KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas “Rahmi Rabiaty, M.Ag” pada mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam . Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang hunungan
filsafat, manusia dan pendidikan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
tugas sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
ini.
Kami menyadari, makalah yang penulis tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis
Penulis
ii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B.Rumusan Masalah
C.TUJUAN PEMBAHASAN
iii
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian filsafat
Filsafat adalah hasil usaha manusia dengan kekuatan akal budinya untuk
memahami secara radikal, integral, dan universal tentang hakikat sarwa yang ada
(Tuhan, alam, dan manusia), serta sikap manusia sebagai konsekuensi dari
pemahamn tersebut.
Berbicara ilmu, maka kita tidak bisa lepas dengan eksistensi pendidikan,
eksistensi pendidikan dari yang sifatnya umum sampai yang ke khusus.hubungan
filsafat dan ilmu pendidikan ini tidak hanya isidental, tetapi juga suatu keharusan.
John Dewey, filsuf Amerika, mengatakan bahwa filsafat itu merupakan teori
iv
umum dari pendidikan atau landasan dari semua pemikiran mengenai pendidikan.
Lebih dari itu, filsafat memang mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan
menyelidiki faktor-faktor realita dan pengalaman yang banyak terdapat di
lapangan pendidikan.
1. Ontologi
2.Epistimologi
Istilah epistimologi pertama kali dipakai oleh L.F Ferier pada abad ke-19 di
Institut of Metaphisics (1854). Dalam Encyclopedia of Philosophy, epistimologi
didefinisikan sebagai cabang filsafat yang bersangkutan dengan sifat dasar dari
ruang lingkup pengetahuan praanggapan dan dasar-dasarnya serta realitas umum
dari tuntutan pengetahuan sebenarnya.
v
menggunakankata "tahu" dan mengandung pengertian yang berbeda-beda, baik
sumbernya maupun validitasnya.
3.Aksiologi
Kedua, aliran serba roh. Aliran ini berpendapat bahwa hakikat sesuatu yang
ada di dunia ini adalah roh. Hakikat manusia juga adalah roh. Sementara zat
adalah manifestasi dari roh. Dasar dari aliran ini ialah bahwa roh itu lebih
berharga, lebih tinggi nilainya dari pada materi. Aliran ini menganggap roh itu
ialah hakikat, sedangkan badan ialah penjelmaan atau bayangan.
Ketiga, aliran dualisme. Aliran ini menganggap bahwa manusia itu pada
hakikatnya terdiri dari dua substansi, yaitu jasmani dan rohani. Kedua substansi
ini masing-masing merupakan unsur asal, yang adanya tidak tergantung satu sama
lain. Jadi, badan tidak berasal dari roh dan roh tidak berasal dari badan.
Perwujudannya manusia tidak serba dua, jasad dan roh. Antara badan dan roh
terjadi sebab akibat keduanya saling memengaruhi.
vi
Keempat, aliran eksistensialisme. Aliran filsafat modern berpandan bahwa
hakikat manusia merupakan eksistensi dari manusia. Hakikat manusia adalah apa
yang menguasai manusia secara menyeluruh. Di sini, manusia dipandang tidak
dari sudut serba zat atau serba roh atau dualisme, tetapi dari segi eksistesi manusia
di dunia ini.
Filsafat berpendangan bahwa hakikat manusia itu berkaitan anatara badan dan
roh. Islam secara tegas mengatakan bahwa badan dan roh adalah substansi alam,
sedangkan alam adalah makhluk dan keduanya diciptakan oleh Allah. Hakikat
manusia adalah roh sedangkan jasadnya hanyalah alat yang dipergunakan oleh roh
semata. Kedudukan manusia yang paling menarik ialah bahwa manusia itu
menyelidiki kedudukannya sendiri dalam lingkungan yang diselidikinya pula.
Manusia memiliki banyak sifat yang serupa dengan makhluk lain. Meski
demikian, ada seperangkat perbedaan antara manusia dengan makhluk lain, yang
menganugerahi keunggulan pada manusia. Pandang seperti itulah yang pada
akhirnya akan memperlihatkan keberadaan manusia secara utuh bahwa mereka
adalah pencari kebenaran.
Manusia merupakan salah satu makhluk hidup yang sudah ribuan abad
lamanya penghuni bumi. Sebelum terjadi proses pendidikan di luar dirinya, pada
awalnya manusia cenderung berusaha melakukan pendidikann pada dirinya
sendiri, di mana manusia berusaha mengerti adan menacari hakikat kepribadian
tentang siapa diri mereka sebenarnya. Dalam ilmu mantiq, manusia disebut
sebagai hayawan al-nathiq (hewan yang berpikir ). Berpikir disini maksudnya
adalah berkata-kata dan mengeluarkan pendapat sera pikiran ."
vii
terdapat enam rasa yang menjadi satu, yaitu intelek, agama, susila, sosial, seni,
dan harga diri/sifat keakuan.
