Anda di halaman 1dari 5

FILSAFAT PRA SOCRATES

Posted on November 2, 2011 by keni love forever


A. SEJARAH FILSAFAT PRA-SOCRATES.

Filsafat Pra Socrates Bangsa Yunani merupakan bangsa yang pertama kali berusaha menggunakan
akal untuk berpikir. Kegemaran bangsa Yunani merantau secara tidak langsung menjadi sebab
meluasnya tradisi berpikir bebas yang dimiliki bangsa Yunani.
Menurut Barthelemy, kebebasan berpikir bangsa Yunani disebabkan di Yunani sebelumnya tidak
pernah ada agama yang didasarkan pada kitab suci. Keadaan tersebut jelas berbeda dengan
Mesir, Persia, dan India. Sedangkan Livingstone berpendapat bahwa adanya kebebasan berpikir
bangsa Yunani dikarenakan kebebasan mereka dari agama dan politik secara bersamaan.

Pada masa Yunani kuno, filsafat secara umum sangat dominan, meski harus diakui bahwa agama
masih kelihatan memainkan peran. Hal ini terjadi pada tahap permulaan, yaitu pada masa Thales
(640-545 SM), yang menyatakan bahwa esensi segala sesuatu adalah air, belum murni bersifat
rasional. Argumen Thales masih dipengaruhi kepercayaan pada mitos Yunani. Demikian juga
Phitagoras (572-500 SM) belum murni rasional. Ordonya yang mengharamkan makan biji kacang
menunjukkan bahwa ia masih dipengaruhi mitos. Secara umum dapat dikatakan, para
filosof pra-Socrates berusaha membebaskan diri dari belenggu mitos dan agama asalnya. Mereka
mampu melebur nilai-nilai agama dan moral tradisional tanpa menggantikannya dengan sesuatu
yang substanslia.

Filsafat Pra Socrates adalah filsafat yang dilahirkan karena kemenangan akal atas dongeng atau
mite-mite yang diterima dari agama yang memberitahukan tentang asal muasal segala sesuatu.
Baik dunia maupun manusia para pemikiran atau ahli filsafat yang disebut orang bijak yang
mencari-cari jawabannya sebagai akibat terjadinya alam semesta beserta isinya tersebut.

Sedangkan arti filsafat itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia artinya
bijaksana/pemikir yang menyelidiki tentang kebenaran-kebenaran yang sebenarnya untuk
menyangkal dongeng-dongeng atau mite-mite yang diterima dari agama.

Pemikiran filusuf inilah yang memberikan asal muasal segala sesuatu baik dunia maupun manusia
yang menyebablan akal manusia tidak puas dengan keterangan dongeng atau mite-mite tersebut
dengan dimulai oleh akal manusia untuk mencari-cari dengan akalnya dari mana asal alam
semesta yang menakjubkan itu.

Mite-mite tentang pelangi atau bianglala adalah tempat para bidadari turun dari surga, mite ini
disanggah oleh Xenophanes bahwa “pelangi adalah awan” dan pendapat Anaxagoras bahwa
pelangi adalah pemantulan matahari pada awan (pendapat ini adalah pendapat pemikir yang
menggunakan akal).

Dimana pendekatan yang rasional demikian menghasilkan suatu pendapat yang dikontrol, dapat
diteliti oleh akal dan dapat diperdebatkan kebenarannya. Para pemikir filsafat yang pertama

1
hidup dimiletos kira-kira pada abad ke 6 SM, dimana pada abad tersebut pemikiran mereka
disimpulkan dari potongan-potongan yang diberitakan oleh manusia dikemudian hari atau zaman.

Dan dapat dikatakan bahwa mereka adalah filsafat alam artinya para ahli fikir yang menjadikan
alam yang luas dan penuh keselarasan yang menjadi sasaran para ahli filsafat teresbut (obyek
pemikirannya adalah alam semesta).

Tujuan filosofi mereka adalah memikirkan soal alam besar dari mana terjadinya alam itulah yang
menjadi sentral persoalan bagi mereka, pemikiran yang demikian itu merupakan pemikiran yang
sangat majuu, rasioanl dan radikal. Sebab pada waktu itu kebanyakan orang menerima begitu saja
keadaan alam seperti apa yang dapat ditangkap dengan indranya, tanpa mempersoalkannya lebih
jauh. Sedang dilain pihak orang cukup puas menerima keterangan tentang kejadian alam dari
cerita nenek moyang.

