Anda di halaman 1dari 16

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Tafsir Ahmad Zaki Mubarak, M.Ag

SURAH AR RA’D AYAT 11

Disusun Oleh Kelompok 5 :

Khusnul Arif Fahmi :21.01.11.1762

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-FALAH


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARBARU
2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul

“Hubungan Filsafat, Manusia Dan Pendidikan” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi

tugas “Rahmi Rabiaty, M.Ag” pada mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam . Selain

itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang hunungan

filsafat, manusia dan pendidikan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah memberikan

tugas sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang

studi yang penulis tekuni.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

ini.

Kami menyadari, makalah yang penulis tulis ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis

nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Banjarbaru, 06 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

B.Rumusan Masalah

1. Bagaimana kaitan antara Manusia dan Filsafat ?

2.Bagaimana kaitan antara Filsafat dan Pendidikan ?

3.Bagaimana hubungan antara Filsafat, Manusia dan Pendidikan ?

4.Bagaimana kedudukan Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan ?

5.Bagaimana kedudukan Filsafat dalam Kehidupan Manusia ?

C.TUJUAN PEMBAHASAN

1.Menjelaskan Bagaimana kaitan antara Manusia dan Filsafat ?

2.Menjelaskan Bagaimana kaitan antara Filsafat dan Pendidikan ?

3.Menjelaskan Bagaimana hubungan antara Filsafat, Manusia dan Pendidikan ?

4.Menjelaskan Bagaimana kedudukan Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan ?

5.Menjelaskan Bagaimana kedudukan Filsafat dalam Kehidupan Manusia?

iii
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian filsafat

Filsafat adalah hasil usaha manusia dengan kekuatan akal budinya untuk
memahami secara radikal, integral, dan universal tentang hakikat sarwa yang ada
(Tuhan, alam, dan manusia), serta sikap manusia sebagai konsekuensi dari
pemahamn tersebut.

Berbicara ilmu, maka kita tidak bisa lepas dengan eksistensi pendidikan,
eksistensi pendidikan dari yang sifatnya umum sampai yang ke khusus.hubungan
filsafat dan ilmu pendidikan ini tidak hanya isidental, tetapi juga suatu keharusan.
John Dewey, filsuf Amerika, mengatakan bahwa filsafat itu merupakan teori

iv
umum dari pendidikan atau landasan dari semua pemikiran mengenai pendidikan.
Lebih dari itu, filsafat memang mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan
menyelidiki faktor-faktor realita dan pengalaman yang banyak terdapat di
lapangan pendidikan.

B.Teori Kebenaran Menurut Pandangan Filsafat Dalam Bidang Ontologi,


Epistimologi, Dan Aksiologi

Ada beberapa teori kebenaran menurut pandangan filsafat dalam bidang


ontologi, epistimologi, dan aksiologi.

1. Ontologi

Ontologischentikkan dengan metafisika, yang juga disebut sebagai proto-


filsafat atau filsafat yang pertama, atau filsafat ketuhanan yang bahasannya adalah
hakikat sesuatu, keesaan, persekutuan, sebab dan akibat, realita, prima atau Tuhan
dengan segala sifatnya, malaikat, relasi, atau se gala sesuatu yang ada di bumi
dengan tenaga-tenaga yang dilangit, wahyu, akhhirat, dosa, neraka, pahala, dan
surga.

Di dalam pendidikan, pandangan ontologiasecara praktis akan menjadi


masalah yang utama. Sebab, anak bergaul dengan lingkungannya dan mempunyai
dorongan yang kuat untuk mengerti sesuatu. Anak-anak, baik di masyarakat
maupun di sekolah, selalu diharapkan pada relaita, objek pengalaman, benda mati,
benda hidup dan sebagainya. Membimbing anak untuk memahami realita dunia
dan membina kesadaran tentang kebenaran yang berpangkal atas realita ini
merupakan tahap pertama sebagai stimulus untuk menyelami kebenaran itu.
Dengan sendirinya, potensi berpikir kritis anak-anak untuk mengerti kebenaran itu
telah dibina. Di sini, kewajiban pendidik ialah membina daya pikir yang
tinggiyang kritis.

