DOSEN PEMBIMBING :
Drs. Abu Hapsin, MA.,Ph.D
OLEH :
KELOMPOK 2 :
1. Ainun Wulan Yulistia (2102046060)
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. sholawat teriring salam
semoga selalu tercurah kepada suri tauladan kita Rasulullah SAW , beserta keluarga, sahabat
dan pengikutnya yang tetap istiqomah hingga akhir zaman.
Dalam makalah ini penulis mendapat judul ‘Hubungan antara agama, ilmu dan filsafat’
yang berisi tentang pemahaman agama, ilmu dan filsafat sebagai saran belajar agar mahasiswa
lebih aktif dan kreatif. Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan baik
berupa tenaga dan ide dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tak langsung. Untuk
itu penulis mengucapkan banyak terima kasih dengan tulus kepada:
1. Bapak Drs. Abu Hapsin, MA.,Ph.D selaku dosen pembimbing.
2. Orang tua , serta teman-teman kelas.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak sekali
kekurangan. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat untuk menambah ilmu pengetahuan bagi semua pihak yang membacanya dimasa yang
akan datang.
Akhirnya atas segala bantuan yang telah diberikan, penulis mengucpkan terima kasih
kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan ridho-Nya kepada kita
semua. Dan akhir kata penulis berharap kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
bersama.
Penulis
2
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ada yang mengatakan bahwa antara filsafat, ilmu pengetahuan dan agama
memiliki hubungan. Baik filsafat, ilmu pengetahuan dan agama mempunyai
tujuan yang sama yaitu memperoleh kebenaran. Manusia selalu mencari sebabsebab
dari setiap kejadian yang disaksikannya. Dia tidak pernah menganggap
bahwa sesuatu mungkin terwujud dengan sendirinya secara kebetulan saja, tanpa
sebab.
Hasrat ingin tahu dan ketertarikan yang bersifat instinktif terhadap sebabsebab
ini memaksa kita menyelidiki bagaimana benda-benda di alam ini muncul,
dan menyelidiki ketertibannya yang mengagumkan. Kita dipaksa untuk bertanya
“ Apakah alam semesta ini, dengan seluruh bagiannya yang saling berkaitan yang
benar-benar membentuk satu kesatuan sistem yang besar itu, terwujud dengan
sendirinya, ataukah ia memperoleh wujudnya dari sesuatu yang lain?”
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. FILSAFAT
Secara etimologis (asal-usul kata) filsafat berasal dari kata yunani philia (love,
cinta) dan sophia (wisdom, kebijaksanaan). Jadi ditinjau dari arti etimologis istilah
ini berarti cinta pada kebijaksanaan.
Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab sedalam-dalamnya bagi segala
sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang
atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang
dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan
dewasa dalam memikirkan segala seseuatu secara mendalam dan ingin melihat dari
segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Beberapa ajaran filsafat yang telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu
adalah:
5
➢ Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang
sifatnya rohani atau intelegasi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif
dan idealisme objektif.
➢ Realisme, aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan dunia materi
merupakan hakikat yang asli dan abadi.
➢ Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap
mutlak (absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kepada
kemampuan manusia.
2. ILMU PENGETAHUAN
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang berasal dari pengamatan, studi dan
pengalaman yang disusun dalam satu system untuk menentukan hakikat dan prinsip
tentang hal yang sedang dipelajari. Dengan demikian ilmu pengetahuan dapat
dikatakan sebagai pengetahuan yang ilmiah. Pengetahuan yang telah disusun secara
sistematis untuk memperoleh suatu kebenaran. Ilmu pengetahuan merupakan ilmu
pasti. eksak, terorganisir, dan riil.
6
Harsojo Guru Besar antripolog di Universitas Padjajaran, menerangkan bahwa ilmu:
Dari keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah sebagian pengetahuan
yang mempunyai ciri, tanda, syarat tertentu, yaitu sistematik, rasional, empiris,
universal, objektif, dapat diukur, terbuka, dan kumulatif (bersusun timbun).
3. AGAMA
Agama menurut adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Kata "agama" berasal
dari , āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep
ini adalah religi yang berasal religion dan berakar pada re-ligare yang berarti
"mengikat kembali".
Agama, filsafat dan ilmu sebenarnya memiliki kesamaan yaitu, bahwa keduanya
mengejar suatu hal yang dalam bahasa inggris disebut ultimater yaiut hal-hal yang
sangat penting mengenai masalah kehidupandan bukan sutau hak yang remah.orang
yang menganggap mu remeh.
Persamaan :
1. Ketiganya mencari rumusan yang sebaik-baik nya menyelidiki onjek selengkap-
lengkapnya sampai ke akar-akar nya.
2. Ketiga memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara
kejadian-kejadian yang kita alami mencoba menunjukkan sebab-akibatnya.