B. TOKOH-TOKOH FILSAFAT YUNANI


Para filosof itu tergolong dalam filosof alam. Para filosof alam tersebut tidak mempercayai cerita-
cerita yang demikian dan menganggapnya sebagai takhayul yang tidak masuk akal, karena itulah
mereka berusaha untuk mendapatkan keterangan tentang inti dasar alam itu dari daya pikirnya
sendiri, maka mereka pantas mendapat sebutan sebagai pemikir yang radikal karena pemikiran
mereka sampai pada akar (radik=akar) dari alam yang dipersoalkan

a. Thales (625-545 SM)


Thales adalah seorang saudagar yang banyak berlayar ke negeri Mesir, ia juga
seorang ahli politik yang terkenal di Miletos saat itu masih ada kesempatan baginya untuk
mempelajari ilmu matematik dan astronomi.
Ada yang mengatakan bahwa Thales mempergunakan kepintarannya itu sebagai ahli nujum.
Karena pada suatu waktu ia pernah meramalkan aka nada gerhana matahari pada bulan itu dan
tahun itu dan ramalan itu benar. Hal itu menyatakan bahwa ia mengetahui ilmu matematik orang
Babilonia yangsangat tersohor pada waktu itu.

Dengan cara berfikir Thales mendapat keputusan tentang soal besar yang senantiasa mengikat
perhatian, apa asal alam itu? Apa yang menjadi sebab penghabisan dari segala yang ada?
Berdasarkan pengalamannya sehari-hari dijadikanlah pikirannya untuk menyusun bangun alam
sebagai orang pesisir ia dapat melihat bahwa air laut menjadi smber hidup. Thales pula
kemegahan air laut yang menjadikan ia takjub. Demikianlah laut meyebarkan bibit seluruh dunia
yang menjadi dasar penghidupan. Pandangan pikirannya menyatukan semua pada air.

b. Anaximandros (640-547)
Anaximandros adalah salah satu murid Thales. Anaximandros adalah seorang ahli astronomi dan
ilmu bumi. Meskipun dia murid Thales namun ia mempunyai prinsip dasar alam satu akan tetapi
bukanlah dari jenis benda alam seperti air sebagai mana yang dikatakan oleh gurunya.

Prinsip dasar alam haruslah dari jenis yang tak terhuitung dan tak terbatas yang oleh dia disebut
Apeiron yaitu zat yang tak terhingga dan tak terbatas dan tidak dapat dirupakan tidak ada
persamaannya dengan apapun.

2
Meskipun tentang teori asal kejadian alam tidak begitu jelas namun dia adalah seorang yang
cakap dan cerdas dia tidak mengenal ajaran Islam atau yang lainnya.

c. Anaximenes (585-494 SM)


Menurut Anaximenes prinsip yang merupakan asal usul segala sesuatu adalah udara. Udara
melahirkan semua benda dalam alam semesta ini karena suatu proses “pemadatan dan
pengeceran”, kalau udara semakin bertambah maka muncullah berturut-turut angin, air, tanah
dan akhirnya batu. Sebaliknya kalau udara itu menjadi encer yang timbul adalah api.

Pandangan Anaximenes tentang susunan jagat raya pasti merupakan kemunduran dibandingkan
dengan Anaximandros. Menurut Anaximenes bumi yang berupa meja bundar katanya melayang
diatas udara. Demikian pun matahari, bulan dan bintang-bintang. Badan-badan jagad raya itu
tidak terbenam dibawah bumi sebagaimana yang dipikirkan Anaximandros tetapi mengelilingi
bumi yang datar itu, matahari lenyap pada waktu malam karena tertutup dibelakang bagian-
bagian tinggi.

d. Pythagoras (580-500 SM)


Pythagoras lahir dipulau Samos yang termasuk daerah Ionia dalam kota ini Pythagoras mendirikan
suatu tarekat beragama yang sifat-sifatnya akan dibicarakan di bawah ini. Tarekat yang didirikan
Pythagoras bersifat religious, mereka menghomati dewa Apollo.