2.Epistimologi

Istilah epistimologi pertama kali dipakai oleh L.F Ferier pada abad ke-19 di
Institut of Metaphisics (1854). Dalam Encyclopedia of Philosophy, epistimologi
didefinisikan sebagai cabang filsafat yang bersangkutan dengan sifat dasar dari
ruang lingkup pengetahuan praanggapan dan dasar-dasarnya serta realitas umum
dari tuntutan pengetahuan sebenarnya.

Epistimologi adalah studi tentang pengetahuan, bagaimana kita mengetahui


benda-benda. Untuk lebih jelasnya, ada beberapa contoh pertanyaan yang

v
menggunakankata "tahu" dan mengandung pengertian yang berbeda-beda, baik
sumbernya maupun validitasnya.

a.Tentu saja saya tahu ia sakit, karena saya melihantnya.

b.Percayalah, saya tahu apa yang saya bicarakan.

c.Kami tahu mobilnya baru, karena baru kemarin kami menaikinya.

3.Aksiologi

Akhlak adalah suatu bidang yang menyelidiki nilai-nilai (value). Menurut


Bramed, ada tiga bagian yang membedakan di dalam aksiologi. Pertama, moral
conduct, tindakan moral. Bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu etika.
Kedua, esthetic expression, ekspresi keindahan yang melahirkan estetika. Ketiga,
sociopolitical life,kehidupan sosio-polotik. Bidang ini melahirkan ilmu filsafat
sosio politik.

Nilai dan impplikasi aksiolog di dalam pendidikan ialah pendidikan menguji


dan mengintegrasikan semua nilai tersebut di dalam kehidupan manusia dan
membinanya di dalam kepribadian anak. Karena untuk mengatakan sesuatu
bernilai baik itu bukanlah hal yang mudah.

C. Pandang Filsafat Tentang Hakikat Manusia

Ilmu yang mempelajari tentang hakikat manusia disebut antropologisafat.


Dalam hal ini, ada empat aliran yang akan di bahas. Pertama, aliran serba zat.
Aliran ini mengatakan yang sungguh-sungguh ada itu hanyalah zat atau materi.
Alam ini adalah zat atau materi dan manusia adalah unsur dari alam. Maka dari
itu, manusia adalah zat atau materi.

Kedua, aliran serba roh. Aliran ini berpendapat bahwa hakikat sesuatu yang
ada di dunia ini adalah roh. Hakikat manusia juga adalah roh. Sementara zat
adalah manifestasi dari roh. Dasar dari aliran ini ialah bahwa roh itu lebih
berharga, lebih tinggi nilainya dari pada materi. Aliran ini menganggap roh itu
ialah hakikat, sedangkan badan ialah penjelmaan atau bayangan.

Ketiga, aliran dualisme. Aliran ini menganggap bahwa manusia itu pada
hakikatnya terdiri dari dua substansi, yaitu jasmani dan rohani. Kedua substansi
ini masing-masing merupakan unsur asal, yang adanya tidak tergantung satu sama
lain. Jadi, badan tidak berasal dari roh dan roh tidak berasal dari badan.
Perwujudannya manusia tidak serba dua, jasad dan roh. Antara badan dan roh
terjadi sebab akibat keduanya saling memengaruhi.

vi
Keempat, aliran eksistensialisme. Aliran filsafat modern berpandan bahwa
hakikat manusia merupakan eksistensi dari manusia. Hakikat manusia adalah apa
yang menguasai manusia secara menyeluruh. Di sini, manusia dipandang tidak
dari sudut serba zat atau serba roh atau dualisme, tetapi dari segi eksistesi manusia
di dunia ini.

Filsafat berpendangan bahwa hakikat manusia itu berkaitan anatara badan dan
roh. Islam secara tegas mengatakan bahwa badan dan roh adalah substansi alam,
sedangkan alam adalah makhluk dan keduanya diciptakan oleh Allah. Hakikat
manusia adalah roh sedangkan jasadnya hanyalah alat yang dipergunakan oleh roh
semata. Kedudukan manusia yang paling menarik ialah bahwa manusia itu
menyelidiki kedudukannya sendiri dalam lingkungan yang diselidikinya pula.

