yang diharapkan dicita-citakan atau menjadi manusia yang seharusnya idealitas atau keharusan cita-cita atau harapan bersumber dari Tuhan melalui ajaran agama yang diturunkan nya bersumber dari sesama dan budayanya bahkan dari diri manusia itu sendiri Adapun manusia ideal yang dimaksud adalah manusia yang mampu mewujudkan berbagai potensinya secara optimal sehingga beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia sehat cerdas berperasaan berkemauan dan mampu berkarya Selain itu mampu memenuhi berbagai kebutuhannya secara wajar mampu mengendalikan hawa nafsunya berkepribadian bermasyarakat dan berbudaya. b. Prinsip-prinsip Antropologis Keharusan Pendidikan : Manusia sebagai Makhluk yang Perlu di Didik dan Mendidik Diri 1. Prinsip Historisitas Sebagaimana dijelaskan oleh Tatang Syaripudin (2008), dan MI.Soelaeman (1985) bahwa eksistensi manusia terpaut dengan masa lalunya sekaligus mengarah ke masa depan untuk mencapai tujuan hidupnya. Dengan demikian, manusia berada dalam perjalanan hidup, dalam perkembangan dan pengembangan diri. Ia adalah manusia tetapi sekaligus “belum selesai” mewujudkan dirinya sebagai manusia. 2. Prinsip Idealis Bersamaan dengan hal sebelumnya, dalam eksistensinya manusia mengemban tugas untuk menjadi manusia ideal. Sosok manusia ideal merupakan gambaran manusia yang dicita-citakan atau yang seharusnya. Sebab itu, sosok manusia ideal tersebut belum terwujudkan melainkan harus diupayakan untuk diwujudkan. 3. Prinsip Posibilitas / Aktualitas Perkembangan manusia yang bersifat terbuka. Maksudnya manusia memiliki berbagai kemapuan yang tidak dibawa dari kelahirannya, melainkan didapatkan setelah kelahirannya dalam perkembangan menuju kedewasaan dan dalam pembentukan kemampuan ini dapat dirangkum dalam istilah pendidikan c. Prinsip-prinsip Kemungkinan Pendidikan: Manusia sebagai Makhluk yang Dapat Dididik Ada 5 prinsip antropologis yang melandasi kemungk inan manusia akan dapat dididik , yaitu : 1. Potensialitas Manusia memiliki berbagai potensi. Sebab itu, manusia akan dapat dididik karena ia memiliki potensi untuk menjadi manusia ideal. 2. Dinamika Manusia (peserta didik) itu sendiri memiliki dinamika untuk menjadi manusia ideal. Manusia (peserta didik) selalu aktif baik dalam aspek fisiologik maupun spiritualnya Nama : Akmal Zaidan Gymnastiar NIM : 2003432 3. Individualitas Individu yang memiliki ke-diri-sendirian (subyektivitas), bebas dan aktif berupaya untuk menjadi dirinya sendiri. 4. Solidaritas Dalam kehidupan bersama dengan sesamanya ini akan terjadi huhungan pengaruh timbal balik di mana setiap individu akan menerima pengaruh dari individu yang lainnya. 5. Moralitas Pendidikan bertujuan agar manusia berakhlak mulia; agar manusia berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang bersumber dari agama, masyarakat dan budayanya. manusia berdimensi moralitas, manusia mampu membedakan yang baik dan yang jahat. d. Pendidikan Sebagai Humanisasi Saat ini banyak ditemukan fenomena orang yang memiliki pengetahuan yang tinggi namun mereka seakan tidak mendengar, dan tidak melihat. Mereka tidak memiliki moral dan perasaan. Oleh karena itu Pendidikan diarahkan mewujudkan manusia yang ideal, oleh karena itu pendidiikan bersifat normatif yang diharapkan dapat membentuk pelajar yang memiliki kepribadian yang bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, disiplin, cerdas, berkemauan tinggi memiliki moral yang baik dan jiwa sosial yang tinggi. Oleh karena itu perlu adanya kerjasama antara pendidik dan terdidik, karena peran pendidik yaiitu bukanlah membentuk namun membantu atau memfasilitasi peserta didiknya dengan mengacu kepada semboyan ing ngarso sung tulodo ( memberikan teladan),ing madya mangun karso (membangkitkan semangat dan kemauan), dan tut wuri handayani (membimbing/memimpin).
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita