Anda di halaman 1dari 15

FILSAFAT, ILMU DAN AGAMA

DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN MATA KULIAH


FALSAFAH KESATUAN ILMU
PROGRAM STUDI ILMU FALAK 2021

DOSEN PEMBIMBING :
Drs. Abu Hapsin, MA.,Ph.D

OLEH :
KELOMPOK 2 :
1. Ainun Wulan Yulistia (2102046060)

2. Ahmad Cahyadi (2102046056)

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. sholawat teriring salam
semoga selalu tercurah kepada suri tauladan kita Rasulullah SAW , beserta keluarga, sahabat
dan pengikutnya yang tetap istiqomah hingga akhir zaman.
Dalam makalah ini penulis mendapat judul ‘Hubungan antara agama, ilmu dan filsafat’
yang berisi tentang pemahaman agama, ilmu dan filsafat sebagai saran belajar agar mahasiswa
lebih aktif dan kreatif. Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan baik
berupa tenaga dan ide dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tak langsung. Untuk
itu penulis mengucapkan banyak terima kasih dengan tulus kepada:
1. Bapak Drs. Abu Hapsin, MA.,Ph.D selaku dosen pembimbing.
2. Orang tua , serta teman-teman kelas.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak sekali
kekurangan. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat untuk menambah ilmu pengetahuan bagi semua pihak yang membacanya dimasa yang
akan datang.

Akhirnya atas segala bantuan yang telah diberikan, penulis mengucpkan terima kasih
kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan ridho-Nya kepada kita
semua. Dan akhir kata penulis berharap kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
bersama.

Purwodadi, 24 Agustus 2021

Penulis

2
DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... 1


KATA PENGANTAR ........................................................................................ 2
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3

Bab 1 Pendahuluan ............................................................................................ 4


A. Latar Belakang ........................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
C. Tujuan ........................................................................................................ 4

Bab 2 Pembahasan ............................................................................................. 5


A. Filsafat ........................................................................................................ 5
B. Ilmu ............................................................................................................ 6
C. Agama ........................................................................................................ 7
D. Persamaan Filsafat, Ilmu, Agama .............................................................. 8
E. Perbedaan Filsafat, Ilmu dan Agama ......................................................... 9
F. Hubungan antara Filsafat, Ilmu dan Agama ............................................ 10

Bab 3 Penutup ................................................................................................... 13


A. Kesimpulan .............................................................................................. 13
B. Saran ......................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 14

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ada yang mengatakan bahwa antara filsafat, ilmu pengetahuan dan agama
memiliki hubungan. Baik filsafat, ilmu pengetahuan dan agama mempunyai
tujuan yang sama yaitu memperoleh kebenaran. Manusia selalu mencari sebabsebab
dari setiap kejadian yang disaksikannya. Dia tidak pernah menganggap
bahwa sesuatu mungkin terwujud dengan sendirinya secara kebetulan saja, tanpa
sebab.

Hasrat ingin tahu dan ketertarikan yang bersifat instinktif terhadap sebabsebab
ini memaksa kita menyelidiki bagaimana benda-benda di alam ini muncul,
dan menyelidiki ketertibannya yang mengagumkan. Kita dipaksa untuk bertanya
“ Apakah alam semesta ini, dengan seluruh bagiannya yang saling berkaitan yang
benar-benar membentuk satu kesatuan sistem yang besar itu, terwujud dengan
sendirinya, ataukah ia memperoleh wujudnya dari sesuatu yang lain?”

Dalam makalah ini penulis berusaha mencoba menjelaskan secara


sederhana mengenai filsafat, ilmu pengetahuan dan agama. Dimana dalam
makalah ini penulis berusaha memecahkan dua masalah tentang kedudukan
filsafat, ilmu pengetahuan dan agama serta bagaimana relasi antara filsafat, ilmu
pengetahuan dan agama.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Kedudukan Filsafat, Ilmu dan Agama.


2. Bagaimana Hubungan antara Filsafat, Ilmu dan Agama.

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui Kedudukan Filsafat, Ilmu dan Agama.


2. Untuk mengetahui Hubungan antara Filsafat, Ilmu dan Agama.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. KEDUDUKAN FILSAFAT, ILMU DAN AGAMA

1. FILSAFAT

Secara etimologis (asal-usul kata) filsafat berasal dari kata yunani philia (love,
cinta) dan sophia (wisdom, kebijaksanaan). Jadi ditinjau dari arti etimologis istilah
ini berarti cinta pada kebijaksanaan.

Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab sedalam-dalamnya bagi segala
sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang
atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang
dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan
dewasa dalam memikirkan segala seseuatu secara mendalam dan ingin melihat dari
segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.

Ciri-ciri berfikir filosofi:

➢ Berfikir dengan menggunakan disiplin berpikir yang tinggi.


➢ Berfikir secara sistematis.
➢ Menyusun suatu konsepsi dan menyeluruh.

Tiga persoalan yang ingin dipecahkan oleh filsafat ialah:

➢ Apakah sebenarnya hakikat hidup itu?


➢ Apakah yang dapat saya ketahui?
➢ Apakah manusia itu?

Beberapa ajaran filsafat yang telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu
adalah:

➢ Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyataan yang sebenarnya adalah


alam semesta badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan
spiritual. Aliaran ini memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan
materialisme humanistis.

5
➢ Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang
sifatnya rohani atau intelegasi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif
dan idealisme objektif.
➢ Realisme, aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan dunia materi
merupakan hakikat yang asli dan abadi.
➢ Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap
mutlak (absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kepada
kemampuan manusia.

Manfaat filsafat dalam kehidupan adalah:

➢ Sebagai dasar dalam bertindak.


➢ Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
➢ Untuk mengurangi salah paham dan konflik.
➢ Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.

2. ILMU PENGETAHUAN

Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang berasal dari pengamatan, studi dan
pengalaman yang disusun dalam satu system untuk menentukan hakikat dan prinsip
tentang hal yang sedang dipelajari. Dengan demikian ilmu pengetahuan dapat
dikatakan sebagai pengetahuan yang ilmiah. Pengetahuan yang telah disusun secara
sistematis untuk memperoleh suatu kebenaran. Ilmu pengetahuan merupakan ilmu
pasti. eksak, terorganisir, dan riil.

Ilmu berasal dari bahasa arab: ‘Alima-ya’lamu-ilman dengan wazan fa’ila-


yaf’ulu, yang berarti : mengerti, memahami benar-benar, dalam bahasa inggris
disebut science; dari bahasa latin scientia (pengetahuan) scire (mengetahui).
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ilmu adalah pengetahuan tentang
suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu.

6
Harsojo Guru Besar antripolog di Universitas Padjajaran, menerangkan bahwa ilmu:

1. Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan.


2. Sutau pendekatan atai metode pendekatan terhadap seluruh dunia emipiris yaitu
dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu yang pada prinsipnya dapat
diamatipanca indra manusia.
3. Suatu cara menganalisis yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk
menyatakan suatu proporsi dalam bentuk : “jika.......,maka.......“.
4. Afansyef, seorang pemikir marxist bangsa rusia mendefinisikan ilmu adalah
pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat, dan pikiran. Ia mencerminkan
alam dan konsep-konsep, kategori dan hukum-hukum, yang ketetapannya dan
kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.

Dari keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah sebagian pengetahuan
yang mempunyai ciri, tanda, syarat tertentu, yaitu sistematik, rasional, empiris,
universal, objektif, dapat diukur, terbuka, dan kumulatif (bersusun timbun).

3. AGAMA

Agama menurut adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Kata "agama" berasal
dari , āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep
ini adalah religi yang berasal religion dan berakar pada re-ligare yang berarti
"mengikat kembali".

