Anda di halaman 1dari 10

SEJARAH FILSAFAT PRA-SOCRATES

Kun Muhammad Naufal Maulana

Abdullah Hanif, M.Fil.I.

Program Studi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir

Sekolah Tinggi Agama Islam Al Fithrah

PENDAHULUAN

Sejarah filsafat adalah suatu pemeriksaan yang teliti terhadap sistem-


sistem filsafat, penafsiran yang kritis dari pemikiran para filsuf terhadap
persoalan-persoalan filsafati, dan cerita yang benar mengenai perkembangan
filsafat dari masa yang paling awal sampai sekarang. Bagian dari bidang filsafat
itu sering dilupakan atau dilalaikan dalam pembagian-pembagian dari studi
filsafati. Ternyata, ada suatu perbedaan pendapat tentang apakah sejarah filsafat
itu merupakan filsafat atau bukan. Hans Reichenbach menegaskan bahwa sejarah
filsafat adalah sejarah, bukan filsafat.

Sejarah filsafat seharusnya tidak disajikan sebagai suatu kumpulan


kebenaran-kebenaran filsafati. Sebaliknya, seperti halnya dengan semua penelitian
sejarah, ini harus dilakukan dengan metode-metode ilmiah maupun penjelasan-
penjelasan psikologis dan sosial. Sedangkan Jose Ferrater Mora mempertahankan
bahwa sejarah filsafat sungguh-sungguh merupakan filsafat. Kebanyakan tulisan-
tulisan filsafati dari masa lampau berisi sesuatu yang penting bagi filsafat di masa
sekarang. Ini merupakan sejarah, sebab menunjukkan uraian secara teratur yang
disusun oleh para Sejarah filsafat adalah suatu pemeriksaan yang teliti terhadap
sistem-sistem filsafat, penafsiran yang kritis dari pemikiran para filsuf terhadap
persoalan-persoalan filsafati, dan cerita yang benar mengenai perkembangan
filsafat dari masa yang paling awal sampai sekarang.

1
Bagian dari bidang filsafat itu sering dilupakan atau dilalaikan dalam
pembagian-pembagian dari studi filsafati. Ternyata, ada suatu perbedaan pendapat
tentang apakah sejarah filsafat itu merupakan filsafat atau bukan. Hans
Reichenbach menegaskan bahwa sejarah filsafat adalah sejarah, bukan filsafat.
Sejarah filsafat seharusnya tidak disajikan sebagai suatu kumpulan kebenaran-
kebenaran filsafati. Sebaliknya, seperti halnya dengan semua penelitian sejarah,
ini harus dilakukan dengan metode-metode ilmiah maupun penjelasan-penjelasan
psikologis dan sosial. Sedangkan Jose Ferrater Mora mempertahankan bahwa
sejarah filsafat sungguh-sungguh merupakan filsafat. Kebanyakan tulisan-tulisan
filsafati dari masa lampau berisi sesuatu yang penting bagi filsafat di masa
sekarang. Ini merupakan sejarah, sebab menunjukkan uraian secara teratur yang
disusun oleh para1

PEMBAHASAN

A. Sejarah Filsafat Zaman Pra-Socrates

Filsafat Pra Socrates adalah filsafat yang dilahirkan karena kemenangan


akal atas dongeng atau mite-mite yang diterima dari agama yang memberitahukan
tentang asal muasal sesuatu, baik dunia maupun manusia para pemikir atau ahli
filsaat yang disebut orang baik yang mencari-cari jawabannya sebagai akibat
terjadinya alam semesta beserta isinya tersebut. Sedangkan arti filsafat itu sendiri
berasal dari bahasa Yunani yaitu Philisophia yang artinya bijaksana/pemikir yang
menyelidiki tentang kebenaran-kebenaran yang sebenarnya untuk menyangkal
dongeng-dongeng atau mite-mite yang diterima dari agama.

