Anda di halaman 1dari 9

Filsafat Yunani Kuno

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umumnya pemikiran teoritis itu memiliki kaitan yang erat dengan lingkungan tempat
pemikiran itu dilakukan dan pemikiran teoritis itu permulaan lahirnya filsafat di Yunani pada
abad ke-6 sebelum masehi. Yunani merupakan tempat dimana pemikiran ilmiah mulai tumbuh
dan zaman itu lahirlah para pemikir yang mengarah dan menyebabkan filsafat itu dilahirkan.
Ciri-ciri umum filsafat Yunani adalah rasionalisme. Rasionalisme Yunani itu mencapai
puncaknya pada orang-orang sophis untuk melihat rasionalisme sofis perlu dipahami lebih
terdahulu latar belakangnya. Latar belakang itu terletak pada pemikiran filsafat yang ada
sebelumnya. Pada abad selanjutnya penulis akan membahas tentang filsafat pra sokrates filsafat
Sokrates beserta tokoh-tokohnya sekaligus pemikiran.
B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana proses filsafat Yunani kuno
2) Siapa saja tokoh-tokoh yunani pra sokrates
3) Bagaimana pemikiran zaman sokrates
C. Tujuan
1) Mengetahui pengertian filsafat yunani kuno
2) Memahami tokoh-tokoh yunani pra sokrates
3) Mengetahui perkembangan pemikiran filsafat Yunani kuno pra sokrates

BAB II
PEMBAHASAN
A. Filsafat Yunani Kuno
Periode Yunani Kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan demikian, karena
periode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir alam, dimana arah dan perhatian
pemikirannya kepada apa yang diamati disekitarnya. Mereka membuat pertanyaan tentang gejala
alam yang bersifat filsafati ( berdasarkan akal pikir ) dan tidak berdasarkan pada mitos. Mereka
mencari asas yang pertama dari alam semesta (Arche) yang sifatnya mutlak, yang berada
dibelaknag segala sesuatu yang serba berubah.

Para pemikir filsafat Yunani yang pertama berasal dari Miletos, sebuah kota perantauan
Yunani yang terletak dipesisir Asia kecil. Mereka kagum terhadap alam yang penuh nuansa dan
ritual dan berusaha mencari jawaban atas apa yang ada dibelakang semua misteri itu.
Sejarah awal munculnya khazanah pemikiran filsafat tidak bisa dilepaskan begitu saja dengan
kebudayaan dan peradaban Yunani. Pasalnya, dinegeri ini filsafat lahir dan berkembang hingga
mencengangkan peradaban dunia lain hingga abad ini. Karenanya, tak heran bila banyak pihak
mengkaji filsafat berawal dari sejarah peradaban Yunani kuno, lalu abad pertengahan,modern
sampai abad kontemporer seperti saat ini.
Berttran russell (1946), dalam bukunya History of Westerm Philoshopy,menengarai
munculnya filsafat di Yunani tersebut akibat kemahiran bangsa Yunani dalam merajut dan
menyempurnakan peradaban besar lainnya saat itu seperti Mesir dan Mesopotamia.[1] Yunani
lebih dikenal sebagai negeri yang tidak mempersoalkan perbedaan status sosial, seperti kasta
pendeta, ketimbag lainnya, dan iklim itulah yang membuat perkembanga pemikiran begitu pesat.
Hambatan lain jauh sebelm filsafat muncul, masyarakat Yunani masih menggantungkan diri
pada mitos, legenda, kepercayaan, dan agama untuk mencari jawaban atas pertanyaanpertanyaan tentang kehidupan mereka. Tetapi sekitar abad ke-7 SM, di Yunani mulai berkembang
suatu pendekatan yang sama sekali berlainan dibanding masa-masa sebelumnya, yaitu
pendekatan filsafat. Sejak saat itulah orang mulai mencari jawaban rasinonal tentang berbagai
problem yang dihadapi, termasuk beragam masalah mengenai alam semesta[2].
Peristiwa munculnya filsafat di Yunani terbilang sebagai peristiwa unik dan ajaib (The Greek
Miracle). Hal itu dipengaruhi oleh banyak faktor yanng mendahului dan seakan-akan
mempersiapkan lainnya filsafat di Yunani kuno. Dalam hal ini, K. Bertnes (1990) menyebutkan
ada 3 faktor yaitu[3]:
1. Mitos bangsa Yunani. Layaknya bangsa-bangsa besar lainnya, yunani juga memiliki banyak
mitologi. Mitologi tersebut dpat dianngap sebagai perintis yang mendahului filsafat.
2. Kesusastraan Yunani. Dua karya puisi Homeros yang berjudul Iliyas danOdyssea mempunyai
kedudukan istimewa dalam kesusastraan Yunani.
3. Pengaruh Ilmu pengetahuan. Orang yunani tentung berutang budi kepada bangsa lain dlam
menerima beberapa unsur ilmu pengetahuan.
B. Pra Sokrates: Filsafat Alam
Filsafat pra-sokrates ditandai oleh usaha mencari asal (asas) segala sesuatu ("arche" = ).
Tidakkah di balik keanekaragaman realitas di alam semesta itu hanya ada satu azas? Thales
mengusulkan: air, Anaximandros: yang tak terbatas, Empedokles: api-udara-tanah-air.
Herakleitos mengajar bahwa segala sesuatu mengalir ("panta rei" = selalu berubah), sedang
Parmenides mengatakan bahwa kenyataan justru sama sekali tak berubah. Namun tetap menjadi
pertanyaan: bagaimana yang satu itu muncul dalam bentuk yang banyak, dan bagaimana yang
banyak itu sebenarnya hanya satu? Pythagoras (580-500 sM) dikenal oleh sekolah yang
didirikannya untuk merenungkan hal itu. Democritus (460-370 sM) dikenal oleh konsepnya
tentang atom sebagai basis untuk menerangkannya juga. Zeno (lahir 490 sM) berhasil
mengembangkan metode reductio ad absurdum untuk meraih kesimpulan yang benar.[4]
Para filosof pada zaman ini diantaranya :
1) Thales ( 624 SM-546 SM )

