Anda di halaman 1dari 7

IBNU THUFAIL

RIWAYAT HIDUP, KARYA DAN PEMIKIRANNYA

MAKALAH

Tugas ini disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Filsafat Islam
Dosen Pengampu : Dr. H. Yusuf Suyono

Disusun oleh:
Vika Fitrotul Uyun (0844111014)

FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO

[1]
SEMARANG

2009

IBNU THUFAIL
RIWAYAT HIDUP, KARYA DAN PEMIKIRANNYA

I. PENDAHULUAN
Ibnu Thufai adalah salah satu filsuf yang terpikat oleh pemikiran-pemikiran
Yunani dan berusaha menyelaraskan dengan ajaran Islam. Karya monumental yang
berjudul Hayy Bin Yaqzhan membuktikan hal itu. Tulisan ini sendiri berposisi
untuk mengungkapkan jejak-jejak Hellenisme dalam pikiran Ibnu Thufai dalam
konteks upaya penyelarasannya dengan ajaran Islam.
Oleh karena itu, makalah dibawah ini, akan menjelasakan tentang
pandangan Ibnu Thufai.1

II. PEMBAHASAN
A. Riwayat Hidup Ibnu Thufail
Nama lengkap Ibnu Thufail adalah Abu Bakar Muhammad Ibnu Abd al-
Malik Ibnu Muhammad Ibnu Thufail (latin, Abubacer) pemuka besar pertama
pemikiran filosofis Muwahhid dari Spanyol. Ia dilahirkan di Guadix, provinsi
Granada, ia termauk dalam keluarga suku arab terkemuka Qais. Dalam bahasa
latin ia lebih populer dengan sebutan Abu Bacer. Ibnu Thufail meninggal di
Maroko pada tahun 581 H/1185 M.
Ibnu Thufail memiliki disiplin ilmu dalam berbagai bidang (all round).
Selain sebagai seorang filosof, ia juga ahli dalam ilmu kedokteran, matematika,
astonomi dan penyair yang sangat terkenal dari dinasti Al-Muwahhid spanyol.
Ia mulai karirnya menjadi dokter praktek di Granada. Lewat ketenarannya
sebagai dokter, ia di angkat menjadi sekretaris Gubernur di Provinsi itu,
kemudian ia diangkat menjadi sekretaris pribadi Gubernur Geuta dan Tanqier
oleh putra al-Mu’min (penguasa al-Muwaddin Spanyol), setelah itu ia diangkat
menjadi dokter pemerintahan dan sekaligus menjadi Qodhi’.2
1 Ahmad Zainal Hamdi, Tujuh Filsuf Muslim, Yoyakarta: Pustaka Pesantren, 2004.
2 Prof. Dr. H. Sirajjuddin, MA. Filsafat Islam Filosof dan Filsafatnya, Yogyakarta: PT. Raja
B. Karya-karya Ibnu Thufai
Ibnu Thufail adalah seorang dokter, filsuf, ahli matematika dan penyair
yang sangat terkenal dari Muwaddin Spanyol, tapi sayangnya hanya sedikit
sekali karya-karyanya yag dikenal orang.
Miguel Casiri (1122 H/1710 M-1205 H/1790 M) menyebutkan dua
karya yang masih ada, yaitu: Risalah hay Ibn Yaqzhan dan Asrar al-Hikmah al-
Mashriqiyyah, yang disebu terakhir ini berbentuk naskah. Kata pengantar dari
Asror menyebutkan bahwa itu hanya merupakan satu bagian dari risalah Hayy
Ibn Yaqzhan fi Asror al-Hikmah al-Mashriqiyyah.3
Kata Ibnu Thufail ini merupakan suatu kreasi yang unik dari pemikiran
filsafatnya. Sebelumnya, judul ini telah diberikan oleh Ibn Sina kepada salah
satu karya esoteriknya, tapi Ibnu Thufail berhasil menjadikan kisah ini menjadi
kisah roman filosofis yang unik. Ketajaman filosofisnya yang menandai
kebenaran kisah ini dan ia menjadikannya salah satu kisah yang paling asli dan
paling indah pada abad pertengahan. Hal ini terbukti dengan banyaknya buku
ini diterjemahkan kedalam bahasa ibrani, Latin, Inggris, Belanda, Prancis,
Spanyol. Bahkan pada zaman modern pun minat terhadap karya Ibnu Thufail
ini tetap ada.4
C. Sekilas Tentang Hayy Bin Haqzhan
Roman ini diawali dengan kisah seorang bayi yang dihanyutkan ibunya
(dalam versi lain, ia terlahir secara spontan karena keseimbangan unsure-unsur
tanah) dan diasuh oleh seekor rusa betina disebuah pulau yang tidak
berpenghuni, dibawah asuhan rusa tersebut, sibayi tumbuh layaknya anak
manusia kebanyakan, baik fisik maupun psikisnya. Dalam menggunakan
rasionya, ia mampu menangkap konsep-konsep filosofis sampai akhirnya ia
mencapai puncak pengalaman sekstase mistik.
Renungan filosofisnya berawal dari kematian rusa, “ibunya” yang