Pemikiran filsuf inillah yang memberikan asal muasal segala sesusatu baik
dunia maupun manusia yang menyebabkan akal manusia tidak puas dengan
keterangan dongeng atau mite-mite tersebut dengan dimulai oleh akal manusia
untuk mencari-cari dengan akalnya darimana, asal alam semesta yang menajubkan
itu . mite-mite tentang pelangi atau bianglala adalah tempat para bidadari turun

1
Rina Rehayati, Filsafat Sebagai Induk Ilmu Pengetahuan (Riau: Asa Riau, 2017), 117.

2
dari surge, mite ini disanggah oleh Xenophanes bahwa “pelangi adalah awan” dan
pendapat Anaxagoras bahwa pelangi adalah pemantulan matahari pada awan
(pendapat ini adalah pendapat yan menggunakan akal). Dimana pendekatan yang
rasional demikian menghasilkan suatu pendapat yang dikontrol, dapat diteliti oleh
akal dan dapat dipedebatkan kebenarannya. Para pemikir filsafat yang pertama
hidup di Miletos kira-kira pada abad ke-6 SM, dimana pada abad tersebut
pemikiran merekan disimpulkan dari potongan-potongan yang diberitakan oleh
manusia dikemudian hari atau zaman.

Dan dapat dikatakan bahwa mereka adalah filsafat alam yang artinya para
ahli fikir yang menjadikan alam luas dan penuh keselarasan yang menjadi sasaran
para ahli filsafat tersebut (obyek pemikirannya adalah alam semesta). Tujuan
filosofi mereka adalah memikirkan soal alam besar darimana terjadinya alam
itulah yang menjadi sentral persoalan bagi mereka, pemikiran yang demikian itu
merupakan pemikiran yang sangat maju, rasional dan radikal. Sebab pada waktu
itu kebanyakan orang menerima begitu saja keadaan alam seperti apa yang dapat
ditangkap dengan indranya, tanpa mempersoalkannya lebih jauh. Sedang dilain
pihak orang cukup puas menerima keterangan tentang kejadian alam dari cerita
nenek moyang 2

B. Tokoh Filsuf Pada Zaman Pra Socrates

Sejarah filsafat Yunani diawali dengan zaman filsafat pra-Socrates dengan


tokoh-tokohnya yang dikenal dengan nama filsuf pertama atau filsuf alam.
Mereka mencari unsur induk (arcbe) yang dianggap sebagai asal mula segala
sesuatu. Dikatakan juga bahwa tokoh filsuf pada zaman Pra Socrates berusaha
mencari inti alam, maka dalam sejarah, mereka disebut filsuf alam, dan filsafatnya
dinamai filsafat alam. Ahli pikir Yunani, atau filsuf Yunani tertua terdapat di kota
kecil Miletos, pada abad keenam Sebelum Masehi. Ahli pikir Yunani tersebut
yaitu :

2
Mudakir Fauzi, filsafat pra Socrates, (t.tp, 2009) 1.

3
 Thales (624-548 SM)

Thales adalah filsuf pertama Yunani yang lahir di Miletos kira-kira 624-
548 SM. Ia seorang pedagang yang di dalam perjalanannya ke Timur Jauh
memperoleh banyak pengalaman dan pengetahuan. Pendapat-pendapat yang
terdahulu di dalam lapangan ilmu ukur ditemukannya. Mungkin karena ia
banyak bepergian, sehingga banyak juga mengadakan penyelidikan tentang
alam dan mempunyai banyak keahlian, seperti: astronomi, ilmu alam, ilmu
ukur, dan politik. Filsafatnya dinamakan filsafat alam. Ia berpendapat bahwa
dasar pertama atau intisari alam berasal dari air (arkhe). Air adalah azaz yang
terdahulu, dan merupakan satu-satunya syarat untuk proses perkembangan.
120 | Selintas Tentang Sejarah Filsafat Yunani Air bukanlah sesuatu yang
diam, di dalam air terdapat suatu kekuatan untuk “tubuh”, air mempunyai roh
atau kekuatan.

 Anaximandros (610-540 SM)

Ia berpendapat bahwa dasar pertama adalah zat yang tak tertentu sifat-
sifatnya, yang dinamainya to apeiron. Di dalam arkhe masih terkumpul sifat-
sifat yang berlawanan, seperti: panas dan dingin, kering dan basah, semuanya
berada di dalam suatu kesatuan yang tidak tertentu. Azaz yang terdahulu ini
oleh Anaximandros (ada juga yang menyebut Anaximander) ia beri nama To
Apeiron, (artinya yang tidak tertentu). Dari kesatuan ini terjadilah pemisahan-
pemisahan, dan timbul hal-hal yang berlawanan tersebut. Menurut
Anaximandros, terdapat gerakan yang melingkar dari alam semesta. Gerakan
yang melingkar dari alam semesta ini kemudian menyebabkan bumi melayang
di tengah-tengahnya. To Apeiron mencakup segala sesuatu dan
mengemudikan segala sesuatu.