Thales adalah seorang filsuf yang mengawali sejarah filsafat Barat pada abad ke-6 SM. Sebelum
Thales, pemikiran Yunani dikuasai cara berpikir mitologis dalam menjelaskan segala sesuatu. Pemikiran
Thales dianggap sebagai kegiatan berfilsafat pertama karena mencoba menjelaskan dunia dan gejalagejala di dalamnya tanpa bersandar pada mitos melainkan pada rasio manusia [5]. Ia juga dikenal
sebagai salah seorang dari Tujuh Orang Bijaksana (dalam bahasa Yunanihoi hepta sophoi), yang
oleh Aristoteles diberi gelar filsuf yang pertama. Selain sebagai filsuf, Thales juga dikenal sebagai
ahli geometri, astronomi, dan politik[6]. Bersama dengan Anaximandros dan Anaximenes, Thales
digolongkan ke dalamMazhab Miletos[7].
Thales tidak meninggalkan bukti-bukti tertulis mengenai pemikiran filsafatnya. Pemikiran Thales
terutama didapatkan melalui tulisan Aristoteles tentang dirinya. Aristoteles mengatakan bahwa Thales
adalah orang yang pertama kali memikirkan tentang asal mula terjadinya alam semesta [8]. Karena
itulah, Thales juga dianggap sebagai perintis filsafat alam (natural philosophy)[9].
Thales (624-546 SM) lahir di kota Miletus yang merupakan tanah perantauan orang-orang Yunani
di Asia Kecil. Situasi Miletos yang makmur memungkinkan orang-orang di sana untuk mengisi waktu
dengan berdiskusi dan berpikir tentang segala sesuatu.Hal itu merupakan awal dari kegiatan berfilsafat
sehingga tidak mengherankan bahwa para filsuf Yunani pertama lahir di tempat ini.
Thales adalah seorang saudagar yang sering berlayar ke Mesir. Di Mesir, Thales mempelajari ilmu
ukur dan membawanya ke Yunani. Ia dikatakan dapat mengukur piramida dari bayangannya saja. Selain
itu, ia juga dapat mengukur jauhnya kapal di laut dari pantai.Kemudian Thales menjadi terkenal setelah
berhail memprediksi terjadinya gerhana matahari pada tanggal 28 Mei tahun 585 SM. Thales dapat
melakukan prediksi tersebut karena ia mempelajari catatan-catatan astronomis yang tersimpan
di Babilonia sejak 747 SM.
Di dalam bidang politik, Thales pernah menjadi penasihat militer dan teknik dari Raja Krosus di Lydia.
Selain itu, ia juga pernah menjadi penasihat politik bagi dua belas kota Iona.