Manusia memiliki banyak sifat yang serupa dengan makhluk lain. Meski
demikian, ada seperangkat perbedaan antara manusia dengan makhluk lain, yang
menganugerahi keunggulan pada manusia. Pandang seperti itulah yang pada
akhirnya akan memperlihatkan keberadaan manusia secara utuh bahwa mereka
adalah pencari kebenaran.

1.Pandangan Ilmu Pengetahuan Tentang Manusia

Hampir semua disiplin ilmu pengetahuan berusaha menyelidiki dan mengerti


tentang makhluk yang bernama manusia. Begitu juga pendidikan, secara khusus
tujuannya adalah untuk memahami dan mendalami hakikat manusia. Bagi
Aristoteles (384-322 SM), manusia adalah hewan berakal sehat, yang
mengeluarkan pendapatnya dan berbicara berdasarkan akal pikirannya .

2.Kepribadian Manusia Dan Pendidikan

Manusia merupakan salah satu makhluk hidup yang sudah ribuan abad
lamanya penghuni bumi. Sebelum terjadi proses pendidikan di luar dirinya, pada
awalnya manusia cenderung berusaha melakukan pendidikann pada dirinya
sendiri, di mana manusia berusaha mengerti adan menacari hakikat kepribadian
tentang siapa diri mereka sebenarnya. Dalam ilmu mantiq, manusia disebut
sebagai hayawan al-nathiq (hewan yang berpikir ). Berpikir disini maksudnya
adalah berkata-kata dan mengeluarkan pendapat sera pikiran ."

3. Masalah Rohani Dan Jasmani.

Terlalu banyak sebuatan yang diberikan untuk makhluk-makhluk berakal


ciptaan Tuhan, seperti homo sapiens, homo rasionali, animal social, al-insan, dan
lain sebagainya. Bentuk sebutan tersebut mencerminkan keragaman sifat dan
sikap manusia. Hal itu dapat terjadi karena di dalam diri manusia itu sendiri

vii
terdapat enam rasa yang menjadi satu, yaitu intelek, agama, susila, sosial, seni,
dan harga diri/sifat keakuan.

D.Sistem Nilai Dalam Kehidupan Manusia

Sistem merupakan suatu himpunan gagasan atau prinsi-prinsip yang saling


bertautan, yang bergabung menjadi suatu keseluruhan. Terkait dengan itu, nilai
yang merupakan suatu norma tertentu mengatur ketertiban kehidupan sosial.
Karena manusia, sebagai makhluk budaya dan makhluk sosial, selalu
membutuhkan bantuan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Maka, manusia
dalam proses interaksinya harus berpedoman pada nilai-nilai kehidupan sosial
yang terbina dengan baik dan selaras.

Nilai akan selalu muncul apabila manusia mengadakan hubungan sosial atau
bermasyarakat dengan manusia lain. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan
oleh aliran progresivisme bahwa "masyarakat menjadi wadah nilai-nilai". Mausia
di dalam hubungannya dengan sesama dengan alam semesta ini tidak mungkin
melakukan sikap yang netral. Karena pada dasarnya manusia itu sudah
mempunyai watak manusiawi seperti cinta, bensi, simpati, hormat, antipati, dan
lain sebagainya. Kecenderungan untuk cinta, benci, simpati dan lainnya itu
merupakan suatu sikap. Suatu sikap yang ada adalah konsekuensi dari suatu
penilaian, apakah penilaian itu didasarkan atas asas-asas objektif rasional atau
subjektif emosional belaka.

1.Pengertian Penilaian

Secara umum, cakupan pengertian nilai itu tak terbatas. Maksudnya, segala
sesuatu yang ada dalam alam raya ini bernilai, yang dalam filsafat pendidikan
dikenal dengan istilah aksiologi. Dalam Ensiklopedia Britanica disebutkan bahwa
nikai itu merupakan suatu penerapan atau suatu kualitas suatu objek yang
menyangkut suatu jenis apresiasi. Nilai itu merupakan hasil dari kreativitas
manusia dalam rangka melakukan kegiatan sosial, baik itu berupa cinta, simapti,
dan lain-lain.

2.Bentuk Dan Tingkat-Tingkat Nilai

Nilai merupakan sesuatu yang ada hubungannya dengan subjek manusia.


