Anda di halaman 1dari 55

[Type text]

OUTLINE FILSAFAT

BAB 1

SEJARAH FILSAFAT

A. Pengerrtian Filsafat Klasik


Disebut filsafat klasik karena falsafah yang dibangunnya mampu menguasai
sistem pengetahuan alam pikiran barat sampai kira-kira selama dua ribu tahun. ... Para
pemikir atau ahli filsafat ini mencoba untuk mencari-cari jawaban tentang akibat
terjadinya alam semesta beserta isinya.
Suatu ketika di antara abad ke-6 dan ke-4 s.M, perkembangan luar biasa terjadi di
sejumlah besar tempat secara terpisah di seantero bumi. Di berbagai wilayah di selatan, di
utara dan timur Mediterania, di Cina, India dan beberapa wilayah di antaranya, para
pemikir kreatif mulai menantang dan melampaui kepercayaan-kepercayaan religius,
mitologi. Mereka membentuk sekolah, pemujaan, dan agamaagama besar. Mereka adalah
“para filsuf” pencari kebijaksanaan, yang tidak puas dengan jawaban-jawaban
gampangan dan prasangka-prasangka populer. Mendadak mereka muncul di mana-mana.
Walaupun kita tidak tahu banyak tentang dunia intelektual yang mendahului mereka.
Sebagian terlihat di pantai-pantai timur Mediterania, di Yunani dan Asia Kecil (Turki
masa kini). Kelompok-kelompok kecil para filsuf yang serba ingin ini mempertanyakan
penjelasan-penjelasan populer tentang alam yang didasarkan pada tingkah dewa-dewi.
Mereka adalah orang pintar, orang bijak, yang percaya akan kecerdasannya sendiri,
bersikap kritis terhadap opini populer, dan persuasif terhadap para pengikutnya. Mereka
mengkaji kembali persoalan-persoalan kuno mengenai asal usul alam dan segala sesuatu.
Mereka tak puas lagi dengan mitos-mitos dan cerita-cerita yang lazim (yang dahulu
menarik): tentang persetubuhan tanah dengan langit, tentang Venus yang muncul dari
lautan dan Zeus yang melontarkan halilintarnya. Mereka mulai menolak konsepsi populer

[Type text] Page 1


mengenai dewa-dewi demi bentuk-bentuk pemahaman yang kurang manusiawi (kurang
“antropomofis”). Mereka mulai menantang pengertian-pengertian akal sehat tentang
“sifat benda-benda” dan membedakan antara realitas “sejati” dengan penampakan benda-
benda. Sementara itu, persoalan “Bagaimana seharusnya kita hidup” beralih dari
perhatian dan kepatuhan terhadap hukum dan kebiasaan yang terdapat dalam masyarakat
tertentu menuju persoalan yang sangat umum, “Bagaimana cara hidup yang tepat sebagai
seorang manusia?” Jawaban singkat terhadap persoalan itu ditemukan dalam pengertian
kebijaksanaan (wisdom); dan orang-orang yang mencarinya, yang mencintainya, disebut
filsuf (dari Philein: cinta, sofia: kebijaksanaan). Mereka memperkaya kehidupan
intelektual di Asia Kecil, Yunani, dan Italia selama abad keenam dan kelima sebelum
Masehi. Barangkali yang terbesar di antara mereka adalah Sokrates (470-399 SM), orang
yang dieksekusi karena ajaran dan sikap politiknya. Ia bersikeras pada anggapan bahwa
orang yang baik dan sejati takkan melakukan kejahatan. Ia meninggal, sebagian, seakan-
akan untuk memperagakan secara ekstrem dan dramatik kepercayaan itu. Bersama
kematiannya, filsafat menjadi obsesi generasi demi generasi mula-mula di Yunani,
kemudian di Romawi, kemudian bagi para pemikir Eropa.
Sejarah yang melatarbelakangi munculnya filsafat :
 Keheranan akan suatu hal
 Keingintahuan
 Muncul karena adanya kegelisaan dan keingintahuan
 Ketidakpuasan terhadap mitos yang terlalu gampang dihubungkan dengan
dewa-dewa mereka.
Kegelisahan jiwa dapat menjadi motivasi untuk mencari jawaban dan bergerak
maju. Sejarah adalah permulaan atau pra atau proto dari suatu hal. Maka sejarah Filsafat
adalah awal mula di mulainya filsafat.
Di mulai pada abad ke 6 di Eropa yang disebut dengan filsafat Klasik / Pra S.P.A
(karena SPA ini menjadi icon filsuf terkenal dalam pembagian waktu filsafat).

B. Pembagian Filsafat
1. Filsafat Klasik
a. Latar Belakang Munculnya Filsafat
[Type text]

Secara etimologis, filsafat berasal dari beberapa bahasa, yaitu bahasa Inggris dan
bahasa Yunani. Dalam bahasa Inggris, yaitu “philosophy”, sedangkan dalam bahasa
Yunani, “philen” atau “philos” dan “sofein” atau “sophi”. Ada pula yang mengatakan
bahwa filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu “falsafah” yang artinya al-hikmah. Akan
tetapi, kata tersebut pada awalnya berasal dari bahasa Yunani. “philos” artinya cinta,
sedangkan “Sophia” artinya kebijaksanaan.Oleh karena itu filsafat dapat diartikan dengan
cinta kebijaksanaan yang dalam bahasa Arab diistilahkan dengan al-hikmah. Para ahli
filsafat disebut dengan filosof, yakni orang yang mencintai atau mencari kebijaksanaan
atau kebenaran. Filosof bukan orang yang bijaksana atau berpengaruh benar, melainkan
orang yang sedang belajar mencari kebenaran dan kebijaksanaan.Filsafat pertama kali
muncul di Yunani, Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filosof ialah Thales dari
Mileta. Filosof-filosof Yunani yang terbesar yaitu Socrates, Plato, dan Aristoteles.
Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang
beradab lain kala itu seperti Israel atau Mesir. Jawabannya di Yunani tidak seperti di
daerah lain-lainya tidak ada kasta pendeta sehingga orang lebih bebas.Munculnya filsafat
ditandai dengan runtuhnya mitos-mitos dan dongeng-dongeng yang selama itu menjadi
pembenaran terhadap setiap gejala alam. Manusia pada waktu itu melalui mitos-mitos
mencari keterangan tentang asal-usul alam semesta dan tentang kejadian yang
berlangsung di dalamnya.
Ada dua bentuk mitos yang berkembang pada waktu itu, yaitu mitos kosmogonis
yaitu mitos yang mencari tentang asal usul alam semesta, dan mitos, kosmologis yaitu
mitos yang berusaha mencari keterangan tentang asal usul serta sifat kejadian di alam
semesta. Meskipun memberikan jawaban-jawaban tersebut diberikan dalam bentuk mitos
yang lolos dari control akal (rasio).Cara berfikir seperti itu berlangsung sampai abad ke-6
sebelum masehi, sedangkan sejak abad ke-6 masehi orang mulai mencari jawaban-
jawaban rasional tentang asal-usul dan kejadian alam semesta.Pencarian kebijaksanaan
bermakna menyelusuri hakikat dan sumber kebenaran. Alat untuk menemukan
kebijaksanaan adalah akal yang merupakan sumber primer dan berfikir. Oleh karena itu,
kebenaran filosofis tidak lebih dari kebenaran berfikir yang rasional dan radikal.Dalam
ilmu filsafat yang identik dengan pertanyaan-pertanyaan yang kemudian Filsafat selalu
mencari jawaban-jawaban, sekalipun jawaban-jawaban yang ditemukan tidak pernah

[Type text] Page 3


abadi. Oleh karena itu filsafat tidak pernah selesai dengan satu pertanyaan dan satu
jawaban dan tidak pernah sampai pada akhir sebuah masalah. Masalah-masalah filsafat
tidak pernah selesai karena itulah memang sebenarnya berfilsafat.
 Filsafat Pra-Socrates
Secara historis dapat dikatakan bahwa pergolakan pemikiran pemikiran pada zaman
pra-sokrates ini dimotori oleh adanya lima aliran. Kelima aliran tersebut ialah : aliran
Iona (Ania Minor), aliran Pythagoriean (Pythagoras), aliran Elea (Monois), aliran
Phisiologis (Naturalis), shopis (skeptisisme).
Aliran Iona : Thales (air), Anaximander (Api), dan Anaximenes (Udara)
Tempat lahir : Miletos
Pesisir barat Asia kecil diduduki Iona. Biasanya diperkirakan pada abad ke-11 s.M.
tidak kebetulan bahwa pada abad ke-6 s.M. Miletoslah yang menjadi tempat lahir untuk
Filsafat. Karena pada waktu itu Miletos menjadi tempat terpenting dari kedua belas kota
Iona. Kota ini yang letaknya dibagian selatan pesisir Asia kecil, mempunyai pelabuhan
yang memungkinkan perhubungan dengan banyak daerah lain. Dengan demikian Miletos
menjadi titik pertemuan untuk banyak kebudayaan dan segala macam informasi dapat
ditukar antara orang2 dari pelbagai tempat. Juga Hekaitos, seorang ahli ilmu bumi, hidup
di kota ini kira2 pada waktu yang sama.
 Thales (624-546 SM)
Aristoteles berpendapat bahwa Thales termasuk filsuf yang mencari arkhe (asas
permulaan atau prinsip) alam semesta. Menurut thales prinsip ini adalah air. Semuanya
berawal dari air dan juga kembali menjadi air. Mungkin thales beranggapan demikian
karena air mempunyai perbagai bentuk : cair, beku, uap. Aristoteles tidak mengetahui
dengan pasti alasan Thales menentukan air sebagai zat azali alam semesta..
Titik ajaran lain yang dilaporkan oleh Aristoteles ialah bahwa menurut Thales bumi
terletak di atas air. Ini harus dimengerti dalam hubungannya dengan anggapannya bahwa
semuanya berasal dari air. Bumi boleh dipandang sebagai bahan yang satu kali keluar
dari laut dan sekarang terapung-apung diatasnya. Thales mengemukakan alasan kenapa
bumi tidak jatuh alasannya yaitu karena bumi terletak diatas air. Ia menjadi terkenal
setelah mampu memprediksikan gerhana matahari pada tahun 585 SM. Bagi Thales, yang
menjadi arkhe (prinsip vital yang dapat menjelaskan semesta) adalah air, sebagai hasil
[Type text]

permenungannya akan sesuatu yang dapat menyatukan keseluruhan. Pencarian Thales


akan suatu keutuhan bukanlah hal baru, akan tetapi gagasannya tentang materi yang dapat
mencakup keseluruhan merupakan gagasan orsinal. Ia juga memiliki gagasan yang agak
ganjil, yang mengatakan, bahwa bumi mengapung di atas air (yang sekali lagi,
diperolehnya dari bangsa Mesir). Menurutnya, air merupakan materi yang dapat dijumpai
dalam beragam bentuk, dan mampu mentransformasikan diri, dan berdiferensiasi menjadi
segala macam bentuk yang dapat dijumpai di alam material.
Orang Miletus itu digelari “Bapak Filsafat” karena dia adalah orang yang mula-mula
berfilsafat.Gelar itu diberikan karena ia mengajukan pertanyaan yang amat
mendasar,yang jarang diperhatikan orang,juga orang zaman sekarang:”What is the nature
of the world stuff ?”(Mayer,1950:18) Apa sebenarnya bahn alam semesta ini?. Terlepas
dari apapun jawabannya,pertanyaan ini saja telah dapat mengangkat namanya menjadi
filosof pertama.Ia sendiri mefnjawab air.Jawaban ini sebenarnya amat sederhana dan
belum tuntas karena memunculkan pertanyaan baru yaitu dari apa air itu?,Thales
mengambil air sebagi asal alam semesta barang kali karena ia melihatnya sebagai sesuatu
yang sangat diperlukan dalam kehidupan,dan menurut pendapatnya buymi ini terapung
diatas air (Mayer,1950:18). Dari pernyataan Thales tersebut maka dapat diketahui bahwa
sesuatu yang sederhana pun dapat menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang sangat
kompleks.
 Anaximandros (610-546 SM)
Theophrastus menggambarkannya sebagai penerus dan murid Thales. Seperti Thales,
Anaximender tampaknya juga campuran antara ahli astrologi, geologi, matematika, fisika
dan filosof. Menurut Agathemerus, orang pertama yang berani menggambar dunia yang
tak berpenghuni diatas tablet. Salah satu fragmen buku yang dikatakan telah (mengenai
alam). Anaximander berpendapat bahwa benda pembentuk dunia yang asli adalah
apeiron, suatu substansi yang tidak memiliki batas atau definisi. Ia menjelaskan apeiron
sebagai sesuatu yang mengelilingi segala sesuatu secara tak terbatas dan juga sebagai
sesuatu makhluk dari mana semua langit dan dunia didalamnya maujud:bumi, udara, api,
dan air bagaimanapun juga digerakkan oleh substansi yang tak terbatas.
Anaximander percaya bahwa bumi bentuknya bulat silinder, kedalamannya sepertiga
dari lebarnya sehingga bumi seperti drum. Menurut Anaximender bumi tidak ditopang

[Type text] Page 5


oleh apa-apa, tetapi tetap berada pada jarak yang sama dari smua benda. Ia juga
berpendapat bahwa makhluk pertama yang hidup dilahirkan dalam kelembaban yang
melekat pada kulit kayu yang berduri dan kemudian mengalami perkembangan
kehidupan organik.
 Anaximenes (585-528 SM)
Adalah yang ketiga dari trio filosof yang dikenal dengan milesian. Ia diperkirakan
berkibar sekitar 540 SM dan dia adalah murid dari Anaximander. Seperti Anaximander,
Anaximanes berpendapat bahwa prinsip pertama dari segala benda adalah tak terbatas. Ia
menyatakan bahwa prinsip pertama tersebut adalah udara karena udaralah yang meliputi
seluruh alam dan menjadika dasar hidup bagi manusia yang sangat diperlukan oleh
nafasnya.
Anaximenes mengajarkan bahwa bumi datar dan melayang diudara, bahwa bintang-
bintang ditanam seperti paku dalam kristal dan benda-benda langit bergerak mengitari
bumi seakan-akan seperti topi yang mengitari kepala kita. Ia juga menjelaskan bahwa
terjadinya gempa bumi merujuk pada pilihan pertukaran bumi antara keadaan kering dan
basah. Aetius menyatakan bahwa ia telah mengatakan matahari adalah datar seperti daun
dan smua benda langit seperti api tetapi mempunyai benda-benda bumi diantara benda-
benda tersebut.
 Protagoras (571-496 SM)
Ia adalah ahli matematika dan mistik, lahir di Samos, sebuah pulau dekat pantai
Ionia, tetapi menghabiskan sebagian besar hidupnya di Croton (sebelah selatan Italia).
Aristoteles mengatakan bahwa pythagoras percaya bahwa angka bukan unsur seperti
udara dan air merupakan prinsip semua benda : modifikasi angka sedemikian rupa
menjadi keadilan , yang lain menjadi jiwa dan nalar, yang lain lagi menjadi kesempatan
dan sama halnya hampir semua benda yang lain secara angka bisa dijelaskan. Angka,
bagi pythagoras adalah materi dan makna cosmos. Ia berpendapat bahwa genap dan
ganjil secara bersama-sama menghasilkan kesatuan dan kesatuan itu menghasilkan angka
yang merupakan sumber semua benda.
 Herakleitus
Paham relativisme semakin mempunyai dasar setelah Heraclitus (544-484 SM)
menyatakan, “You can not step twice into the same river; fur the fresh waters are ever
[Type text]

flowing upon yen” (Engkau tidak dapat terjun kesungai yang sama dua kali karena sungai
itu selalu mengalir) (Warner, 1961:26).
Menurutnya segala sesuatu selalu berada dalam perubahan (Panta Rhei)
Pranarka melihat bahwa pandangan Herakleitos inilah yang kemudian hari banyak
berkaitan dengan relativisme, skeptisisme, dan anarki. Herakleitos sendiri berbicara
tentang logos.
- Aliran Pythagorean dengan tokohnya Pythagoras (532 SM) adalah ahli filsafat dan ilmu
ukur. Ia mengatakan bahwa bumi itu bulat atau tidak datar. Ia berpendapat bahwa ukuran
kepastian dan kebenaran adalah problem “system angka” numerical. Masalah
keselamatan termasuk kebersihan jiwa juga dipandang sebagai problem numerical.
- Aliran Elea (mereka berasal dari pemikiran tentang sesuatu itu yang ada/ Filsafat ada)
mempunyai tokoh-tokoh seperti Xenophanes, Parmenides, dan Zeno.
Zenophanes menentang konsep tentang Tuhan atau dewa yang antropomorfis. Ia
mengatakan bahwa Yang Ilahi tiada awalnya. Ia adalah kekal, Esa dan Universal.
Seorang tokoh yang paling berpengaruh disini adalah Parmenides yang sangat
mengutamakan akal. Ia sangat berpengaruh dalam bidang Ontologi dan Epistemologi.
Yang perlu diperhatikan dari tokoh ini adalah hal yang berkenaan dengan masalah satu
dan banyak, tetap atau ebrubah, absolut dan relative. Ia dipandang sebagai tokoh yang
berbeda secara tegas dengan Herakleitos. Ia berpendapat bahwa segala sesuatu itu satu
dan tetap adanya, selain itu tidak ada perubahan. Kalaupun ada itu hanya sekedar
ilusi. Zeno, sejalan dengan Parmenides, memberikan pemikiran2 yang menentang
pluralitas dan gerak. Dan ruang kosong adalah sama2 mustahil.
 Protagoras
Salah seorang tokoh dibarisan sofis ialah Protagoras. Ia menyatakan bahwa manusia
adalah ukuran kebenaran (Mayer, 1950-84). Pernyataan ini merupakan tulang punggung
humanisme. Pernyataan yang muncul ialah apakah yang dimaksudnya manusia individu
ataukah manusia pada umumnya. Memang dua hal ini menimbulkan konsekuensi yang
sungguh berbeda. Akan tetapi, tidak ada jawaban yang pasti, mana yang dimaksud oleh
Protagoras. Yang jelas ialah ia menyatakan bahwa kebenaran itu bersifat pribadi (private)
akibatnya ialah tidak akan ada ukuran absolut yang etika, metafisika, maupun agama.