Maksudnya dengan bereligi, seseorang mengikat dirinya kepada.4 Baik ilmu,


filsafat maupun agama bertujuan (sekurang-kurangnya berurusan dengan satu hal
yang sama), yaitu kebenaran. Ilmu pengetahuan dengan metodenya sendiri mencari
kebenarantentang alam dan manusia Filsafat dengan wataknya sendiri pula
menghampiri kebenaran, baik tentang alam, manusia dan Tuhan. Demikian pula
dengan agama, dengan karakteristiknya pula memberikan jawaban atas segala
persoalan asasi yang dipertanyakan manusia tentang alam, manusia dan Tuhan.5
Walau demikian baik ilmu, filsafat, maupun agama juga mempunyai hubungan lain.
Yaitu ketiganya dapat digunakan untuk memecahkan masalah pada manusia. Karena
setiap masalah yang di hadapi hadapi oleh manusia sangat bermcam-macam. Ada
persoalan yang tidak dapat diselesaikan dengan agama seperti contohnya cara kerja
mesin yang dapat dipecahkan oleh ilmu pengetahuan.
7
Albert Einstein (1879-1955) seorang ahli pikir bangsa yahudi
berkewarganegaraan Amerika Serikat, teoritikus terbesar bidang ilmu alam,
pemenang hadiah nobel tahun 1921 untuk sumbangan pada bidang fisika teori,
tentang agama dan ilu beliau berkata : “Ilmu tanpa agama adalah buta,
sedangkanagama tanpa ilmu adalah lumpuh”.
Istilah agama memiliki pengertian yang sama dengan istilah religion dalam
bahasa inggris, Bozman (Anashari, 1979) mengemukakan bahwa agama dalam arti
luas merupakan suatu penerimaan terhadap aturan-aturan dari suatu kekuatan yang
lebih tinggi, dengan jalan melakukan hubungan dengan harmonis dengan realistas
yang lebih agung dari dirinya sendiri, yang memerintahkan untuk mengadakan
kebaktian, pengabdian, dan pelayanan yang setia. Pernyataan Einsten ini ada
benarnya juga, betapa pemikiran tradisional dari kelompok rohaniawan dan ulama’
ortodoks yang kaku, menjadikan mereka tidak berkembang seperti orang lumpuh.
Sedangkan sebaliknya kaum intelektual sekuler yang sombong, menganggap agama
hanya kendala karena hanya merupakan sekedar pengaturan normal agar manusia
senantiasa tertib, menjadikan mereka sesat ibaratkan orang buta. Jadi agama itu
mutlak dan wajib.

D. PERSAMAAN FILSAFAT, ILMU DAN AGAMA.

Agama, filsafat dan ilmu sebenarnya memiliki kesamaan yaitu, bahwa keduanya
mengejar suatu hal yang dalam bahasa inggris disebut ultimater yaiut hal-hal yang
sangat penting mengenai masalah kehidupandan bukan sutau hak yang remah.orang
yang menganggap mu remeh.

Persamaan :
1. Ketiganya mencari rumusan yang sebaik-baik nya menyelidiki onjek selengkap-
lengkapnya sampai ke akar-akar nya.
2. Ketiga memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara
kejadian-kejadian yang kita alami mencoba menunjukkan sebab-akibatnya.
3. Ketiganya hendak memberikan sistensis, yaitu pendangan yang bergandengan.
4. Ketiganya mempunyai metode dan sistem. Ketiganya hendak memberikan
penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia
(objektifitas), dan pengetahuan yang mendasar.

8
E. PERBEDAAN FILSAFAT, ILMU DAN AGAMA.

Filsafat adalah induk pengetahuan, filsafat adalah teori tentang kebenaran.


Filsafat mengedepankan rasionalitas, pondasi dari segala macam disiplin ilmu yang ada.
Filsafat juga bisa diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan
segala sesuatunya secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal. Filsafat
menghampiri kebenaran dengan cara menualangkan (mengelanakan atau
mengembarakan) akal-budi secara radikal dan integral serta universal.
Agama lahir sebagai pedoman dan panduan. Agama lahir tidak didasari dengan
riset, rasis atau uji coba. Melainkan lahir dari proses peciptaan zat yang berada diluar
jangkauan manusia. Kebenaran agama bersifat mutlak, karena agama diturunkan Dzat
yang maha besar, maha mutlak, dan maha sempurna yaitu Allah.
Ilmu pengetahuan adalah suatu hal yang dipelopori oleh akal sehat, ilmiah,
empiris dan logis. Ilmu adalah cabang pengetahuan yang bekembang pesat dari waktu
kewaktu. Segala sesuatu yang berawal dari pemikiran logis dengan aksi yang ilmiah
serta dapat dipertanggung jawabkan dengan bukti yang konkret.
Ilmu dan filsafat, kedua-duanya dimulai dengan sikap sangsi atau tidak percaya.
Sedangkan agama dimulai dengan sikap percaya dan iman.
Perbedaan :
1. Objek material (lapangan) filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala
sesuatu yang ada (realita). Sedangkan onbek material ilmu itu bersifat khusu
dan empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-
masing secara kaku dan terkotak-kota, sedangkan kajian filsafat tidak
terkotak-kotak dalam disiplin tertentu.
2. Objek formal (sudut pandangan) filsafat itu bersifat non fragmentaris,
karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas,
mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik
dan intensif. Disamping itu, objek formal itu bersifat teknik, yang berarti
bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan pernyataan diri dengan realita.
3. Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan daya
spekulasi, kritis dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset
lewat pendekatan trial an error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada
kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari kegunaan nya.
4. Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan
pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif,
yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu.
5. Filsafat dan ilmu bersumber pada kekuatan akal, sedangkan agama
bersumber pada wahyu.
6. Filsafat didahului oleh keraguan, ilmu didahului keingintahunan, sedangkan
adama diawali oleh keyakinan.

