0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
384 tayangan12 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang ajaran Empedokles mengenai empat unsur (api, udara, tanah, air) yang membentuk segala sesuatu di alam semesta, serta dua prinsip utama yaitu cinta dan benci yang mengatur perubahan. Teori Empedokles ini kemudian diambil alih oleh Plato dan Aristoteles. Aristoteles mengkritik bahwa Empedokles belum menjelaskan penyebab akhir perubahan, meskipun konsepnya memberi sumbangan
Dokumen tersebut membahas tentang ajaran Empedokles mengenai empat unsur (api, udara, tanah, air) yang membentuk segala sesuatu di alam semesta, serta dua prinsip utama yaitu cinta dan benci yang mengatur perubahan. Teori Empedokles ini kemudian diambil alih oleh Plato dan Aristoteles. Aristoteles mengkritik bahwa Empedokles belum menjelaskan penyebab akhir perubahan, meskipun konsepnya memberi sumbangan
Dokumen tersebut membahas tentang ajaran Empedokles mengenai empat unsur (api, udara, tanah, air) yang membentuk segala sesuatu di alam semesta, serta dua prinsip utama yaitu cinta dan benci yang mengatur perubahan. Teori Empedokles ini kemudian diambil alih oleh Plato dan Aristoteles. Aristoteles mengkritik bahwa Empedokles belum menjelaskan penyebab akhir perubahan, meskipun konsepnya memberi sumbangan
2. Ericha Dwi Putri (18108820004) FILSAFAT ALAM KEMBALI (Kaum Pluralis) Ajaran mengenai keempat anasir Empedokles setuju dengan parmenides bahwa dalam alam semesta tidak ada sesuatu yang dilahirkan sebagai baru dan tidak ada sesuatu yang binasa sehingga tidak ada lagi. Ia juga tidak menerima adanya ruang kosong. Namun, ia ingin menyelamatkan kesaksian panca indra yang senantiasa menunjukkan pluralitis dan perubahan. Itulah sebabnya ia mengatakan bahwa realitas seluruhnya tersusun dari empat anasir, yaitu api, udara, tanah, dan air. Sebetulnya empedokles sendiri tidak mempergunakan kata “anasir”, tetapi suatu kata yang berarti “akar” (rizomata). Plato akan menggunakan kata “anasir” (stokikheia), yang kemudian menjadi istilah teknis dalam filsafat yunani. Keempat anasir itu masing-masing dikaitkan dengan keempat ciri yang berlawanan, yang sudah diketahui sejak anaximandros Teori mengenai keempat anasir akan diambil alih oleh plato, aristoteles dan semua filsuf yunani lain. Dan karena kosmologi aristoteles di terima umum sepanjang seluruh abad pertengahan, maka teori mengenai keempat anasir merupakan pandangan dunia sampai awal zaman modern. Baru robert boyle (1627-1691) akan membantah teori ini secara definitif dan dengan itu ia membuka jalan untuk kimia modern. Empedokles berpendapat bahwa semua anasir memiliki kuantitas yang persis sama. Anasir sendiri tidak berubah, sehingga, misalnya, tanah tidak dapat menjadi air. Akan tetapi, semua benda yang ada di alam semesta terdiri dari keempat anasir tersebut, walaupun berbeda komposisinya. Contohnya, Empedokles menyatakan tulang tersusun dari dua bagian tanah, dua bagian air, dan empat bagian api. Suatu benda dapat berubah karena komposisi empat anasir tersebut diubah. Pemikiran Empedokles tentang empat anasir kemudian akan diambil- alih oleh Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lainnya. Karena kosmologi Aristoteles diterima umum sepanjang seluruh abad Pertengahan, maka teori tentang empat anasir merupakan pandangan dunia sampai awal zaman modern. Setelah itu pada abad ke-17, Robert Boyle membantah teori ini secara definitif dan dengan itu Boyle membuka jalan untuk kimia modern. AJARAN CINTA dan BENCI 1. Filsafat cinta dan benci menurut Empedokles Menurut empedokles ada dua prinsip yang mengatur perubahan-perubahan dalam alam semesta dan dua prinsip itu berlawanan satu sama lain. Kedua prinsip dinamakan “cinta” (phitoles) dan “benci” (neikos). Cinta menggabungkan anasir-anasir dan benci menceraikannya. Empedokles melukiskan kedua prinsip itu sebagai semacam cairan halus yang meresapi semua benda lain. Itu berarti bahwa ia juga tidak berhasil membayangkan sesuatu yang tak jasmani sifatnya. Atas dasar kedua prinsip itu empedokles menggolongkan kejadian- kejadian alam semesta dalam empat zaman, yaitu : a. Zaman pertama Disini cinta adalah dominan dan menguasai segala-galanya. Alam semesta dalam keadaan ini dibayangkan sebagai