[Type text] Page 7


2. Filsafat SPO
a. Socrates (469-399 SM)
Adapun filsafah pemikiran Socrates di antarannya ia menyatakan adannya kebenaran
objektif, yaitu yang tidak bergantung kepada saya dan kita. Dalam membenarkan
kebenaran yang objektif ia menggunakan metode tertentu yang dikenalkan dengan
metode dialektika, berasal dari Yunani yang berarti bercakap-cakap atau berdialog.
Socrates meyakinkan bahwa kebenaran itu bersifat relatif itu artinya ada kebenaran
umum yang dapat dipegang oleh semua orang. Dan sebagian kebenaran
memeng reltif, tetapi tidak semuanya. Menurut Socrates ada kebenaran objektif,
yang tidak bergantung kepada saya atau kita. Metode dialektikayaitu bersifat praktis dan
dijalankan melalui percakapan-percakapan. Ia menganalisa pendapat-pendapat, setiap
orang mempunyai pendapat mengenahi salah dan tidak salah. Ia bertanya dengan
negarawan, hakim, tukang, pedagang dan sebagainya. Menurut Xenophon, Socrates
bertanya tentang, salah-tidak salah, adil-tidak adil, berani dan pengecut dan lainnya.
Socrates menganggap jawaban pertama adalah hipotesis dan jawaban yang selanjutnya ia
menarik konsekuensi yang dapat disimpulkan dari jawaban tersebut. Dari data yang ia
dapatkan dikomparasikan dengan intelektual yang ia milliki, ia menemukan dua
penemuan metode yang lain yaitu induksi dan definisi.
Ia menggunakan istilah induksi manakala, pemikiran bertolak dari pengetahuan yang
khusus. Lalu menyimpulkan dengan pengertian yang umum. Sedangkan pengertian yang
umum diperoleh dari mengambil sifat-sifat yang sama. Dari masing-masing kasus khusus
dan ciri-ciri khusus yang tidak disetujui bersama disisihkan. Dan ciri umum tersebut
dinamakan dengan esensi, sedang yang khusus disebut denganeksistensi.
Suatau definisi dibuat dengan menyebutkan semau ciri esensi dari sutau obyek,serta
dengan menyisihkan ciri eksistensinya. Filsafat klasik ini merupakan reakasi dariadannya
pandangan manusia terhadap ilmu pengetahuan, sains, dan agama karena pengaruh
filsafat aliran sofisme yang didominasi paham relativisme.
Konon dewa berada di tempat peribadatan bagi orang yunani, dan mereka
menyatakan hal tersebut dengan cara yang luar biasa bahwa ia adalah orang yang paling
arif di negeri Yunani, ia menafsirkan bisikan dewa sebagai persetujuan atas cara
acnoticism yang menjadi titik tolak dari filsafatnya: “One thing only I know, and that is I
[Type text]

know nothing”.memang filsafat bermula dari jika sesorang belajar bagaimana meninjau
kembali kepercayaan yang telah sejak kecil dianut, itu artinnya harus meninjau kembali
keyakinan dan meragukan aksioma pengetahuan
Akhirnya, Sokrates berkeyakinan, bahwa hidup berkeutamaan merupakan tujuan
utama terbaik setiap manusia. Ia berpikir bahwa tidaklah memungkinkan seorang yang
hidupnya bahagia, memiliki moralitas yang buruk. Keyakinan ini tersurat secara terang
dalam Apologia, “Aku tidak pernah melakukan apapun selain meyakinkan kalian semua,
bahwa janganlah kalian berpikir terlebih dahulu tentang harta benda, dan manusia, akan
tetapi pertama, dan terutama perhatikanlah jiwa mu yang agung itu! Aku katakan
padamu, bahwa keutamaan tidak datang dari uang, akan tetapi uang dapat hadir dari
keutamaan, selain itu dari keutamaan pula yang nantinya menghadirkan manusia –
manusia berkeutamaan lainnya, hingga akhirnya melahirkan massa rakyat berkeutamaan”
Inilah tugas kaum filsuf, untuk menelanjangi kekeliruan – kekeliruan kehidupan,
dan membawa massa rakyat pada kebaikan sejati, serta membantu mereka mencapai cita
– cita setiap umat manusia, yaitu kebahagiaan sejati yang dalam bahasa Yunani dikenal
sebagai eudaimonia, yang berarti bersama yang ilahi.

b. Plato (427-347 SM)


Plato terlahir dari keluarga aristokrat tinggi Athena pada tahun 427 SM. Ayahnya,
Ariston, merupakan keturunan Kodros, raja Athena legendaris terakhir; sementara ibunya,
Periktione, adalah saudara perempuan dari Kharmides, dan juga sepupu dari Kritias, yang
mana keduanya merupakan tokoh terkemuka dalam sistem oligarki Athena pada tahun
404 – 403 SM. Platon mempunyai dua orang saudara laki – laki, Glaukon dan
Adeimantos, yang mana muncul dalam mahakaryanya, Politeia (The Republic).
Berdasarkan ilustrasi historis tersebut, wajarlah jika kita berpretensi untuk menduga,
bahwa Platon muda dipersiapkan untuk hidup sebagai politisi.
Pada usia sekitar 20 tahun, Platon berguru kepada Sokrates, yang kerap kali disebut
sebagai “Bapak Filsafat Barat”. Sokrates, sebagaimana tertulis dalam Apologia,
melaksanakan misi – misinya untuk menguji/mengusik keyakinan yang dimiliki oleh
publik Athena dalam rangka mencapai yang disebutnya sebagai sophia (kebijaksanaan).
Metode dialektis yang digunakan oleh Sokrates untuk mengusik keyakinan tersebut,
membuat dia mendapat banyak musuh di kalangan elit politik Athena kala itu. Pada tahun
399 SM, Sokrates dikenai tuduhan sebagai atheis, dan dianggap menghasut anak – anak
muda di polis Athena untuk menjadi amoral, dan dihukum mati atas tuduhan tersebut.
Pengaruh pemikiran, dan hidup Sokrates dalam

[Type text] Page 9


Kecewa dengan hukuman mati Sokrates yang dianggap tidak adil, Platon melepaskan
seluruh angannya tentang karir politik, dan mendedikasikan seluruh hidupnya untuk
filsafat. Platon meninggalkan Athena selama duabelas tahun pasca kematian Sokrates. Ia
menghabiskan duabelas tahun tersebut dengan berkelana menyambangi berbagai tempat
di Mediterania untuk mempelajari filsafat, geometri, teologi, dan berbagai ilmu lainnya.
Pada akhirnya, Platon kembali ke Athena untuk mendirikan Akademia, yang diharapkan
menjadi lembaga pendidikan untuk memberikan formasi filosofis bagi calon – calon
pemimpin Athena. Aristoteles merupakan alumni Akademia yang paling tersohor, yang
kemudian hari mendirikan lembaga pendidikannya sendiri, Lykeios. Platon meninggal
pada usia 80, pada tahun 347 SM. Meskipun demikian, Akademia tetap bertahan, dan
menginspirasi dunia filsafat barat hingga beberapa abad setelah Platon meninggal.
Pemikiran Plato:
1. Ide dalam pemikiran plato merupakan sesuatu yang sudah ada dalam kekekalan
(Adikodrati). Yang sudah ada dalam dunia kekal. manusia harus bergantung pada ide
itu karena segala sesuatu sudah ada dan dapat berubah. Misalnya seseorang menyebut
itu adalah sebuah kursi, karena sudah ada ide tentang kursi. Tidak tergantung pada
mata manusia, melainkan karena sesuatu itu sudah ada dan ide itu muncul.
2. Materi adalah aspek – aspek realitas yang dapat kita persepsikan lewat indera, sebagai
contoh, sebuah pohon; sebuah mobil; sebuah meja; seorang wanita cantik, dll. Segala
hal yang sensibel menurut Plato pastilah berubah secara konstan, meja suatu saat akan
rusak, wanita cantik juga pastilah menua karena usia, hingga kecantikannya memudar.
Singkatnya hal – hal inderawi tidaklah sempurna, dan fana. Berdasarkan tesis tersebut,
Plato menyimpulkan bahwa dunia realitas inderawi, berupa materi tidaklah nyata.
Sementara Plato menyimpulkan bahwa materi dapat berubah, dan bukanlah kenyataan
yang sejati, forma (dalam bahasa Yunani disebut sebagai eidos, yang mana seringkali
diterjemahkan sebagai idea) bersifat kekal. Inilah kenyataan senyata – nyatanya bagi
Plato. Forma dapat ditangkap oleh makhluk mortal seperti manusia lewat rasionya,
bukan lewat inderanya.
3. Jiwa. Sejauh menurut Plato yang utama adalah forma, dan berarti dalam diri manusia
yang utama adalah jiwanya (karena tubuh bersifat mortal), maka yang utama dari
pengenalan diri adalah pengenalan jiwanya. Plato tidak berbicara mengenai kodratnya
(phusis) dari jiwa (psukhe), dalam Phaidros, Plato menyatakan bahwa pembahasan
mengenai “apa-nya” jiwa sebenarnya, hanya dewa yang bisa mengatakannya. Di
dalam Timaios (seringkali disebut sebagai kitab kejadian kaum pagan), Plato
mengatakan bahwa kisahnya tentang jiwa merupakan kisah yang hanya mirip – mirip
(ho eoiken) saja dengan kondisi jiwa yang sebenarnya, sambil berharap semoga dewa
menyepakatinya. Plato lebih banyak berbicara tentang jiwa sebagai gerak yang
menggerakan dirinya sendiri (autokineton), lalu lewat dunamisnya kita dapat
mengenali phusis-nya, dan daya – daya apa saja yang muncul darinya. Dan daya –
daya yang membuat jiwa ini ditengarai memiliki dimensi pasif (berkenaan dengan apa
saja yang diterima, pathé), dan aktif (berkenaan dengan apa saja yang ia lakukan,
[Type text]

erga). Karena jiwa merupakan autokineton, maka jiwa merupakan seluruh


kompleksitas internal dalam diri manusia yang bersifat asomatis. Tubuh bagi Plato
hanyalah merupakan tanda bagi jiwanya.
Susunan :
Ide (Kekekalan) - Jiwa (ketika tubuh manusia sudah mati maka jiwa itu akan kembali
pada kekekalan) - Tubuh (tubuh akan mempelajari tentang ide atau kekekalan )
Psikosomatik Yaitu Jiwa yang mempengaruhi tubuh
Somasikotik yaitu tubuh yang mempengaruhi jiwa
Dikisahkan bahwa jiwa merupakan bagian dari idea yang ditiupkan oleh
Demiourgos pada waktu penciptaan alam semesta, akan tetapi karena mendapatkan
gangguan dari Diké (takdir), idea tersebut tidaklah murni, karenanya bersifat mortal.
Jiwa terdiri dari tiga bagian (tripatrit), epithumia; thumos; dan logistikon. Untuk
memahami tentang tripatrit jiwa sebagai autokineton, kita ada baiknya untuk
memahami analogi kereta kuda dalam Phaidros. Diandaikan oleh Plato bahwa gerak
jiwa analog dengan kereta kuda yang mana terdapat dua ekor kuda, kuda putih; dan
kuda hitam; serta seorang sais, dan kereta yang bersayap. Kuda putih cenderung mau
dikendalikan oleh sais, sedangkan kuda hitam bersifat bandel, sedangkan kepak sayap
pada kereta menghidupi laju gerak pada kereta. Kuda hitam diandaikan sebagai
epithumia, yaitu bagian jiwa yang paling rendah, yang merupakan sumber dari seluruh
nafsu badani; kuda putih diandaikan sebagai thumos, yaitu bagian jiwa tempat
keberanian, dan seluruh heroisme berasal; sais melambangkan logistikon, yaitu bagian
jiwa tempat rasio berasal, darinya pemikiran, dan pertimbangan rasional bersumber;
dan yang terakhir sayap melambangkan eros (hasrat). Jiwa yang benar menurut Plato
adalah jiwa yang dikendalikan oleh logistikon sebagai sais, dengan begitu thumos,
dan epithumia serta eros dapat dibatasi oleh rasionalitas. Dibatasi, bukan berarti
dihilangkan, hasrat – hasrat irasional ini hanya dapat dikendalikan saja oleh rasio.
Melaui keugaharian (sophrosune) untuk mengendalikan nafsu – nasfu badani;
keberanian (andreia) untuk mengendalikan thumos yang terkadang irasional; serta
pendidikan untuk pendisiplinan hasrat (eros). Dengan dipimpinnya jiwa manusia
oleh rasio (sophia), maka jiwa tersebut akan berfungsi optimal, dan seimbang, hingga
terciptalah keselarasan jiwa (dikaiosune) sesuai dengan kosmos semesta. Sejauh yang
utama dalam diri manusia adalah jiwanya, maka menurut Platon\, manusia yang
jiwanya selaras ini hidupnya pun akan selaras, dan Plato percaya dengan keselarasan
hidup sang manusia dengan sendirinya akan berbahagia.
4. Pemikiran Plato mengenai Negara :
 Asal Mula Pembentukan Negara
Menurut Plato asal mula tebentuknya suatu negara karena adanya keinginan dan
kebutuhan yang dapat terpenuhi apabila mereka bersatu dan bekerja sama, agar
keterbatasan atau kekurangan mereka dapat terpenuhi. Maka dari itu sistem pelayanan
dalam suatu negara harus dapat bertanggung jawab, saling membantu, menerima dan

[Type text] Page 11


memberi serta dapat memperhatikan kebutuhan antar manusia. Dengan demikian bahwa
negara ideal Plato bukanlah negara khayalan.
Plato menyaksikan betapa negara menjadi rusak dan buruk akibat penguasa yang
korup, sedangkan bagi Plato negara dan manusia memiliki persamaan. Maksudnya adalah
masalah molaritas harus diutamakan serta menjadi hakiki di dalam negara. Begitu juga
manusia dalam menjadi penguasa di Negara. Plato yang dipengaruhi oleh Sokrates
menempatkan kebajikan dan kebaikan sebagai ide yang tertinggi. Dari beberapa filsuf
menarik kesimpulan dari Plato, bahwa Negara ideal adalah suatu komunitas etikal untuk
mencapai kebajikan dan kebaikan itu. Salah satu penyebab Plato yang membuatnya
menjadi seorang yang aristokrat yang kritis terhadap demokrasi adalah pecahnya perang
Peloponesos, yang pada saat itu Plato menyaksikannya sendiri pada umur ke 23 tahun,
bahwa Athena kalah dari Sparta. Pada masa Athena yang berada dalam pemerintahan
demokratis, dari sinilah pemerintahan demokratis yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan rakyat dibidang politik, moral, dan spiritual.
 Tujuan Fungsi dan Tugas Negara
Tujuan dalam negara bagi Plato adalah untuk menciptakan kesenangan dan
kebahagiaan, oleh sebab itu maka tugas negara adalah mengupayakan kesenangan
manusia bisa tercipta, dengan menggunakan sistem pelayanan, dari rakyat untuk rakyat.
Sedangkan fungsi negara adalah memfasilitasi apa yang menjadi kebutuhan manusia
dalam bernegara.
 Bentuk-bentuk Negara
Plato mengemukakan bahwa bentuk negara ada lima, sebagaimana sesuai dengan
kondisi jiwa manusia. Plato mengatakan :
. . . if there are five kinds of contitutions, there should be five conditions of soul of private
men.
. . . jika ada lima macam bentuk (negara), seyogyanya ada lima kondisi jiwa manusia
pribadi.
Dari lima bentuk negara ini tersusun atas beberapa tahap, diantaranya :
 Aristokrasi, ialah bentuk negara yang sempurna, yang dipimpin oleh seorang
cendekiawan. Orang” pintar, filsuf, tapi orang ini tidak boleh kaya karena ia harus
memperhatikan kebahagiaan orang yang dipimpinnya. Dan karena kebahagiaan itulah
pemimpin itu akan dihidupi. Tidak boleh memperkaya diri sendiri.
 Timokrasi, ialah bentuk negara yang lebih mengutamakan kepentingan sendiri untuk
mendapatkan kehormatan yang besar.
 Oligarki, ialah bentuk negara yang ingin memperkaya diri dan menimbun harta
sebanyak – banyaknya.
 Demokrasi, ialah bentuk negara yang mengutamakan kepentingan rakyat, dan
memperhatikan kebebasan dan kemerdekaannya.
 Tirani, ialah bentuk negara yang tidak lagi melindungi rakyat, dan sebaliknya akan
menindas rakyat.
Pembagian Kelas Dalam Negara
[Type text]

Menurut Plato negara ideal terbagi menjadi tiga, sebagaimana sama dengan
pembagian jiwa manusia, yang dikenal dengan nama “ Plato’s Tripartite Theory of the
Soul “ ( Teori Plato tentang tiga bagian jiwa ). Kesamaan dari tiga pembagian ini
dihubungkan oleh Plato sebagai berikut :
 Kelas penasehat/pembimbing (counsellor) ialah para cendekiawan atau para filsuf,
yang sejajar dengan fikiran/akal manusia (nous).
 Kelas pembantu (the state-assistants) ialah militer, yang sejajar dengan
semangat/keberanian (thumos).
 Kelas penghasil (money makers), ialah para petani, pengusaha dan lainnya, yang
sejajar dengan keinginan/kebutuhan (Epithuma).