9
F. HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT, ILMU DAN AGAMA

Sudah diuraikan diatas bahwa yang dicari oleh filsafat adalah kebenaran.
Demikian pula ilmu. Agama juga mengajarkan kebenaran. Kebenaran dalam filsafat
dan ilmu adalah “kebenaran akal”, sedangkan kebenaran menurut agama adalah
“kebenaran wahyu”. Kita tidak akan berusaha mencari mana yang benar atau lebih benr
di antara ketiganya, aka tetapi kita akan melihat apakah ketiganya dapat hidup
berdampingan secara damai. Meskipun filsafat dan ilmu mencari kebenaran dengan
akal, hasil yang diperoleh baik oleh filsafat maupun ilmu juga bermacam-macam. Hal
inidapat dilihat pada aliran yang berbeda-beda, baik didalam filsafat maupun didalam
ilmu. Demikian pula terdapat bermacam-macam agama yang masing-masing
mengajarkan kebenaran. Bagaimana mencari hubungan antara filsafat, ilmu dan agama
akan diperlihatkan sebagai berikut :

Perhatikan ilustrasi ini. jika seseorang melihat sesuatu kemudian


mengatakan tentang sesuatu tersebut, dikatakan ia telah mempunyai
pengetahuan mengenai sesuatu. Pengetahuan adalah sesuatu yang
tergambar didalam pikiran kita. Misalnya, ia melihat manusia, kemudian
mengatakan itu adalah manusia. ini berarti ia telah mempunyai
pengetahuan tentang manusia. jika ia meneruskan bertanya lebih lanjut
mengenai pengetahuan tentang manusia, misalnya: dari mana asalnya,
bagaimana susunannya, kemana tujuan nya, dan sebagainya, akan
diperoleh jawaban terperinci mengenai manusia tersebut. Jika titik beratnta
ditekankan kepada susunan tubuh manusia, jawaban nya akan berupa ilmu
tentang manusia dilihat dari susunan tubuhnya atau antropologi fisik. Jika
ditekankan pada hasil karya manusia atau kebudayaannya, jawabanyya
berupa ilmu manusia dilihat dari kebudayaannya atau antropologi budaya.
Jika ditekankan pada hubungan anatara manusia yang satu dengan
manusia yang lainnya, jawabannya akan berupa ilmu manusia dilihat dari
huungan sosial nya atau antropologi sosial.

Dari contoh diatas nampak bahwa pengetahuan yang telah disusun atau
disistematisasi lebih lanjut dan telah dibuktikan serta diakui kebenarannya adalah ilmu.
Dalam hal diatas, ilmu tentang manusia. Selanjutnya, jika seseorang masih bertanya terus
mengenai apa manusia ituatau apa hakikat manusia itu, maka jawabannya akan berupa
suatu “filsafat”. Dalam hal ini yang dikemukakan bukan lagi susunan tubuhnya,
kebudayaannya dan hubungannya dengan sesama manusia, akan tetapi hakikat manusia
dibalik tubuh, kebudayaan dan hubungan tadi.

10
Selanjutnya, filsafat dan ilmu juga dapat mempunyai hubungan yang baik dengan
agama. Filsafat dan ilmu juga dapat membantu menyampaikan lebih lanjut ajaran agama
kepada manusia. filsafat membantu agama dalam mengartikan teks-teks sucinya. Filsafat
membantu dalam memastikan arti objektif tulisan wahyu. Filsafat menyediakan metode-
metode pemikiran untuk teologi. Filsafat membantu agama dalam menghadapi masalah-
masalah baru.