suatu bola (seperti “yang ada” pada parmenides) dimana semua anasir tercampur secara sempurna. Benci di kesampingkan ke ujung. b. Zaman kedua Benci mulai masuk untuk menceraikan anasir-anasir. Jadi, alam semesta dikuasai oleh cinta dan sebagian dikuasi oleh benci. Benda-benda mempunyai kemantapan, tetapi dapat lenyap. Makhluk-makhluk hidup misalnya dapat matii. Menurut empedokles kita sekarang ini hidup dalam zaman kedua ini. c. Zaman ketiga Apabila penceraian anasir-anasir, mulai berlaku zaman ketiga, dimana benci adalah dominan dan menguasai segala-galanya. Keempat anasir sama sekali telepas satu sama lain, merupakan empat lampisan konsentris : tanah dalam pusat dan api dalam permukaan. Cinta sudah di kesampingkan ke ujung. d. Zaman keempat Sekarang cinta pada gilirannya masuk kosmos, sehingga timbul situasi yang sejajar dengan zamn kedua. Apabila cinta akhirnya menjadi dominan maka kita kembali kezaman pertama. 2. Filsafat Cinta menurut Plato Cinta, kata Plato, itu ibarat kereta bersayap dengan dua kuda (hitam dan putih) yang dikendalikan oleh kusirnya.Kuda hitam lambing nafsu-nafsu rendah, sementara kuda putih lambing dari hasrat dan harga diri.Kusir adalah lambing dari rasio, sementara sayap symbol dari eros atau cinta itu sendiri.Seperti kata pepatah Arab yang mengatakan bahwa manusia itu adalah hewan yang berpikir.Jadi, kita ibarat kereta yang dikendalikan oleh akal.Jangan sampai akal kita menjadi mati. Jika akal mati, maka kita akan sama dengan binatang yang tak mempunyai akal pikiran.Orang yang jatuh cinta harus menggunakan akalnya. Oleh karena itu, Plato membagi cinta ke dalam tiga jenis, yaitu: cinta jasmaniah, cinta persahabatan, dan cinta ketuhanan. Orang jatuh cinta karena melihat faktor fisik, maka level cintanya masih berada pada level dasar. Mencintai seseorang karena kecantikan atau ketampanan itu termasuk cinta karena faktor fisik. Pada level kedua, ada cinta persahabatan.Cinta persahabatan merupakan jenis perasaan cinta yang ditujukan kepada semua orang. Cinta kategori ini lahir karena didorong oleh ketulusan hati untuk kebahagiaan orang lain. Ketiga, level yang paling tinggi dalam mencintai adalah level cinta ketuhanan.Sebuah perwujudan dari karunia Tuhan dan cinta-Nya kepada manusia. Cinta ketuhanan ini sejalan dengan quote bahwa mencintai seseorang bukan dilihat dari apa agamanya dan bagaimana fisiknya, tetapi karena aku mencintaimu sebab ada ruh Tuhan dalam dirimu. Kritik Aristoteles dan Demokritos terhadap Konsep Empledokles Dalam hal ini Aristoteles mengkritisi apa yang menjadi pendapat dari Empedokles. Aristoteles mengkritisi pendapat Empedokles dalam konteks penjelasan Aristoteles dalam bukunya yang berjudul Fisika. Dalam bukunya itu dikatakan bahwa “setiap ilmu pengetahuan berusaha mencari objek yang diselidikinya atau mencari causa tentang objek itu”. Maka atas dasar pemikirannya inilah Aristoteles kemudian memberikan penjelasan tentang teori empat penyebab. Atas dasar teori inilah Aristoteles kemudian mengkritisi apa yang dikatakan oleh Empedokles tentang konsep cinta dan benci sebagai proses perubahan dari alam semesta ini. Aristoteles mengatakan bahwa konsep Empedokles tentang alam semesta hanya sampai pada penyebab efisien, dalam hal ini Empedokles belum menyebut penyebab finalnya. Penjelasan Empedokles dalam hal ini tidak mutlak ditolak oleh Aristoteles tetapi melengkapi konsep itu, dalam hal ini konsep tentang perubahan alam semesta ini. Konsep cinta dan benci dari Empedokles dan juga konsep dari filsuf- filsuf pra-sokratik juga menjadi patokan dari Aristoteles untuk menemukan penyebab final dari perubahan alam semesta ini. Aristoteles menyetujui pendapat Empedokles ini. Kritik terhadap Empedokles sesungguhnya bukan saja diberikan oleh Aristoteles tapi juga oleh filsuf lain seperti Demokritos. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kritik dua filsuf di atas bukan berarti mereka menolak konsep Empedokles. Seperti Aristoteles mengkritisi konsep Empedokles dan melengkapinya, kemudian untuk Demokritos hanya mengkritisi tentang pembagian dari unsur yang membentuk realitas itu. Namun untuk Aristoteles konsep Empedokles tentu memberikan sumbangan yang besar baginya dalam menemukan penyebab final dari perubahan alam semesta ini.