Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

A . Pengertian Filsafat Alam III

Pemikiran filsafat yunani pada periode awal sering disebut sebagai filsafat alam.
Didasarkan pada banyak nya ahli pikir yang memfokuskan pemikiran nya pada apa
yang diamati sekitarnya, yakni alam semesta1. Tipe filsafat alam ini juga disebut
sebagai pra-socrates. Pada masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya
alam semesta serta dengan penghuninya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan
kepercayaan. Para filsuf tidak puas akan keterangan itu lalu mencoba mencari
keterangan melalui pemikirannya. Mereka menanyakan dan mencari jawaban: apakah
sebetulnya alam ini. Apakah inti sarinya? Mungkin yang beraneka warna dalam alam
ini dapat dipulangkan kepada yang satu atau yang tidak banyak itu. Sebab karakter
pemikiran filsafat pada zaman ini berbeda dengan zaman socrates dan para filsuf di
zaman ini dianggap sebagai filsuf pertama atau filsuf alam. Pemikiran mereka
didasarkan dalam pencarian unsur induk (arche) asal mula dari segala sesuatu.
Pandangan para filsuf pada zaman ini melahirkan monisme, yaitu aliran yang
menyatakan hanya ada satu kenyataan fundamental.

B. TOKOH FILSAFAT ALAM III

Filsuf pra-socrates pada filsafat alam yang ketiga adalah Empedocles dan
Anaxagoras, mereka dikenal sebagai kaum Elea. Karena pendapat mereka yang
menganut paham dari permenides.

i. Empedocles (490-435 SM)

Mungkin, kedua filosof permenides


dan heuraclitus saling bertentangan, akan

1Ali maksum, pengantar filsafat dari masa klasik hingga postmodernisme,. hal

1
tetapi disini, Empedocles akan menengahi kedua pendapat yang saling
bertentangan tersebut. Lahir di Akragos, pulau Sicilla. Ia sangat dipengaruhi oleh
ajaran kaum Pythagoran, Parmenidaes, dan aliran keagamaan refisme. Ia pandai
dalam bidang kedokteran, penyair retorika, politik, dan pemikir. Ia menulis dalam
bentuk puisi, seperti Parmenides. Hasil karyanya dituangkan dalam bentuk syair,
yaitu: tentang alam dan tentang penyucian, atau suatu pemikiran filsafati tentang
alam dan suatu buah pikiran yang bersifat mistis-keagamaan.2

Dalam pemikiran ia setuju dengan pendapat Permenides bahwa alam


semesta tiada sesuatu pun yang dilahirkan sebagai hal yang baru dan dapat
dibinasakan sehingga tiada lagi.Segalanya hanyalah “ada” yang tetap, satu dan
tidak berubah. Tiga hal yang ditolak filsafat “ada” yaltu, tidak ada kejamakan,
tidak ada perubahan dan tidak ada ruang kosong Demikian juga ia setuju dengan
Heraclitus bahwa segala sesuatu mengalir atau berubah dan tiada ruang
kosong.Heraclitus tidak percaya adanya sesuatu yang tetap, segalanya berubah. .
Bergerak berarti menjadi. Tidak ada sesuatupun yang sungguh-sungguh ada.
Semuanya menjadi; semuanya berubah tanpa henti Akan tetapi ia menentang
bahwa kesaksian indera adalah palsu. Baginya pengetahuan indrawi itu
menyesatkan, dan pengetahuan rasiolah yang mampu menjamin kepastian
Sebagaimana filsuf sebelumnya, empedocles juga mengakui bahwa di alam
semesta ada prinsip atau unsur yang menyatukan segala sesuatu, namun tidak
dalam satu prinsip. Memang pengamatan yang dengan indera menunjukan hal
yang jamak, yang berubah, seperti dari salah satu unsur api atau air. Tentu saja,
api tidak akan pernah berubah menjadi air,udara, atau tanah. akan tetapi bentuk
kenyataan yang bermacam-macam itu hanya disebabkan karena penggabungan
dan pemisahan keempat unsur (rizomoto) yang menyusun segala kenyataan.
Keempat unsur itu adalah : air, udara, api dan tanah. Pendapat empedocles ini
merupakan sintesis dari teori para filsuf sebelumnya, yang menyebutkan adanya
suatu unsur sebagai asal usul suatu alam semesta.

Keempat unsur itu mempunyai kualitas yang sama. Yaitu tidak


berubah-ubah.segala yang ada terdiri dari keempat unsur itu. Perbedaan-perbedaan
2 Hadi wijoyo, Harun, Sari sejarah Filsafat Barat, Kanisius, Yogyakarta

2
yang ada di antara benda-benda disebabkan karena campuran atau peggabungan
keempat unsur itu berbeda-beda, misal : tulang terdiri dari 2 bagian unsur tanah, 2
bagian unsur air dan 4 bagian unsur api, demikian seterusnya.Menurut
Empedokles, segala sesuatu terdiri dari keempat anasir tadi. Yang membedakan
sesuatu yang satu dengan yang lain adalah komposisi dari tiap-tiap anasir.
Perubahan terjadi karena komposisi anasirnya diubah.