c. Aristoteles (384-322 SM)


Aristoteles terlahir pada tahun 385 SM di Stagira, sebelah timur Makedonia. Karena
kota kelahirannya, Aristoteles sering disebut sebagai ‘Stagrit’. Meskipun Stagira dekat
dengan Makedonia, secara politik Stagira merupakan koloni dari Yunani. Keluarga
Aristoteles cukup terpelajar, ayahnya Nikomaxia adalah seorang tabib dari keluarga
Asklepiades, yang dianggap masih keturunan dewa penyembuhan, Askleipos. Nikomaxia
merupakan tabib Istana Makedonia. Menurut informasi yang bersumber dari Souda
(ensklopedia Byzantium dari abad 10 M), Nikomaxia bukan sekedar tabib biasa,
melainkan juga seorang ilmuwan yang mempublikasikan dua buah buku, yang bertopik
tentang farmakologi, dan fisika.
Pada tahun 365 SM, ketika Aristoteles berusia tujuh belas tahun, ia berangkat ke
Athena untuk menimba pengetahuan. Waktu itu di Athena terdapat dua sekolah yang
cukup terkemuka, Akademia yang didirikan Platon, serta sekolah kaum orator yang
didirikan oleh Isokrates. Selama Dua Puluh Tahun. Salah satu karya Aristoteles yang
paling berpengaruh adalah Etika Nikomaxeia, untuk dapat menjadi tujuan akhir, tindakan
tersebut haruslah bersifat an sich, dalam artian tujuan tersebut haruslah dihasrati oleh
tujuan itu sendiri, tanpa referensi apa pun pada tujuan lainnya, dan bersifat’harus’ untuk
dicapai setiap manusia. Aristoteles berpendapat, bahwa nyaris setiap orang
mendambakan kebahagiaan sebagai tujuan akhir. Tesis ini sangatlah mudah untuk
dipahami, bahwasanya kita menginginkan uang, kenyamanan, dan kehormatan, karena
kita percaya ‘kebaikan – kebaikan’ itu akan membuat kita bahagia. Dalam bahasa
Yunani, padanan kata kebahagiaan dalam konteks ini adalah eudaimonia, seperti juga

[Type text] Page 13


penerjemahan pada istilah – istilah kuno lainnya, pada penerjemahan ini pun terdapat
kekeliruan. Kekeliruan utamanya adalah bahwa kebahagiaan (khususnya dalam
pengunaan kata ini di Indonesia pasca reformasi) seringkali identik dengan kondisi
subjektif pikiran yang merujuk pada kata kesenangan, yang mana dapat digambarkan
secara umum dalam kondisi meraih sukses sehabis wisuda dengan status cum laude, lalu
menghabiskan malam – malam awalnya sebagai sarjana dengan mabuk – mabukan
bersama teman – teman. Bagi Aristoteles, kebahagiaan yang dimaksud adalah tujuan
akhir yang mana meliputi keseluruhan kehidupan. Kebahagiaan tersebut bukannya yang
dapat bertumbuh, lalu menghilang dalam waktu yang singkat seperti sensasi kesenangan.
Seperti yang dikatakan oleh Aristoteles dalam Etika Nikomaxeia, “Seperti halnya mata
air yang tidak mungkin terbentuk dalam satu hari, pun begitu juga dengan manusia,
kebahagiaan sejati tidak dapat diraih dalam waktu singkat”.
Menurut Aristoteles, kebahagiaan adalah pencapaian kebaikan sesuai dengan
pandangannya tentang kemanusiaan (kesehatan, kesejahteraan, pengetahuan,
persahabatan, dll.) sepanjang waktu kehidupan yang terarahkan pada kesempurnaan sifat
kemanusiaan, dan pengayaan kehidupan manusia. Dalam kehidupan seringkali kita
dihadapkan pada pilihan yang sulit. Kerapkali hal – hal, dan tindakan buruk memberikan
kebahagiaan yang langsung, ketimbang hal – hal, dan tindakan yang lebih baik akan
tetapi menyakitkan, dan membutuhkan pengorbanan.
Penting juga untuk dicatat, bagi Aristoteles, tidaklah cukup untuk berpikir tentang
melakukan hal yang baik, atau berniat untuk melakukan perbuatan yang benar,
melainkan kita harus benar – benar melakukannya. Hal ini mirip dengan perumpamaan,
bahwa seseorang berpikir untuk membuat suatu mahakarya sastra, sementara seorang
lainnya benar – benar menuliskan karya sastranya. Ketika kita menuliskan karya sastra
kita dengan sungguh – sungguh, maka kita akan merangkai kata, dan kalimat hingga
menghasilkan cerita yang menarik, melalui tindakan inilah kita sungguh – sungguh
mewujudkan potensi rasional, dan akan menghasilkan kebahagiaan yang mendalam.
Di dunia filsafat aristoteles dikenal sebagai Bapak Logika. Logikannya disebut
tradisional karena nantinnya berkembang apa yang disebut logika modern. Logika nya
juga sering disebut dengan logika Formal.
[Type text]

Jika orang-orang sofis banyak menganggap bahwa manusia tidak akan mampu
memperoleh kebenaran, Aristoteles dalam Metaphysics menyatakan bahwa manusia
dapat mencapai kebenaran. Sala satu teori metafisika Aristoteles yang penting ialah
pendapatnya yang mengatakan bahwa, matter dan form itu bersatu,

A. Kaum Sofis
Sofis adalah nama yang diberikan kepada sekelompok filsuf yang hidup dan berkarya
pada zaman yang sama dengan Socrates. Mereka muncul pada pertengahan hingga akhir
abad ke-5 SM. Sebelum abad ke-5 sebutan “Sofis” (sophistes) belum digunakan untuk
menyebut para kaum Sofis. Sebelum abad ke-5 arti istilah itu adalah “seorang yang
bijaksana” atau “seorang yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu”. Istilah ini
sering diartikan “sarjana” atau “cendekiawan”. Herodotos memakai nama sophistes untuk
Pythagoras. Pengarang Yunani yang bernama Androtion (abad ke-4 SM) menggunakan
nama ini untuk menunjukkan “ketujuh orang bijaksana” dari abad ke-6 dan Sokrates.
Lysias, ahli pidato Yunani yang hidup sekitar permulaan abad ke-4 memakai nama ini
untuk Plato. Pada abad ke-4 para “sarjana” atau “cendikiawan” bukan lagi disebut “sofis”
akan tetapi “filosofos” (philosophos), sedangkan nama sophistes khusus dipakai untuk
guru-guru yang berkeliling dari kota ke kota untuk mengajar dan memainkan peranan
penting dalam masyarakat Yunani. Akhirnya sebutan “Sofis” menjadi suatu sebutan yang
tidak harum lagi, karena seorang Sofis adalah “orang yang menipu orang lain dengan
memakai alasan-alasan yang tidak sah”. Para guru yang bekeliling tersebut dituduh
sebagai orang-orang yang meminta uang bagi ajaran mereka.
Kaum Sofis muncul pada pertengahan abad ke-5 SM. Beberapa orang filsuf sofis yang
terkenal tidak berasal dari Athena, namun semua nya pernah mengunjungi dan berkarya
di Athena.

BAB II
FILSAFAT ABAD MULA-MULA

[Type text] Page 15


A. Filsafat dizaman Helenisme Abad 1-5
1. Latar Belakang Historis Hellenisme
Pemerintahan Aleksander merupakan pemerintahan yang kuat dan memiliki banyak
daerah taklukan. Dalam waktu sepuluh tahun sejak 334- 324SM ia menaklukkan Asia
Kecil, Siria, Mesir, Babilonia, Persia, Samarkand, Bactria, dan Punjab, dimana pada
setiap daerah taklukan ia selalu mendirikan kota Yunani dan mencoba mereproduksi
lembaga-lembaga Yunani, disertai upaya pemerintahan sendiri. Berangsur-angsur ketika
kawasan yang ia taklukkan kian meluas, ia memberlakukan kebijakan yang
menganjurkan pembauran secara damai antara bangsa Yunani dan bangsa Barbar, hal ini
dapat mengacu pada beberapa faktor, diantaranta:
Pasukan Aleksander tidak terlampau besar jumlahnya, tidak mungkin selamanya
mempertahankan kekuasaan imperium yang sangat luas itu dengan jalan kekerasan,
melainkan dalam waktu panjang, akan tergantung pada kerukunan dengan rakyat yang
ditaklukkan.
Bangsa Timur tidak terbiasa dengan pemerintahan apapun kecuali pemerintahan oleh
seorang dewa-raja, yang oleh Aleksander dirasakan tepat untuk dibawakannya sendiri.
Pemerintahan Aleksander menerima orang-orang Makedonia sebagai panglima
pasukannya, bahkan memberikan sebutan “sahabat” untuk mereka. Para “sahabat” ini
yang kemudian memberikan masukan saran dan kritik dan mengambil andil yang
“berpengaruh” dalam pemerintahan Aleksander. Mereka yang memaksa Aleksander
untuk lebih baik kembali setelah menaklukkan kawasan sungai Indus dan bukan
meneruskan perjalanan untuk menaklukkan kawasan sungai Gangga.
Bangsa timur lebih suka berdamai, asalkan keyakinan religius mereka dihargai. Hal
ini tidaklah sulit bagi Aleksander yang kemudian menyatakan dirinya adalah putra dewa.
Perjalanan karier Aleksander sangatlah menakjubkan sehingga mungkin saja ia
beranggapan bahwa asal-ususlnya yang ajaib itulah penjelasan terbaik atas
keberhasilannya yang luar biasa.
Anggapan bahwa bangsa Yunani adalah bangsa yang lebih unggul derajatnya
daripada bangsa Barbar pernah diungkapkan pada sebuah ungkapan pandangan umum
yang menyatakan ras utara bersemangat, ras selatan beradab, namun hanya bangsa
Yunananilah yang penuh semangat sekaligus beradab. Plato dan Aristoletes berpendapat
[Type text]

bahwa tidak selayaknya bangsa Yunani dijadikan budak, namun mereka tidak
berpendapat demikian mengenai bangsa Barbar.
Aleksander yang tidak sepenuhnya bangsa Yunani mencoba meruntuhkan sikap
superioritas ini. Ia sendiri mengawini dua putri barbar, dan ia memaksa para pengikutnya
untuk menikahi kaum perempuan Persia. Banyak terjadi perkawinan silang antara
pasukan yang dibawa Aleksander yang kemudian menikahi kaum perempuan pribumi.
Dampak dari kebijakan ini adalah timbulnya konsepsi tentang umat manusia sebagai
suatu keseluruhan di dalam pemikiran orang-orang terpelajar. Sikap inipun menciptakan
hasil berupa hubungan timbal balik antara bangsa Yunani dan bangsa Barbar. Orang
Barbar memetik sesuatu hal dari ilmu pengetahuan Yunani, sedangkan orang Yunani
mendapat banyak pelajaran dari takhayul bangsa Barbar. Peradaban Yunani, setelah
menjangkau wilayah lebih luas, menjadi tidak sepenuhnya Yunani. Pembauran serta
penerimaan budaya yang berbeda, namun masih Yunani (mengadopsi budaya Yunani)
inilah yang dikenal dengan Helenisme, sebuah paham “ke-Yunani-an” yang menerima
bangsa lain dalam kehidupan bermasyarakatnya dibawah pemerintahan Aleksander
2. Perkembangan dalam Dunia Filsafat
Hellenisme di bagi menjadi dua fase, yaitu fase Hellenisme dan fase Hellenisme
Romawi. Fase Hellenisme adalah fase yang ketika pemikiran filsafat hanya dimiliki oleh
orang-orang Yunani. Adapun fase Hellenisme Romawi ialah fase yang sudah datang
sesudah fase hellenisme, dan meliputi semua pemikiran filsafat yang ada pada masa
kerajaan romawi, yang ikut serta membicarakan peninggalan pikiran Yunani, antara lain
pemikiran Romawi di barat dan di timur yang ada di mesir dan di siria. Fase ini dimulai
dari akhir abad ke-4 sebelum masehi sampai pertengahan abad ke-6, Masehi di Bizantium
dan roma, atau sampai masa penerjemahan di dunia arab.
Pada masa ini, aliran-aliran etis yang menekankan pada persoalan-persoalan tentang
kebijaksanaan hidup yang praktis disamping itu juga ada aliran-aliran yang diwarnai
pemikiran keagamaan. Jadi, secara garis besarnya sifat filsafat sesudah Aristoteles atau
pada masa Helenisme dapat dibagi menjadi dua, masa Etik dan masa Religi. Yang
termasuk aliranyang bersifat Etis diantaranya adalah aliran Stoa, Epikorus, dan Skeptis.
Sedangkan yang termasuk aliran yang diwarnai agama diantaranya adalah filsafat Neo-
Pythagoras, filsafat Plotinus Tengah, filsafat Yahudi dan Neoplatonisme.

[Type text] Page 17


B. Filsafat Abad Pertengahan
Filsafat abad pertengahan adalah suatu arah pemikiran yang berbeda sekali dengan
arah pemikiran dunia kuna. Filsafat abad pertengahan menggambarkan suatu zaman yang
baru sekali di tengah-tengah suatu rumpun bangsa yang baru, yaitu bangsa Eropa barat.
Filsafat yang baru ini disebut Skolistik. Sebutan Skolistik mengungkapkan, bahwa ilmu
pengetahuan abad pertengahan diusahakan oleh sekolah-sekolah, dan bahwa ilmu itu
terkait pada tuntutan pengajaran di sekola-sekolah itu. Semula Skolistik timbul di biara-
biara tertua di Gallia Selatan, tempat pengungsian ketika ada perpindahan bangsa-bangsa.
Sbb di situlah tersimpan hasil-hasil karya para tokoh kuna dan para penulis Kristiani.
Pada awal abad ke-6 filsafat berhenti untuk waktu yang lama. Segala perkembangan
ilmu pada waktu itu terhambat. Hal ini disebabkan karena abad ke-6 dan ke-7 adalah
abad-abad yang kacau. Pada waktu itu ada perpidahan bangsa-bangsa, yang
mengakibatkan adanya serangan-serangan bangsa-bangsa yang masih belum beradab
terhadap kerajaan Romawi, sehingga kerajaan itu runtuh. Bersamaan dengan keruntuhan
kerajaan Romawi itu runtuhlah juga segala peradabat Romawi, baik peradaban yang
bukan Kristiani maupun peradaban Kristiani yang sedang dibangun selama 5 abad
terakhir. Filsafat barat abad pertengahan ( 476-1492 M ) juga dapat dikatakan sebagai
abad gelap. Berdasarkan pada pendekatan sejarah gereja, saat itu tindakan gereja sangat
membelenggu kehidupan manusia. Manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk
mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Para ahli pikir saat itu juga tidak
mempunyai kebebasan berpikir. Apalagi terdapat pemikiran-pemikiran yang
bertentangan dengan agama ajaran gereja. Siapa pun orang yang mengemukakannya akan
mendapatkan hukuman berat.
Akan tetapi di sepanjang perjalanan abad-abad keadaan berubah. Buku-buku
pegangan dialektika lama-kelamaan diganti dengan karangan-karangan Aristoteles
mengenai logika, sedang dalam perkembangannya yang lebih lanjut lagipelajaran artes
liberales makin diubah menjadi studi filsafat, terutama filsafat Aristoteles. Untuk itu
setelah mempelajari mengenai sejarah perkembangan ilmu filsafat pada masa abad
pertengahan ini, kita akan mampu membedakan baik dari segi karakteristik, filosof, dan
pemikiran tokoh itu sendiri, menginat pentingnya filsafat bagi kehidupan kita sehari-hari.
[Type text]

C. Definisi Tentang Pemikiran Masa Abad Pertengahan


Filsafat Yunani mengalami kemegahan dan kejayaan dengan hasil yang sangat
gemilang, yaitu melahirkan peradaban Yunani. Menurut pandangan sejarah filsafat,
dikemukakan bahwa peradaban Yunani merupakan titik tolak peradaban manusia di
dunia. Maka pandangan sejarah filsafat dikemukakan manusia di dunia. Giliran
selanjutnya adalah warisan peradaban Yunani jatuh ke tangan kekuasaan Romawi.
Kekuasaan Romawi memperlihatkan kebesaran dan kekuasaan hingga daratan Eropa
(Britania), tidak ketinggalan pula pemikiran filsafat Yunani juga ikut terbawa. Hal ini
berkat peran Caesar Augustus yang menciptakan masa kemasan kesusastraan Latin,
kesian, dan arsitektur Romawi. Setelah filsafat Yunani sampai ke daratan Eropa, di sana
mendapatkan lahan baru dalam petumbuhan. Karena bersamaan dengan agama kristen,
filsafat Yunani berintegrasi dengan agama Kristen, sehingga membentuk suatu formasi
baru. Maka, muncullah filsafat Eropa yang sesungguhnya sebagai pejelmaan filsafat
Yunani setelah berintegrasi dengan agama Kristen.
Di dalam masa pertumbuhan dan perkembangan filsafat Eropa (kira-kira selama 5
abad) belum memunculkan ahli pikir (filosof), akan tetapi setelah abad ke-6 Masehi,
muncullah para ahli pikir yang mengadakan penyelidikan filsafat. Jadi, filsafat Eropa
yang mengawali kelahiran filsafat barat abad pertengahan. Filsafat Barat Abad
Pertengahan (467 – 1492) juga dapat dikatakan sebagai “abad gelap”. Pendapat ini
disarankan pada pendekatan sejarah gereja. Memang pada saat itu tindakan gereja sangat
membelenggu kehidupan manusia sehingga manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk
mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Para ahli pikir pada saat itu pun
tidak memiliki kebebasan berfikir. Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang
bertentangan dengan ajaran gereja, orang yang mengemukakan akan mendaptkan
hukuman berat. Pihak gereja melarang diadakannya penyelidikan-penyelidikan
berdasarkan rasio terhadap agama. Karena itu, kajian tentang agama/teologi yang tidak
berdasarkan ketentuan gereja akan mendapatkan larangan yang ketat. Yang berhak
mengadakan penyelidikan terhadap agama hanyalah gereja. Walaupun demikian, ada
juga yang melanggar larangan tersebut dan mereka dianggap orang murtad dan kemudian
diadakan pengejaran (inkusisi).