Thales termasuk ahli ilmu Astronomi. Ia berpendapat bahwa hakikat alam ini adalah air.
Segala-galanya berasal dari air. Bumi sendiri merupakan bahan yang sekaligus keluar dari air dan
kemudian terapung-apung diatasnya.
Pandangan yang demikian itu membawa kepada penyesuaian-penyesuain lain yang lebih
mendasar yaitu bahwa sesungguhnya segalanya ini pada hakikatnya adalah satu. Bagi Thales, air
adalah sebab utama dari segala yang ada dan menjadi
Akhir dari segala-galanya.
Ajaran Thales yang lain adalah bahwa tiap benda memiliki jiwa. Itulah sebabnya tiap benda
dapat berubah, dapat bergerak atau dapat hilang kodratnya masing-masing. Ajaran Thales tentang
jiwa bukan hanya meliputi benda-benda hidup tetapi meliputi benda-benda mati pula.
2) Anaximandros (610 SM-546 SM)
Anaximandros adalah seorang filsuf dari Mazhab Miletos dan merupakan murid dari Thales. Seperti
Thales, dirinya dan Anaximenes tergolong sebagai filsuf-filsuf dari Miletos yang menjadi perintis filsafat
Barat[10]. Anaximandros adalah filsuf pertama yang meninggalkan bukti tulisan berbentuk prosa. Akan
tetapi, dari tulisan Anaximandros hanya satu fragmen yang masih tersimpan hingga kini [11].

Anaximandros adalah seorang ahli astronomi dan ilmu bumi. Meskipun dia murid Thales namun ia
mempunyai prinsip dasar alam satu akan tetapi bukanlah dari jenis benda alam seperti air sebagai mana
yang dikatakan oleh gurunya. Prinsip dasar alam haruslah dari jenis yang tak terhitung dan tak terbatas
yang oleh dia disebut Apeiron yaitu zat yang tak terhingga dan terbatas dan tidak dapat dihirupkan tidak
ada persamaannya dengan apapun. Meskipun tentang teori asal mula kejadian alam tidak begitu jelas
namun dia adalah seorang yang cakap dan cerdas dia tidak mengenal ajaran islam atau yang lainnya.
Anaximandros berpendapat bahwa tidak mungkin mencari prinsip dasar tersebut dari zat yang empiris.
Prinsip dasar itu haruslah pada sesuatu yang lebih mendalam dan tidak dapat diamati oleh panca indera.
Anaximandros mengatakan bahwa prinsip dasar segala sesuatu adalah to apeiron.
To apeiron berasal dari bahasa Yunani a=tidak dan eras=batas. Ia merupakan suatu prinsip abstrak
yang menjadi prinsip dasar segala sesuatu. Ia bersifat ilahi, abadi, tak terubahkan, dan meliputi segala
sesuatu[12]. Dari prinsip inilah berasal segala sesuatu yang ada di dalam jagad raya sebagai unsurunsur yang berlawanan (yang panas dan dingin, yang kering dan yang basah, malam dan terang).
Kemudian kepada prinsip ini juga semua pada akhirnya akan kembali.
Dengan prinsip to apeiron, Anaximandros membangun pandangannya tentang alam semesta [13].
Menurut Anaximandros, dari to apeiron berasal segala sesuatu yang berlawanan, yang terus berperang
satu sama lain. Yang panas membalut yang dingin sehingga yang dingin itu terkandung di dalamnya. Dari
yang dingin itu terjadilah yang cair dan beku.Yang beku inilah yang kemudian menjadi bumi. Api yang
membalut yang dingin itu kemudian terpecah-pecah pula. Pecahan-pecahan tersebut berputar-putar
kemudian terpisah-pisah sehingga terciptalah matahari, bulan, dan bintang-bintang [14]. Bumi dikatakan
berbentuk silinder, yang lebarnya tiga kali lebih besar dari tingginya. Bumi tidak jatuh karena
kedudukannya berada pada pusat jagad raya, dengan jarak yang sama dengan semua benda lain [15].
Mengenai bumi, Thales telah menjelaskan bahwa bumi melayang di atas lautan. Akan tetapi, perlu di
jelaskan pula mengenai asal-mula lautan. Anamimandros menyatkan bahwa bumi pada awalnya dibalut
olah udara yang basah. Karena berputar terus-menurus, maka berangsur-angsur bumi menjadi kering.
Akhirnya, tinggalah udara yang basah itu sebagai laut pada bumi.
3. Anaximenes ( 585- 528 SM )
Anaximenes
adalah
seorang
filsuf
yang
berasal
dari
kota
Miletos,
sama
sepertiThales dan Anaximandros[16]. Anaximenes hidup sezaman dengan kedua filsuf tersebut, kendati
ia lebih muda dari Anaximandros. Ia disebut di dalam tradisifilsafat Barat, bersama dengan Thales dan
Anaximandros, sebagai anggotaMazhab Miletos. Anaximenes adalah teman, murid, dan pengganti dari
Anaximandros.
Anaximenes adalah tokoh terakhir tritunggal mazhab Milesian. Ia membuat beberapa kemajuan
penting. Ia beranggapan bahwa bunga berbentuk seperti meja bundar. Belakangan, anaximenes
merupakan tokoh yang memberi pengaruh besar terhadap pytagoras dan banyak pemikir spekulatif
lainnya.
Setelah anaximenes, tampaknya tidak ada lagi generasi pemikir dari daerah dan tradisi Miletus.
Namun demikian, ketiga pemikir yang lahir dari negeri itu telah mampu mengilhami banyak pemikir
selanjutnya. Karenanya, ketiga pemikir dan sumbangsih mahzab Milesian ini sangat diapresiasi oleh
banyak pemikir bukan karena apa yang telah mereka capai, namun karena apa yang mereka upayakan.
Kemunculan mereka didorong oleh hubungan antara pemikiran Yunani dengan babilonia dan Mesir.