Nilai akan selalu muncul apabila manusia mengadakan hubungan sosial atau
bermasyarakat dengan manusia lain. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan
oleh aliran progresivisme bahwa "masyarakat menjadi wadah nilai-nilai". Mausia
di dalam hubungannya dengan sesama dengan alam semesta ini tidak mungkin
melakukan sikap yang netral. Karena pada dasarnya manusia itu sudah
mempunyai watak manusiawi seperti cinta, bensi, simpati, hormat, antipati, dan
lain sebagainya. Kecenderungan untuk cinta, benci, simpati dan lainnya itu
merupakan suatu sikap. Suatu sikap yang ada adalah konsekuensi dari suatu
penilaian, apakah penilaian itu didasarkan atas asas-asas objektif rasional atau
subjektif emosional belaka.
1.Pengertian Penilaian
Secara umum, cakupan pengertian nilai itu tak terbatas. Maksudnya, segala
sesuatu yang ada dalam alam raya ini bernilai, yang dalam filsafat pendidikan
dikenal dengan istilah aksiologi. Dalam Ensiklopedia Britanica disebutkan bahwa
nikai itu merupakan suatu penerapan atau suatu kualitas suatu objek yang
menyangkut suatu jenis apresiasi. Nilai itu merupakan hasil dari kreativitas
manusia dalam rangka melakukan kegiatan sosial, baik itu berupa cinta, simapti,
dan lain-lain.
viii
realisme, kualitas nilai tidak dapat ditentukan secara konseptual terlebih dahulu,
melainkan bergantung dari apa atau bagaimana sikap subjek itu.
4.Etika jabatan
a.Melaksanakan kewajiban dasar good will atau iktikad baik, dengan kesadaran
pengabdian.
b.Memperlakukan siapa pun, anak didik sebagai satu pribadi yang sama dengan
pribadinya sendiri.
ix
berubahubah dan penuh dengan peristiwa-peristiwa penting bahkan dasyat, yang
kadangkadang dia tidak kuasa untuk menenteng dan menolaknya, menyebabkan
manusia itu tertegun, temenung, memikirkan segala hal yang terjadi disekitar
dirinya. Dipandangnya tanah tempat dia berpijak, diliatnya bahwa segala sesuatu
tumbuh diatasnya, berkembang, berbuah, dan melimpah ruah.
Memang filsafat alam, baik periode pertama maupun periode kedua, begitu
pula pemikiran Sophisme, belumlah mempunyai pengaruh yang mendalam, dalam
bidang pendidikan. Berulah setelah lahir filsafat klasik yang dipelopori oleh
sokrates (470 SM - 399 SM), dan murid-muridnya plato dan aristoteles, filsafat
mulai berpengaruh positif dalam bidang pendidikan.
Kita harus mengakui bahwa dalam sistem, teori, dan filsafat pendidikan kita
masih mengiport dari negara lain. Meskipun para ahli kita dalam bidang ini
barangkali sudah ada, akan tetapi belum berani tampil ke depan. Baiklah marilah!
Kita gunakan sistem, teori, peralatan dan filsafat pendidikan oran lain dulu,
x
sebelum kita dapat menciptakan sendiri semuanya itu, asal kita usahakan untuk
menyeuaikannya dengan kepribadian kita, kita ambil mana yang baik dan kita
buang mana yang mudharat, lalu kita jadikan hak milik kita sendiri. Jadi dalam
hal ini harus ada proses indonesialisme.
1.Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara pendekatan
yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan problematika
pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikannya, disamping menggunakan
metoda-metoda ilmiyh lainnya.
2.Fisafat, juga berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah
berkembang oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan
aliran filsafat tertentu, mempunyai relefansi dengan kehidupan nyata. Artinya
mengarahkan agar teori-teori dengan pandangan filsafatpendidikanyang telah
dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan
kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat.
xi
oleh setiap guru sebagai pendidik dan bukan hanya sebagai pengajar bidang studi
tertentu.
