Anda di halaman 1dari 9

Nama : Akmal Zaidan Gymnastiar

NIM : 2003432

RESUME LANDASAN PENDIDIKAN


(Pertemuan Kedua)
A. Kelompok 1
a. Pengertian Landasan Pendidikan
Landasan pendidikan adalah asumsi yang menjadi tumpuan atau titik pijakan
dalak konteks praktik pendidikan atau penelitian pendidikan.
b. Pengertian Menurut Para Ahli
Menurut Fred North Vohitehead pendidikan adalah tuntunan pribadi menuju
pemahaman akan seni kehidupan. Lalu, menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan
dilihat sebagai tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak – anak, yang senantiasa
menuntun kekuatan kodrat mereka agar mencapai kebahagiaan yang setinggi – tinggi.
Menurut UU no. 2 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperluakan oleh dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara.
c. Urgensi Landasan Pendidikan
i. Untuk membangun landasan pendidikan yang kokoh
ii. Sebagai tolok ukur/dasar dalam studi pendidikan
iii.Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional
iv.Untuk menjadikan sumber daya manusia yang cerdas
v. Landasan pendidikan menjadi pendoman yang konkret
d. Fungsi & Landasan Pendidikan
Misi utama landasan pendidikan ini adalah sebagai pengembangan wawasan
kependidikan yang berhubungan dengan berbagai asumsi umum tentang pendidikan
yang harus dipilih dan diadopsi oleh tenaga pendidikan sehingga menjadi cara
pandang dan bersikap dalam mengajar.
Berbagai asumsi pendidikan yang telah dipilih dan diadopsi oleh seorang tenaga
pengajar akan memberikan dasar rujukan konseptual mengenai praktik mengajarnya.
Jadi, fungsi landasan pendidikan adalah sebagai dasar dalam praktik pendidikan dana
tau studi pendidikan.
Nama : Akmal Zaidan Gymnastiar
NIM : 2003432
e. Jenis – jenis Landasan Pendidikan
i. Landasan Religius Pendidikan
Asumsi – asumsi yang bersumber dari religi atau agama yang menjadi titik
tolak dalam rangka praktik pendidikan.
ii. Landasan Filosofis Pendidikan
Asumsi yang dideduksi dari asumsi – asumsi filsafat umum (metafisika,
epistemologi, dan aksiologi) yang bersifat preskriptif dari suatu aliran
filsafat tertentu.
iii. Landasan Ilmiah Pendidikan
Asumsi – asumsi yang bersumber dari berbagai cabang atau disiplin ilmu
yang menjadi titik tolak dalam rangka praktik pendidikan. Ada beberapa
landasan yang tergolong landasan ilmiah pendidikan, yaitu :
1. Landasan Psikologis Pendidikan
2. Landasan Sosiologis Pendidikan
3. Landasan Antropologis Pendidikan
4. Landasan Historis Pendidikan
5. Landasan Ekonomik Pendidikan
6. Landasan IPTEK
iv. Landasan Yuridis/Hukum Pendidikan
Asumsi – asumsi yang bersumber dari peraturan perundang – undangan
yang berlaku yang menjadi titik tolak dalam rangka praktik pendidikan.
f. Ruang Lingkup Landasan Pendidikan
Ruang lingkup landasan pendidikan adalah batasan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan oleh dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara.
Ruang lingkup Landasan Pendidikan meliputi :
i. Landasan Filosofis Pendidikan
ii. Landasan Sosiologis
iii. Landasan Kulturan
iv. Landasan Psikologis
Nama : Akmal Zaidan Gymnastiar
NIM : 2003432
v. Landasan Ilmiah dan Teknologis.