Sesuatu yang dianggap bernilai jika pribadi itu merasa sesuatu itu bernilai.
Dengan demikian, lepas dari perbedaan niali baik objektif maupun subjektif,
tujuan adanyanilai ialah menuju kebaikan keluhuruhan manusia. Menurut aliran

viii
realisme, kualitas nilai tidak dapat ditentukan secara konseptual terlebih dahulu,
melainkan bergantung dari apa atau bagaimana sikap subjek itu.

3.Nilai-Nilai Pendidikan Dan Tujuan Pendidikan

Menurut Muhammad Noor Syam, pendidikan secara praktis tak dapat


dipisahkan dengan nilai-nilai, terutama yang meliputi kualitas keserdasan, nilai
ilmiah, nilai moral, dan nilai agama yang kesemuanya tersimpul dalam tujuan
pendidikan, yakni membina kepribadian ideal. Untuk menetapkan tujuan
pendidikan dasar, harus melalui beberapa pendekatan seperti : (1) pendekatan
melalui analisis historis lembaga-lembaga sosial; (2) pendekatan melalui analisis
ikmiah tentang realita kehidupan aktual; (3) pendekatan melalui nilai-nilai filsafat
yang normatif (normative philosophy).

4.Etika jabatan

Fungsi dan tanggung jawab pendidik dalam masyarakat merupakan


kewajiban setiap warga masyarakat. Setiap warga masyarakat sadar akan nilai dan
peranan pendidikan bagi generasi muda, khususnya anak-anak dalam lingkungan
keluarga sendiri. Kaum profesional ialah mereka yang telah menempuh
pendidikan relatif cukup lama dan mengalami latihan-latihan khusus. Dalam
pendidikan seorang guru harus mempunyai asas-sasa umum yang universal yang
dapat dipandang sebagai prinsip umum, seperti :

a.Melaksanakan kewajiban dasar good will atau iktikad baik, dengan kesadaran
pengabdian.

b.Memperlakukan siapa pun, anak didik sebagai satu pribadi yang sama dengan
pribadinya sendiri.

c.Menghormati perasaan tiap orang.

d.Selalu berusaha menyumbangkan ide-ide, konsepsi-konsepsi, dan karya-karya


(ilmiah) demi kemajuan bidang kewajibannya.

e.Akan menerima haknya semata-mata sebagai satu kehormatan.

E. Hubungan Antara Filsafat, Manusia dan Pendidikan

1. Manusia dan Filsafat

Karena manusia itu memiliki akal pikiran yang senantiasa bergolak


danberfikir, dan kerena situasi dan kondisi alam dimana dia hidup selalu

ix
berubahubah dan penuh dengan peristiwa-peristiwa penting bahkan dasyat, yang
kadangkadang dia tidak kuasa untuk menenteng dan menolaknya, menyebabkan
manusia itu tertegun, temenung, memikirkan segala hal yang terjadi disekitar
dirinya. Dipandangnya tanah tempat dia berpijak, diliatnya bahwa segala sesuatu
tumbuh diatasnya, berkembang, berbuah, dan melimpah ruah.

Didalam sejaran umat manusia, setelah kemampuan intelektual dan


kemakmuranmanusia meningkat tinggi, maka tampullah manusia-manusia unggul
merenung dan memikir, menganalisa, membahas dan mengupas berbagai
problema dan permasalahan hidup dan kehidupan, sosial masyarakat, alam
semesta, dan jagad raya. Maka lahirlah untuk pertama kalinya filsafat dalam
periode pertama, selanjutnya filsafat alam periode dua, lalu sophisme, kemudian
filsafat klasik yang bermula kurang lebih enam abad sebelum Maschi.

Memang filsafat alam, baik periode pertama maupun periode kedua, begitu
pula pemikiran Sophisme, belumlah mempunyai pengaruh yang mendalam, dalam
bidang pendidikan. Berulah setelah lahir filsafat klasik yang dipelopori oleh
sokrates (470 SM - 399 SM), dan murid-muridnya plato dan aristoteles, filsafat
mulai berpengaruh positif dalam bidang pendidikan.