[Type text] Page 19


Ciri-ciri pemikiran filsafat barat abad petengahan antara lain:
 Cara berfikirnya dipimpin oleh gereja.
 Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles.
 Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain.
Mengenai sikap terhadap pemikiran Yunani ada dua:
 Golongan yang menolak sama sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran Yunani
merupakan pemikiran orang kafir, karena tidak mengakui wahyu.
 Menerima filsafat Yunani yang mengatakan bahwa karena manusia itu ciptaan Tuhan,
kebijaksanaan manusia berarti pula kebijaksanaan yang datangnya dari Tuhan.
Mungkin akal tidak dapat mencapai kebenaran yang sejati maka akal dapat dibantu
oleh wahyu.
Masa Abad Pertengahan ini terbagi menjadi dua masa yaitu masa Paratistik dan masa
Skolatistik. Sedangkan masa Skolatistik terbagi menjadi Skolastik Awal. Skolastik
Puncak, dan Skolastik Akhir.

1. Masa Patristik
Istilah pratistik berasal dari kata Latin pater atau bapak, yang artinya para pemimpin
gereja. Para pemimpin gereja ini dipilih dari golongan atas dan atau golongan ahli pikir.
Dari golongan ahli pikir inilah menimbulkan sikap yang beragam pemikirannya. Mereka
ada yang menolak filsafat Yunani dan ada yag menerimanya. Bagi mereka yang menolak,
alasanya karena beranggapan bahwa sudah mempuyai sumber kebenaranyaitu firman
Tuhan, an tidak dibenarkan apabila mencari sumber kebenaran yang lain seperti dari
filsafat Yunani. Bagi mereka yang yang menerima sebagai alasannya beranggapan bahwa
walaupun telah ada sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, tetapi tidak ada jeleknya
menggunakan filsafat Yunani hanya diambil metodosnya saja (tata cara berfikir). Juga,
walaupun filsafat Yunani sebagai kebenaran manusia, tetapi manusia juga sebagai ciptaan
Tuhan. Jadi, mereka/menerima filsafat Yunani diperbolehkan selama dalam hal-hal
tertentu tidak bertentagan dengan agama.
Perbedaan pendapat tersebut berkelanjutan, sehingga orang-orang yang menerima
filsafat Yunani menuduh bahwameeka (orang-orang Kristen yang menolak filsafat
Yunani) itu menarik. Kemudian, orang-orang yang dituduh munafik tersebut
[Type text]

menyangkal, bahwa tuduhan tersebut dianggap fitnah. Dan pembelaan dari orang-orang
yang menolak filsafat Yunani mngatakan bahwa dirinyalah yang bena-benar hidup
sejalan dengan Tuhan.
b. Justinus Martyr
Nama aslinya Justinus, kemudiam nama Martyr diambil dari istilah “orang-orang
yang rela mati hanya untuk kepercayaan”. Menurut pendapatnya, agama Kristen bukan
agama baru karena Kristen lebih tua dari filsafat Yunani, dan Nabi Musa dianggap
sebagai awal kedatangan Kristen. Padahal, Musa hidup sebelum Socrates dan Plato.
Socrates dan Plato sendiri sebenarnya telah menurunkan hikmahnya dngan mmakai
hikmah Musa. Selanjutnya dikatakan bahwa filsafat Yunani ini mengambil dari kitab
Yahudi. Pandangan ini didasarkan bahwa Kristus adalah logos. Dalam mengembangkan
aspek logosnya ini orang-oran Yahudi (Socrates, Plato dan Lain-lain) kurang memahami
apa yang terkandung dan memancar dari logosnya, yaitu pencerahan sehingga orang-
orang Yunani dapat dikatakan menyimpang dari ajaran murni. Mengapa mereka
menyimpang? Karena orang-orang Yahudi terpengaruh oleh demon atau setan. Demon
atau setan tersebut dapat mengubah pengetahuan yang benar kemudian dipalsukan. Jadi,
agama Kristen lebih bermutu dibanding dengan filsafat Yunani. Demikian pembelaan
Justinus Martir.
c. Klemens ( 150 – 215 )
Ia juga termaksud pembela Kristen, tetapi ia tidak membenci filsafat Yunani. Pokok-
pokok pikirannya adalah sebagai berikut:
Memberikan batasan-batasan terhadap ajaran Kristen untuk memprtahankan diri dari
otoriter filsafat Yunani;
Memerangi ajaran yang anti terhadap Kristen dengan menggunakan filsafat Yunani;
Bagi orang Kristen, filsafat dapat dipakai untuk membela iman Kristen, dan
pemikiran secara mendalam;
d. Tertullianus (160-222)
Ia dilahirkan bukan dari keluarga Kristen, tetapi setelah melaksanakan pertobatan ia
menjadi gigih membela Kristen secara fanatik. Ia menolak khadiran filsafat Yunani
karena filsafat dianggap sesuatu yang tidak perlu. Baginya berpendapat, bahwa wahyu
Tuhan sudahlah cukup. Tidak ada hubugan antara teologi dengan filsafat, tidak ada

[Type text] Page 21


hubungan antara Yerussalem (pusat agama) dengan Yunani (pusat filsafat), tidak ada
hubungan antara gereja akademi, tidak ada
Hubungan antara Kristen dengan penemuan baru. Selanjutnya ia megatakan bahwa
dibanding dengan cahaya Ktisten, segala yang dikatakan oleh para filosof Yunani
dianggap tidak penting. Apa yang dikatakan oleh para filosof Yunani tentang kebenaran
pada hakikatnya sebagai kutipan dari kitab Suci. Akan tetapi karena kebodohan para
filosof, kebenaran kitab suci tersebut dihapuskan. Akan tetapi lama-kelamaan,
Tertullianus akhirnya menerima juga filsafat Yunani sebagai cara berfikir yang rasional.
Alasanya bagaimanapun juga berfikir yang rasional diperlukan sekali. Pada saat itu,
karena pemikiran filsafat yang diharapkan tidak dibakukan,, saat itu filsafat hanya
mengajarkan pemikiran-pemikiran ahli pikir Yunani saja, sehingga, akhirnya Tertullianus
melihat filsafat hanya demensi praktisnya saja, dan ia menerima filsafat sebagai cara atau
metode berfikir untuk memikirkan kebenaran-kebenaran Tuhan beserta sifat-sifatnya.
e. Augustinus (354 – 430)
Sejak mudanya ia telah mempelajari bermacam-macam aliran filsafat, antara lain
Plantoniasme dan Skeptisisme. Ia telah diakui keberhasilannya dalam membentuk filsafat
Kristen yang berpengaruh besar dalam filsafat abad pertengahan sehingga ia dijuluki
sebagai guru skolistik yang
Sejati. Ia seorang tokoh besar di bidanf teologi dan filsafat. Setelah mempelajari
aliran Skeptisisme, ia kemudia tidak menyetujui atau menyukainya, karena di dalamnya
terdapat pertentangan batiniah. Orang dapat meragukan segalanya, tetapi orang tidak
dapat meragukan bahwa ia ragu-ragu. Seseoran yang ragu-ragu sebenarnya ia berfikir dan
seseorang yang berfikir sesungguhnya ia berada (eksis). Menurut pendapatnya, daya
pemikiran manusia dan batasnya, tetapi pikiran manusia dapat mencapai kebenaran dan
kepastian yang tidak ada batasnya, yang bersifat kekal abadi. Artinya, akal pikiran
manusia dapat berhubungan dengan sesuatu kekayaan
Yang lebih tinggi. Akhirnya, ajaran Augustinus berhasil menguasai sepuluh abad dan
mempengaruhi pemikiran Eropa. Perlu diperhatikan bahwa para pemikir Patristik itu
sebagai pelopor pemikiran skolastik. Mengapa ajaran Augustinus sebagai akal dari
skolastik dapat mendominan hampir sepuluh abad? Karena ajarannya lebih bersifat
sebagai metode daripada suatu sistem.
[Type text]

Agustinus adalah salah seorang penulis Latin kuno pertama, di kalangan Kristen,
dengan suatu visi yang sangat jelas mengenai antropologi teologis. Ia memandang
manusia sebagai satu kesatuan sempurna dari dua substansi: tubuh dan jiwa. Dalam
risalah terakhirnya yang berjudul Tentang Kepedulian yang Diperlukan bagi Orang
Meninggal (De cura pro mortuis gerenda) bab 5, yang ditulisnya pada tahun 420, ia
mendesak untuk menghormati jenazah karena tubuh adalah bagian dari kodrat
dasar pribadi manusia. Figur favorit Agustinus untuk mendeskripsikan kesatuan tubuh-
jiwa adalah perkawinan: "tubuhmu adalah istrimu" (caro tua, coniunx tua).Pada awal
mula, kedua elemen tersebut berada dalam keselarasan yang sempurna. Setelah jatuhnya
umat manusia, tubuh dan jiwa mengalami pertempuran dramatis antara satu dengan yang
lainnya. Keduanya merupakan 2 hal yang berbeda secara kategoris. Tubuh adalah sebuah
objek 3 dimensi yang terdiri dari 4 elemen, sedangkan jiwa tidak memiliki dimensi
spasial (ruang). Jiwa adalah suatu jenis substansi, turut serta dalam akal atau daya pikir,
dan layak untuk berkuasa atas tubuh.Berbeda dengan Plato dan Descartes, Agustinus
tidak disibukkan dengan penelusuran rincian mendetail yang terlalu banyak dalam upaya
untuk menjelaskan metafisika persatuan tubuh-jiwa. Baginya cukup untuk mengakui
bahwa ada perbedaan metafisik di antara keduanya: menjadi seorang manusia berarti
menjadi satu gabungan tubuh dan jiwa, dan jiwa lebih unggul daripada tubuh. Pernyataan
yang terakhir itu didasarkan pada klasifikasi hierarkisnya akan segala hal ke dalam: yang
sekadar ada, yang ada dan hidup, serta yang ada, hidup, dan memiliki akal.

2. Masa Abad Pertengahan


Masa ini diawali dengan lahirnya filsafat Eropa. Sebagaimana halnya dengan filsafat
Yunani yang dipengaruhi oleh kepercayaan maka filsafat atau pemikiran pada abad
pertengahan pun dipengaruhi oleh kepercayaan Kristen. Artinya, pemikiran filsafat abad
pertengahan didominasi oleh agama. Pemecahan semua persoalan selalu didasarkan atas
agama sehingga corak pemikiran kefilsafatannya bersifat teosentris. Baru pada abad ke-6
Masehi, setelah mendapatkan dukungan dari Karel Agung, didirikanlah sekolah-sekolah
yang memberi pelajaran gramatika, dialektika, geometri, aritmatika, astronomi, dan
musik. Keadaan tersebut akan mendorong perkembangan pemikiran filsafat pada abad
ke-13 yang ditandai berdirinya universitas-universitas dan ordo-ordo. Dalam ordo inilah

[Type text] Page 23


mereka mengabdikan dirinya untuk kemajuan ilmu dan agama, seperti Anselmus (1033–
1109), Abaelardus (1079–1143), dan Thomas Aquinas (1225–1274).
Peralihan dari abad pertengahan ke abad modern dalam sejarah filsafat disebut
sebagai masa peralihan (masa transisi), yaitu munculnya Renaissance dan Humanisme
yang berlangsung pada abad 15−16. Munculnya Renaisance dan Humanisme inilah yang
mengawali masa abad modern. Mulai zaman modern ini peranan ilmu alam kodrat sangat
menonjol sehingga akibatnya pemikiran filsafat semakin dianggap sebagai pelayan dari
teologi, yaitu sebagai suatu sarana untuk menetapkan kebenaran-kebenaran mengenai
Tuhan yang dapat dicapai oleh akal manusia.

3. Masa Skolastik
Istilah Skolatik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah.
Jadi, skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah. Perkataan skolastik
merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan. Terdapat beberapa
penegrtian dari cork khas Skolatik, sebagai berikut;
 Filsafat Skolatik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama. Skolatik
ini sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religius.
 Filsafat Skolatik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang
rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berfikir, sifat ada, kejasmanian,
kehormatan, baik buruk. Dari rumusan tersebut kemudian muncul istilah skolastik
Yahudi, skolastik Arab dan lain-lainnya.
 Filsafat Skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran enegetahuan
alam kodrat, akan dimasukkan ke dalam bentuk sintesis yang lebih tinggi anatar
kepercayaan dan akal.
 Filsafat Skolastik adalah filsafat Nasrani karena banyak diperngaruhi leh ajaran
gereja.
Faktor Skolastik ini dapat berkambang dan tumbuh karena beberapa faktor, diantaranya
faktor Religius dan fakktor Ilmu Pengetahuan.
a. Skolastik Awal (800-1200)
Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat Patristik mulai merosot,
terlebih lagi pada abad ke-6 dan 7 dikatakan abad kacau. Hal ini disebabkan pada saat itu
[Type text]

terjadi serangan terhadap Romawi sehingga kerajaan Romawi beserta peradabannya ikut
runtuh yang telah dibangun selama berabad-abad.
Baru pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan berada di bawah Karel Agung (742 – 814)
dapat memberika suasana ketenangan dalam bidang politik, kebudayaan, dan ilmu
pegetahuan, termaksud kehidupan manusia serta pemikiran filsafat yang semuanya
menampakkan mulai adanya kebangkitan. Kebangkitan inilah yang merupakan
kecermelangan abad pertengahan, di mana arah pemikiran berbeda sekali dengan
sebelumnya.
Tokoh-tokohnya :
b. Peter Abaelardus (1079 – 1180)
Ia dilahirkan di Le Pallet, Perancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras dan
pandangannya sangat tajam sehingga sering kali bertengkar engan para ahli pikir dan
pejabat gereja. Ia termaksud orang konseptualisme dan sarjana terkenal dalam sastra
romantik, sekaligus sebagai rasionalistik, artiya peranan akal dapat menundukkan
kekuatan iamn. Iman harus mau didahului akal. Yang harus dipercaya adalah apa yang
telah disetujui atau dapat diterima oleh akal. Berbeda dengan Anselmus yang mengatakan
bahwa berfikir harus sejalan sengan man. Aberlardus memberikan alasan bahwa berfikir
itu berada di luar iman (di lur kepercayaan). Karena itu berfikir merupakan sesuatu yang
berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan metode dialektika yang tanpa ragu-ragu
ditunjukkan dalam teologi, yaitu bhwa teologi harus memberikan tempat bagi semua
bukti-bukt. Dengan demikian, dalam teologi itu iman hampr kehilangan tempat. Ia
mencontohkan, seperti ajaran Trinitas juga berdasarkan pada bukti-bukti, termaksud bukti
dalam wahyu Tuhan.
 Johanes Scotus Eriugena (815 – 870)
Ia adalah seorang yang sangat ajaib sekali. Ia menguasai bahasa Yunani dengan amat
baik pada suatu zaman orang banyak hampir tidak mengenal bahasa itu. Juga ia berhasil
menyusun suatu sistem filsafat yang teratur serta mendalam pada suatu zaman ketika
orang masih berfikir hanya dengan mengumpulkan pendapat-pendapat orang lain saja.
Sekalipun demikian ia masih juga dipengaruhi tokoh-tokoh lain, yaitu Augustinus dan
Dionisios dari Aeropagos.