Grafindo Persada, 2007, hlm. 205.


3 M.M. Syarif, MA. “The Philosophers”, dari buku History of Muslim Philoshophy, Bandung:
Mizan, cet. I, 1985, hlm. 174-175.
4 Op.cit. hlm. 206-207.

[3]
setelah melakukan observasi terhadap jasad rusa yang telah mati tersebut. Ia
menemukan “sesuatu” yang menguasai tubuh, yaitu ruh hayawaniah. Tersusun
dari pengertian jismiah dan makna tambahan lain. Pengertian jismiah ini
dimiliki oleh semua benda, sedang makna tambahan ini dimiliki oleh kekhasan
oleh masing-masing benda. Dari sinilah Hayy menemukan an-Nafs (jiwa).
Dalam konteks filsafat aristotelianisme, jiwa adalah Form sedang ruh adalah
matter.5 Berarti lewat tulisannya ini Ibnu Thufail mendukung teori evolusis.
D. Pemikiran Ibnu Thufail
1. Metafisika (ketuhanan)
Tuhan menurut Ibnu Thufail adalah pemberi wujud pada semua
makhluk. Untuk membuktikan adanya Tuhan Ibnu Thufail mengemukakan
tiga argument, yaitu:
a) Argumen Gerak (al-Harokat).
Gerak ala mini menjadi bukti tentang adanya Allah, baik bagi orang
yang menyakini alam baharu (hadist), berarti ala mini sebelumnya tidak
ada, kemudian menjai ada. Oleh karena itu berarti ada penciptanya.
Pencipta inilah yang menggerakkan alam dari tidak ada menjadi ada
yang disebut dengan Allah. Tapi bagi orang yang menyakini alam
kadim, alam ini tidak didahului oleh tidak ada dan selalu ada, gerak ala
mini kadim, tidak berawal dan tidak berakhir, karena zaman tidak
mendahuluinya (tidak didahului oleh diam) adanya gerak ini
menunjukkan secara pasti adanya penggerak.
b) Argumen Materi (al-Madat)
Argument ini, menurut Ibnu Thufail dapat membuktikan adanya Allah,
baik yang menyakini alam kadim maupun hadistnya. Dalam hal ini Ibnu
Thufail mengemukakan pokok pikirannya yang terkait antara satu
dengan yang lainnya, yaitu:
1) Segala yang ada ini tersusun dai materi dan
benuk;
2) Setiap materi membutuhkan bentuk;
3) Bentuk tidak mungkin bereksistensi penggerak;
4) Segala yang ada (maujud) untuk berseksistensi
5 Ahmad Zaenul hamdi, Op.cit. hlm. 168-169.
membutuhkan pencipta.
Dengan argumen diatas dapat dibuktikan adanya Allah sebagai pencipta
ala mini, Ia Maha Kuasa, bebas memilih serta tidak berawal dan tidak
berakhir.
c) Argumen al-Gayyat dan al-Mayyat.
Pada argumen ini pernah dikemukakan oleh al-kindi dan Ibn Sina,
bahwa segala yang ada di ala mini mempunyai tujuan tertentu dan
merupakan inayah dari Allah.
2. Fisika
Menurut Ibnu Thufail ala mini kadim dan juga baharu. Alam kadim
karena Allah menciptakannya sejak azali, tanpa didahului oleh zaman
(taqaddum zamany), dilihat dari esensinya alam adalah baharu karena
terwujudnya alam (ma’lul) bergantung pada zat Allah (illat).
Pandangan menurut Ibnu Thufail ini merupakan kompromi antara pendapat
Aristoteles yang menyatakan alam kadim dengan ajaran kaum ortodok
Islam yang meyatakan alam baharu.
3. Jiwa
Menurut Ibnu Thufail jiwa manusia adalah makhluk yang tertinggi
martabanya. Menusia terdiri dari dua unsur , yakni jasad dan ruh (al-Madad
wa al-Ruh). Badan tersusun dari unsur-unsur, sedangkan jiwa tidak
tersusun. Jiwa bukan jisim dan juga bukan sesuatu daya yang ada didalam
jiwa. Setelah badan hancur (mengalami kematian) jiwa lepas dari badan,
dan selanjutnya jiwa yang pernah mengenal Allah selama dalam jasad akan
hidup dan kekal.
Menurut Ibnu Thufail jiwa terdiri dari tiga tingkat, yakni dari yang rendah
jiwa tumbuhan (al-Nafs al-Hayawaniyyah), kemudian tingkat jiwa yang
martabatnya lebih tinggi dari keduanya, yaitu jiwa manusia (al-Nafs al-
natiqat).
4. Epistimologi
Dalam epistimologi, Ibnu Thufail menjelaskan bahwa ma’rifat itu
dimulai dari panca indra. Dengan pengamatan dan pengalaman dapat
diperoleh pengetahuan indrawi, hal-hal yang bersifat metafisis dapat
diketahui dengan akal dan intuisi. Menurutnya ma’rifat di lakukan dengan
[5]
dua cara, yaitu:
a) Pemikiran/renungan akal, seperti yang dilakukan para
filsuf muslim;
b) Kasyf ruhani (tasawwuf), seperti yang biasa dilakukan
oleh kamu sufi. Ma’rifat kasyf ruhani ini dapat
diperoleh dengan latihan-latihan ruhani dengan penuh
kesungguhan.