Proses kehidupan umat manusia di abad kedua puluh ini, semuanya


perubahan-perubahan yang drastiskebangunan ilmu pengetahuan dan teknologi
telah mendorong proses kehidupan umat manusia diatas permukaan planet bumi
ini ratusan tahun lebih maju dari abad-abad sebelumnya. Dua kali perang dunia
telah merubah status permukaan bumi secara drastiskemauan teknologi telah
mendekatkan jarak bumi yang jauh menjadi dekat sekali, seperti di sebelah rumah
saja. Apa yang terjadi di sutau negara pada detik ini dan saat ini juga telah
diketahui olehnegara-negara lain di dunia ini.

Jadi untuk menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang


begitu pesat sudah jelas sistem pendidikan, teori pendidikan, dan filsafat
pendidikan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi dunia sekarang ini.
Sistem pendidikan, teori pendidikan, filsafat pendidikan dan peralatan pendidikan
tradisional sudah jelas tidak akan dapat menjawab tantangan zaman yang sekarang
kita hadapi.

Kita harus mengakui bahwa dalam sistem, teori, dan filsafat pendidikan kita
masih mengiport dari negara lain. Meskipun para ahli kita dalam bidang ini
barangkali sudah ada, akan tetapi belum berani tampil ke depan. Baiklah marilah!
Kita gunakan sistem, teori, peralatan dan filsafat pendidikan oran lain dulu,

x
sebelum kita dapat menciptakan sendiri semuanya itu, asal kita usahakan untuk
menyeuaikannya dengan kepribadian kita, kita ambil mana yang baik dan kita
buang mana yang mudharat, lalu kita jadikan hak milik kita sendiri. Jadi dalam
hal ini harus ada proses indonesialisme.

2. Filsafat dan Teori Pendidikan

Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan tersebut, secara


lebih rinci dapat diuraikan sebgai berikut:

1.Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara pendekatan
yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan problematika
pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikannya, disamping menggunakan
metoda-metoda ilmiyh lainnya.

2.Fisafat, juga berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah
berkembang oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan
aliran filsafat tertentu, mempunyai relefansi dengan kehidupan nyata. Artinya
mengarahkan agar teori-teori dengan pandangan filsafatpendidikanyang telah
dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan
kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat.

3.Filsafat, termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk


memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan
menjadi ilmu pendidikan atau pedagogik.

Disamping hubungan fungsional tersebut, antara filsafat dan teori pendidikan,


juga terdapat hubungan yang bersifat suplementer, sebagaimana dikemukakan
oleh Ali Saefullah dalam bukunya antara Filsafat dan pendidikan, sebagai berikut:

a.Kegiatan merumuskan dasar-dasar, dan tujuan-tujuan pendidikan, konsep


tentang sifat hakikat manusia, serta konsepsi hakikat dan segi-segi pendidikan
serta ini moral pendidikannya.

b.Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan yang meliputi pelitik


pendidikan, kepemimpinan pendidikan atau organisasi pendidikan, metodologia
pendidikan dan pengajaran, termasuk pola-pola akultrasi dan peran pendidikan
dalam pembangunan masyarakat dan negara.

Definisi diatas merangkum dua cabang ilmu pendidikan, yaitu: filsafat


pendidikan dan sistem atau teori pendidikan dan hubungan antara keduanya
adalahbehwa yang satu suplemen terhadap yang lain dan keduanya diperlakukan

xi
oleh setiap guru sebagai pendidik dan bukan hanya sebagai pengajar bidang studi
tertentu.

3. Hubungan antara Filsafat, Manusia dan Pendidikan

a. Kedudukan Filsafat dalam Ilmu Pendidikan

Dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan sentral, asal, atau


pokok. Karena filsafat lah yang mula-mula merupakan satu-satunya usaha
manusia dibidang kerohanian untuk mencapai kebenaran atau pengetahuan.lambat
laun sesuai dengan sifatnya, manusia tidak pernah merasa puas dengan meninjau
suatu hal dari sudut yang umum, melainkan juga ingin memperhaikan hal-hal
yang khusus.