Miletus adalah kota niaga yang makmur saat ini. Interaksi dengan bangsa lain tersebut berakibat positif
dengan mengikisnya sikap dan sifat primitif bangsa Yunani, khususnya Miletus.[17]
Pemikiran para filsuf dari Miletus tersebut memberikan dasar bagi lahirnya para filsuf di kemudian hari.
Setidaknya, ada beberapa pelajaran yang dapat diambil dari mereka. Pertama, tidak memercayai lagi
pada pengetahuan yang didasarkan pada mitos, legenda, kepercayaan dan agama. Kedua, pengetahuan
diperoleh melalui proses berfikir dan mengamati. Ketiga, asal-muasal segala sesuatu terdiri dari satu hal
yang tunggal.
4. Phytagoras ( 582-496 SM )
Phytagoras adalah matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal melalui teoremanya.
Belakangan, ia lebih dikenal sebagai Bapak Bilangan . Dia memberikan sumbangan penting terhadap
filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM. Kehidupan dan ajarannya tidak begitu jelas
disebabkan banyaknya legenda dan kisah-kisah buatan mengenai dirinya. [18]
Namun demikian, phytagoras dan murid-muridnya tetap percaya bahwa segala sesuatu di dunia ini
berhubungan dengan matematika, dan merasa bahwa segalanya dapat diprediksi dan diukur dalam
siklus beritme. Menurut dia,dasar segala sesuatunya ialah bilangan. Sehingga,orang yang tahu dan
mengerti betul akan bilangan, ia juga tahu akan segala sesuatu. Phytagoras adalah ahli ilmu pasti ahli
musik. Penyelidikan alamnya memang mendalam dan besar pengaruhnya dalam lingkungan ahli pikir
zamannya.
Phytagoras lahir di pulau Samos. Ia termasuk keturunan dari keluarga terpandang. Ayahnya bernama
Mnesarchos dan sebagian tokoh lain mengatakan dia keturunan dewa Appollo. Latar sosio cultural tentu
juga berpengaruh pada dirinya. Pada masa itu, Samos dipimpin oleh tiran yang bernama Polycrates,
seorang bandit tua yang menjadi kaya raya karena memiliki angkatan laut yang banyak dan kuat.
Pemimpin tiran ini seing kali merompak dan menghiraukan undang-undang yang berlaku, dan bahkan
membunuh dua saudaranya sendiri. Samos sendiri merupakan kota dagang besar yang bersaing ketat
dengan Miletus, tempat lahiernya Thales.
Phytagoras dikenal sebagai pribadi yang menarik, meski pemikiran filsafatnya agak membingungkan.
Karena dalam beberapa hal terkesan agak aneh. Lebih-lebih pemikiran phytagoras mengenai ajaran
agama. Ajarannya ia wujudkan dalam bentuk ordo keagamaan yang di berbagai tempat mampu
memperoleh kekuasaan atas Negara dan meneguhkan kekuasaan pendeta.
Beberapa peraturan yang tertera di ordo Phytagiorean tersebut adalah: berpantang makan buncis,
jangan memnungut sesuatu yang sudah jatuh, jangan menyentuh ayam jago putih, jangan meremukkan
roti, jangan melangkahi palang, jangan mengorek api dengan besi, jangan makan bungkahan roti yang
masih utuh, jangan, jangan memetik karangan bunga, jangan menduduki takaran kuart, jangan makan
jantung, jangan berjalan kaki di jalan raya, jangan biarkan burung wallet bersarang diatap rumah; jika
mengangkat periuk dari perapian, jangan sampai ada bekasnya diatas abu, sehingga abu harus dikorek;
jangan melihat cermin disamping cahaya; barang siapa bangun tidur, gulunglah alas tidurmu dan
hilangkanlah bekas badanmu disitu.
Semua petuah tersebut berasal dari konsepsi-konsepsi tabu primitif. Tak sedikit yang mengkritik
ajaran phytagoras tersebut. Diantaranya adalah conford dalam bukunya From Religion to Phylosophy,
dikemukakan bahwa mazhab Phytagoras merupakan arus utama tradisi mistik yang kita anggap
bertentangan dengan kecenderungan ilmiah.