Menurut kepercayaan Pythagoras jiwa manusia asalnya dari Tuhan, jiwa itu adalah penjelmaan
dari tuhan yang jatuh kedunia karena berdosa dan dia akan kembali kelangit kedalam lingkungan
tuhan semula, apabila sudah habis dicuci dosanya itu, hidup didunia ini adalah persediaan buat
akhirat. Sebab itu dari sekarang dikerjakan hidup untuk hari kemudian.

Pythagoras tersebut juga sebagai ahli pikir. Terutama dalam ilmu matematik dan ilmu berhitung.
Falsafah pemikirannya banyak diilhami oleh rahasia angka-angka. Dunia angka adalah dunia
kepastian dan dunia ini erat hubungannya dengan dunia bentuk. Dari sini dapat dilihat
kecakapannya dia dalam matematik mempengaruhi terhadap pemikiran filsafatnya sehingga pada
segala keadaan ia melihat dari angka-angka dan merupakan paduan dari unsur angka.

e. Heraklitosn (540-480 SM)


Ia lahir dikota Ephesos diasi minor, ia mempunyai pendangan yang berbeda dengan filosof-filosof
sebelumnya. Ia menyatakan bahwa asal segala suatu hanyalah satu yakni api. Ia memandang
bahwa api sebagai anasir yang asal pandangannya semata-mata tidak terikat pada alam luaran,
alam besar, seperti pandangan filosof-filosof Miletos.

Segala kejadian didunia ini serupa dengan api yang tidak putusnya dengan berganti-ganti
memakan dan menghidupi dirinya sendiri segala permulaan adalah mula dari akhirnya. Segala
hidup mula dari pada matinya. Didunia ini tidak ada yang tetap semuanya mengalir. Tidak sulit
untuk mengerti apa sebab Heraklitos memilih api. Nyala api senantiasa memakan bahan bakar
yang baru dan bahan bakar itu dan berubah menjadi abu dan asap. Oleh karena itu api cocok
sekali untuk melambangkan suatu kesatuan dalam perubahan.

3
C. ALIRAN-ALIRAN FISAFAT PRA SOCRATES

a. Aliran Miletos/Madzhab Milesian


Aliran ini disebut Aliran Miletos karena tokoh-tokohnya merupakan warga asli Miletos, di Asia
Kecil, yang merupakan sebuah kota niaga yang maju. Berikut beberapa tokoh yang termasuk
kedalam Aliran Miletos atau dikenal pula dengan istilah Madzhab Milesian:

Thales
Thales hidup sekitar 624-546 SM. Ia adalah seorang ahli ilmu termasuk ahli ilmu Astronomi. Ia
berpendapat bahwa hakikat ala mini adalah air. Segala-galanya berasal dari air. Bumi sendiri
merupakan bahan yang sekaligus keluar dari air dan kemudian terapung-apung diatasnya.

Pandangan yang demikian itu membawa kepada penyesuaian-penyesuain lain yang lebih
mendasar yaitu bahwa sesungguhnya segalanya ini pada hakikatnya adalah satu. Bagi Thales, air
adalah sebab utama dari segala yang ada dan menjadi ahir dari segala-galanya.
Ajaran Thales yang lain adalah bahwa tiap benda memiliki jiwa. Itulah sebabnya tiap benda dapat
berubah, dapat bergerak atau dapat hilang kodratnya masing-masing. Ajaran Thales tentang jiwa
bukan hanya meliputi benda-benda hidup tetapi meliputi benda-benda mati pula.

Anaximander
Anaximander adalah murid Thales yang setia. Ia hidup sekitar 610-546 SM. Ia berpendapat bahwa
hakikat dari segala seuatu yang satu itu bukan air, tapi yang satu itu adalah yang tidak terbatas
dan tidak terhingga, tak berubah dan meliputi segala-galanya yang disebut “Aperion”. Aperion
bukanlah materi seperti yang dikemukakan oleh Thales. Anaximander juga berpendapat bahwa
dunia ini hanyalah salah satu bagian dari banyak dunia lainnya.