Kedudukan atau hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan atau berfikir
filosofis dan berfikir ilmiah akan dilengkapi uraian ini dengan piaget tentang
epistemologia genetis, yaitu fase-fase berfikir dan pikiran manusia dengan
mengambil contoh perkembangan akan mulai dari tahun pertama usia anak hingga
dewasa sebagaimana diuraikan oleh halford sebagai berikut:

Jasa utama dari piaget adalah uraiannya mengenai perkembangan anak dalam
hal tinggah laku yang terdiri atas empat fase, yaitu:

1.Fase Sensorimotor, berlangsung antara umur 0 tahun sampai usia dimana


caraberfikir anak masih sangat ditentukanoleh kemampuan pengalaman
sensorinya, sehingga sangat sedikit terjadi peristiwa berfikir yang sebenarnya,
dimana tanggapan tidak berperan sama sekali dalam proses berfikir dan pikiran
anak.

2.Fase Pra-operasional, pada usia kira-kira antara 5 - 8 tahun, yang ditandai


adanya kegiatan berfikir dengan mulai menggunakan tanggapan (disebut logika
fungsional).

3.Fase Operasional yang kongkrit, yaitu kegiatan berfikir untuk memecahkan


persoalan secara kongkrit dan terhadap benda-benda yang kongkrit pula.

4.Fase Operasi Formal, pada anak dimulai usia 11 tahun. Anak telah mulai
berfikir abstrak, dengan menggunakan konsep-konsep yang umum dengan

menggunakan hipotesa serta memprosenya secara sistematis dalam rangka


menyelesaikan problema walaupun si anak belum mampu membayangkan
kemungkinan-kemungkinan bagaimana realisasinya.

xii
Bisa disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan itu menerima dasarnya dari
filsafat, antara lain :

1.Setiap ilmu pengetahuan itu mempunyai objek dan problem

2.Filsafat juga memberikan dasar-dasar yang umum bagi semua ilmu pengetahuan
dan dengan dasar yang umum itu dirumuskan keadaan dari ilmu pengetahuan itu.

3.Di samping itu filsafat juga memberikan dasar-dasar yang khusus yang
digunakan dalam tiap-tiap ilmu pengetahuan.

4.Dasar yang diberikan oleh filsafat yaitu mengenai sifat-sifat ilmu dari semua
ilmu pengetahuan. Tidak mungkin tiap ilmu itu meninggalkan dirinya sebagai
ilmu pengetahuan dengan meninggalkan syarat yang telah ditentukan oleh filsafat.

5.Filsafat juga memberikan metode atau cara kepada setiap ilmu pengetahuan.

b. Kedudukan Filsafat dalam Kehidupan Manusia

Untuk memberikan gambaran bagaimana kedudukan filsafat dalam kehidupan


manusia maka terlebih dahulu diungkapkan kembali pengertian filsafat. Filsafat
berarti cinta akan kebijaksanaan. Jadi seorang filosof adalah orang yang mencintai
kebijaksanaan dan hikmat yang mendorong manusia itu sendiri untuk menjadi
orang yang bijaksana.

Dalam arti lain, filsafat didifinisikan sebagai suatu pemikiran yang radikal
dalam arti mulai dari akarnya masalah samapai mencapai kebenaran melalui
tahapan pemikiran. Oleh karena itu seorang yang berfilsafat adalah orang yang
berfikir secara sadar dan bertanggung jawab dengan pertanggungjawaban pertama
adalah terhadap dirinya sendiri.

Filsafat dalam coraknya yang religius bukanlah berarti disamakan dengan


agama atau pengganti keduudkan agama, walaupun filsafat dapat menjawab
segala pertanyaan atau sial-soal yang diajukan. Kedudukan agama sebagai
pengetahuan adalah lebih tinggi daripada filsafat karena didalam agama masih ada
pengetahuan yang tak tercapai oleh budi biasa adan hanya dapat diketahui karena
diwahyukan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keduudkan filsafat
dalam kehidupan manusia adalah:

1.Memberikan pengertian dan kesadaran kepada manusia akan arti pengetahuan


tentang kenyataan yang diberikan oleh filsafat.

xiii
2.Berdasarkan dasar-dasar hasil kenyataan itu, maka filsafat memberikan
pedoman hidup kepada manusia. Pedoman itu mengenai segala sesuatu yang
terdapat disekitar maunusia sendiri seperti kedudukan dalam hubungannya dengan
yang lainnya. Kita juga mengetahui bahwa alat-alat kewajiban manusia meliputi
akal, rasa dan kehendak. Dengan akal, filsafat memberikan pedoman hidup untuk
berfikir guna memperoleh pengetahuan. Dengan rasa dan kehendak maka filsafat
memberikan pedoman tentang kesusilaan mengenai baik dan buruk.

