NIM : 1196000045
Semester/Kelas : 2/D
Filsafat Pra-Socratic adalah perkembangan ilmu filsafat yang pada saat itu banyak filsuf
yang mendominasi dalam minat meneliti alam, matematika, susunan di dalamnya, dalam rangka
penyelidikan tentang asal muasal, komponen-komponen alam, dan untuk memformulasikan
hipotesis tentang keberadaan dunia ini, maka dari itu dalam tradisi filsafat, para filsuf dari aliran
ini seringkali dinamakan sebagai, Phusikoi.
Mahzab Milesian
1. Mahzab phytagorean
Phytagoras (570 SM), menurut platon phytagoras mendirikan sekolah filsafat di
Kroton yang sring disebut sebagai fisafat mistik. Filsafat Pythagorean bercampur dengan
religiusitas mistis yang menganggap penyelidikan rasional merupakan sebentuk bakti
pada semesta (kosmos). Kosmos dalam pandangan Pythagorean dipandang sebagai
sesuatu yang hidup. Bagi Pythagoras, semesta dalah keseluruhan, tanpa suatu akhir
(telos), di mana kita (atau setidaknya jiwa kita) merupakan bagian darinya. Pythagoras
mempercayai perpindahan jiwa, karenanya penganut mazhab ini dilarang mengkonsumsi
daging (karena bisa jadi itu merupakan transformasi jiwa leluhur kita). Filsafat baginya,
merupakan suatu usaha untuk mempelajari, dan memahami kosmos, di mana pada
akhirnya, filsafat merupakan jembatan bagi kebersatuan sang filsuf dengan kosmos.
Kosmos dalam pemikiran Pythagoras merupakan sebentuk tatanan ‘bawaan’ yang dikenal
sebagai forma. Dalam mahzab ini, bilangan dipandang sebagai suatu ‘tanda’ keilahian,
suatu ‘jalan’ menuju kosmos, dan karenanya sifat – sifat bilangan dapat menyingkapkan
pola kosmos. Menurut Pythagoras, segala hal di semesta ini (bahkan keadilan sekalipun),
hanya dapat didekati kenyataannya lewat bilangan.
2. Heraklitos (500-460 SM)
Dalam filsafatnya, ia menerima gagasan sehari-hari, yaitu segala yang ada selalu
berubah sebagai dasar semesta. Heraklitos juga berpendapat bahwa dinamika abadi
dirancang sesuai dengan logos universal, atau disebut sebagai formula. Ia berpendapat
bahwa prinsip dari logos adalah keselarasan dalam kontradiksi, dan eksistensi tercipta
ketika terjadi pertentangan. Logos ini bersifat material, sekaligus non – material.
Heraklitos menggambarkannya sebagai api, karena selalu bergerak, selalu ‘menjadi’,
sebentuk khaos yang membantu segalanya untuk berubah. Di alam semesta ini banyak
pertentangan seperti awal/akhir, malam/siang, muda/tua, hidup/mati, bangun/tidur,
panas/dingin, basah/kering, dll. Jadi, baginya tidak ada bentuk keseimbangan yang statis,
melainkan keseimbangan yang dinamis, antara khaos – kosmos – khaos – kosmos, dst.
Segala sesuatu selalu ‘menjadi’ dalam gerak abadi, dan tidak ada kejadian yang sama.
Mahzab Atomisme
SUMBER :
Herho, Sandy Hardian Susanto. 2016. Pijar Filsafat Yunani Klasik. Bandung : Perkumpulan
Studi Ilmu Kemasyarakatan ITB (PSIK ITB)