Kedudukan atau hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan atau berfikir
filosofis dan berfikir ilmiah akan dilengkapi uraian ini dengan piaget tentang
epistemologia genetis, yaitu fase-fase berfikir dan pikiran manusia dengan
mengambil contoh perkembangan akan mulai dari tahun pertama usia anak hingga
dewasa sebagaimana diuraikan oleh halford sebagai berikut:
Jasa utama dari piaget adalah uraiannya mengenai perkembangan anak dalam
hal tinggah laku yang terdiri atas empat fase, yaitu:
4.Fase Operasi Formal, pada anak dimulai usia 11 tahun. Anak telah mulai
berfikir abstrak, dengan menggunakan konsep-konsep yang umum dengan
xii
Bisa disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan itu menerima dasarnya dari
filsafat, antara lain :
2.Filsafat juga memberikan dasar-dasar yang umum bagi semua ilmu pengetahuan
dan dengan dasar yang umum itu dirumuskan keadaan dari ilmu pengetahuan itu.
3.Di samping itu filsafat juga memberikan dasar-dasar yang khusus yang
digunakan dalam tiap-tiap ilmu pengetahuan.
4.Dasar yang diberikan oleh filsafat yaitu mengenai sifat-sifat ilmu dari semua
ilmu pengetahuan. Tidak mungkin tiap ilmu itu meninggalkan dirinya sebagai
ilmu pengetahuan dengan meninggalkan syarat yang telah ditentukan oleh filsafat.
5.Filsafat juga memberikan metode atau cara kepada setiap ilmu pengetahuan.
Dalam arti lain, filsafat didifinisikan sebagai suatu pemikiran yang radikal
dalam arti mulai dari akarnya masalah samapai mencapai kebenaran melalui
tahapan pemikiran. Oleh karena itu seorang yang berfilsafat adalah orang yang
berfikir secara sadar dan bertanggung jawab dengan pertanggungjawaban pertama
adalah terhadap dirinya sendiri.
xiii
2.Berdasarkan dasar-dasar hasil kenyataan itu, maka filsafat memberikan
pedoman hidup kepada manusia. Pedoman itu mengenai segala sesuatu yang
terdapat disekitar maunusia sendiri seperti kedudukan dalam hubungannya dengan
yang lainnya. Kita juga mengetahui bahwa alat-alat kewajiban manusia meliputi
akal, rasa dan kehendak. Dengan akal, filsafat memberikan pedoman hidup untuk
berfikir guna memperoleh pengetahuan. Dengan rasa dan kehendak maka filsafat
memberikan pedoman tentang kesusilaan mengenai baik dan buruk.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hubungan antara Manusia, Filsafat, dan Pendidikan Filsafat adalah induk dari
ilmu pengetahuan (mater scientiarium) yang melahirkan banyak ilmu pengetahuan
yang membahas sesuai dengan apa yang telah dikaji dan diteliti didalamnya.
Dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan sentral, asal, atau pokok.
Karena filsafat satu-satunya yan telah mencapai kebenaran atau pengetahuan.
Filsafat akan memberikan alternatif mana yang paling baik untuk dijadikan
pegangan manusia.
xiv
Filsafat memberikan dasar-dasar yang umum bagi semua ilmu pengetahuan, Di
samping itu filsafat juga memberikan dasar-dasar yang khusus yang digunakan
dalam tiap-tiap ilmu pengetahuan. Dasar yang diberikan oleh filsafat yaitu
mengenai sifat-sifat ilmu dari semua ilmu pengetahuan. Filsafat juga memberikan
metode atau cara kepada setiap ilmu pengetahuan Filsafat berarti cinta akan
kebijaksanaan. Jadi seorang filosof adalah orang yang mencintai kebijaksanaan
dan hikmat yang mendorong manusia itu sendiri untuk menjadi orang yang
bijaksana dalam menjalani hidup. filsafat memberikan pedoman hidup kepada
manusia, Dengan akal, filsafat memberikan pedoman hidup untuk berpikir guna
memperoleh pengetahuan. Antara ketiga komponen, yaitu manusia, filsafat, dan
pendidikan sangat erat hubungannya. Manusia diahirkan sebagai bayi yang tidak
bisa melakukan tanpa bantuan orang lain. Dalam proses kehidupan, manusia akan
dihadapkan dengan berbagai masalah kehidupan. Untuk dapat memilih dan
melaksanakan cara hidup yang baik. Manusia memerlukan pendidikan. Dengan
pendidikan manusia akan menjadi lebih dewasa dan bertanggung jawab Peran
filsafat dalam kehidupan manusia disini yaitu sebagai pola pikir manusia yang
yang bijaksana, arif dalam menjalani suatu kehidupan .. sesuai dengan
pengertiannya dari segi etimologia Filsafat akan mengajarkan dan melatih
manusia untuk bersikap yang bijaksana dalam hidup. Terkadang dengan berfikir
filsafat, seseorang akan mempunyai suatu filsafat hidup atau pandangan atau
pedoman hidup yang baik.
B. Saran
xv
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. H. Jalaudin , Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M. Ed, 2013 , "Filsafat
Pendidikan
xvi