Meski demikian, Phytagoras tetap menjadi tokoh berpengaruh pada para pemikir selanjutnya.
Malahan, model kombinasi Phytagoras hingga saat ini masih terus menjadi bahan acuan pemikiran.
Terutama kombinasi matematika dan teologi yang bermula dari Phytagoras tersebut. Buktinya, ia telah
menanamkan cirri pada filsafat yang bercorak religius di Yunani, di Abad pertengahan, dan zaman
modern hingga era Immanuel Kant. Hal tersebut bisa dilihat mengenai perpaduan yang mendalam antara
agama dan penalaran, antara moral dan logika yang memuliakan segala yang baka
5. Parminides (540-475 SM )
Parmenides lahir pada 540 SM di Elea, Italia Selatan. Di kota kelahirannya ia dikenal sebagai orang
besar yang ahli dalam bidang politik dan pernah memangku jabatan dalam pemerintahan. Meski begitu,
ia lebih dikenal bukan karena jabatannya, tapi karena sebagai ahli pikir yang melebihi siapapun dalam
masanya[19]. Parmenides membagi pengetahuan manusia menjadi dua, yaitu pengetahuan indra dan
pengetahuan budi. Pengetahuan indra adalah pengetahuan yang diperoleh manusia dari pengamatannya
terhadap realitas materi. Pengetahuan yang diperoleh melalui indra adalah pengetahuan semu, karena
pengetahuan tersebut perolehannya didasarkan pada berubahan dan gerak. Sementara pengetahuan
budi adalah pengetahuan yang dapat dipercaya dan benar karena perolehannya didasarkan pada
sesuatu yang tetap. Kenyataan yang benar hanya dapat diketahui dengan akal, bukan dengan
pengamatan indra.
Dengan

mengambil

objek alam,Parmenides

berpendapat

bahwa arche(materi

terdalam)