 Anaximenes (590-528 SM),

Berpendapat bahwa dasar pertama alam adalah udara, karena udara yang
meliputi seluruh alam, dan udara pula yang menjadi dasar hidup bagi manusia
yang sangat diperlukan dalam bernafas. Di dalam udara terjadi kesatuan dari

4
sifat-sifat berlawanan, bahwa ada dingin atau panas, tergantung dari pada cara
meniupnya dari mulut. Selain dari itu, bukanlah udara (sebagai nafas) yang
merupakan azaz hidup. Ia ilustrasikan bahwa sebagaimana roh (yang berupa
udara) dapat menggerakkan jasad manusia, demikian pula halnya udara
merupakan nafas bagi alam semesta, dan menentukan perputaran dan
perjalanan alam semesta.

 Xenophanes (570-480 SM)

Kalau pada filsuf sebelumnya berpendapat tentang alam semesta,


sedangkan Xenopahanes menekankan pada Tuhan. Tuhan itu satu. Satu di sini
mengandung arti bahwa Tuhan tidak bergerak dan tidak berubah. Tuhan tidak
menyerupai manusia, baik dalam bentuknya, maupun dalam cara berpikirnya.
Tuhan tidak mempunyai pancaindran namun seluruh keadaannya, Ia melihat,
seluruh keadaannya Ia berpikir, seluruh keadaannya Ia mendengar. Dengan
kata lain, Ia Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Kuasa.

 Pythagoras (580-500 SM)

Ia dikenal sebagai ahli dalam ilmu ukur. Temuannya tentang dalil ilmu
ukur: “Dalam segitiga siku-siku, jumlah kuadrat sisi siku-siku sama dengan
kuadrat sisimiring.” Dalil ini masih digunakan sampai sekarang. Menurutnya,
kenyataan adalah adanya kesatuan-kesatuan (titik-titik), yang satu dengan
yang lainnya mempunyai sifat-sifat yang sama, yang dapat dikumpulkan
menjadi bermacam-macam bentuk. Perhatiannya terhadap ilmu pasti sangat
besar, demikian pula halnya terhadap bentuk-bentuk dan bangunbangun yang
terjadi dikarekan perjumlahan kesatuankesatuan bilangan yang tertentu: ”sifat
sesuatu barang dapat dimengerti dengan mempelajari bentuk barang itu”.
Yang penting bagi suatu barang adalah bentuknya, bukan zatnya. Bentuk
tunduk kepada hukum-hukum dari bilangan. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa bagi Pythagoras segala sesuatunya adalah bilangan, sehingga
apabila orang tahu dan mengerti tentang bilangan, maka ia juga mengetahui
akan segala sesuatunya.

5
 Herakleitos (535-475 SM)
Filsafatnya juga dikenal sebagai filsafat alam. Menurutnya, pengetahuan
yang benar adalah pengetahuan yang “Pantarhei” (berubah-ubah). Segala
sesuatu itu mengalir terus menerus seperti air di sungai. Oleh sebab itu,
filsafatnya disebut filsafat “menjadi. Ia berpendapat bahwa di dunia ini segala
sesuatunya berubah. Tidak ada sesuatu yang tetap, karena semuanya dalam
keadaan proses menjadi. Adapun arche alam semesta menurutnya api, karena
sifat api itu selalu tidak tetap, bergerak dan berubah. Teorinya ia beri nama
pantarhei, yang berarti semua mengalir. Satu-satunya realitas yaitu perubahan,
atau satusatunya realitas adalah “proses menjadi”. Oleh sebab itu, pengetahuan
yang benar menurutnya pengetahuan yang sifatnya berubah. Pengetahuan
yang tetap dan tidak umum menurutnya bukanlah pengetahuan yang benar,
karena tidak ada objek pengetahuan yang umum dan tetap. Dalam hal ini,
tampak bahwa Herakleitos mengutamakan kemampuan indra.
 Parmenides (540-475 SM).

Pemikiran Filsafatnya kebalikan dari pemikiran filsafat Herakleitos.