Nama : Akmal Zaidan Gymnastiar
NIM : 2003432
B. Kelompok 2
a. Hakikat Manusia
Adapun hakikat manusia sebagai berikut :
1. Makhluk dari Tuhan Yang Maha Esa
Menurut evolusionisme menyatakan bahwa manusia merupakan mata
rantai tertinggi dari hasil evolusi yang terjadi di alam semesta. Keberadaan
manusia sama halnya dengan alam semesta yaitu ada dengan sendirinya dan
berkembang dari alam semesta ini tanpa adanya campur tangan Tuhan.
Namun pernyataan tersebut ditolak oleh aliran kreasionisme yang
menyatakan bahwa manusia itu diciptakan sebagai mana alam semesta yang
diciptakan oleh suatu kratif kaus atau personality yang disebut Tuhan Yang
Maha Esa.
Secara filosofis, penolakan tersebut didasarkan pada empat argument,
yaitu:
i. Argumen ontologis. Semua manusia memiliki ide tentang Tuhan.
ii. Argumenkosmologis. Segala sesuatu yang ada mesti mempunyai satu
sebab.
iii.Argumen teologis. Segala sesuatu memiliki tujuan
iv. Argumen moral. Manusia memiliki moral
2. Kesatuan Badani dan Rohani
Terdapat tiga pandangan tentang hubungan badani dan rohani, yaitu:
i. Menurut Julien de La Mettrie sebagai seorang Epihenomenalisme
menyatakan bahwa esensi dari kehidupan adalah sebatas hubungan
badani saja. Sebab itu segala hal tentang kejiwaan diyakini hanya
sebagai resonansi dari aktivitas fisik tersebut
ii. Menurut Plato sebagai Spiritualisme menyatakan bahwa esensi
kehidupan manusia bersifat kejiwaan atau rohani. Walau demikian
Plato tidak serta merta mengingkari adanya fisik atau tubuh. Namun,
menurut dia jiwa ini memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan
badan., jiwa ini berperan memimpin badan artinya jiwalah yang
memengaruhi badan oleh karena itu badan memiliki ketergantungan
terhadap jiwa.
iii. Menurut Rene Descartes sebagai Paralelisme menyatakan bahwa
esensi manusia terdiri dari badan dan jiwa. Kedua esensi tersebut
berbeda, oleh karena itu tidak ada hubungannya dari jiwa dan badan.
Namun demikian setiap peristiwa kejiwaan ini selalu parallel dengan
peristiwa badaniah atau sebaliknya.
Namun ketiga pandangan tersebut ditolak oleh E. F. Schumacher
yang menyatakan bahwa manusia ini satu kesatuan dari peristiwa
badani dan rohani yang secara principal ini berbeda dengan benda ,
tumbuhan, dan tuhan. Sejalan dengan pernyataan tersebut
Nama : Akmal Zaidan Gymnastiar
NIM : 2003432
Abdurahman Sholih Abdullah menyatakan manusia ini tersusun dari
hal yang berbeda, ruh, dan badan namun manusia ini merupakan
kesatuan pribadi yang integral
3. Individualitas/Personalitas
i. Manusia sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dibagi artinya manusia
ini tidak hanya sebagai anggota dalam lingkungan kerja akan tetapi
berperan juga sebagai individual.
ii. Manusia memiliki perbedaan dengan yang lainnya sehingga bersifat
unik artinya perbedaan tersebut berkenaan dengan misalnya postur
tubuh, cara berpikir, minat, cita – cita, serta tujuannya.
iii.Subjek yang otonom, dikarenakan manusia memiliki subjektivitas atau
kedirisendirian artinya manusia ini hakikatnya sebagai objek yakni
manusia bebas menentukan nasibnya sendiri.
4. Sosialitas
i. Aristoteles menyebut manusia sebagai makhluk social atau makhluk
bermasyarakat (Ernst Cassirer, 1987).
ii. Terdapat hubungan timbal baik antara individu dengan masyarakatnya.
Pernyataan Ernst Cassirer dan Theo Huijbers (Soerjanto P. dan K.