3. Anaximenes.
Anaximenes hidup sekitar 560-520 SM. Ia berpendapat bahwa hakikat segala sesuatu yang satu
itu adalah udara. Jiwa adalah udara; api adalah udara yang encer; jika dipadatkan pertama-tama
udara akan menjadi air, dan jika dipadatkan lagi akan menjadi tanah, dan ahirnya menjadi batu. Ia
berpendapat bahwa bumi berbentuk seperti meja bundar.
b. Aliran Pythagoras

Pythagoras lahir di Samos sekitar 580-500 SM. Ia berpendapat bahwa semesta ini tak lain adalah
bilangan. Unsur bilangan merupakan prinsip unsur dari segala-galanya. Dengan kata lain, bilangan
genap dan ganjil sama dengan terbatas dan tak terbatas.

1. Xenophanes
Xenophanes merupakan pengikut Aliran Pythagoras yang lahir di Kolophon, Asia Kecil, sekitar
tahun 545 SM. Dalam filsafatnya ia menegaskan bahwa Tuhan bersifat kekal, tidak mempunyai
permulaan dan Tuhan itu Esa bagi seluruhnya. Ke-Esaan Tuhan bagi semua merupakan sesuatu
hal yang logis. Hal itu karena kenyataan menunjukkan apabila semua orang memberikan konsep
ketuhanan sesuai dengan masing-masing orang, maka hasilnya akan bertentangan dan kabur.
Bahkan “kuda menggambarkan Tuhan menurut konsep kuda, sapi demikian juga” kata

4
Xenophanes. Jelas kiranya ide tentang Tuhan menurut Xenophanes adalah Esa dan bersifat
universal.

2. Heraklitus (Herakleitos)
Heraklitos hidup antara tahun 560-470 SM di Italia Selatan sekawan dengan Pythagoras dan
Xenophanes. Ia berpendapat bahwa asal segalanya adalah api dan api adalah lambing dari
perubahan. Api yang selalu bergerak dan berubah menunjukkan bahwa tidak ada yang tetap dan
tidak ada yang tenang.

C. Aliran Elea
1. Parmenides
Lahir sekitar tahun 540-475 di Italia Selatan. Ajarannya adalah kenyataan bukanlah gerak dan
perubahan melainkan keseluruhan yang bersatu. Dalam pandangan Pamenides ada dua jenis
pengetahuan yang disuguhkan yaitu pengetahuan inderawi dan pengetahuan rasional. Apabila
dua jenis pengetahuan ini bertentangan satu sama lain maka ia memilih rasio. Dari pemikirannya
itu membuka cabang ilmu baru dalam dunia filsafat yaitu penemuannya tentang metafisika
sebagai cabang filsafat yang membahasa tentang yang ada.

2. Zeno
Lahir di Elea sekitar 490 SM. Ajarannya yang penting adalah pemikirannya tentang dialektika.
Dialektika adalah satu cabang filsafat yang mempelajari argumentasi.
3. Melissos
Lahir di Samos tanpa diketahui secara tepat tanggal kelahirannya. Ia berpendapat bahwa “yang
ada” itu tidak berhingga, maka menurut waktu maupun ruang.

D. Aliran Pluralis
1. Empedokles
Lahir di Akragas Sisislia awal abad ke-5 SM. ia menulis buah pikirannya dalam bentuk puisi. Ia
mengajarkan bahwa realitas tersusun dari empat anasir yaitu api, udara, tanah, dan air.

2. Anaxagoras
Lahir di Ionia di Italia Selatan. Ia berpendapat bahwa realitas seluruhnya bukan satu tetapi
banyak. Yang banyak itu tidak dijadikan, tidak berubah, dan tidak berada dalam satu ruang yang
kosong. Anaxagoras menyebut yang banyak itu dengan spermata (benih).

E. Aliran Atomis
Pelopor atomisme ada dua yaitu Leukippos dan Demokritos. Ajaran aliran filsafat ini ikut berusaha
memecahkan masalah yang pernah diajukan oleh aliran Elea. Aliran ini mengajukan konsep
mereka dengan menyatakan bahwa realitas seluruhnya bukan satu melainkan terdiri dari banyak
unsur. Dalam hal ini berbeda dengan aliran pluralisme maka aliran atomisme berpendapat bahwa
yang banyak itu adalah “atom” (a = tidak, tomos = terbagi).
F. Aliran Sofis
Sofisme berasal dari kata Yunani “sophos” yang berarti cerdik atau pandai. Tokoh-tokoh kaum
sofis adalah Protagoras, Grogias, Hippias, Prodikos, dan Kritias.

Anda mungkin juga menyukai