5. Rekonsiliasi (Tawfiq) antara filsafat dan agama.


Melalui roman filsafat hayy ibn Yaqzhan, Ibnu Thufail menekankan
bahwa antara filsafat dan agama tidak bertentangan, dengan kata lain, akal
tidak bertentangan dengan wahyu, tetapi juga dapat diketahui dengan akal.
Dalam hal ini, Ibnu Thufail berusaha dengan penuh kesungguhan untuk
merekonsiliasikan antara filsafat dan agama. Hayy dalam roman filsafatnya,
ia lambangkan sebagai akal yang dapat berkomunikasi dengan Allah.
Sedangkan absal, ia lambangkan sebagai wahyu (agama) dalam bentuk
esoteris, yang membawa hakikat (kebenaran). Sementara salman, ia
lambangkan sebagai wahyu (agama) dalam bentuk eksoteris. Kebenaran
yang dikehendaki agama, karena sumbernya sama, yakni Allah SWT.6

III. KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Ibnu Thufail adalah seorang
Filosof yang memiliki disiplin ilmu dalam berbagai bidang, tetapi idak banyak
mempunyai karya-karya seperti filosof lainnya, hanya sedikit karya-karyanya yang
dikenal oleh orang. Kemudian pemikiran yang dihasilkan oleh Ibnu Thufail, yaitu:
metafisika, Fisika, Jiwa, Epistimologi dan Rekonsiliasi antara filsafat dan agama.

IV. PENUTUP
Demikian makalah ini kami susun, semoga bisa bermanfaat bagi kita semua.
Kami menyadari masih terdapat berbagai kekurangan di dalamnya, baik dari segi
susunan maupun isinya, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari anda
sekalian sebagai bahan pertimbangan kami dalam menyusun makalah kami di

6 Op.cit, hlm. 212-219.


kemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Zainal Hamdi, Tujuh Filsuf Muslim, Yoyakarta: Pustaka Pesantren, 2004.

Prof. Dr. H. Sirajjuddin, MA. Filsafat Islam Filosof dan Filsafatnya, Yogyakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2007.

M.M. Syarif, MA. “The Philosophers”, dari buku History of Muslim Philoshophy,
Bandung: Mizan, cet. I, 1985.

[7]

Anda mungkin juga menyukai