Beriens, 1983).
iii. Terdapat pengruh individu terhadap masyarakatnya (Iqbal, 1987).
iv.Hubungan antara individu dengan sesamanya adalah hubungan subjek
dengan subjek yang oleh Martin Buber disebut hubungan I-Thou / Aku-
Engkau (Maurice S. Friedman, 1954)/
v. Terdapat keseimbangan antara individualitas dan sosialitas pada
manusia.
5. Keberbudayaan
Kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil
karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik
manusia dengan belajar.
3 Jenis wujud kebudayaan :
i. Sebagai kompleks dari ide-ide, ilmu pengetahuan, norma-norma,
peraturan-peraturan, dsb;
ii. Sebagai kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam
masyarakat;
iii. Sebagai benda-benda hasil karya manusia

 Manusia hidup berbudaya dan membudaya.


 Manusia baru menjadi manusia karena dan bersama
kebudayaannya.
 Kebudayaan juga disinyalir telah menimbulkan krisis antropologis.
Nama : Akmal Zaidan Gymnastiar
NIM : 2003432
 Kebudayaan tidak bersifat statis, melainkan dinamis.
 Masyarakat kadang terombang-ambing diantara dua
kecenderungan yakni konservatif atau inovatif.
6. Moralitas
Yaitu manusia memiliki dimensi realitas manusia memiliki dimensi
moralitas Karena ia memiliki kata hati yang dapat membedakan antara baik
dan jahat Adapun Menurut Immanuel kant pada manusia terdapat rasio praktis
yang memberikan perintah mutlak atau categorical imperative misalnya
Ketika anda meminjam buku atau meminjam uang kepada teman maka kata
hati Anda mengatakan untuk mengembalikannya sebagai subjek yang otonom
atau memiliki kebebasan manusia selalu dihadapkan pada suatu alternatif
tindakan atau perbuatan yang harus dipilihnya Adapun kebebasan untuk
bertindak atau berbuat selalu berhubungan dengan norma-norma moral dan
nilai-nilai moral yang juga harus dipilihnya Karena manusia mempunyai
kebebasan memilih untuk bertindak atau berbuat maka selalu ada penilaian
moral atau tuntutan pertanggungjawaban atas setiap perbuatannya
7. Keberagaman
Keragaman merupakan salah satu karakteristik esensial eksistensi manusia
yang terungkap dalam bentuk pengakuan atau keyakinan akan kebenaran
suatu agama yang diwujudkan dalam sikap dan perilakunya hal ini terdapat
pada manusia manapun baik dalam rentang waktu dulu sekarang atau masa
yang akan datang maupun dalam rentang geografis di mana manusia berada
seperti yang telah kita pahami manusia memiliki potensi untuk mampu
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa nilai Tuhan pun telah
menurunkan wahyu melalui utusan utusannya dan telah menggelar tanda-
tanda di alam semesta untuk dipikirkan oleh manusia agar manusia beriman
dan bertakwa kepadanya dalam keberagaman manusia dapat merasakan
hidupnya menjadi bermakna ia memperoleh kejelasan tentang asal-usulnya
dasar hidupnya tata cara hidupnya dan menjadi jelas-jelas Arah tujuannya
akan kemana.