Parmenides tidak membantah pengetahuan bersifat tidak tetap, berubahubah.
Namun, menurutnya pengetahuan indera tidak dapat dipercaya, karena banyak
orang yang tidak mencapai kebenaran suatu ilmu karena keterbatasan
inderanya. Menurutnya, pengetahuan ada dua macam, yaitu pengetahuan yang
sebenarnya dan pengetahuan semu. Pengetahuan semu itu keliru. Kekeliruan
tersebut disebabkan berdasarkan peralihan, gerak, proses menjadi tersebut
berdasarkan indera yang tidak dapat dipercayai. Oleh sebab itu, hanya
pengetahuan yang tetap dan umum tentang budi saja yang benar dan dapat
dipercayai. Jika ia benar, maka sesuailah ia dengan realitas. Menurut
Parmenides, realitas bukanlah yang berubah, melainkan yang tetap. Realitas
bukanlah “menjadi”, melainkan “ada”. Oleh sebab itu, filsafat Parmenides
disebut juga filsafat “ada”.

6
 Kaum Elea.

Mereka disebut kaum Elea karena hanya mengikuti pendapat Parmenides.


Beberapa filsuf kaum Elea

a) Zeno (490 SM)

Ia berusaha membuktikan bahwa gerak itu sebenarnya tidak ada dan


tidak mungkin. Menurutnya, jika terdapat gerak, maka tidak mungkin
pernah ada perhentian. Pendapatnya tentang gerak tersebut ia illustrasikan
dengan seorang jago lari dalam dongeng Yunani bernama Archilles
dengan kura-kura. Tidak mungkin Archilles akan mengejar kura-kura,
sekiranya kura-kura itu sudah berangkat lebih dahulu. Sebab, jika
Archilles harus bergerak, maka tentu ia selalu hanya dapat mengurangi
setengah dari jarak yang sudah ditempuh kura-kura itu. Tiap-tiap kali
dikurangi setengah, selalu ada sisanya, jadi Archilles tidak pernah dapat
menyusul kura-kura tersebut. Contoh lainnya, busur anak panah.
Menurutnya, busur anak panah yang sedang meluncur sebenarnya
berhenti. Anak panah yang sedang meluncur, pada tiap-tiap persekian
detik tentu berada di dalam ruang dimana anak panah itu sedang berada,
dan kemungkinan lain ialah bahwa anak panah itu tidak ada di ruang itu.
Dalam keadaan yang pertama, anak panah itu berhenti. Pertanyaan
kemudian, mungkinkah jumlah dari berhenti-berhentinya anak panah itu
pada berbagai saat merupakan suatu gerakan? Mungkinkah ada dua
keadaan, “ada” dan “tidak ada” sekaligus bersama-sama? Padahal
“berpikir dan “ada” adalah satu. Oleh sebab itu, gerakan atau perubahan
menurutnya tidak ada.

b) Empedokles (490-435 SM).

Ia berpendapat bahwa tidak ada yang menjadi dan hilang. Adapun


perbedaan dalam seluruh keadaan itu tidak lain daripada campuran dan
penggabungan unsur-unsur (rizomata): air, udara, api dan tanah. Keempat
unsur inilah yang merupakan dasar terakhir dari segala sesuatu. Proses

7
penggabungan ini terpelihara oleh dua kekuatan yang saling bertentangan,
yaitu cinta dan benci. Karena adanya “cinta” keempat unsur: air, udara, api
dan tanah bisa tersusun dan bergabung dalam keseimbangan. Sedangkan
“benci” menceraiberaikan keempat unsur yang telah tersusun tersebut.

c) Anaxagoras (499-428 SM).

Ia sepakat dengan pendapat Empedokles tentang teori penggabungan


(cinta) dan keterpisahan (benci). Namun, menurutnya unsur-unsur tersebut
bukan hanya empat, melainkan amat banyak biji (spermata) yang berjenis-
jenis sifatnya. Dari biji itu dapat dikatakan bahwa semua terdapat dalam
semuanya. Artinya, semua dan tiap-tiap biji mengandung segala
kemungkinan. Pemikiran baru dari Anaxagoras adalah tentang nous. Nous
lah yang mengatur segala-galanya ketika semuanya masih tercampur baur
(chaus). Nous itu tidak berakhir dan otonom, tidk tercampur dengan apa
pun, berdasarkan atas diri sendiri, menjiawai segala sesuatu, memiliki
pengetahuan yang sempurna, menguasai segala sesuatu dan memiliki
kekuatan yang tak terbatas. Dengan demikian Anaxagoras berusaha
menghubungkan “ada” dan “menjadi”. Kebendaan tidak diwujudkan oleh
zatnya, melainkan oleh sejumlah banyak kesatuankesatuan yang kecilnya
tidak terhingga dan masing-masing kesatuan itu adalah campuran dari
tebal, tipis, basah, kering, dingin, panas, gelap, terang dan seterusnya.
Tiap-tiap substansi benda, misalnya kayu, besi, batu dan sebagainya tetap
berupa demikian, meskipun dibagi-bagi terus menerus. Di dalam tiap-tiap
substansi terkumpul semua sifat: “semua ada di dalam semuanya”,
Penggerak dari semua gerakan adalah nous. Pada permualaan zaman,
segala chaos, dari titik pusat chaos itu jiwa menciptakan suatu gerakan
memutar, Nous lah yang mengatur segala-galanya ketika semuanya masih
tercampur baur (chaus) tersebut.