Proses penggabungan dan pemisahan unsur itu diatur oleh dua kekuatan
yang saling berlawanan, yaitu cinta (filotes) dan benci (neikos), cinta
menggabungkan, sedang benci menceraikan. Dengan demikian keduanya
dipandang sebagai cairan halus yang meresapi semua benda. Dengan demikian
segala sesuatu dipandang sebagai bersifat bendawi. Semula keempat unsur itu
digabungkan dalam suatu keselarasan cinta,akan tetapi benci berusaha
menceraikan keempatnya tersebut, sehingga muncul pengelompokan 4 zaman
Empedokles yang belangsung terus-menerus, silih-berganti,dan kembali lagi
kepada yang pertama, tiada henti-hentinya :

1. Zaman dimana cinta yang dominan. Alam semesta bagaikan


bola, yang semua unsurnya tercampur secara sempurna dan benci
tersisih ke ujung. Dunia stabil

2. Zaman yang mana unsur-unsur yang tercampur sempurna tadi


mulai diceraikan,sehingga sebagian mulai dikuasai benci. Benda
benda memiliki kemantapan namun bisa mengalami kehancuran,
seperti makhluk hidup bisa mati. Menurut empedocles manusia hidup
pada zaman ini. Dunia ada kestabilan dan kehancuran

3. Zaman tercerainya empat unsur secara sempurna, sehingga


benci berdominan. Keempat unsur kembali pada entitas
masing-masing.

4. Zaman yang mana cinta mulai meresap dalam kosmos. Zaman


ini sejajar dengan yang kedua,yang diakhiri dengan dominasi cinta.

3
Tetapi proses ini belum selesai. Kembalilah zaman yang pertama di
mulai dan seterusnya.

Didalam proses penggabungan dan penceraian ini terjadilah makhluk-makhluk


yang hidup. Secara singkat hal itu diuraikan sebagai berikut:

Sebelum ada matahari tanah telah mengandung didalamnya anasir panas, yang
mengakibatkan tumbuhnya tumbuh-tumbuhan, yang semula masih belum berbentuk,
semacam embryo di dalam kandungan ibunya. Dari tumbuhan-tumbuhan yang belum
berbentuk itu kemudian berkembanglah pohon-pohon yang berdaun dan berbuah.
Setelah tumbuh-tumbuhan terjadilah binatang-binatang, yang semula hanya berwujud
anggota-anggota tubuh yang terlepas yang satu daripada yang lain, tetapi yang
kemudian berkembang menjadi binatang-binatang. Mengenai manusia dikatakan,
bahwa manusia semula mempunyai bentuk yang luar biasa besarnya, tetapi yang
kemudian berkembang menjadi manusia seperti yang yang sekarang ini. Hal itu
semuanya disebabkan oleh hukum yang demikian, bahwa yang sama menarik yang
sama, seperti umpamanya : anasir tanah menarik tanah yang diluar, anasir air menarik
air yang di luar. Teori pengenalan Empedokles juga didasarkan atas hukum
penggabungan tersebut : yang sama mengenal yang sama. Karena anasir tanah yang ada
pada manusia itulah maka manusia mengenal tanah, dan karena anasir airlah ia
mengenal air. Dalam hal ini Aristoteles mengkritisi apa yang menjadi pendapat dari
Empedokles. Aristoteles mengkritisi pendapat Empedokles dalam konteks penjelasan
Aristoteles dalam bukunya yang berjudul Fisika. Maka atas dasar pemikirannya inilah
Aristoteles kemudian memberikan penjelasan tentang teori empat penyebab. Atas
dasar teori inilah Aristoteles kemudian mengkritisi apa yang dikatakan oleh
Empedokles tentang konsep cinta dan benci sebagai proses perubahan dari alam
semesta ini. Aristoteles mengatakan bahwa konsep Empedokles tentang alam semesta
hanya sampai pada penyebab efisien, dalam hal ini Empedokles belum menyebut
penyebab finalnya. Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa konsep cinta
dan benci dari Empedokles tentang perubahan dalam alam semesta ini sangat
memberikan pengaruh bagi filsuf-filsuf lain, seperti Aristoteles. Seperti yang telah
dikatakan di atas bahwa karena kosmologi Aristoteles diterima umum sepanjang
seluruh Abad Pertengahan, maka teori tentang empat anasir merupakan pandangan
dunia sampai awal zaman modern. Dengan demikian konsep Empedokles tentang

4
proses perubahan alam semesta ini yakni cinta dan benci dapat diterima juga walaupun
perubahan ini menurut Aristoteles hanya sampai pada penyebab efisien.