8. Historitas
Kapan adalah historisitas eksistensi manusia memiliki dimensi Artinya
bahwa keberadaan manusia pada saat ini terpaut kepada masa lalunya ia
belum selesai mewujudkan dirinya sebagai manusia ia mengarah ke masa
depan untuk mencapai tujuan hidupnya di atas memiliki fungsi untuk
membangun eksistensi manusia sehubungan dengan ini menyatakan bahwa
manusia harus tahu siapa dia tadinya untuk menjadi sadar kemungkinan
menjadi apa dia nantinya masa lampaunya yang historis adalah Faktor dasar
yang tidak dapat dihindarkan bagi masa depannya manusia telah melampaui
masa lalunya Adapun keberadaannya pada saat ini adalah sedang dalam
Nama : Akmal Zaidan Gymnastiar
NIM : 2003432
perjalanan ke dalam perkembangan dan pengembangan diri sejak
kelahirannya manusia memang adalah manusia tetapi ia juga harus terus
berjuang untuk hidup sesuai kodrat dan martabat kemanusiaannya karena itu
ia belum selesai menjadi manusia belum selesai mengaktualisasikan dirinya
demi mencapai tujuan hidupnya tujuan hidup manusia mencakup tiga dimensi
yang pertama yaitu dimensi ruang yaitu di sini di sana dan di dunia akhirat
yang kedua dimensi waktu yaitu masa sekarang dan masa yang akan datang
dan yang ke-3 dimensi nilai yaitu baik atau tidak baik sesuai dengan agama
dan budaya yang diakuinya Adapun esensi tujuan hidup manusia tiada lain
adalah untuk mencapai keselamatan atau kebahagiaan di dunia dan di akhirat
atau untuk mendapatkan Ridho dari Tuhan Yang Maha Esa
9. Komunikasi
Iya atau interaksi dalam rangka mencapai tujuan hidupnya manusia
berinteraksi atau berkomunikasi komunikasi atau interaksi ini dilakukan baik
secara vertikal yaitu dengan Tuhannya Dan secara horizontal yaitu dengan
alam sesama manusia serta budayanya bahkan dengan dirinya sendiri
demikianlah interaksi atau komunikasi bersifat multidimensi.
10. Dinamika
Dinamika menurut entry jarak Arab SD pada tahun 1986 menyatakan
bahwa manusia mempunyai atau berupa dinamika artinya manusia tidak
pernah berhenti selalu dalam keaktifan baik dalam aspek sosiologis maupun
spiritualnya dinamika mempunyai arah horizontal atau ke arah sesama dan
dunia maupun arah TransTV tal yaitu ke arah yang mutlak Adapun dinamika
itu adalah Untuk penyempurnaan diri baik dalam hubungannya dengan
sesama dunia dan Tuhan manusia adalah subjek sebab itu ia dapat mengontrol
dinamikanya Namun demikian karena ia adalah kesatuan jasmani rohani yang
mana ia dibekali nafsu sebagai insan sosial dan sebagainya maka dinamika itu
tidak sepenuhnya selalu dapat dikuasainya terkadang muncul dorongan-
dorongan negatif yang bertentangan dengan apa yang seharusnya kadang
muncul pengaruh negatif dari sesamanya yang tidak sesuai dengan
kehendaknya kadang muncul kesombongan yang tidak seharusnya
diwujudkan ada individualitasnya terlalu dominan atau sosialitas nya
sehubungan dengan itu idealnya manusia harus secara sengaja dan secara
Principal menguasai dirinya agar dinamika itu betul-betul sesuai dengan arah
yang seharusnya.
11. Eksistensi Manusia
Manusia memiliki dimensi dinamika sebab itu eksistensi manusia bersifat
dinamis bagi manusia bereksistensi berarti mengadakan dirinya secara aktif
bereksistensi berarti merencanakan berbuat dan menjadi permasalahannya
manusia itu bereksistensi untuk menjadi siapa eksistensi Manusia tiada lain
adalah untuk menjadi manusia inilah tugas yang diembannya tugasnya ia
Nama : Akmal Zaidan Gymnastiar
NIM : 2003432
harus menjadi manusia ideal yaitu manusia yang diharapkan dicita-citakan
atau menjadi manusia yang seharusnya idealitas atau keharusan cita-cita atau
harapan bersumber dari Tuhan melalui ajaran agama yang diturunkan nya
bersumber dari sesama dan budayanya bahkan dari diri manusia itu sendiri
Adapun manusia ideal yang dimaksud adalah manusia yang mampu
mewujudkan berbagai potensinya secara optimal sehingga beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia sehat cerdas
berperasaan berkemauan dan mampu berkarya Selain itu mampu memenuhi
berbagai kebutuhannya secara wajar mampu mengendalikan hawa nafsunya
berkepribadian bermasyarakat dan berbudaya.