[Type text] Page 25


Pemikiran filsafatinya berdasarkan keyakinan Kristiani. Oleh karena itu segala
penelitian dimulai dari iman, sedang wahyu ilahi dipandang sebagai sumber bahan-bahan
filsafatnya. Menurut dia, akal bertugas mengungkapkan arti yang sebenarnya dari bahan-
bahan filsafatnya yang digalinya dari wahyu ilahi itu. Hal ini disebabkan karena, menurut
dia, wahyu ilahi, karena kelemahan kita, dituangkan dalam bentuk simbul-simbul.
Sekalipun simbul-simbul itu telah disesuikan dengan akal kita, namun realitas atau isi
simbul-simbul itu diungkapkan secara kurang sempurna. Umpamanya: di dalam Kitab
Suci terdapat arti yang bermacam – macam dari suatu simbul. Hal ini bermaksud supaya
akal didorong mencari arti yang benar. Akibatnya pandangan ini ialah, bahwa arti yang
benar itu ditemukan oleh Johanes dengan jalan penafsiran allegoris atau kiasan. Pangkal
pemikiran metafisis Johanes adalah demikian: Makin umum sifat sesuatu, makin nyatalah
sesuatu itu. Yang paling bersifat umum itulah yang paling nyata. Oleh karena itu zat yang
sifatnya paling umum tentu memiliki realitas yang paling tinggi. Zat yang demikian itu
adalah alam semesta. Alam adalah keseluruhan realitas. Oleh karena itu hakekat alam
adalah satu, esa.
 Anselmus dari canterbury (1033 – 1109)
Dilahirkan di Aosta, Piemont, yang kemudian menjadi uskup di Canterbury.
Sekalipun sebagian karyanya di tulis pada abad ke-11, akan tetapi karena karya –
karyanya itu besar sekali pengaruhnya atas pemikiran Skolastik, maka tiada keberatan
untuk untuk membicarakan tokoh ini sebagai termaksud tokoh abad ke-12. Dapat katakan
bahwa ia adalah Skolastikus pertama dalam arti yang sebenarnya. Di antara karya –
karyanya yang penting adalah “Cur deus homo” (Mengapa Allah menjadi
manusia), Monologion, Proslogion, dll. Pemilam artkiran dialektika, atau pemikiran
dengan akal, diterima sepenuhnya bagi pemikiran teologia. Akan tetapi bukan dalam arti
bahwa hanya akallah yang dapat memimpin orang kepada kepercayaan, melainkan bahwa
orang harus percaya dahulu supaya dapat mendapatkan penegrtian yang benar akan
kebenaran. Pandangan yang demikian ini ternyata menguasai panangan orang pada abad-
abad berikutnya, terlebih-lebih para pemikir yang bergerak ke jurusan pemikiran
Neoplatonisme dan mistik.
 Petrus Abaelardus (1079 – 1142)
[Type text]

Dilahirkan di Le Pallet (dekat Nantes), di Perancis. Pandangan tajam sekali, akan


tetapi karena kekerasan wataknya sering ia bentrokan dengan para ahli pikir lainnya dan
dengan para pejabat gerejani. Jasa-jasanya terletakdalam pembaharuan metode peikiran
dan dalam memikirkan lebih lanjut persoalan-persoalan dialektis yang aktual. Metode
yang dipakai adlah rasionalistis, yang menundukkan iman kepada akal. Iman harus mau
diawali akal. Ang wajib dipercaya ialah apa yan telah disetujui akal dan telah diterima
olehnya. Pandangan ini berbeda sekali dengan pandangan Anselmus, yang
mengemukakan, bahwa berfikir harus dilaksanakan dalam iman.

c. Skolastik Puncak ( 1200-1300)


Masa ini merupakan kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahum 1200-1300 dan
masa ini juga disebut masaberbunga. Masa itu ditandai dengan munculnya universitas-
universitas dan ordo-ordo, yang secara bersama-sama ikut menyelenggarakan atau
memajukan ilmu pengetahuan, di samping juga peranan universitas sebagai sumber atau
pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Berikut ini beberapa faktor mengapa masa
skolistik mencapai pada puncaknya.
 Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke-12 sehingga
sampai abadke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.
 Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di Perancis, Universitas inu merupakan
gabungan dari beberpa sekolah. Almamater inilah sebagai awal (embrio) berdirinya
Universitas di Paris, di Oxford, di Mont Pellier, di Cambridge dan lain-lainnya.
 Berdirinya ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul karena banyaknya perhatian
orang terhadap ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk
memberikan suasana yang semarak pada abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh
terhadap kehidupan-kehidupan kerohanian di mana kebanyakan tokoh-tokohnya
memegang peran di bidang filsafat dan teologi, seperti Albertus de Grote, Thomas
Aquinas, Binaventura, J.D.Scotus, William Ocham.
Tokoh-tokohnya :
 Albertus mangunus (1203 – 1280)

[Type text] Page 27


Di samping sebaga birawan, Albertus mangunus juga dikenal sebagai cendikiawan
abad pertengahan. Ia lahir dengan nama Albert von Bollstadt yang juga dikenal sebagai
“doktor universalis” dan “doktor magnus”, kemudian bernama Albertus mangnus (Albert
the Great). Ia mempunyai kepandaian luar biasa. Di universitas Padua ia belajar artes
liberalis, ilmu-ilmu pengetahuan alam, kedkteran, filsafat Aristoteles, belajar teologi di
Bologna, dan masuk ordo Dominican tahun 1223, kemudia masuk ke Koln menjadi dosen
filsafat dan teknologi. Selain daripada itu ia juga mengantarkan ajaran Aristotelesdi
Eropa Barat, yang oleh karenanya telah membuka keterangan yang baru bagi pemikiran
Kristiani terhadap gagasan-gagasan dasar filsafat Aristoteles. Lebih dari siapa pun ia
telah memperkenalkan Aristotles kepada dunia Barat. Sekalipun demikian ia tetap setia
kepada bebrapa dalil Neoplatonisme, bahkan telah memperkuat pengaruh Neoplatonisme
dengan keterangannya yang mengenai ajaran Dionision dan Areopagos.
 Thomas Aquinas (1225-1274)
Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas, yang artinya Thomas yang suci dari
Aquinas. Di samping sebagai ahli pikir, ia juga serang dokter gereja bangsa italia. Ia lahir
di Rocca Secca, Napoli, Italia. Ia merupakan tooh terbesar Skolastisisme, salah seorang
suci greja Katolik Romawi dan pendiri aliran yang dinyatakan menjadi filsafat resmi
gereja Katolik. Tahun 1245 belajar pada Albertus Magnus. Pada tahun 1259 menjadi guru
besar dan penasihat istana Paus. Karya Thomas Aquinas telah menanadai taraf yang
tinggi dari aliran Skolastisisme pada abad pertengahan. Ia berusaha untuk memebuktikan
bahwa iaman Kristen secara penuh dapat dibenarkan dengan pemikiran logis. Ia telah
menerima pemikiran Aristoteles sebagai otoritas tertinggi tentang pemikirannya yang
logis.
Menurut pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari Tuhan. Kebenaran diungkapkan
dengan jalan ynag berbeda-beda, sedangkan iman berjalan di luar jangkauan pemikiran.
Ia mengimbau agar orang-orang untuk mengetahui hukum alamiah (pengetahuan) yan
terungkap dalam kepercayaan. Tidak ada kontradiksi antara pemikiran dan iman. Semua
kebenaran mulai timbul secara keutuhan walaupun iman diungkapkan lewat beberapa
kebenaran yan berada di luar kekuatan pikir. Thomas telah menafsirkan pandangan
Tuhan sebagai Tukang Boyong yang tidak berubah dan tidak berhubungan dengan atau
[Type text]

tidak mempunyai pengetahuan tentang kejahatan-kejahatan di dunia. Tuhan tidak pernah


menciptakan dunia, tetapi zat dan pemikirannya tetap abadi.

d. Skolastik Akhir (1300-1450)


Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam pemikiran filsafat
yang menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi (kemandegan). Selain itu,
ditandai dengan pemikiran kefilsafatan yang berkebang ke arah nominalisme, ialah yang
berpendapat bahwa universalisme tidak memberi petunjk tentang aspek yang sma dan
yang umum mengenai adanya sesuatu hal. Pengetia umum hanya momen yang tidak
mempunyai nilai-nilai kebenaran yang objektif. Perkembangan Skolisik yang paling
memuncak dicapai pada pertengahan kedua abad ke-13 dan perempatan pertama abad ke-
14. Pada abd ke-14 itu makin lama timbullah rasa jemu terhadap segala macam filsafat
yang konstruktip. Sebab orang-orang yang setia kepada pemikiran yang mebangun
menampakkan gejala pembekuan. Timbullah dua kelompok pemikir, yaitu dari aliran
Thomisme dan Scotisme.
Tokoh-tokohnya :
 William Ockham (1285 – 1349)
Ia merupakan ahli pikir Inggris yang beraliran skolastik. Karena terlibat dalam
pertengkatran umu denga Paus John XXII, ia dipenjara di Alvignon, tetapi ia dapat
melarikan diri dan mencari perlindungan pada Kaisar Louis IV. Ia menolak ajaran
Thomas dan Mendahlilkan bahwa kenyataan itu hanya terdapat pada benda-benda atu
demi satu dan hal-hal yang umum itu hanya tanda-tanda abstrak. Menurut pendapatnya,
pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang atau kejadian-kejadian
individual. Konsep – konsep atau kesimpulan – kesimpulan umum tentang alam hanya
merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikiran yang demikian ini, dapat dilalui
hanya lewat intuisi, bukan lewat logika. Disamping itu, ia membantah anggapan skolistik
bahwa logika dapat mebuktikan doktrin teologis. Hal ini akan membawa kesulitan dirinya
yang pada waktu itu sebagai penguasanya Paus John XXII.
 Nicolas Cusasus (1401 – 1464 )
Ia sebagi tokoh pemikiran yang berada paling akhir masa skolastik. Menurut
pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengena, yaitu lewat indra, akal, dan instuisi.

[Type text] Page 29


Dengan indra kita akan mendapatkan pengetahuan tentang benda-benda berjsad, yang
sifatnya tidak sempurna. Dengan akal kita akan mendapatkan bentuk-bentuk pengertian
yang abstrak berdasar pada sajian atau tangkapan indra. Dengan intuisi, kita akan
mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi. hanya dengan intuisi inilah kita akn dapat
mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat dipersatukan. Manusia seharusnya
menyadari akan keterbatasan akal, sehingga banyak hal yang seharusnya menyadari akan
keterbatasan akal, sehingga banyak hal yang seharusnya dapat diketahui. Karena
keterbatasan akal tersebut, hanya sedikit saja yang dapat diketahui oleh akal. Dengan
intuisi inilah diharapkan akan sampai pada knyataan, yaitu suatu tempat di mana segala
sesuatu bentuknya menjadi larut, yaitu Tuhan.
Pemikran Nicolas ini sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad
pertengahan, yang dibuat ke suatu sintesis yang lebih luas. Sintesis ini mengarah ke masa
depan, dari pemikiranya ini tersirat suatu pemikiran para humanis.

BAB III
FILSAFAT ABAD MODERN

A. Latar Belakang Filsafat Modern


Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah.
Perkembangan ilmu pegetahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis sejak
zaman renaissance. Seperti Rene descartes, tokoh yang terkenal sebagai bapak filsafat
modern. Rene Descartes juga seorng ahli ilmu pasti. Penemuannya dalam ilmu pasti
adalah sistem koordinat yang terdiri atas dua garis lurus X dan Y dalam bidang datar.
Isaac Newton dengan temuannya teori gravitasi. Charles Darwin dengan
teorinya struggle for life (perjuangan untuk hidup).
Dalam era modern, yang kemudian dilanjutkan dengan era filsafat abad ke-20,
muncullah berbagai aliran pemikiran: Rasionalsme, Empirisme, Kristisisme, Idealisme,
Positivisme, Evolusionisme, Materialisme, Neo-Kantianisme, Pragmatisme, Filsafat
Hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme, dan Neo-Thomisme.
Masa permulaan dari abad modern ini tentu tidak lepas dari pergolakan yang di alami
oleh para Filsuf di abad pertengahan. Abad pertengahan adalah mulai dari abad 1-5 M. di
[Type text]

mana pada masa-masa ini, Teologi sangat dijunjung tinggi, teologi menjadi ratu dalam
ilmu pengetahuan. Pada masa inilah juga yang menjadi dasar kebenaran dari semua ilmu
pengetahuan adalah wahyu Allah dan kebanyakan para filsufnya adalah filsuf teolog.
Maka muncullah aliran Skolastik yang melahirkan universitar-universitas dan biara-biara.
Semua orang-orang pintar belajar di biara-biara karena teologi menjadi ratu ilmu
pengetahuan. Pada abad inilah disebut sebagai dark age (masa kegelapan) Akan tetapi
seiring berjalannya masa ke masa, gereja mulai kehilangan keseimbangan dan mulai
terlena. Paus memegang kekuasaan tertinggi dalam menentukan kebenaran juga para
klerus bersama-sama banyak melakukan penyimpangan. Mereka mulai terlena dengan
kekuasaan, semua yang nampaknya kebenaran itu dimanfaatkan demi mencapai
kekuasaan. Akhirnya, mulailah puncul suatu pergolakan atau hasrat untuk keluar dari
tekanan-tekanan untuk menyampaikan pemikiran-pemikiran ilmu pengetahuan. Karena
adanya dominansi gereja inilah, maka ada rasa pemberontakan terhadap yang dianggap
sebagai kebenaran itu. Kemudian yang menjadi ciri dari abad modern ini adalah
munculnya dan berkembangnya teknologi-teknologi canggih dan ini menjadi suatu alat
dalam penyebarluasan pemikiran-pemikiran filsuf. Akibat dari kekuasaan Romawi adalah
dibangunnya jalan-jalan dan pelabuhan, dan dari Yunani adalah budaya dan bahasa yang
dikenakan kepada semua wilayah kekuasaan pemerintahan Yunani. Pada abad ini, dalam
pemikirannya menggunakan rasio, karna para filsuf beranggapan bahwa untuk atau dalam
menentukan suatu kebenaran juga diperlukan rasio. Namun dalam pergolakan abad
modern ini, rasio adalah yang menjadi dasar kebenaran atau dikenal dengan
Rasionalisme.
B. Menuju Zaman Baru “Renaissance”
“Renaissance” berarti kelahiran kembali. Maksudnya ialah usaha untuk
menghidupkan kembali kebudayaan Klasik (Yunani-Romawi). Pada saat orang mencari
jalan-jalan baru yang memberikan alternative untuk kebudayaan yang tradisional (yang
sama sekali diresapi oleh suasana Kristiani), perhatian diarahkan pada satu-satunya
kebudayaan lain yang masih mereka kenal yaitu kebudayaan Yunani-Romawi.
Kebudayaan Klasik tersebut sangat didewa-dewakan dan diambil sebagai contoh untuk
segala bidang kultural. Sudah dalam abad 14 Renaissance mulai berkembang dalam
kesusastraan Italia. Tokoh-tokoh yang pertama ialah pengarang-pengarang yang bernama

[Type text] Page 31


Patrarca (1304-1374) dan Boccacio (1313-1375). Terutama dalam bidang sastra pada
waktu itu terdapat yang disebut “Humanisme”: Gerakan yang mencari inspirasinya pada
kesusastraan klasik dari Yunani dan Roma. Seorang Humanis adalah sarjana yang
mendalami sastra dan kebudayaan dari Yunani dan roma kuno. Dalam seni rupa juga
renaissance menghasilkan banyak karya yang bermutu tinggi; salah satu tokoh yang
adalah seorang pelukis, pengukir dan arsitek yang bernama Michelangelo (1475-1565).
Dalam bidang filsafat dari masa kuno, terlebih untuk plato dan Mazhab Stoa. Tetapi
dibandingkan dengan kesenian, filsafat dalam masa Renaissance tidak menghasilkan
karya-karya yang penting.
Suatu perkembangan mahapenting pada waktu itu adalah ‘timbulnya pengetahuan
alam yang modern, berdasarkan metode eksperimental dan matematis. Dengan itu
pandangan Aristotelian yang menguasai seluruh abad pertengahan, akhirnya ditinggalkan
secara definitive. Beberapa perintis yang membuka jalan baru untuk perkembangan
ilmiah yang modern adalah Leonardo da vinci (1452-1519), Nicolaus Copernicus (1473-
1543) , Johanes Kepler (1571-1630) dan Galileo Galilei (1564-1643). Orang yang
meletakkan dasar filosofis untuk perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan adalah
Fracis Bacon (1561-1623). Orang bangsawan Inggris ini mengarang suatu karya yang
bermaksud menggantikan teori baru, judulnya Novum Organum. Ia sangat
mempengaruhi filsafat Inggris dikemudian hari.
 Akhirnya Alkitab tersingkirkan karena di dalam Alkitab terdapat juga hal-hal yang
dianggap supranatural. Misalnya adalah mujizat-mujizat yang terdapat dalam Alkitab.
Orang-orang lebih tertarik pada teknologi2 yang telah dilahirkan atau diciptakan karena
rasio.
D. Masa Abad Modern
Filsafat barat modern dimulai pada tahun 1500 yang dapat dikelompokkan kedalam
beberapa periode, yaitu:
 Renaisanse (1500–1600):pada periode ini tema-tema pemikiran para filosof pada saat
itu berkisar pada masalah humanisme, sosial dan politik. Diantara filosof pada fase ini
adalah: Niccòlo Machiavelli, Sir Francis Bacon, Thomas Hobbes.
 Periode modern awal (1600–1700):, Pada periode ini didominasi oleh pemikiran
empiris dan rational. Filosof pada periode ini diantaranya: René Descartes, Nicolaus
[Type text]

Copernicus, Johannes Kepler, Galileo Galilei, Leonardo da Vinci, Jean-Jacques


Rousseau, Benedict de Spinoza, Immanuel Kant
 Periode Pencerahan (1700-1900): Pada periode ini filsafat didominasi pemikiran
bertemakan Tuhan, Akal, Alam dan kemanusiaan. Diantara filosof periode ini adalah:
John Locke, George Berkeley, David Hume, John Stuart Mill, Henry Sidgwick, Karl
Marx, Charles Darwin, Georg [Wilhelm Friedrich Hegel, Auguste Comte, Charles
Sanders Peirce, Friedrich Nietzsche.
Pada masa abad modern ini pemikiran filsafat berhasil menempatkan manusia pada
tempat yang sentral alam pandangan kehidupan sehingga corak pemikirannnya
antroposentris, yaitu pemikiran filsafat mendasarkan pada akal pikir dan pengalaman.
Sebelumnya telah dikemukakan bahwa munculnya Renaisance dan Humanisme sebagai
awal masa abad modern, di mana para ahli (filsuf) menjadi pelopor perkembangan
filsafat (kalau pada abad pertengahan yang menjadi pelopor perkembangan filsafat adalah
para pemuka agama). Pemikiran filsafat masa abad modern ini berusaha meletakkan
dasar-dasar bagi metode logis ilmiah. Pemikiran filsafat diupayakan lebih bersifat praktis,
artinya pemikiran filsafat diarahkan pada upaya manusia agar dapat menguasai
lingkungan alam menggunakan berbagai penemuan ilmiah. Karena semakin pesatnya
orang menggunakan metode induksi/eksperimental dalam berbagai penelitian ilmiah,
akibatnya perkembangan pemikiran filsafat mulai tertinggal oleh perkembangan ilmu-
ilmu alam kodrat (natural sciences). Rene Descartes (1596–1650) sebagai bapak filsafat
modern yang berhasil melahirkan suatu konsep dari perpaduan antara metode ilmu alam
dan ilmu pasti ke dalam pemikiran filsafat. Upaya ini dimaksudkan agar kebenaran dan
kenyataan filsafat juga sebagai kebenaran serta kenyataan yang jelas dan terang. Pada
abad ke-18, perkembangan pemikiran filsafat mengarah pada filsafat ilmu pengetahuan,
di mana pemikiran filsafat diisi dengan upaya manusia, bagaimana cara/sarana apa yang
dipakai untuk mencari kebenaran dan kenyataan. Sebagai tokohnya adalah George
Berkeley (1685–1753), David Hume (1711–1776), dan Rousseau (1722–1778). Di
Jerman, muncul Christian Wolft (1679–1754) dan Immanuel Kant (1724–1804) yang
mengupayakan agar filsafat menjadi ilmu pengetahuan yang pasti dan berguna, yaitu
dengan cara membentuk pengertian-pengertian yang jelas dan bukti kuat (Amin 1987).
Abad ke-19, perkembangan pemikiran filsafat terpecah belah. Pemikiran filsafat pada