d) Demokritos (460-370 SM)

8
Ia melanjutkan pemikiran Anaxagoras tentang bagian-bagian kecil
atau biji, yang kemudian ia beri nama atomos, yaitu benda yang tidak
dapat dibagi. Atomos tidak dapat dibeda-bedakan karena sifatnya, hanya
karena bilangannya. Berkumpulnya jumlah atomos yang tertentu
merupakan hal yang tertentu pula. Jadi, tindakan atomos inilah yang
menjadikan sesuatu. Adapun gerak ini semuanya secara kebetulan saja.
Demokritos juga membedakan adanya dua macam pengetahuan, yaitu
pengetahuan indera yang keliru, dan pengetahuan budi yang sebenarnya.
Adapun yang tidak sebenarnya adalah penglihatan, penciuman dan rasa.
Demokritos memberi jawaban yang paling lengkap kepada Parmenides.
Menurutnya, dari yang sungguh-sungguh “satu” tidak mungkin mungkin
timbul “kejamakan”, sebaliknya, dari yang sungguh-sungguh “banyak”
tidak dapat timbul “kemufradan” (kesatuan). Kesatuan “yang ada” itu
memang sungguh-sungguh “penuh” dan tidak dapat dibagi-bagi. Tetapi,
“yang ada” terdiri dari kesatuan-kesatuan yang tidak dapat dibagi-bagi,
yang jumlahnya tidak terhingga, yaitu atom-atom. Setiap gerakan
disebabkan oleh gerakan yang mendahuluinya, demikian seterusnya.
Gerakan mendorong atomatom menurut garis lurus. Persentuhan
atomatom itu menyebabkan terjadinya planet-planet. Menurutnya, roh juga
atom, karena sesuatu dapat dikatakan nyata, kalau sesuatu itu berupa
kesimpulan yang ditarik dari bentuk atom, lainlainnya hanya bersifat
subyektif (rasa, warna, dll). Sehingga, apa pun yang ditangkap oleh
pancaindra merupakan pengetahuan yang “tidak terang”.3

KESIMPULAN

3
Ibid., 119

9
1. Filsafat Pra Socrates adalah filsafat yang dilahirkan karena kemenangan akal
atas dongeng atau mite-mite yang diterima dari agama yang
memberitahukan tentang asal muasal sesuatu, baik dunia maupun manusia
para pemikir atau ahli filsaat yang disebut orang baik yang mencari-cari
jawabannya sebagai akibat terjadinya alam semesta beserta isinya tersebut,
obyek pemikiran para filsuf di zaman Pra Socrates adalah alam semesta yang
mana itu menjadi sentral persoalan bagi mereka dan pemikiran seperti itulah
merupakan pemikiran yang sangat maju dikala banyak orang yang menerima
begitu saja keadaan alam semesta ini.
2. Tokoh filsuf pada zaman Pra Socrates diantaranya
 Thales (624-548 SM)
 Anaximandros (610-540 SM)
 Anaximenes (590-528 SM)
 Xenophanes (570-480 SM)
 Pythagoras (580-500 SM)
 Herakleitos (535-475 SM)
 Parmenides (540-475 SM)
 Kaum Elea
1) Zeno (490 SM)
2) Empedokles (490-435 SM)
3) Anaxagoras (499-428 SM)
4) Demokritos (460-370 SM)

DAFTAR PUSTAKA
Rehayati Rina, Filsafat Sebagai Induk Ilmu Pengetahuan, Riau: Asa Riau, 2017
Mudakir Fauzi, filsafat pra Socrates,t.tp, 2009

10

Anda mungkin juga menyukai