b. Prinsip-prinsip Antropologis Keharusan Pendidikan : Manusia sebagai Makhluk yang
Perlu di Didik dan Mendidik Diri
1. Prinsip Historisitas
Sebagaimana dijelaskan oleh Tatang Syaripudin (2008), dan
MI.Soelaeman (1985) bahwa eksistensi manusia terpaut dengan masa lalunya
sekaligus mengarah ke masa depan untuk mencapai tujuan hidupnya. Dengan
demikian, manusia berada dalam perjalanan hidup, dalam perkembangan dan
pengembangan diri. Ia adalah manusia tetapi sekaligus “belum selesai”
mewujudkan dirinya sebagai manusia.
2. Prinsip Idealis
Bersamaan dengan hal sebelumnya, dalam eksistensinya manusia
mengemban tugas untuk menjadi manusia ideal. Sosok manusia ideal merupakan
gambaran manusia yang dicita-citakan atau yang seharusnya. Sebab itu, sosok
manusia ideal tersebut belum terwujudkan melainkan harus diupayakan untuk
diwujudkan.
3. Prinsip Posibilitas / Aktualitas
Perkembangan manusia yang bersifat terbuka. Maksudnya manusia
memiliki berbagai kemapuan yang tidak dibawa dari kelahirannya, melainkan
didapatkan setelah kelahirannya dalam perkembangan menuju kedewasaan dan
dalam pembentukan kemampuan ini dapat dirangkum dalam istilah pendidikan
c. Prinsip-prinsip Kemungkinan Pendidikan: Manusia sebagai Makhluk yang Dapat
Dididik
Ada 5 prinsip antropologis yang melandasi kemungk inan manusia akan dapat dididik
, yaitu :
1. Potensialitas
Manusia memiliki berbagai potensi. Sebab itu, manusia akan dapat dididik karena
ia memiliki potensi untuk menjadi manusia ideal.
2. Dinamika
Manusia (peserta didik) itu sendiri memiliki dinamika untuk menjadi manusia
ideal. Manusia (peserta didik) selalu aktif baik dalam aspek fisiologik maupun
spiritualnya
Nama : Akmal Zaidan Gymnastiar
NIM : 2003432
3. Individualitas
Individu yang memiliki ke-diri-sendirian (subyektivitas), bebas dan aktif
berupaya untuk menjadi dirinya sendiri.
4. Solidaritas
Dalam kehidupan bersama dengan sesamanya ini akan terjadi huhungan pengaruh
timbal balik di mana setiap individu akan menerima pengaruh dari individu yang
lainnya.
5. Moralitas
Pendidikan bertujuan agar manusia berakhlak mulia; agar manusia berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang bersumber dari agama,
masyarakat dan budayanya. manusia berdimensi moralitas, manusia mampu
membedakan yang baik dan yang jahat.
d. Pendidikan Sebagai Humanisasi
Saat ini banyak ditemukan fenomena orang yang memiliki pengetahuan yang
tinggi namun mereka seakan tidak mendengar, dan tidak melihat. Mereka tidak
memiliki moral dan perasaan.
Oleh karena itu Pendidikan diarahkan mewujudkan manusia yang ideal, oleh
karena itu pendidiikan bersifat normatif yang diharapkan dapat membentuk pelajar
yang memiliki kepribadian yang bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, disiplin,
cerdas, berkemauan tinggi memiliki moral yang baik dan jiwa sosial yang tinggi.
Oleh karena itu perlu adanya kerjasama antara pendidik dan terdidik, karena peran
pendidik yaiitu bukanlah membentuk namun membantu atau memfasilitasi peserta
didiknya dengan mengacu kepada semboyan ing ngarso sung tulodo ( memberikan
teladan),ing madya mangun karso (membangkitkan semangat dan kemauan), dan tut
wuri handayani (membimbing/memimpin).

Anda mungkin juga menyukai