Uraian mengenai filsafat sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya kiranya


akan banyak memberikan gambaran dan kemudian dalam memahami lapangan
pendidikan dan filsafat pendidikan kemudian. Dan munculnya filsafat pendidikan
sebagai suatuilmu baru setelah tahun 1900-an tiada lain adalah sebagai akibat
adanya hubungan timbal-blik antara filsafat dan pendidikan, untuk memecahkan
dan memjawab persoalan-persoalan pendidikan secara filosofis. Dan uraian
mengenaifilsafat sebelumnya akan terasa lebih penting lagi karena hubungan
antara filsafat dan pendiidkan tidak hanya sekedar biasa melainkan hubungan
yang bersifat keharusan.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Hubungan antara Manusia, Filsafat, dan Pendidikan Filsafat adalah induk dari
ilmu pengetahuan (mater scientiarium) yang melahirkan banyak ilmu pengetahuan
yang membahas sesuai dengan apa yang telah dikaji dan diteliti didalamnya.
Dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan sentral, asal, atau pokok.
Karena filsafat satu-satunya yan telah mencapai kebenaran atau pengetahuan.
Filsafat akan memberikan alternatif mana yang paling baik untuk dijadikan
pegangan manusia.

xiv
Filsafat memberikan dasar-dasar yang umum bagi semua ilmu pengetahuan, Di
samping itu filsafat juga memberikan dasar-dasar yang khusus yang digunakan
dalam tiap-tiap ilmu pengetahuan. Dasar yang diberikan oleh filsafat yaitu
mengenai sifat-sifat ilmu dari semua ilmu pengetahuan. Filsafat juga memberikan
metode atau cara kepada setiap ilmu pengetahuan Filsafat berarti cinta akan
kebijaksanaan. Jadi seorang filosof adalah orang yang mencintai kebijaksanaan
dan hikmat yang mendorong manusia itu sendiri untuk menjadi orang yang
bijaksana dalam menjalani hidup. filsafat memberikan pedoman hidup kepada
manusia, Dengan akal, filsafat memberikan pedoman hidup untuk berpikir guna
memperoleh pengetahuan. Antara ketiga komponen, yaitu manusia, filsafat, dan
pendidikan sangat erat hubungannya. Manusia diahirkan sebagai bayi yang tidak
bisa melakukan tanpa bantuan orang lain. Dalam proses kehidupan, manusia akan
dihadapkan dengan berbagai masalah kehidupan. Untuk dapat memilih dan
melaksanakan cara hidup yang baik. Manusia memerlukan pendidikan. Dengan
pendidikan manusia akan menjadi lebih dewasa dan bertanggung jawab Peran
filsafat dalam kehidupan manusia disini yaitu sebagai pola pikir manusia yang
yang bijaksana, arif dalam menjalani suatu kehidupan .. sesuai dengan
pengertiannya dari segi etimologia Filsafat akan mengajarkan dan melatih
manusia untuk bersikap yang bijaksana dalam hidup. Terkadang dengan berfikir
filsafat, seseorang akan mempunyai suatu filsafat hidup atau pandangan atau
pedoman hidup yang baik.

B. Saran

Demikianlah makalah ini semoga bermanfaat, dengan kerendahan hati, penulis


menyadari makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Mohon kritik dan saran
demi kesempurnaan makalah ini dan khazanah keilmuan.

xv
DAFTAR PUSTAKA

Prasetya, Filsafat Pendidikan, 1997, CV. Pustaka Setia, Bandung.

Prof. Dr. H. Jalaudin , Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M. Ed, 2013 , "Filsafat
Pendidikan

Manusia,Filsafat, Dan Pendidikan", Cet.Ke-3, Rajagrafindo Persada, Depok

xvi

Anda mungkin juga menyukai