Selanjutnya filsafat memiliki peran dalam agama:

Pertama, salah satu masalah yang dihadapi oleh setiap agama wahyu adalah masalah
interpretasi. Maksudnya, teks wahyu yang merupakan sabda Allah selalu dan dengan
sendirinya terumus dalam bahasa dari dunia.akan tetapi segenap makna dan arti bahasa manusia
tidak pernah seratus persen pasti. Itulah sebab nya kita begitu sering mengalami apa yang
disebut salah paham. Hal itu bagi bahasa wahana wahyu. Hampir pada setiap kalimat ada
kemungkinan salah tafsir. Oleh karena itu , para penganut agama yang sama pun sering masih
cukup berbeda dalam paham nya tentang isi dan arti wahyu. Dengan kata lain, kita tidak pernah
seratus persen merasa pasti bahwa pengertian kita tentang maksud Allah. Oleh sebab itu, setiap
agama wahyu mempunyai cara untuk menangani masalah itu.

Kedua, secara spesifik, filsafat selalu dan sudah memberikan pelayanan itu kepada ilmu
yang mencoba mensistematisasikan, membetulkan dan memastikan ajaran agama yang
berdasarkan wahyu, yaitu ilmu teologi. Maka secara tradisional dengan sangat tidak disenangi
oleh para filosof, filsafat disebut ancilla theologi (abdi teologi). Teologi dengan sendirinya
memerlukan paham-paham dan metode-metode tertentu, dan paham-paham serta metode-
metode itu dengan sendirinya diambildari filsafat. Misalnya, masalah penentuan Allah dan
kebebasan manusia (masalah kehendak bebas) hanya dapat dibahas dengan memakai cara
berfikir filsafat. Hal ini sama juga berlaku dalam masalah “theodicea”. Pertanyaan tentang
bagaimana Allah yang sekaligus Mahabaik dan Mahakuasa, dapat membiarkan penderitaan dan
dosa berlangsung (padahal ia tentu dapat mencegahnya).

Ketiga, filsafat dapat membantu agama dalam menghadapi masalah-masalah baru,


artinya masalah-masalah yang ada pada waktu wahyu diturunkan belum ada dan tidak
dibicarakan secara langsung dalam wahyu. Itu terutama relevan dalam bidang moralitas.
Misalnya masalah bayi tabung atau pencangkokan ginjal. Bagaimana orang mengambil sikap
terhadap dua kemungkinan itu : boleh atau tidak? Bagaimana dalam ini ia mendasarkan diri
pada agamanya, dua masalah itu tidak pernah dibahas? Jawabanyya hanya dapat ditemukan
dengan cara menerapkan prinsip-prinsip etika yang termuat dalam konteks lain dalam kitab
suci pada masalah baru itu. nah, dalam proses ini diperlukan pertimbangan filsafat moral.
Filsafat juga dapat membentu merumuskan pertanyaan-pertanyaan kritis yang mengunggah
agama, dalam usaha manusia seperti ini, untuk memahami wahyu Allah secara tepat, untuk
mencapai kata sepakat tentang arti salah satu bagian wahyu, filsafat dapat saja membantu.

11
Karena jelas bahwa jawaban atas pertanyyan itu harus diberikan dengan memakai nalar
(pertanyaan tentang arti wahyu tidak dapat dipecahkan dengan mencari jawabanyya dalam
wahyu saja, karena dengan demikian pertanyaan yang sama akan muncul kembali dan
seterudnya). Karena filsafat adalah seni pemakaian nalar secara tepat dan bertanggung jawab,
filsafat dapat membantu agama dalam memastikan arti wahyu nya.

Keempat, yang dapat diberikan oleh filsafat kepada agama diberikan melalui fungsi
kritisnya. Salah satu tugas filsafat adalah kritik ideologi. Maksudnya adalah sebagai berikut.
Masyarakat terutama pasca tradisional, brada dibawah semburan segala macem pandangan,
kepercayaan, agama, aliran, ideologi dan keyakinan. Semua pandangan itu memiliki satu
kesamaan : mereka mengatakan kepada masyarakat bagaimana ia harus hidup, bersikap dan
bertindak.