merupakan sesuatu yang bersifat tetap dan tidak berubah, serta hanya ada satu[20]. Yang ada itu tetap,
tak mungkin berubah, tak mungkin bergerak, juga tak mungkin kita kenal dan kita ketahui. Yang ada itu
ada. Inilah yang disebut kebenaran yang tidak mungkin dimungkiri. Mengenai yang ada orang dapat
mengemukakan dua pengandaian. Orang dapat mengemukakan bahwa yang ada itu tidak ada, atau
bahwa yang ada itu sekaligus ada dan tidak ada. Kedua pengandaian itu salah, bahwa yang ada itu
tidak ada, atau bahwa yang ada itu sekalidus ada dan tidak ada[21].
Mustahil bahwa yang ada itu tidak ada, dan bahwa yang tidak ada, itu ada. Yang tidak ada justru
tidak ada , dan yang tidak ada mustahil dapat dipikirkan atau dibicarakan. Yang dapat dipikirkan dan
dibicarakan hanya yang ada saja. Jelaslah bahwa yang ada itu ada, yang tidak ada itu tidak ada.
Jalan tengah tidak mungkin. Yang ada tidak mungkin menjadi tidak ada, dan yang tidak ada, tidak
mungkin menjadi ada. Oleh karena itu,yang dapat dipikirkan, maka berada dan berpikir adalah
sama,identik. Bagi Parmenides, ada dan berpikir itu sama [22].
Dengan uraian diatas, Parmenides mengingkari gerak, perubahan atau menjadi. Karena itu,
filsafatnya disebut filsafat ada.
6. Heraklitos (535-480 SM )
Heraklitos lahir dikota Ephesos. Ia termasuk salah seorang filsuf Yunani kuno pra-Socrates. Sunnguh
pun dia mempunyai pandangan sendiri yang berlainan dari pendirian filsuf-filsuf sebelumnya, ia juga
terpengaruh oleh alam pikir pilosof alam di Miletos. Pokok pikiran segala sesuatu berasal dari Api. Api
berubah terus,api adalah suatu hal yang chaotic[23].
Menurut Heraklitos, segala sesuatu yang ada di dunia ini pasti berubah. Tidak ada sesuatu yang tetap,
semuanya dalam keadaan menjadi. Yang menjadi Archesegala sesuatu yang berasal dari api. Sifat dasar
api adalah berubah, terus bergerak, dan tidak tetap. Karena itu, yang menjadi sebab asal mula segala
sesuatu itu adalah gerak,perubahan, dan menjadi itu. Semuanya lewat dan tidak ada yang tetap.

Pendapat ini dirumuskan dengan istilah panta rhei, semua mengalir. Satu-satunya realitas adalah
perubahan,tak terdapat yang tetap, realitasnya adalah berubah atau menjadi itu.
Karena itu, filsafat Heraklitos disebut filsafat menjadi. Tidak ada sesuatu pun yang betul-betul berada,
sebab semuanya menjadi. Segala sesuatu yang ada bergerak terus-menerus, bergerak secara abadi.
Segala sesuatu berlalu dan tidak ada sesuatu yang tetap. Perubahan terjadi dengan tiada hentinya.
Seluruh kenyataan adalah arus sungai. Orang tidak mungkin turun dua kali dalam arus sungai yang
sama. Sebab, air sungai itu terus berlalu, mengalir, dan berganti-ganti. Demikian juga dengan segala
sesuatu. Tidak ada yang tetap. Hakikat segala sesuatu adalah menjadi [24].

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemikiran teoritis itu permulaan lahirnya filsafat di Yunani pada abad ke-6 SM. Yunani merupakan ilmiah mulai
tumbuh dan zaman itu lahirnya para pemikir yang mengarah dan menyebabkan filsafat itu dilahirkan. Sejarah