3. Ketiganya hendak memberikan sistensis, yaitu pendangan yang bergandengan.
4. Ketiganya mempunyai metode dan sistem. Ketiganya hendak memberikan
penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia
(objektifitas), dan pengetahuan yang mendasar.
8
E. PERBEDAAN FILSAFAT, ILMU DAN AGAMA.
9
F. HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT, ILMU DAN AGAMA
Sudah diuraikan diatas bahwa yang dicari oleh filsafat adalah kebenaran.
Demikian pula ilmu. Agama juga mengajarkan kebenaran. Kebenaran dalam filsafat
dan ilmu adalah “kebenaran akal”, sedangkan kebenaran menurut agama adalah
“kebenaran wahyu”. Kita tidak akan berusaha mencari mana yang benar atau lebih benr
di antara ketiganya, aka tetapi kita akan melihat apakah ketiganya dapat hidup
berdampingan secara damai. Meskipun filsafat dan ilmu mencari kebenaran dengan
akal, hasil yang diperoleh baik oleh filsafat maupun ilmu juga bermacam-macam. Hal
inidapat dilihat pada aliran yang berbeda-beda, baik didalam filsafat maupun didalam
ilmu. Demikian pula terdapat bermacam-macam agama yang masing-masing
mengajarkan kebenaran. Bagaimana mencari hubungan antara filsafat, ilmu dan agama
akan diperlihatkan sebagai berikut :
Dari contoh diatas nampak bahwa pengetahuan yang telah disusun atau
disistematisasi lebih lanjut dan telah dibuktikan serta diakui kebenarannya adalah ilmu.
Dalam hal diatas, ilmu tentang manusia. Selanjutnya, jika seseorang masih bertanya terus
mengenai apa manusia ituatau apa hakikat manusia itu, maka jawabannya akan berupa
suatu “filsafat”. Dalam hal ini yang dikemukakan bukan lagi susunan tubuhnya,
kebudayaannya dan hubungannya dengan sesama manusia, akan tetapi hakikat manusia
dibalik tubuh, kebudayaan dan hubungan tadi.
10
Selanjutnya, filsafat dan ilmu juga dapat mempunyai hubungan yang baik dengan
agama. Filsafat dan ilmu juga dapat membantu menyampaikan lebih lanjut ajaran agama
kepada manusia. filsafat membantu agama dalam mengartikan teks-teks sucinya. Filsafat
membantu dalam memastikan arti objektif tulisan wahyu. Filsafat menyediakan metode-
metode pemikiran untuk teologi. Filsafat membantu agama dalam menghadapi masalah-
masalah baru.
Pertama, salah satu masalah yang dihadapi oleh setiap agama wahyu adalah masalah
interpretasi. Maksudnya, teks wahyu yang merupakan sabda Allah selalu dan dengan
sendirinya terumus dalam bahasa dari dunia.akan tetapi segenap makna dan arti bahasa manusia
tidak pernah seratus persen pasti. Itulah sebab nya kita begitu sering mengalami apa yang
disebut salah paham. Hal itu bagi bahasa wahana wahyu. Hampir pada setiap kalimat ada
kemungkinan salah tafsir. Oleh karena itu , para penganut agama yang sama pun sering masih
cukup berbeda dalam paham nya tentang isi dan arti wahyu. Dengan kata lain, kita tidak pernah
seratus persen merasa pasti bahwa pengertian kita tentang maksud Allah. Oleh sebab itu, setiap
agama wahyu mempunyai cara untuk menangani masalah itu.
Kedua, secara spesifik, filsafat selalu dan sudah memberikan pelayanan itu kepada ilmu
yang mencoba mensistematisasikan, membetulkan dan memastikan ajaran agama yang
berdasarkan wahyu, yaitu ilmu teologi. Maka secara tradisional dengan sangat tidak disenangi
oleh para filosof, filsafat disebut ancilla theologi (abdi teologi). Teologi dengan sendirinya
memerlukan paham-paham dan metode-metode tertentu, dan paham-paham serta metode-
metode itu dengan sendirinya diambildari filsafat. Misalnya, masalah penentuan Allah dan
kebebasan manusia (masalah kehendak bebas) hanya dapat dibahas dengan memakai cara
berfikir filsafat. Hal ini sama juga berlaku dalam masalah “theodicea”. Pertanyaan tentang
bagaimana Allah yang sekaligus Mahabaik dan Mahakuasa, dapat membiarkan penderitaan dan
dosa berlangsung (padahal ia tentu dapat mencegahnya).
11
Karena jelas bahwa jawaban atas pertanyyan itu harus diberikan dengan memakai nalar
(pertanyaan tentang arti wahyu tidak dapat dipecahkan dengan mencari jawabanyya dalam
wahyu saja, karena dengan demikian pertanyaan yang sama akan muncul kembali dan
seterudnya). Karena filsafat adalah seni pemakaian nalar secara tepat dan bertanggung jawab,
filsafat dapat membantu agama dalam memastikan arti wahyu nya.
