Disusun oleh :
Kelompok 5
Ahmad Asrori 1731010013
Angga Dhita Agusty 1731010017
KATAPENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan berkat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Konsep Dasar Filsafat Perenialisme”.Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata
kuliah Filsafat Perenial.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada kami dan rekan-rekan mahasiswa yang
telah mendukung dan menjalin kerjasama yang baik sehingga makalah ini dapat
diselesaikan.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju
arah yang lebih baik. Kami mengharapkan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...............................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG................................................................................1
RUMUSAN MASALAH............................................................................1
TUJUAN PENULISAN.............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
Konsep Dasar Filsafat Perenial............................................................…2
A. Pandangan Ontologi Parenialisme………………………………2
B. Pandangan Epistemologis Parenialisme…………………………3
C. Pandangan Aksiologi Parenialisme………………………………4
D. Pandangan Parenialisme Tentang Kenyataan………………….5
E. Pandangan Parenialisme Tentang Nilai…………………………5
F. Pandangan Parenialisme Tentang Pengetahuan………………..5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hakikat manusia menurut Al-Qur’an ialah bahwa manusia itu terdiri atas
unsur jasmani, akal, dan ruhani. Ketiganya sama pentingnya untuk
dikembangkan, dengan demikian kata Al-Syaibani. Konsekuensinya,
pendidikan harus didesain mengembangkan jasmani, akal, dan ruhani
manusia. Melalui uraianlain akan jelas pula bahwa unsur ruhani itu akan
mewarnai kualitas jasmani dan akal.
Agama adalah pengetahuan dari wahyu yang disajikan dalam kitab suci.
Wahyu dari Tuhan diturunkan kepada manusia melalui Nabi. Pengetahuan itu
dipercayai kebenarannya oleh para pengikut agama, karena Nabi adalah
orang-orang yang jujur, berjuang untuk kaumnya, dan keberadaan Nabi
dinyatakan oleh wahya (kitab suci) sebagai utusan Tuhan. Asas pokok agama
adalah adanya iman yaitu percaya dan yakin bahwa semesta alam dicipta oleh
Sang Pencipta (Tuhan).
Manusia agamis adalah manusia yang percaya dan yakin bahwa Tuhan
adalah Sang Pencipta dan Kuasa atas segala ciptaanNya. Pada abad 20
dan 21 ini, manusia berusaha merasionalkan ajaran agama, ini merupakan
mekanisme berpikir manusia berdasar ilmu pengetahuan formal. Manusia
sejak hidup pada zaman primitif sampai zaman modern selalu nampak gejala-
gejala agamis, itu berarti bahwa ide (pemikiran) tentang religi dan agama sulit
dihilangkan, walaupun manusia sudah berpikir kritis, dialektik, dan radikal
berdasar kondisi obyektif yang berubah dan berkembang. Unsur agama yang
4
lainnya ialah bahwa ia tidak terbatas dengan waktu, jadi agama itu kekal,
sedangkan manusia itu terbatas pada waktu. Manusia diadakan (dicipta)
oleh Tuhan, sedangkan Tuhan adanya dalam dirinya sendiri; hakikat Tuhan
ada pada dirinya sendiri, mutlak adanya. Hal-hal yang mutlak hanya dapat
dipahami dan dihayati, tidak dapat diobservasi dan digambarkan. (Tati
Latifah, 2016, h. 86)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Konsep dasar filsafat Perenial itu?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep dasar filsafat perenial
D.
5
BAB II
PEMBAHASAN
suatu bukti yang ada pada diri (realita, eksistensi) itu sendiri, jadi bukti itu
tidak pada materi atau realita yang lain, pengertian kita tentang kebenaran
hanya mungkin di atas hukum berpikir (reasoning), sebab pengertian logis
misalnya berasal dari hukum-hukum berpikir. Dalam pandangan
Perenialisme ada hubungan antara ilmu pengetahuan dengan filsafat,
seraya menyadari adanya perbedaan antara kedua bidang tersebut.
Hubungan filsafat dan pengetahuan tetap diakui urgensinya, sebab analisa-
empiris dan analisa ontologis keduanya dianggap Perenialisme dapat
komplementatif meskipun ilmu dan filsafat berkembang ke tingkat yang
makin sempurna, namun tetap diakui bahwa fisafat lebih tinggi
kedudukannya daripada ilmu pengetahuan (Khobir, 2009:65).
3. Pandangan Aksiologi Parenialisme
Masalah nilai merupakan hal yang utama dalam Perenialisme,
karena ia berdasarkan pada asas-asas supernatural yaitu menerima
universal yang abadi, khususnya tingkah laku manusia. Jadi, hakikat
manusia itu yang pertama-tama adalah jiwanya. Oleh karena itu, hakikat
manusia itu juga menentukan hakikat perbuatannya, dan persoalan nilai
adalah persoalan spiritual. Dalam aksiologi, prinsip pikiran demikian
bertahan dan tetap berlaku. Secara etika, tindakan itulah yang bersesuaian
dengan sifat rasional manusia, karena manusia itu secara alamiah condong
pada kebaikan.
Menurut Plato, manusia secara kodrat memiliki tiga potensi: nafsu,
kemauan, dan pikiran. Maka pendidikan hendaknya berorientasi pada
ketiga potensi tersebut dan pada masyarakat, agar kebutuhan yang ada
pada setiap lapisan masyarakat bisa terpenuhi. Dengan demikian,
hendaknya pendidikan disesuaikan dengan keadaan manusia yang
mempunyai nafsu, kemauan, dan pikiran. Dengan memperhatikan hal ini,
maka pendidikan yang berorientasi pada potensi dan masyarakat akan
dapat terpenuhi (Jalaluddin, 2007:117).
d. Kausa finalis adalah tujuan atau akhir dari sesuatu. Katakanlah tujuan
pembuatan sebuah patung.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep-konsep Filsafat perenial terdiri dari :
1. Pandangan Ontologi Parenialisme
DAFTAR PUSTAKA