awal munculnya khazanah pemikiran filsafat tidak bisa dilepaskan begitu saja dengan
kebudayaan dan peradaban Yunani. Pasalnya, dinegeri ini filsafat lahir dan berkembang hingga
mencengangkan peradaban dunia lain hingga abad ini. Yunani lebih dikenal sebagai negeri yang
tidak mempersoalkan perbedaan status sosial, seperti kasta pendeta, ketimbag lainnya, dan iklim
itulah yang membuat perkembanga pemikiran begitu pesat.
Periode Pra Sokrates
Thales
Anaximandros
Anaximenes
Phytagoras
Parminedes
Heraclitos
Thales termasuk seseorang yang mengembangkan ahli astronomi dan matematika. Pemikiran Thales dianggap
sebagai kegiatan berfilsafat pertama karena mencoba menjelaskan dunia dan gejala-gejala di dalamnya tanpa
bersandar pada mitos melainkan pada rasio manusia. Ajaran Thales yang lain adalah bahwa tiap benda

memiliki jiwa. Itulah sebabnya tiap benda dapat berubah, dapat bergerak atau dapat hilang
kodratnya masing-masing. Ajaran Thales tentang jiwa bukan hanya meliputi benda-benda hidup
tetapi meliputi benda-benda mati pula.
Anaximandros termasuk ahli astronomi dan ilmu bumi, sehinnga ia adalah orang pertama yang menbuat peta

bumi. Anaximandros juga filsuf pertama yang meninggalkan bukti tulisan berbentuk prosa.
Anaximenes termasuk tokoh terakhir tritunggal madzhab Milesien, Ia beranggapan bahwa bunga berbentuk seperti
meja bundar. Ia merupakan tokoh yang memberi pengaruh besar terhadap phytagoras dan banyak pemikir spekulatif
lainnya.

Phytagoras adalah orang yang mengembangkan pokok soal matematika yang termasuk teori bilangan. ia lebih
dikenal sebagai Bapak Bilangan . Dia memberikan sumbangan penting terhadap filsafat dan ajaran keagamaan
pada akhir abad ke-6 SM. Menurut dia,dasar segala sesuatunya ialah bilangan. Sehingga,orang yang tahu dan

mengerti betul akan bilangan, ia juga tahu akan segala sesuatu.


Parminides orang yang pertama kali memikirkan hakikat tentang ada. Parmenides membagi pengetahuan manusia
menjadi dua, yaitu pengetahuan indra dan pengetahuan budi. Ia dikenal sebagai orang besar yang ahli dalam bidang
politik dan pernah memangku jabatan dalam pemerintahan. Meski begitu, ia lebih dikenal bukan karena jabatannya,

tapi karena sebagai ahli pikir yang melebihi siapapun dalam masanya.
Menurut Heraklitos, segala sesuatu yang ada di dunia ini pasti berubah. Tidak ada sesuatu yang tetap, semuanya
dalam keadaan menjadi . Heraclitos termasuk orang yang mengenukakan bahwa segala sesuatunya (yang ada itu)
sedang menjadi dan selalu berubah.

DAFTAR PUSTAKA

Russel Berttrand, history of Western Phyloshopy (london:George Allen and Unwin Ltd., 1946), hlm.3.
Ahmad tafsir,Filsafat umum (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1990), 5-18.
Komparasikan dengan sudarsono, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar(Jakarta: Rineka Cipta, 1993).
Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005). Hml 153.
http://kuliahfilsafat.blogspot.com/2009/08/filsafat-zaman-yunani-kuno.html
L. Tjahjadi Simon Petrus. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 21-23.
S. Praja Juhaya. 2005. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Jakarta: Kencana. Hal. 71-75.12.
L. Tjahjadi Simon Petrus. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 21-23. K. Bertens.
1990. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakart: Kanisius. Hal. 26-28.
S. Praja Juhaya. 2005. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Jakarta: Kencana. Hal. 71-75.
Kirahan Richard Mc. 2003. "Presocratic Philosophy". In The Blackwell Guide to Ancient Philosophy. Christopher
Shields (Ed.). Malden: Blackwell Publishing. P. 5-6.
L. Tjahjadi Simon Petrus. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 21-22.
K. Bertens. 1990. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 28-31.
L. Tjahjadi Simon Petrus. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 21-22.
Smith Linda, Raeper William. 2000. Ide-Ide Filsafat dan Agama Dulu dan Sekarang. Yogyakarta: Kanisius. Hal
10-11.
Kirahan Richard Mc. 2003. "Presocratic Philosophy". In The Blackwell Guide to Ancient Philosophy. Christopher
Shields (Ed.). Malden: Blackwell Publishing. P. 5-6.
Smith Linda, Raeper William. 2000. Ide-Ide Filsafat dan Agama Dulu dan Sekarang. Yogyakarta: Kanisius. Hal
10-11.
L. Tjahjadi Simon Petrus. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 22-23.
Russel Bertrand, History of Western Phyloshopy...hml. 36-37.
Surajiyo, Ilmu Filsafat... hml. 118 dan Poedjawijatna, Pembimbing ke Arab...Hlm. 23.
Syadali Ahmad dan Mudzakir, Filsafat Umum (Bandung: Pustaka setia, 2004), hlm. 54-55; Surajiyo, Ilmu
Filsafat...hml. 118; dan Poedjawijatna,Pembimbing ke Arab...hml.22-27.
Suhartono Suparlan, Sejarah Pemikiran Filsafat Modern (Yogyakarta: Ar-Ruzz,2005), hml. 42.
Hadiwijono Harun, Sari Sejarah Filsafat Barat 1 (Yogyakarta: kanisius, 1994), hml. 23-24.