Keempat, yang dapat diberikan oleh filsafat kepada agama diberikan melalui fungsi
kritisnya. Salah satu tugas filsafat adalah kritik ideologi. Maksudnya adalah sebagai berikut.
Masyarakat terutama pasca tradisional, brada dibawah semburan segala macem pandangan,
kepercayaan, agama, aliran, ideologi dan keyakinan. Semua pandangan itu memiliki satu
kesamaan : mereka mengatakan kepada masyarakat bagaimana ia harus hidup, bersikap dan
bertindak.
Kritik ideologi itu dibutuhkan agama dalam dua arah. Pertama terhadap pandangan-
pandangan saingan, terutama pandangan-pandangan yang mau merusak sikap jujur, taqwa dan
bertanggung jawab. Filsafat tidak sekedar mengutuk apa yang tidak sesuai pandangan kita
sendiri, melainkan mempergunakan argumentasi rasional. Agama sebaiknya menghadapi
idelogi-ideologi saingan tidak secara dogmatis belaka, jadi hanya karena berpendapat lain,
melainkan berdasarkan argumentasi yang objektif dan juga dapat dimengerti orang luar. Arah
kedua menyangkut agama nya sendiri. Filsafat dapat mempertanyakan, apakah sesuatu yang
boleh penganut agama dikatakan sebagai termuat dalam Allah, memang termasuk wahyu itu.
jadi filsafat dapat menjadi alat untuk membebaskan ajaran-ajaran agama dari unsur ideologis
yang menuntut sesuatu yang sebenarnya tidak termua dalam wahyu, melainkan hanya
berdasarkan sebuah interpretasi subyektif. Maka filsafat membantu pembaharuan agama.
Berhadapan tentang tantangan-tantangan zaman, agama tidak sekeda menyesuaikan dirinya,
melainkan menggali jawaban dengan berpaling kembali kepada apa yang sebenarnya
diwahyukan oleh Allah. Dengan cara menyadari keadaan serta kedudukan masing-masing,
maka antara ilmu dan filsafat serta agam dapat terjalin hubungan yang harmonis dan saling
mendukung. Karena, semakin jelas pula bahwa seringkali pertanyaan, fakta atau realita yang
dihadapi seseorang adalah hal yang sama, namun dapat dijawab secara berbeda sesuai dengan
proporsi yang dimiliki masing-masing bidang kajian, baik itu ilmu, filsafat dan agama.
Ketiganya dapat saling menunjang dalam menyelesaikan persoalan yang timbul dalam
kehidupan.
Sesungguhnya kaum Ionian telah membuat pemisahan antara filsafat dan ilmu. Namun
dalam kenyataannya sekarang filsafat memiliki arti yang terbatas. Hal ini terjadi karena filsafat
telah menjadi korban kesuksesannya sendiri. Bermula dari penyelidikan tentang cara kerja alam
semesta, cabang penyelidikan tersebut segera memberikan hasil yang positif, tetapi kemudian
bidang tersebut dialihkan dari filsafat lalu dinamakan sebagai ilmu. Dengan demikian ilmu
merupakan anak dari filsafat. Begitu pula agama, mutlak harus ada dan diseimbangkan dengan
ilmu, karena didalam kemajuan ilmu, seseorang berkiblat kepada moral, dan moral yang ditata
secara hakiki adala agama.
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa meskipun antara filsafat, ilmu
dan agama memiliki perbedaan, tetapi ada titik persamaan yaitu ketiganya mencari
sebuah kebenaran dan memberikan sebuah jawaban bagi permasalahan-permasalahan
kehidupan. Sehingga antara filsafat, ilmu dan agama memiliki relevasi sebagai berikut:
1. Filsafat, ilmu dan agama sama-sama mencari kebenaran. Sebagai contoh pengetahuan
tentang manusia.
2. Filsafat dan ilmu dapat membantu menyampaikan lebih lanjut ajaran agama kepada
manusia. filsafat membantu agama dalam mengartikan (menginterpretasikan) teks-teks
suci nya. Contoh tentang bayi tabung.
3. Sebaliknya, agama dapat membantu memberi jawaban terhadap problem yang tidak
dapat dijangkau dan dijawab oleh ilmu dan filsafat.
Dengan demikian antara filsafat, ilmu dan agama tidak ada pertentangan jika
didudukkan dalam proporsi dan bidangnya masing-masing.
B. SARAN
Berdasarkan hal diatas penulis mengajak pembaca untuk bisa lebih mendalami
lagi ketiga bidang kajian ini, filsafat, ilmu dan agama. Sehingga, mampu menjawab
setiap permasalahn dengan bijak dan benar.
13
DAFTAR PUSTAKA
Anshari, Endang Saifudin, Ilmu, Filsafat dan Agama,. Surabaya: Bina Ilmu, Cet.7, 1987.
http://id.wikipedia.org/wiki/Agama
14