Memang konsep perubahan alam semesta menurut Empedokles hanya sampai


pada penyebab efisien tapi kalau dibandingkan dengan konsep filsuf pra-socrates,
konsep Empedokles lebih tinggi. Dalam arti bahwa filsuf
pra-socrates hanya sampai pada penyebab formal dan
material. Dengan demikian pemikiran Empedokles
sesungguhnya sudah hampir mencapai penyebab final,
tapi hal itu tidak dijelaskan. Namun konsep ini
memberikan sumbangan yang besar bagi filsuf-filsuf
selanjutnya dan juga orang modern zaman sekarang
dalam menemukan dan mengkritisi penyebab-penyebab
perubahan alam semesta ini.

ii. Anaxagoras (499-426)

A. Riwayat Hidup Anaxagoras

Anaxagoras (500-428 SM) lahir di kota Klazomenai, Ionia, Asia Kecil, sekitar
tahun 500 SM. Pada tahun 480 SM, Anaxagoras meninggalkan kota asalnya dan
menetap di Athena. Ia tinggal di Athena selama kurang lebih 50 tahun. Dengan
demikian Anaxagoras menjadi filsuf pertama yang berkarya di Athena, dimana
kemudian hari Athena inilah menjadi pusat perkembangan filsafat Yunani sampai
pada abad ke-2 SM. Di Athena Anaxagoras berteman dengan Pericles, seorang
politikus terkenal di Athena. Selain itu, disebutkan pula bahwa Euripides, dramawan
tersohor kesusasteraan Yunani, adalah murid Anaxagoras.

Anaxagoras adalah salah seorang filsuf dari mazhab pluralisme. Filsuf lain
yang tergolong di dalam mazhab ini adalah Empedokles. Anaxagoras, sebagaimana
Empedokles, mengajarkan bahwa realitas alam semesta berasal dari banyak prinsip.
Anaxagoras hidup sezaman dengan Empedokles dan juga para filsuf atomis awal,
seperti Leukippos dan Demokritos. Anaxagoras diketahui mengarang satu buku dalam
bentuk prosa. Akan tetapi, hanya beberapa fragmen dari bagian pertama yang masih
tersimpan.
5
Ketika Pericles telah berusia lanjut, musuh-musuhnya berhasil memfitnah
Anaxagoras dengan tuduhan murtad. Kemudian Anaxagoras di ajukan ke pengadilan
dan diancam hukuman mati. Tampaknya Anaxagoras difitnah karena ia menganggap
matahari adalah batu yang berpijar dan bulan adalah tanah, yang
hanyalah benda-benda material semata. Bukan Dewa seperti apa yang menjadi
kepercayaan masyarakat pada saat itu. Atas jasa Paricles, ia dibebaskan dari penjara
dan melarikan diri ke kota Lampsakos. Anaxagoras meninggal di sana pada usia 72
tahun.

B. Pemikiran Anaxagoras

1. Tentang Benih-Benih sebagai Prinsip Alam Semesta

Anaxagoras sama seperti Empedokles yang menyatakan bahwa prinsip dasar yang
menyusun alam semesta tidaklah tunggal, namun mereka berbeda di dalam jumlahnya.
Empedokles menyatakan bahwa hanya ada 4 zat yang menjadi prinsip alam semesta,
sedangkan Anaxagoras menyatakan bahwa jumlah prinsip tersebut tak
terhingga. Zat-zat tersebut disebutnya "benih-benih" (spermata). Menurut Anaxagoras,
setiap benda, bahkan seluruh realitas di alam semesta, tersusun dari suatu campuran
yang mengandung semua benih dalam jumlah tertentu. Indera manusia tidak dapat
menyerap semua benih yang ada di dalam satu benda, melainkan hanya benih yang
dominan.

Contohnya jikalau manusia melihat emas, maka ia dapat langsung mengenalinya


sebagai emas, sebab benih yang dominan pada benda tersebut adalah benih emas.
Akan tetapi, pada kenyataannya selain benih emas, benda itu juga mempunyai benih
tembaga, perak, besi, dan sebagainya. Hanya saja semua benih tersebut tidak dominan
sehingga tidak ditangkap oleh indera manusia.Argumentasi yang ditunjukkan oleh
Anaxagoras adalah melalui tubuh manusia. Di dalam tubuh manusia terdapat berbagai
unsur, seperti daging, kuku, darah, rambut, dan sebagainya. Bagaimana mungkin
rambut dan kuku tumbuh, padahal manusia tidak memakan rambut atau kuku?
Pemecahan yang diberikan Anaxagoras adalah karena di dalam makanan telah
terdapat benih rambut, kuku, daging, dan semua unsur lainnya.