Kritik ideologi itu dibutuhkan agama dalam dua arah. Pertama terhadap pandangan-
pandangan saingan, terutama pandangan-pandangan yang mau merusak sikap jujur, taqwa dan
bertanggung jawab. Filsafat tidak sekedar mengutuk apa yang tidak sesuai pandangan kita
sendiri, melainkan mempergunakan argumentasi rasional. Agama sebaiknya menghadapi
idelogi-ideologi saingan tidak secara dogmatis belaka, jadi hanya karena berpendapat lain,
melainkan berdasarkan argumentasi yang objektif dan juga dapat dimengerti orang luar. Arah
kedua menyangkut agama nya sendiri. Filsafat dapat mempertanyakan, apakah sesuatu yang
boleh penganut agama dikatakan sebagai termuat dalam Allah, memang termasuk wahyu itu.
jadi filsafat dapat menjadi alat untuk membebaskan ajaran-ajaran agama dari unsur ideologis
yang menuntut sesuatu yang sebenarnya tidak termua dalam wahyu, melainkan hanya
berdasarkan sebuah interpretasi subyektif. Maka filsafat membantu pembaharuan agama.
Berhadapan tentang tantangan-tantangan zaman, agama tidak sekeda menyesuaikan dirinya,
melainkan menggali jawaban dengan berpaling kembali kepada apa yang sebenarnya
diwahyukan oleh Allah. Dengan cara menyadari keadaan serta kedudukan masing-masing,
maka antara ilmu dan filsafat serta agam dapat terjalin hubungan yang harmonis dan saling
mendukung. Karena, semakin jelas pula bahwa seringkali pertanyaan, fakta atau realita yang
dihadapi seseorang adalah hal yang sama, namun dapat dijawab secara berbeda sesuai dengan
proporsi yang dimiliki masing-masing bidang kajian, baik itu ilmu, filsafat dan agama.
Ketiganya dapat saling menunjang dalam menyelesaikan persoalan yang timbul dalam
kehidupan.
Sesungguhnya kaum Ionian telah membuat pemisahan antara filsafat dan ilmu. Namun
dalam kenyataannya sekarang filsafat memiliki arti yang terbatas. Hal ini terjadi karena filsafat
telah menjadi korban kesuksesannya sendiri. Bermula dari penyelidikan tentang cara kerja alam
semesta, cabang penyelidikan tersebut segera memberikan hasil yang positif, tetapi kemudian
bidang tersebut dialihkan dari filsafat lalu dinamakan sebagai ilmu. Dengan demikian ilmu
merupakan anak dari filsafat. Begitu pula agama, mutlak harus ada dan diseimbangkan dengan
ilmu, karena didalam kemajuan ilmu, seseorang berkiblat kepada moral, dan moral yang ditata
secara hakiki adala agama.

12
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa meskipun antara filsafat, ilmu
dan agama memiliki perbedaan, tetapi ada titik persamaan yaitu ketiganya mencari
sebuah kebenaran dan memberikan sebuah jawaban bagi permasalahan-permasalahan
kehidupan. Sehingga antara filsafat, ilmu dan agama memiliki relevasi sebagai berikut:

1. Filsafat, ilmu dan agama sama-sama mencari kebenaran. Sebagai contoh pengetahuan
tentang manusia.
2. Filsafat dan ilmu dapat membantu menyampaikan lebih lanjut ajaran agama kepada
manusia. filsafat membantu agama dalam mengartikan (menginterpretasikan) teks-teks
suci nya. Contoh tentang bayi tabung.
3. Sebaliknya, agama dapat membantu memberi jawaban terhadap problem yang tidak
dapat dijangkau dan dijawab oleh ilmu dan filsafat.

Dengan demikian antara filsafat, ilmu dan agama tidak ada pertentangan jika
didudukkan dalam proporsi dan bidangnya masing-masing.

B. SARAN

Berdasarkan hal diatas penulis mengajak pembaca untuk bisa lebih mendalami
lagi ketiga bidang kajian ini, filsafat, ilmu dan agama. Sehingga, mampu menjawab
setiap permasalahn dengan bijak dan benar.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anshari, Endang Saifudin, Ilmu, Filsafat dan Agama,. Surabaya: Bina Ilmu, Cet.7, 1987.

Bakhtiar, Amsal, Filsafat, Ilmu,. Jakarta: PT RajaGafindo Persada, 2004.

Gie, The Liang, Pengantar Filsafat Ilmu,. Yogyakarta: Librery, 2004.

Abidin, Zainal. Filsafat Barat. 2011. Jakarta: Rajawali Pers.

Isma’il, Muhammad Al-Husain, Kebenaran Mutlak,. Jakarta: SAHARA, 2006.

http://id.wikipedia.org/wiki/Agama

14

Anda mungkin juga menyukai