Hadiwijoyono Harun, Sari Sejarah Filsafat Barat 1...hml. 23-24.


Surajiyo, Ilmu filsafat..hml. 118; Poedjawijatna, Pembimbing ke Arab...hml. 24.
Hadiwijono Harun, Sari Sejarah Filsafat...hml. 22.

[1] Berkembangya peradaban Yunani banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal.


Berttrand Russel, history of Western Phyloshopy (london:George Allen and Unwin Ltd., 1946), hlm.3.
[2] Ahmad tafsir,Filsafat umum (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1990), 5-18.
Komparasikan dengan sudarsono, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar (Jakarta: Rineka Cipta, 1993).
[3] Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005). Hml 153.
[4] http://kuliahfilsafat.blogspot.com/2009/08/filsafat-zaman-yunani-kuno.html
[5] Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 21-23.
[6] Juhaya S. Praja. 2005. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Jakarta: Kencana. Hal. 71-75.12.
[7] Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 21-23. K. Bertens.
1990. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakart: Kanisius. Hal. 26-28.
[8] Juhaya S. Praja. 2005. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Jakarta: Kencana. Hal. 71-75.
[9] Richard McKirahan. 2003. "Presocratic Philosophy". In The Blackwell Guide to Ancient Philosophy.
Christopher Shields (Ed.). Malden: Blackwell Publishing. P. 5-6.
[10] Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 21-22.
[11] K. Bertens. 1990. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 28-31.
[12] Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 21-22.
[13] Linda Smith, William Raeper. 2000. Ide-Ide Filsafat dan Agama Dulu dan Sekarang. Yogyakarta: Kanisius.
Hal 10-11.
[14] Richard McKirahan. 2003. "Presocratic Philosophy". In The Blackwell Guide to Ancient Philosophy.
Christopher Shields (Ed.). Malden: Blackwell Publishing. P. 5-6.
[15] Linda Smith, William Raeper. 2000. Ide-Ide Filsafat dan Agama Dulu dan Sekarang. Yogyakarta: Kanisius.
Hal 10-11.
[16] Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 22-23.
[17] Bertrand russel, History of Western Phyloshopy...hml. 36-37.
[18] Surajiyo, Ilmu Filsafat... hml. 118 dan Poedjawijatna, Pembimbing ke Arab...Hlm. 23.
[19] Ahmad Syadali dan Mudzakir, Filsafat Umum (Bandung: Pustaka setia, 2004), hlm. 54-55;
Surajiyo, Ilmu Filsafat...hml. 118; dan Poedjawijatna,Pembimbing ke Arab...hml.22-27.
[20] Suparlan Suhartono, Sejarah Pemikiran Filsafat Modern (Yogyakarta: Ar-Ruzz,2005), hml. 42.
[21] Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 1 (Yogyakarta: kanisius, 1994), hml. 23-24.
[22] Harun Hadiwijoyono, Sari Sejarah Filsafat Barat 1...hml. 23-24.
[23] Surajiyo, Ilmu filsafat..hml. 118; Poedjawijatna, Pembimbing ke Arab...hml. 24.
[24] Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat...hml. 2

Anda mungkin juga menyukai