[Type text] Page 33


saat itu telah mampu membentuk suatu kepribadian tiap-tiap bangsa dengan pengertian
dan caranya sendiri. Ada filsafat Amerika, filsafat Perancis, filsafat Inggris, dan filasafat
Jerman. Tokoh-tokohnya adalah Hegel (1770−1831), Karl Marx (1818−1883), August
Comte (1798−1857), JS. Mill (1806–1873), John Dewey (1858–1952). Akhirnya, dengan
munculnya pemikiran filsafat yang bermacam-macam ini berakibat tidak terdapat lagi
pemikiran filsafat yang mendominasi.
Zaman modern ditandai dengan penemuan dalam bidang ilmiah. Benua Eropa
dipandang sebagai basis perkembangan ilmu pengetahuan. Slamet dan Imam Santoso
(Soemargono 1984: 65) mengemukakan tiga sumber kemajuan, yaitu (1) hubungan Islam
dan Semenanjung Iberia dengan negara-negara Perancis. Para pendeta Perancis banyak
belajar di Spanyol dan kembali menyebarkan ilmu pengetahuan yang diperolehnya, (2)
Perang Salib (1100−1300) yang terulang sebanyak enam kali menjadikan tentara Eropa
menyadari kemajuan negaranegara Islam, dan (3) jatuhnya Istambul ke tangan bangsa
Turki pada tahun 1453 sehingga para pendeta dan sarjana mengungsi ke Italia dan
negara-negara di Eropa. Mereka menjadi pionir perkembangan ilmu di Eropa. Tokoh
yang terkenal dalam masa ini adalah Rene Descartes. Ia mewariskan suatu metode
berpikir yang menjadi landasan berpikir dalam ilmu pengetahuan modern. Langkah
berpikir menurutnya ialah (1) tidak menerima apa pun sebagai hal yang benar, kecuali
kalau diyakini sendiri bahwa itu memang benar, (2) memilah-milah masalah menjadi
bagian yang terkecil untuk mempermudah penyelesaiannya, (3) berpikir runtut dengan
mulai dari suatu hal yang sederhana ke hal paling rumit, serta (4) perincian yang lengkap
dan pemeriksaan menyeluruh supaya tidak ada yang terlupakan
Setelah Galileo, Fermat, Pascal, dan Keppler berhasil mengembangkan penemuan
mereka dalam ilmu maka pengetahuan yang terpencar-pencar itu jatuh ke tangan dua
sarjana yang dalam ilmu modern memegang peran sangat penting. Mereka adalah Isaac
Newton (1643−1727) dan Leibniz (1646−1716). Di tangan dua orang sarjana inilah
sejarah ilmu modern dimulai. Newton, sekalipun ia menjadi pimpinan sebuah tempat
pembuatan uang logam di Inggris, ia tetap menekuni dalam bidang ilmu. Lahirnya teori
Gravitasi, perhitungan Calculus dan Optika merupakan karya besar Newton. Teori
Gravitasi Newton dimulai ketika muncul persangkaan penyebab planet tidak mengikuti
pergerakan lintas lurus, apakah matahari yang menarik bumi atau antara bumi dan
[Type text]

matahari ada gaya saling tarik-menarik. Persangkaan tersebut kemudian dijadikan


Newton sebagai titik tolak untuk spekulasi dan perhitungan-perhitungan. Namun, hasil
perhitungan itu tidak memuaskan Newton, semua persangkaan dan perhitungan lalu
ditangguhkan. Baru kira-kira 16 tahun kemudian soal itu ditanganinya lagi, setelah ia
berhasil mengatasi beberapa hal yang ada pada awal penyelidikan belum disadarinya.
Teori Gravitasi memberikan keterangan, mengapa planet tidak bergerak lurus, sekalipun
kelihatannya tidak ada pengaruh yang memaksa planet harus mengikuti lintasan elips.
Sebenarnya pengaruhnya ada, tetapi tidak dapat dilihat dengan mata dan pengaruh itu
adalah gravitasi, yaitu kekuatan yang selalu akan timbul jika ada dua benda yang saling
berdekatan. Berdasarkan teori Gravitasi dan perhitungan-perhitungan yang dilakukan
Newton, dapat diterangkan dasar dari semua lintasan planet dan bulan, pengaruh pasang
air samudra, dan lain-lain peristiwa astronomi, justru dalam lapangan astronomilah
ketepatan teori Gravitasi semakin meyakinkan sehingga tidak ada lagi yang tidak percaya
tentang adanya gravitasi ini. Perhitungan kalkulus atau yang disebut juga
diferensial/integral oleh Newton di Inggris dan Leibniz di Jerman, terbukti sangat luas
gunanya untuk menghitung bermacam-macam hubungan antara dua atau lebih banyak hal
yang berubah, bersama dengan ketentuan yang teratur. Misalnya, kecepatan planet
mengelilingi matahari yang berbeda-beda sepanjang lintasan, menemukan maksimal dan
minimal dari suatu kurva, menemukan tambahan luas lingkaran bila radius berubah
sedikit sekali, dan lain sebagainya (Ibid: 89). Setelah kalkulus ditemukan, banyak sekali
perhitungan dan pemeriksaan ilmiah dapat diselesaikan, sebelumnya tinggal problematik
saja. Tanpa kalkulus, ilmu matematika tidak dapat berkembang seperti sekarang ini.
Pada abad petengahan ada yang namanya skolastik. Mjuncullah namanya renaissance
pada abad modern. Muncul kembali para pemikir yang dengan bebas mengutarakan
pemikiran-pemikirannya. Dimulai adanya rasionalisme adalah karena dominansi gereja
yang terlalu di kekang.
a. Rene Descartes
Orang yang dapat digelari sebagai “Bapakb Filsafat modern” adalah Rene Descartes
(1596-1650). Ia belajar di Perancis dan belajar filsafat pada Kolese yang dipimpin Pater-
pater Yesuit di desa La Flece. Dalam bukunya yang berjudul Discours de la method
(1637), ia menyatakan bahwa ia tidak merasa puas dengan filsafat dan ilmu pengetahuan

[Type text] Page 35


yang menjadi bahan pendidikannya. Dalam bidang ilmiah tidak ada sesuatupun yang
dianggap pasti; semuanya dapat dipersoalkan dan pada kenyataannya. Memang
dipersoalkan juga. Satu-satunya kekecualian adalah ilmu pasti. Semua pemikiran
rasionalisme nya berawal dari ingin keluar dari Tekanan dominansi gereja. Paus yang
memimpin. Semua kebenaran berdasarkan pada wahyu Allah.
- Metode
Metode yang dipakainya ialah dengan menyangsikan segala-galanya. Ia bermaksud
bahwa kesangsian ini dijalankan seradikal mungkin. “Cogito ergo sum” : saya yang
sedang menyangsikan, ada. Itulah kebenaran yang tidak dapat disangkal, betapapun besar
usahaku.
- Idea-idea bawaan
Karena kesaksian apapun dari luar tidak dapat dipercayai, maka menurut Descartes
saya mesti mencari kebenaran-kebenaran dalam diri saya dengan menggunakan norma
tadi. Kalau metode dilangsungkan demikian apakah hasilnya? Descartes berpendapat
bahwa dalam diri saya terutama dapat ditemukan tiga idea bawaan. Ketiga idea yang
sudah ada dalam diri saya lahir masing-masing ialah pemikiran, Allah dan keluasan.
1. Pemikiran: sebab saya memahami diri saya sebagai mahluk yang berpikir, harus
diterima juga bahwa pemikiran merupakan hakekat saya.
2. Allah sebagai wujud yang sama sekali sempurna: karena saya mempunyai
“sempurna”, mesti ada suatu penyebab sempurna untuk idea itu, karena akibat
tidak bisa melebihi penyebabnya. Wujud yang sempurna itu tidak bisa lain
daripada Allah.
3. Keluasan : saya mengerti materi sebagai keluasan atau eksternal. Sebagaimana
hal itu dilukiskan. Dan dipelajari oleh ahli-ahli ilmu ukur.
b. Substansi
Ia menyimpulkan bahwa selain dari Allah- ada dua substansi: jiwa yang adalah
pemikiran dan materi yang hakekatnya adalah keluasan. Baginya satu-satunya alasan
untuk menerima alasan adanya dunia materil adalah bahwa Allah akn menipu saya kalau
sekiranya ia memberikan saya idea “keluasan”, sedangkan diluar tidak ada sesuatu pun
yang sesuai dengannya. Tidak mungkin bahwa wujud yang sempurna itu menipu, jadi
[Type text]

diluar manusia sunguh-sungguh ada suatu dunia materil. Dengan demikian Descartes
membuktikan adanya dunia melalui adanya Allah.
c. Manusia
Manusia terdiri dari dua substansi tadi yaitu jiwa yang adalah pemikiran dan tubuh
adalah keluasan. Sebenarnya tubuh tidak lain daripada suatu mesin yang dijalankan oeleh
jiwa. Karenasetiap substansi samasekali terpisah darisubstansi lain. Maka sudah jelas
bahwa Descartes ini menganut Dualisme tentang manusia. Oleh sebab itulah ia sangat
sulit untuk mencari pengaruh antara jiwa atas tubuh dan juga sebaliknya.
1. Rasonalisme Sesudah Descartes
Aliran filsafat dari Descartes ini biasanya disebut dengan istilah rasionalisme, karena
sangat mementingkan rasio. Dalam rasio terdapat idea-idea dengan itu orang dapat
membangun suatu ilmu pengetahuan tanpa menghiraukan realitas diluar rasio.
 Nicholas Malebranche (1638-1751)
Tentang masalah substansi ia mengikuti pemikiran dari Descartes, akan tetapi
tentang hubungan antara jiwa dan tubuh, ia mempunyai suatu pemecahan tersendiri.
Pendiriannya dalam hal ini biasanya dinamakan Okasionalisme (Occasio= kesempatan).
Ia mempertahankan sekali bahwa jiwa tidak dapat mempengaruhi tubuh dan sebaliknya
tubuh tidak dapat mempengaruhi jiwa. Tetapi dalam kesempatan terjadinya perubahan
Allah menyebabkan perubahan yang sesuai dengannya alam jiwa dan sebaliknya juga.
Misalnya adalah jika tangan terbakar oleh api maka Allah mengakibatkan rasa sakit pada
jiwa.
 Baruch De Spinoza (1632-1677)
Lahir di Amsterdam. Orangtuanya adalah orang Yahudi yang berpindah dari Portugal
ke negeri Belanda. Ia sangat mengutamakan kebebasan pemikiran, juga dalam bidang
agama. Oleh karena itu ia dikucilkan dari umat Yahudi. Bukunya yang penting ialah
Ethica, Ordine Geometrico demonstranta. (etika yang dibuktikan dengan cara geometris).
Menurutnya hanya ada satu substansi, yaitu Allah. Dan satu substansi ini meliputi
baik dunia maupun manusia. Itulah sebabnya pendiriannya ini disebut Panteisme. Allah
disamakan dengan segala sesuatu yang ada. Ia beranggapan juga bahwa satu substansi ini
mempunyai ciri-ciri yang tak terhingga jumlahnya dan setiap ciri mengekspresikan
hakekat Allah seluruhnya. Bagi Spinoza tidak ada lagi suatu persoalan mengenai

[Type text] Page 37


hubungan jiwa dengan tubuh, karena jiwa dan tubuh hanya merupakan dua aspek yang
menyangkut substansi yang sama.
 Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716)
Ia adalah seorang yang tinggal di Jerman akan tetapi tulisan-tulisannya dalan bahasa
latin dan juga perancis. Ia adalah seorang sarjana ensiklopedis yang menguasai seluruh
lapangan pengetahuan yang dikenal pada waktu itu. Menurut Leibniz terdapat banyak
substansi yang jumlahnya sampai tak terhingga. Ia menamakan substansi sebagai
Monade. Menurut dia monade-monade itu tidak bersifat jasmani dan tidak dapat dibagi-
bagi. Jiwa merupakan monade, tetapi juga materi terdiri dari banyak monade. Baginya
tubuh terdiri dari banyak monade. Suatu monade tidak dapat mempengaruhi monade
yang lain, sebab tiap-tiap monade harus dianggap tertutup. Demikian pula menurutnya
bahwa Allah telah sejak pada awal mula mengadakan keselarasan antara setiap monade.
 Christian Wolff (1679-1754)
Adalah orang yang menyadur Filsafat Leibniz menjadi suatu system, tetapi itu ia juga
menggunakan banyak unsur skolastik. Ia juga sangat mengutamakan rasionalitas dalam
filsafat Leibniz ini. Ia termasuk filsuf pertama yang mengarang tulisan-tulisan dalam
bahasa Jerman. Disamping ia mengarang banyak buku pegangan teruntuk pengajaran di
universitas. Terutama karena kegiatan Wolff, maka rasionalisme menjadi aliran yang
merajalela di semua universitas Jerman pada waktu itu.
 Blaise Pascal (1623-1662)
Menduduki tempat tersendiri dalam pemikiran Perancis pada abad 17. Ia sangat
menentang pemikiran yang bersifat atau mengutamakan Rasionalisme hal inij berbanding
terbalik dengan pemikiran Descartes. Dalam filsafat, pascal, manusia selalu dianggap
sebagai misteri, yang tidak dapat diselami sampai dasarnya. Lebih penting dari rasio ialah
hatinya. Rasio hanya menghasilkan pengetahuan yang dingin, sedangkan hati
memberikan pengetahuan dimana cinta juga mempunyai peranan. Dengan rasio kita
dapat mempelajari tentang ilmu alam dan juga ilmu pasti akan tetapi dengan hati, kita
mampu mencapai kebenaran-kebenaran yang lebih tinggi, terutama Tuhan Allah. Dengan
suatu kalimat yang kemudian menjadi masyur pascal mengatakan : Le Coeur a ses
rasions que la raison ne connait point. Hati mempunyai pemikiran yang tidak dapat
dipahami oleh akal sendiri.
[Type text]

2. Empirisme
Bertentangan dengan rasionalisme yang mengindahkan rasio sebagai sumber utama
pengenalan, maka pada sesudah Descartes di Inggris timbul suatu aliran lain yang
dinamakan empirisme. Istilah ni berasal dari kata Yunani empeira yang berarti
pengalaman inderawi. Empirisme memilih pengalaman sebagai sumber utama
pengenalan dan yang diamksudkan dengannya ialah baik pengalaman lahiriah yang
menyangkut dunia maupun pengalaman batinisah yang menyangkut pribadi manusia saja.
 Thomas Hobbes (1588-1679)
Menganggap pengalaman inderawi sebagai permulaan segala pengenalan. Pengenalan
intelektual tidak lagi daripada semacam kalkulus, yaitu penggabungan data-data inderawi
yang sama dengan cara berlain-lainan. Tetang dunia manusiam ia menganut suatu
pendapat materialistis. Menurut Hobbes seluruh dunia, termasuk juga manusia
merupakan suatu proses ayng berlangsung dengan tiada henti-hentinya atas dasar hokum-
hukum mekanisme saja.
Bagian ajaran Hobbes yang terutama menjadi masyur ialah pendapatnya dalam
bidang filsafat politik.di sini bukunya yang terpenting adalah Leviathan. Ia mengingkari
bahwa manusia pada hakekatnya adalah mahluk social. Satu-satunya kecondongan
manusia.
 John Locke (1632-1704)
Mengagumi metode Descartes, tetapi tidak menyetujui isi ajarannya. Menurut Locke,
mula-mula rasio manusia harus dianggap as a white paper dan seluruh isinya berasal dari
pengalaman. Pengalaman itu sendiri dibagi ke dalam dua yaitu pengalaman lahiriah dan
pengalaman batiniah. Kedua sumber pengalaman ini menghasilkan idea-idea tunggal.
Manusia dianggap memiliki yang namanya tabula rasa. Pemikirannya adalah bahwa
sensasi tidak dapat diraih tetapi refleksi dialami dan dapat dialami. Tetapi sensasi lebih
baik dari pada refleksi.
 George Berkeley (1685-1753)
Lahir di Irlandia dan pada tahun 1734 menjadi uskup Anglikan di Cloyne (Irlandia).
Berdasarkan prinsip-prinsip empirisme, Barceley merancangkan teori yang
dinamakannya “Imaterialisme”. Sebagaimana telah kita lihat, Locke masih menerima
adanya substansi-substansi materiil. Yang ada hanyalah ciri-ciri yang diamati,atau