6
2.Tentang Nous

Jikalau Empedokles menyatakan ada dua prinsip yang menyebabkan


perubahan-perubahan dari zat-zat dasar, yakni "cinta" dan "benci", maka Anaxagoras
menyatakan hanya ada satu prinsip yang mendorong perubahan-perubahan dari
benih-benih tersebut, yakni nous. Nous berarti "roh" atau "rasio". Ia tidak tercampur
dengan benih-benih dan terpisah dari semua benda, namun menjadi prinsip yang
mengatur segala sesuatu.

Masih menjadi perdebatan apakah nous yang dimaksudkannya bersifat materi atau
tidak, sebab Anaxagoras mengatakan bahwa nous merupakan unsur yang paling halus
dan paling murni dari segala yang ada. Akan tetapi, jelas bahwa Anaxagoras adalah
filsuf pertama yang menetapkan kemandirian roh atau rasio terhadap semua zat atau
materi,dan untuk pertamakalinya dalam filsafat dikenal adanya pembedaan antara
jasmani dan rohani.

3.Tentang Alam Semesta

Ajaran Anaxagoras tentang alam semesta mirip dengan filsuf-filsuf pertama


dari Ionia, khususnya Anaximenes. Anaxagoras berpendapat bahwa badan-badan

agat raya terdiri dari batu-batu yang berpijar akibat kecepatan tinggi dari pusaran
angin yang menggerakkannya.

4.Tentang Makhluk Hidup

Anaxagoras adalah filsuf pertama yang membedakan secara jelas antara


makhluk hidup dengan yang tidak hidup. Dikatakan bahwa nous memang menguasai
segala-galanya, namun tidak ada di dalam makhluk yang tidak hidup, termasuk
tumbuh-tumbuhan.

5.Tentang Pengenalan

Berbeda dari Empedokles yang menyatakan bahwa yang sama mengenal yang
sama, menurut Anaxagoras prinsip pengenalan justru yang berlawanan mengenal
yang berlawanan. Argumentasi yang diberikan olehnya adalah pengenalan inderawi
manusia yang disertai rasa nyeri, misalnya bila tangan meraba air panas, atau mata
melihat benda yang terlalu terang.

7
BAB III
KESIMPULAN

Filsuf pra-socrates pada filsafat alam yang ketiga adalah Empedocles dan
Anaxagoras, mereka dikenal sebagai kaum Elea. Karena pendapat mereka yang
menganut paham dari permenides. Empedocles adalah penengah diantara kedua
pendapat yang saling bertentangan anatara permenides dan heuraclitus. Menurut
empedocles di alam semesta ada prinsip atau unsur yang menyatukan segala sesuatu,
8
namun tidak dalam satu prinsip, menurutnya api tidak akan pernah berubah menjadi
air,udara, atau tanah, akan tetapi bentuk kenyataan yang bermacam-macam itu
hanya disebabkan karena penggabungan dan pemisahan keempat unsur (rizomoto)
yang menyusun segala kenyataan. Keempat unsur itu adalah : air, udara, api dan
tanah. Pendapat empedocles ini merupakan sintesis dari teori para filsuf sebelumnya,
yang menyebutkan adanya suatu unsur sebagai asal usul suatu alam semesta. Menurut
Empedokles, segala sesuatu terdiri dari keempat anasir tadi. Yang membedakan
sesuatu yang satu dengan yang lain adalah komposisi dari tiap-tiap anasir. Perubahan
terjadi karena komposisi anasirnya diubah.
Anaxagoras sama seperti Empedokles yang menyatakan bahwa prinsip dasar yang
menyusun alam semesta tidaklah tunggal, namun mereka berbeda di dalam jumlahnya.
Menurut Anaxagoras, setiap benda bahkan seluruh realitas di alam semesta, tersusun
dari suatu campuran yang mengandung semua benih dalam jumlah tertentu. Indera
manusia tidak dapat menyerap semua benih yang ada di dalam satu benda, melainkan
hanya benih yang dominan.

SARAN

Makalah ini dibuat oleh kami dengan segala kemampuan dan keterbatasan, maka dari
itu, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan sehingga untuk
9
mencapai kesempurnaan itu diharapkan agar pembaca dapat member saran dan kritik
untuk membangun dan lebih sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat untuk pembaca serta penulis .

DAFTAR REFERENSI

 Maksum,ali. 2013. pengantar filsafat dari masa klasik hingga


postmodernisme.Jakarta: Ar Ruz Media
10
 Wijoyo,Hadi, dan Harun Sari.1980. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta:
kanisius
 Beahumanbeing,2012,Filsafat yunani kuno pada masa zeno. Diperoleh 27 juli
2012, dari
( http://2beahumanbeing.blogspot.co.id/2012/07/filsafat-yunani-kuno-pada-ma
sa-zeno.html?m=1 )

11

Anda mungkin juga menyukai