[Type text] Page 39


dengan kata lain yang ada hanyalah pengelaman dalam roh saja.Intinya adalah bahwa
sesuatu itu ada jika itu dapat dirasakan.
3. Kristinisme
Aliran kritisme beranggapan bahwa diperlukan upaya agar filsafat dapat berkembang
sejajar dengan ilmu pengetahuan alam. Dan jalannya yaitu dengan pemikiran yang
kritis pada setiap gejala- gejala .
4. Idealisme
Idealisme : adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya
dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh.
5. Positivisme
Positivisme : adalah aliran filsafat yang berpangkal dari fakta yang positif sesuatu
yang diluar fakta atau kenyataan dikesampingkan dalam pembicaraan filsafat dan
ilmu pengetahuan.
6. Evoluisme
Aliran evolusionisme : dalam pemikirannya memiliki konsep tentang
perkembangan segala sesuatu diatur oleh hukum- hukum mekanik, artinya pada
hakikatnya dimungkinkan adanya perkembangan manusia.
7. Materialisme
Aliran filsafat materialism : memandang bahwa realitas yang ada seluruhnya adalah
materi belaka . Dalam pandangan materialisme tentang manusia bahwa manusia
adalah benda, seperti halnya kayu dan batu yang pada akhirnya akan kembali kebentuk
material asalnya.
8. Neo-Kantianisme
Neo- kantianisme : mengemukakan bahwa keyakinannya pada otoritas akal manusia
untuk mencipta. Karena segala sesuatu itu baru dikatakan ada apabila terlebih dahulu
dipikirkan sehingga apa yang dipikirkan akan melahirkan isi pikiran.
9. Pragmatisme
Aliran pragmantisme : adalah aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa
saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat- akibat yang
bermanfaat secara praktis. Artinya segala sesuatu dapat diterima asalkan bermanfaat
bagi kehidupan.
[Type text]

10. Filsafat hidup


Filsafat hidup : dipengaruhi oleh kemajuan iptek dalam kehidupan manusia
sehungga menimbulkan pandangan bahwa peranan akal piker hanya digunakan untuk
menganalisis sampai menyusun suatu sintesis baru.
11. Fenomenologi
Fenomenologi: berasal dari kata fenomen yang berarti gejala, yaitu suatu hal yang
tidak nyata. Suatu gejala tidak harus diamati oleh indera karena gejala juga dapat dilhat
secara batiniah dan tidak harus berupa kejadian- kejadian.
12. Eksitensialisme
Eksistensialisme : merupakan aliran filsafat yang memandang berbagai gejala yang
berdasar pada eksistensinya. Artinya bagaimana manusia bisa berada atau bereksistensi
dalam dunia.
13. Neo-Thomisme
Aliran ini adalah aliran yang mengikuti paham Thomas Aquinas .
Paham thomisme yaitu :
 pertama, paham yang menganggap bahwa ajaran Thomas tidak sempurna.
 Kedua, paham yang menganggap bahwa walaupun ajaran Thomas tidak sempurna
masih terdapat hal- hal yang belum dibahas.
 Ketiga, paham yang menganggap bahwa ajaran Thomas harus diikuti akan tetapi
tidak boleh dianggap ajarannya betul- betul sempurna

BAB IV
FILSAFAT ABAD POST-MODERN

A. Pengertian Post-Modern
Postmodernisme adalah faham yang berkembang setelah era modern dengan
ostmoder-nya. Postmodernisme bukanlah faham tunggal sebuat teori, namun justru
menghargai teori-teori yang bertebaran dan sulit dicari titik temu yang tunggal.Banyak
tokoh-tokoh yang memberikan arti postmodernisme sebagai kelanjutan dari ostmoder.
Namun kelanjutan itu menjadi sangat beragam. Bagi Lyotard dan Geldner, ostmoder
adalah pemutusan secara total dari ostmoder. Bagi Derrida, Foucault dan Baudrillard,

[Type text] Page 41


bentuk radikal dari kemodernan yang akhirnya bunuh diri karena sulit menyeragamkan
teori-teori. Bagi David Graffin, Postmodernisme adalah koreksi beberapa aspek dari
moderinisme. Lalu bagi Giddens, itu adalah bentuk ostmoder yang sudah sadar diri dan
menjadi bijak. Yang terakhir, bagi Habermas, merupakan satu tahap dari ostmoder yang
belum selesai.
Postmodernisme adalah sebuah term atau istilah yang rumit. Suatu hal yang sulit, bila
tidak bisa dikatakan mustahil, untuk menjelaskan postmodernisme. Tidak hanya
postmodernisme bisa ditemukan dalam berbagai hal (seperti dalam seni, arsitekur, studi
ostmodern, dan ilmu sosial), namun juga dalam berbagai hal tersebut postmodernisme
dimengerti dan dijelaskan dengan berbagai cara yang berbeda. Apabila kita berbicara
mengenai pengertian postmodernisme, maka akan beragam definisi yang bisa ditemukan.
Mengenai beragamnya definisi postmodernisme, Kvale (2006) berpendapat bahwa istilah
postmodernisme, yang berasal dari istilah ostmodern, dapat sangat luas, kontroversial,
dan ambigu.Hal ini terlihat dari pembagian pengertian yang Kvale lakukan untuk
membedakan istilah postmodern, yaitu :
– Postmodernitas yang berkaitan dengan era ostmodern. Satu pendapat mengatakan
bahwa post-modernitas adalah suatu kondisi atau keadaan; perhatiannya kepada
perubahan pada lembaga-lembaga dan kondisi-kondisi, seperti ekonomi, politik, dan
kultural (Giddens 1990; Jenkins, 1995: 6). Postmodernitas adalah kondisi dimana
masyarakat tidak lagi diatur oleh prinsip produksi barang, melainkan produksi dan
reproduksi informasi dimana ostmo jasa menjadi faktor yang paling menentukan.
Masyarakat adalah masyarakat konsumen yang tidak lagi bekerja demi memenuhi
kebutuhan, melainkan demi memenuhi gaya hidup.
– Posmodernism yang berkaitan dengan ekspresi kultural era postmodern. Pemikiran
ostmodern, atau wacana, yang berkaitan dengan refleksi filosofis dari era dan budaya
postmodern. Postmodernisme adalah perubahan-perubahan intelektual ekspresif pada
level teori; pada estetika, sastra, filsafat politik atau sosial yang secara sadar menjawab
kondisi-kondisi postmodernitas, atau yang mencoba bergerak melampaui atau melakukan
kritik terhadap modernitas.
B. Asas-asas pemikiran Postmodernisme
 Penafian terhadap keuniversilan suatu pemikiran ( totalisme).
[Type text]

 Penekanan akan terjadinya pergolakan pada identitas personal maupun sosial secara
terus-menerus, sebagai ganti dari permanen yang amat mereka tentang.
 Pengingkaran atas semua jenis ideology. memudarnya kepercayaan pada agama yang
bersifat transenden (meta-narasi); dan diterimanya pandangan pluralisme relativisme
kebenaran
 Pengingkaran atas setiap eksistensi obyektif dan kritikan tajam atas setiap
epistemology.
 Pengingkaran akan penggunaan metode permanen dan paten dalam menilai ataupun
berargumen. Semakin terbukanya peluang bagi klas-klas sosial atau kelompok untuk
mengemukakan pendapat secara lebih bebas. Dengan kata lain, era postmodernisme
telah ikut mendorong bagi proses demokratisasi
 Konsep berfilsafat pada era postmodernisme adalah hasil penggabungan dari
berbagai jenis pondasi pemikiran , mereka tidak mau terkungkung dan terjebak dalam
satu bentuk pondasi pemikiran filsafat tertentu.

BAB V
HUBUNGAN FILSAFAT DAN AGAMA

1. Filsafat Agama dan Kebenaran dalam Sejarah Filsafat


A. Pengertian Filsafat
Salah satu kebiasaan dunia penelitian dan keilmuan, berfungsi bahwa penemuan
konsep tentang sesuatu berawal dari pengetahuan tentang satuan-satuan. Setiap satuan
yang ditemukan itu dipilah-pilah, dikelompokkan berdasarkan persamaan, perbedaan,
ciri-ciri tertentu dan sebagainya. Berdasarkan penemuan yang telah diverifikasi itulah
orang merumuskan definisi tentang sesuatu itu.
Dalam sejarah perkembangan pemikirian manusia, filsafat juga bukan diawali dari
definisi, tetapi diawali dengan kegiatan berfikir tentang segala sesuatu secara
mendalam.Orang yang berfikir tentang segala sesuatu itu tidak semuanya merumuskan
definisi dari sesuatu yang dia teliti, termasuk juga pengkajian tentang filsafat.
Jadi ada benarnya Muhammad Hatta dan Langeveld mengatakan “lebih baik
pengertian filsafat itu tidak dibica-rakan lebih dahulu. Jika orang telah banyak membaca

[Type text] Page 43


filsafat ia akan mengerti sendiri apa filsafat itu. Namun demikian definisi filsafat bukan
berarti tidak diperlukan. Bagi orang yang belajar filsafat definisi itu juga diperlukan,
terutama untuk memahami pemikiran orang lain.
Dengan demikian, timbul pertanyaan siapa yang pertama sekali memakai istilah
filsafat dan siapa yang merumuskan definisinya. Yang merumuskan definisinya adalah
orang yang datang belakangan. Penggunaan kata filsafat pertama sekali adalah Pytagoras
sebagai reaksi terhadap para cendekiawan pada masa itu yang menamakan dirinya orang
bijaksana, orang arif atau orang yang ahli ilmu pengetahuan. Dalam membantah pendapat
orang-orang tersebut Pytagoras mengatakan pengetahuan yang lengkap tidak akan
tercapai oleh manusia.
Semenjak semula telah terjadi perbedaan pendapat tentang asal kata filsafat. Ahmad
Tafsir umpamanya mengatakan filsafat adalah gabungan dari kata philein dan sophia.
Menurut Harun Nasution kedua kata tersebut setelah digabungkan menjadi philosophia
dan diterjemah-kan ke dalam bahasa Indonesia dengan arti cinta hikmah atau
kebijaksanaan.
Orang Arab memindahkan kata Yunani philosophia ke dalam bahasa mereka dan
menyesuaikannya dengan susunan kata bahasa Arab, yaitu falsafa dengan pola fa`lala.
Dengan demikian kata benda dari falsafa itu adalah falsafah atau filsaf.
Pada umumnya orang memahami antara hikmah dan kebijaksanaan itu sama, pada hal
sesungguhnya maksudnya berbeda. Harun Hadiwijono mengartikan kata philosophia
dengan mencintai kebijaksa-naan, sedangkan Harun Nasution mengartikan dengan
hikmah. Kebijaksanaan biasanya diartikan dengan pengambilan keputusan berdasarkan
suatu pertimbangan tertentu yang kadang-kadang berbeda dengan peraturan yang telah
ditentukan. Adapun hikmah sebenarnya diungkapkan pada sesuatu yang agung atau suatu
peristiwa yang dahsyat atau berat. Namun dalam konteks filsafat kata philosophia itu
merupakan terjemahan dari love of wisdom.
Dari pengertian kebahasaan itu dapat dipahami bah-wa filsafat berarti cinta kepada
kebijaksanaan. Tetapi pengertian itu belum memberikan pemahaman yang cukup, karena
maksudnya belum dipahami dengan baik. Pemahaman yang mendasar tentang filsafat
diperoleh melalui pengertian. Karena berbagai pandangan dalam melihat sesuatu
[Type text]

menyebabkan pandangan pemikir tentang filsafat juga berbeda. Oleh sebab itu, banyak
orang memberikan pengertian yang berbeda pula tentang filsafat.
Herodotus mengatakan filsafat adalah perasaan cinta kepada ilmu kebijaksanaan
dengan memperoleh keahlian tentang kebijaksanaan itu. Plato mengatakan filsafat adalah
kegemaran dan kemauan untuk mendapatkan penge-tahuan yang luhur. Aristoteles (384-
322 sm) mengatakan filsafat adalah ilmu tentang kebenaran. Cicero (106-3 sm.)
mengatakan filsafat adalah pengetahuan terluhur dan keinginan untuk mendapatkannya.
Thomas Hobes (1588-1679 M) salah seorang filosof Inggris mengemukakan filsafat
ialah ilmu pengetahuan yang menerangkan hubungan hasil dan sebab, atau sebab dan
hasilnya dan oleh karena itu terjadi perubahan. R. Berling mengatakan filsafat adalah
pemikiran-pemikiran yang bebas diilhami oleh rasio mengenai segala sesuatu yang
timbul dari pengalaman-pengalaman.
Alfred Ayer mengatakan filsafat adalah pencarian akan jawaban atas sejumlah
pertanyaan yang sudah semenjak zaman Yunani dalam hal-hal pokok. Pertanyaan-
pertanyaan mengenai apa yang dapat diketahui dan bagaimana mengetahuinya, hal-hal
apa yang ada dan bagaimana hubungannya satu sama lain. Selanjutnya
mempermasalahkan apa-apa yang dapat diterima, mencari ukuran-ukuran dan menguji
nilai-nilainya apakah asumsi dari pemikiran itu dan selanjutnya memeriksa apakah hal itu
berlaku.
Immanuel Kant (1724-1804 M) salah seorang filosof Jerman mengatakan filsafat
adalah pengetahuan yang menjadi pokok pangkal pengetahuan yang tercakup di
dalamnya empat persoalan : yaitu Apa yang dapat diketahui, Jawabnya : Metafisika. Apa
yang seharusnya diketahui ? Jawabnya : etika. Sampai di mana harapan kita ?
Jawabnya :Agama. Apa manusia itu ? Jawabnya Antropologi. Jujun S Suriasumantri
mengatakan bahwa filsafat menelaah segala persoalan yang mungkin dapat dipikirkan
manusia. Sesuai dengan fungsinya sebagai pionir, filsafat mempermasalahkan hal-hal
pokok, terjawab suatu persoalan, filsafat mulai merambah pertanyaan lain.
Ir. Poedjawijatna mengatakan filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang
sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka. Titus memberikan
definisi bahwa filsafat itu adalah sikap kritis, terbuka, toleran, mau melihat persoalan

[Type text] Page 45


tanpa prasangka. Selanjutnya dia mengatakan bahwa dalam mendefinisikan filsafat
sekurang-kurangnya bertolak dari empat sudut pandang yang saling melengkapi.
Pertama filsafat adalah suatu sikap terhadap hidup dan alam semesta. Dari sudut ini
dapat dijelaskan bahwa suatu sikap filosofis adalah sikap berfikir yang melibatkan usaha
untuk memikirkan masalah hidup dan alam semesta dari semua sisi yang meliputi
kesiapan menerima hidup dalam alam semesta sebagaimana adanya dan mencoba melihat
dalam keseluruhan hubungan. Sikap filosofik dapat ditandai misalnya dengan sikap kritis,
berfikir terbuka, toleran dan mau melihat dari sisi lain.
Kedua adalah suatu metode berfikir reflektif dan metode pencarian yang beralasan.
Ini bukanlah metode filsafat yang eksklusif, tetapi merupakan metode berfikir yang
akurat dan sangat berhati-hati terhadap seluruh pengalaman.
Ketiga filsafat adalah kumpulan masalah. Semenjak dahulu sampai sekarang banyak
masalah yang sangat men-dasar yang masih tetap tidak terpecahkan, meskipun para
filosof telah benyak mencoba memberikan jawabannya. Contohnya apakah kebenaran
itu ? apakah keindahan itu, apakah perbedaan antara benar dan salah. ?
Keempat filsafat merupakan kumpulan teori atau sistem-sistem pemikiran. Dalam hal
ini filsafat berarti teori-teori filosofis yang beraneka ragam atau sistem-sistem pemikiran
yang telah muncul dalam sejarah yang biasanya dikaitkan dengan nama-nama filosof ;
seperti Socrates, Plato, Aristoteles, Agustinus. Mereka sangat berpengaruh bagi
pemikiran di masa sekarang. Dari mereka lahir istilah-istilah seperti idealisme, realisme,
pragmatisme dan sebagainya.
Kattsoff mengemukakan filsafat, ialah ilmu pengetahuan yang dengan cahaya kodrati
akal budi mencari sebab-sebab yang pertama atau azas-azas yang tertinggi segala
sesuatu. Filsafat dengan kata lain merupakan ilmu pengetahuan tentang hal-hal pada
sebab-sebabnya yang pertama termasuk dalam ketertiban alam. Selain itu filsafat
merupakan ukuran pertama tentang nilai filsafat itu dan berakhir dengan kesimpulan yang
jika dihubungkan kembali dengan pengalaman hidup sehari-hari, serta peristiwa-
peristiwanya menjadikan pengalaman-pengalaman serta peristiwa itu lebih bermakna
yang menyebabkan kita lebih berhasil menanganinya.
[Type text]

Selain itu Liang Gie mengemukakan metode yang berbeda dalam pembahasan ini. Ia
meninjau filsafat dan segi pelaku filsafat sendiri. Menurutnya pelaku filsafat itu terdiri
atas beberapa kelompok, antara lain :
 Pertama pengejek filsafat, yaitu orang-orang yang mencemoohkan atau memperolok-
olokan filsafat maupun filosof karena ketidaktahuannya.
 Kedua peminat filsafat, yaitu seseorang yang sekedar mempunyai arah hidup,
pandangan dunia, ukuran moral atau telah membaca karya filsafat sehingga tertarik
kepada filsafat.
 Ketiga penghafal filsafat, pada umumnya mereka ialah mahasiswa yang kerjanya
sehari-hari menghafal buku atau diktat filsafat untuk menghadapi ujian yang
diberikan oleh dosennya.
 Keempat sarjana filsafat, yaitu mahasiswa yang lulus di perguruan tinggi filsafat
dengan memperoleh gelar sarjana atau lainnya.
 Kelima pengajar filsafat, yaitu sarjana yang memberikan kuliah dalam mata kuliah
filsafat atau salah satu cabangnya di perguruan tinggi.
 Keenam pemikir filsafat, yaitu seorang pemikir dalam bidang filsafat, dan itulah yang
sebenarnya disebut filosof. Filosof ialah seorang yang senantiasa memahami
persoalan-persoalan filsafat dan terus menerus melakukan pemikiran terhadap
jawaban-jawaban dari persoalan-persoalan itu dari waktu ke waktu dan diungkapkan
dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Itulah di antara definisi yang dikemukakan oleh filosof. Perbedaan definisi tentang
filsafat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti latar belakang sosial, politik, ekonomi
dan sebagainya. Jika disadari, perbedaan pendapat itu adalah wajar karena perkembangan
ilmu pengetahuan menimbulkan berbagai spesialisasi ilmu yang sesungguhnya terpecah
dari filsafat pada umumnya dan selanjutnya muncullah filsafat khusus, seperti filsafat
politik, filsafat akhlak, filsafat agama dan sebagainya.
Dengan demikian diketahui betapa luasnya lapangan filsafat. Tetapi walaupun telah
terjadi berbagai pemikiran dalam filsafat yang berbentuk umum menjadi berbagai bidang
filsafat tertentu, ternyata ciri khas filsafat itu tidak hilang, yaitu pembahasan bersikap
radikal, sistematis, universal dan bebas.

[Type text] Page 47


B. Pengertian Agama
Pengertian agama yang paling umum dipahami adalah bahwa kata agama berasal
dari bahasa Sansekerta berasal dari kata a dan gama. A berarti “tidak” dan gama
“kacau”. Jadi, kata agama diartikan tidak kacau, tidak semraut, hidup menjadi lurus
dan benar.

Dick Hartoko menyebut agama itu dengan religi, yaitu ilmu yang meneliti
hubungan antara manusia dengan “Yang Kudus” dan hubungan itu direalisasikan dalam
ibadat-ibadat. Kata religi berasal dari bahasa Latin rele-gere yang berarti mengumpulkan,
membaca. Agama memang merupakan kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan dan
semua cara itu terkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca. Di sisi lain kata religi
berasal dari religare yang berarti mengikat. Ajaran-ajaan agama memang mempunyai
sifat mengikat bagi manusia. Seorang yang beragama tetap terikat dengan hukum-hukum
dan aturan-aturan yang ditetapkan oleh agama.

Sidi Gazalba mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kata relegere asal kata
religi mengandung makna berhati-hati. Sikap berhati-hati ini disebabkan dalam religi
terdapat norma-norma dan aturan yang ketat. Dalam religi ini orang Roma mempunyai
anggapan bahwa manusia harus hati-hati terhadap Yang kudus dan Yang suci tetapi juga
sekalian tabu. Yang kudus dipercayai mempunyai sifat baik dan sekaligus mempunyai
sifat jahat.

Religi juga merupakan kecenderungan asli rohani manusia yang berhubungan


dengan alam semeseta, nilai yang meliputi segalanya, makna yang terakhir hakikat dari
semua itu. Religi mencari makna dan nilai yang berbeda-beda sama sekali dari segala
sesuatu yang dikenal. Karena itulah religi tidak berhubungan dengan yang kudus. Yang
kudus itu belum tentu Tuhan atau dewa-dewa. Dengan demikian banyak sekali
kepercayaan yang biasanya disebut religi, pada hal sebenarnya belum pantas disebut
religi karena hubungan antara manusia dan yang kudus itu belum jelas. Religi-religi yang
bersahaja dan Budhisme dalam bentuk awalnya misalnya menganggap Yang kudus itu
bukan Tuhan atau dewa-dewa. Dalam religi betapa pun bentuk dan sifatnya selalu ada
penghayatan yang berhubungan dengan Yang Kudus.
[Type text]

Manusia mengakui adanya ketergantungan kepada Yang Mutlak atau Yang Kudus
yang dihayati sebagai kontrol bagi manusia. Untuk mendapatkan pertolongan dari Yang
Mutlak itu manusia secara bersama-sama menjalankan ajaran tertentu.

Jadi religi adalah hubungan antara manusia dengan Yang Kudus. Dalam hal ini
yang kudus itu terdiri atas berbagai kemungkinan, yaitu bisa berbentuk benda, tenaga,
dan bisa pula berbentuk pribadi manusia.

Agama juga berbicara tentang kewajiban untuk berhubungan dengan yang suci
supaya mengetahui mana yang mau di tinggalkan dan diikuti:

 Sikap percaya kepada Allah yang suci


 Ritualitas
 Ada doktrin tentang yang suci itu
 Sikap yang ditimbulkan oleh ke tiga hal ini yaitu Tuntunan Allah.
C. Hubungan Antara Agama dan Filsafat
Terdapat beberapa asumsi berkaitan dengan hubungan filsafat dengan agama. Asumsi
tersebut didasarkan pada anggapan manusia sebagai makhluk budaya. Asumsi pertama,
manusia sebagai makhluk budaya mampu berspekulasi dan berteori filsafat yang akan
menentukan kebudayaannya, bahkan sampai sadar dan jujur mengakui kenyataan Tuhan
dan ajaran agama.
Asumsi kedua kita ini diciptakan oleh Tuhan sebagai suatu yang potensial dapat
diperbaiki, diperindah, dan diperkaya, sehingga hidup dan penghidupan ini lebih dapat
meningkat harganya untuk dihidupi dan dinikmati. Hubungan agama dengan filsafat
dapat dinyatakan sebagai berikut:

1. Agama adalah unsur mutlak dan sumber kebudayaan, sedangkan filsafat adalah
salah satu unsur kebudayaan
2. Agama adalah ciptanya Tuhan, sedangkan filsafat hasil spekulasi manusia
3. Agama adalah sumber-sumber asumsi dari filsafat dan ilmu pengetahuan
(science) filsafat menguji asumsi-asumsi science

[Type text] Page 49


4. Agama mempercayai akan adanya kebenaran dan kenyataan dogma-dogma
agama, sedangkat filsafat tidak mengakui dogma-dogma sebagai kenyataan
tentang kebenaran.

No. Agama Filsafat


1. Agama adalah unsur dari sumber Filsafat salah satu unsur kebudayaan
kebudayaan
2. Agama adalah ciptaan Tuhan Filsafat adalah hasil dari spekulasi
manusia
3. Agama adalah sumber-sumber Filsafat menguji asumsi science dan
asumsi dari filsafat dan ilmu science mulai dari asumsi tersebut
pengetahuan (science)
4. Agama mendahulukan kepercayaan Filsafat mempercayakan sepenuhnya
dari pemikiran kekuatan daya pemikiran
5. Agama mempercayai akan adanya Filsafat tidak mengakui dogma-
kebenaran dan khayalan dogma- dogma agama sebagai keyakinan
dogma agama tentang kebenaran

Dengan memperhatikan spesifikasi dan sifat-sifat di atas, terlihat jelas bahwa


peran agama terhadap filsafat ialah meluruskan filsafat yang spekulatif kepada kebenaran
mutlak yang ada pada agama. Sedangkan peran filsafat terhadap agama ialah membantu
keyakinan manusia terhadap kebenaran mutlak itu dengan pemikiran yang kritis dan
logis. Hal ini didukung pernyataan yang menyatakan bahwa filsafat yang sejati itu adalah
terkandung dalam agama.

BAB VI

HUBUNGAN FILSAFAT DAN TEOLOGI

Masalah tentang hubungan antara rasio dan wahyu adalah suatu masalah yang sering
dipersoalkan. Ada yang menyatakan pendapat bahwa filsafat hendak menyaingi wahyu,
demikian pula sebaliknya. Akhirnya, terjadi saling curiga mencurigai, yang tak jarang
merugikan bagi kepentingan pencarian akan kebenaran itu sendiri.
[Type text]

A. Pengertian Filsafat
Secara etimologis, filsafat berasal dari beberapa bahasa, yaitu bahasa Inggris dan
bahasa Yunani. Dalam bahasa Inggris, yaitu “philosophy”, sedangkan dalam bahasa
Yunani, “philen” atau “philos” dan “sofein” atau “sophi”. Ada pula yang mengatakan
bahwa filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu “falsafah” yang artinya al-hikmah. Akan
tetapi, kata tersebut pada awalnya berasal dari bahasa Yunani. “philos” artinya cinta,
sedangkan “Sophia” artinya kebijaksanaan.Oleh karena itu filsafat dapat diartikan dengan
cinta kebijaksanaan yang dalam bahasa Arab diistilahkan dengan al-hikmah. Para ahli
filsafat disebut dengan filosof, yakni orang yang mencintai atau mencari kebijaksanaan
atau kebenaran. Filosof bukan orang yang bijaksana atau berpengaruh benar, melainkan
orang yang sedang belajar mencari kebenaran dan kebijaksanaan.Filsafat pertama kali
muncul di Yunani, Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filosof ialah Thales dari
Mileta. Filosof-filosof Yunani yang terbesar yaitu Socrates, Plato, dan Aristoteles.
Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang
beradab lain kala itu seperti Israel atau Mesir. Jawabannya di Yunani tidak seperti di
daerah lain-lainya tidak ada kasta pendeta sehingga orang lebih bebas.Munculnya filsafat
ditandai dengan runtuhnya mitos-mitos dan dongeng-dongeng yang selama itu menjadi
pembenaran terhadap setiap gejala alam. Manusia pada waktu itu melalui mitos-mitos
mencari keterangan tentang asal-usul alam semesta dan tentang kejadian yang
berlangsung di dalamnya. Hal yang membawa usahanya itu kepada suatu kesimpulan
universal dari keyakinan particular atau khusus, dari hal yang tersederhana sampai yang
terkompleks. Filsafat ilmu tentang hakikat. Tugas filsafat menurut Socrates (470-399
SM) bukan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam kehidupan, malinkan
mempersoalkan jawaban yang diberikan.
B. Pengertian Teologi
Asal kata Teologi (Yunani : “Theos” Allah dan “Logos” Ilmu, akal, kata, dan
penalaran. Jadi Teologi adalah sains yang mempelajari tentang pribadi dan karya Allah
dalam hubungannya dengan alam semesta, termasuk manusia, alam dll sebagaimana yang
dinyatakan Alkitab.

[Type text] Page 51


Hubungan teologi dengan disiplin ilmu-ilmu lain; teologi disebut ilmu integral
karena meliputi semua ilmu khusus yang bersifat sebagian-sebagian, karena membatasi
diri pada bidang dan taraf kehidupan tertentu. Misalnya ilmu kedokteran, biologi, dll.
Hubungannya dengan Filsafat; zaman Skolastik akhir filsafat dinyatakan sebagai
Ratunya ilmu pengetahuan atau "Queen of Science", sedangkan sebelumnya teologi
dikatakan ratunya ilmu pengetahuan, karena cakupan ilmunya yang berdasarkan Alkitab
meliputi seluruh seluruh yang ada di alam ini (wahyu umum dan wahyu khusus). Teologi
berusaha merefleksikan kehidupan manusia sekelilingnya berdasarkan wahyu serta
berpusat pada karya dan pribadi Kristus yang menyelamatkan. Namun secara umum
hubungan filsafat dengan teologi sangat dekat, yaitu menjadi penghubung teologi dengan
ilmu-ilmu khusus. Filsafat menjadi kerangka refleksi bagi teologi, hal ini dimungkinkan
karena kedua-duanya adalah ilmu integral. Ada juga ketegangan-ketegangan antara
teologi dan filsafat:
a. Zaman Bapak gereja dan rasuli kecenderungan teologi di atas rasio (filsafat).
b. Zaman pertengahan awal Wahyu masih berada di atas akan.
c. Zaman renasan (pertengahan abad ke dua) rasio diangkat ke atas hampir, bahkan
sejajar dengan wahyu dalam kedudukan dan fungsi, disinilah awal terbukanya jalan
pada abad berikutnya untuk mengunggulkan rasio di atas wahyu atau filsafat di atas
teologi.
d. Zaman reformasi mengembalikan pada fungsinya amsing-masing secara proporsional,
dimana keduannya berasal dari Allah yang satu harus dipakai secara proporsional dan
tidak saling mendominasi.
e. Zaman rasionalisme dimana rasio mengunguli wahyu dan sampai
membuang wahyu dari kehidupan manusia. Hanya berdasarkan akal.
f. Zaman pencerahan, prinsip hanya akal saja yang berkembang, namun tidak membawa
makna yang baik bagi kehidupan karena wahyu telah dibuang dari kehidupan
manusia.
g. Pasca pencerahan, akalpun mengalami nasib yang sama dibuang dari arena pemikiran
Kristen. Tidak ada akal sedangkan wahyu yang telah dibuang pada zaman
sebelumnya tidak diambil lagi, yang tersisa hanya perasaan dan pengalaman agamawi
[Type text]

saja. Agama kehilangan isi objektif dan orang Kristen kehilangan makna intelektual
dari iman tersebut, kemudian melahirkan teologi liberal.
h. Pada abad 20 ternyata perasaanpun tidak memuaskan dan tidak membawa hal-hal
yang objektif dan bertanggungjawab dalam kehidupan manusia. Pada abad ini kaum
protestan konservatif mengambil kembali wahyu dan iman ortodoks berdasarkan
wahyunya dengan mempertimbangkan juga akal dan perasaan secara benar
berdasarkan wahyu Allah dalam teologinya. Telah dibahas di atas bahwa dari masa
kemasa filsafat dan teologi selalu mengalami ketegangan-ketegangan. Tetapi harus
disadari bahwa keduanya mencari kebenaran, filsafat mencari kebenaran berdasarkan
akal. Teologi mencari kebenaran berdasarkan iman. Kebenaran dalam filsafat adalah
"kebenaran akal", sedangkan kebenaran menurut Teologi adalah "kebenaran wahyu"
(Alkitab). Kita tidak akan berusaha mencari mana yang benar atau lebih benar di
antara keduanya, akan tetapi kita akan melihat apakah keduanya dapat dihubungkan.

Kedudukan Filsafat dalam Teologi Apakah keduanya dapat bekerjasama satu sama
lain. Meskipun filsafat mencari kebenaran dengan akal. Filsafat membantu dalam
memastikan arti objektif tulisan wahyu.
Filsafat menyediakan metode-metode pemikiran untuk teologi. Selain itu filsafat
adalah fungsi kritis dalam berteologi, dimana filsafat berfungsi memeriksa dan menguji
kembali asumsi-asumsi dasar suatu kepercayaan secara sistematis-logis. Dengan
demikian filsafat akan mengguncangkan kembali asumsi kepercayaan kita, dan berharap
akan tiba pada kepercayaan yang sama sehingga kita semakin kuat dalam kepercayaan.
Secara spesifik filsafat berfungsi konstruktif juga bagi teologi dengan memakainya
sebagai kerangka berpikir filosofis untuk mencari penyelesaian pada masalah-masalah
etis, moral, kejahatan, dan penderitaan manusia. Misalnya, mengusahakan mendapat anak
dengan in vitro fertilization ("bayi tabung") dapat dibenarkan bagi orang Kristen atau
tidak? Padahal Kitab Suci diam seribu bahasa tentang bayi tabung. Filsafatlah, dalam hal
ini etika, yang dapat merumuskan permasalahan etis sedemikian rupa sehingga agama
dapat menjawabnya berdasarkan prinsip-prinsip moralitasnya sendiri. Jika demikian,
apakah teologi harus sesuai dengan akal? Boleh dikatakan ya, dalam hal ini teologi harus
sesuai dengan logika yang tegas berdasarkan kriteria yang benar, yaitu Kitab Suci yang

[Type text] Page 53


memberikan inspirasi. Dengan cara menyadari keadaan serta kedudukan masing-masing,
maka antara filsafat dan teologi dapat terjalin hubungan yang harmonis dan saling
mendukung. Karena, semakin jelas pula bahwa seringkali pertanyaan, fakta atau realita
yang dihadapi seseorang adalah hal yang sama, namun dapat dijawab secara berbeda
sesuai dengan proporsi yang dimiliki masing-masing bidang kajian, baik itu, filsafat
maupun teologi. Keduanya dapat saling menunjang dalam menyelesaikan persoalan yang
timbul dalam kehidupan. Kesimpulan
1). Secara umum dapat dikatakan bahwa filsafat tidak pernah dapat membawa
manusia kepada kebenaran, dalam artikata kebenaran "mutlak". Kebenaran relatip dan
subjektip mungkin ada, tetapi kebenaran objektip dan mutlak? Tidak ada filsuf yang
berani claim bahwa ia telah mendapat kebenaran mutlak dan objektip.
2). Teologi seseorang sesungguhnya adalah tafsiran orang itu akan Alkitab. Teologi
atau tafsiran Alkitab manusia manapun tidak pernah dapat dibuktikan benar. Teologi
manusia manapun dibiaskan oleh asumsi-asumsi mulanya, oleh prasangka-prasangkanya,
intuisi, perasaan dan pengalaman-pengalamannya, oleh teori-teori, filsafat-filsafat yang
dibacanya. Yang mutlak benar hanyalah Allah. Kebenaran Allah adalah mutlak dan tak
terbatas. Alkitab adalah Firman Allah, tetapi ditulis, diteruskan, dikutip, diterjemahkan,
dicetak dan dibaca oleh manusia yang serba terbatas. Manusia yang terbatas berusaha
mengerti Allah yang tak terbatas. Allah tidak dapat salah, tetapi manusia dapat
salah.
3). Seorang pemikir Kristen (filsuf, ilmuwan teolog) tidak dapat menghindarkan diri
dari pengaruh para filsuf lain dari zaman Yunani sampai sekarang. Tetapi terutama bagi
seorang teolog hendaknyalah ia menaruh Alkitab jauh diatas filsafat-filsafat, teori-teori
serta spekulasi-spekulasi manusia.
4). Ketika filsafat dinaikkan menjadi "Queen of Science" harus tetap diingat bahwa
teologi tetap sebagai "King" yang harus dilayani juga sebagai tuan. Dan ketika filsafat
fungsinya tidak pada tempatnya maka akan membingungkan, karena filsafat hanya bisa
bertanya dan teologi menjawabnya. Teologi berfungsi sebagai pembuat keputusan dan
kesimpulan yang didasarkan pada Firman Allah.
[Type text]

[Type text] Page 55

Anda mungkin juga menyukai