Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBAHASAN

A. Ibn Rusyd (526-595 H./1126-1198 M.)

Nama lengkapnya: Abdul Wahid Muhammad bin Ahmad bin Rusyd (di Eropa

terkenal dengan nama Averroes) seorang filosof kelahiran Cordova. Ia lahir dan dibesarkan

dalam keluarga ahli fiqh (hukum Islam). Ayahnya seorang hakim. Demikian juga datuknya

yang sangat terkenal ahli fiqh. Sang datuk dan cucunya mempunyai nama sama, Abul Walid.

Maka untuk membedakanya, sang datuk dipanggil Abu Walil al-Jadd (kakek), sedang sang

cucu disebut Abul-Walid al-Hafidz (cucu). Ibn Rusyd lahir di kota Cordova. Ia belajar Ilmu

fiqh, ilmu pasti dan ilmu kedokteran di Sevilla kemudian berhenti dan pulang.

1. riwayat hidup dan karya

Ibnu Rusyd adalah seorang filosof Islam yang cukup masyhur. Ia adalah Abdul Walid

Muhammad bin Ahmad ibn Rusyd, kelahiran Cordova pada tahun 520 H. Ia berasal dari

kalangan keluarga besar yang terkenal dengan keutamaan dan mempunyai kedudukan tinggi

di Andalusia (Spanyol). Ayahnya adalah seorang hakim, dan neneknya yang terkenal dengan

saebutan Ibn Rusyd Nenek (al-Jadd) adalah kepala hakim di Cordova.1

Pada Usia 18 tahun Ibn Rusyd bepergian ke Maroko, di mana ia belajar kepada Ibbn

Thufail. Ada dalam Ilmu Tauhid beliau berpegang kepada paham Asyariyah dan ini

membukakan jalan baginya untuk mempelajari Ilmu Filsafat. Ibnu Rusyd adalah seorang

1
Achmad Hanafi, MA; Pengantar Filsaf Islam; h : 165.
tokoh filsafat, agama, syariat dan kedokteran yang terkenal pada waktu itu. Beliau wafat di

Maroko pada tahun 1198.2

Pada mulanya Ibn Rusyd mendapat kedudukan yang baik dari Khalifah Abu Yusuf

Mansur (masa kekuasaannya 1148-1194 M) sehingga ia pada waktu itu Ibn Rusyd menjadi

raja semua pikiran, tidak ada pendapat kecuali pendapatnya, dan tidak ada kata-kata kecuali

kata-katanya. Akan tetapi, keadaan tersebut segera berubah karena ia dipersonanongratakan

oleh Al-Mansur dan dikurung di suatu kampung Yahudi bersama Alisanah sebagai akibat

fitnahan dan tuduhan telah keluar dari Islam yang dilancarkan oleh golongan penentang

filsafat, yaitu para fuqaha masanya.

Setelah beberapa orang terkemuka dapat meyakinkan Al-Mansur tentang kebersihan

dari Ibn Rusyd dari fitnahan dan tuduhan tersebut. Akan tetapi, tak lama kemudian fitnahan

dan tuduhan dilemparkan lagi pada dirinya, dan termakan pula. Sebagai akibatnya, kali ini ia

di asingkan ke negeri Maghribi (Maroko), buku-buku karangannya dibakar dan ilmu filsafat

tidak boleh lagi dipelajari. Sejak saat itu murid-muridnya bubar dan tidak berani lagi

menyebut-nyebut namanya.3

Karyanya terdiri dari 28 buku mengenai filsafat, 5 buku mengenai agama, 8 buku

mengenai hukum Islam dn 10 buku mengenai kedokteran. Dalam filsafat cara berpikir Ibnu

Sina disempurnakan oleh Ibnu Rusyd, sehingga pengaruhnya dalam filsafat Eropa lebih besar

dari pengaruh Ibnu Sina sendiri.4

2
Mr. Abdullah Siddiq; Islam dan Filsafat; h : 126-127.
3
Drs. Poerwantana, dkk; Seluk Beluk Filsafat Islam; h : 199.
4
Mr. Abdullah Siddiq; Loc. Cit.
Di dunia Islam sendiri Ibnu Rusyd lebih terkenal sebagai seorang filsuf yang

menentang Al-Ghazali. Bukunya yang khusus menentang filsafat Al-Ghazali, Tahafutul-

tahafut, adalah reaksi atas buku Al-Ghazali, Tahafut Fatasifah. Dalam bukunya itu Ibnu

Rusyd membela kembali pendapat-pendapat ahli filsafat Yunani dan Islam yang telah

diserang habis-habisan oleh Al-Ghazali. Segala dalil Al-Ghazali di sana dibantahnya.

Sebagai pembeli Aristoteles, tentu saja Ibnu Rusyd menolak prinsip ijraut-adat dari Al-

Ghazali. Dan seperti Al-Farabi dia juga mengemukakan prinsip kausal dari Aristoteles.

Di dunia Islam filsafat Ibnu Rusyd tidak berpengaruh besar. Oleh sebab itu namanya

tidak seharu nama Al-Ghazali. Malah, karena isi filsafatnya yang dianggap sangat

bertentangan dengan pelajaran agama Islam yang umum, Ibnu Rusyd dianggap orang Zindik.

Karena pendapatnya itu juga dia peranah dibuang oleh Khalifah Abu Yusuf (pengganti Abu

Yakub), diasingkan ke Lucena (Alisana).

Ibnu Rusyd banyak mengarang buku, tetapi yang asli berbahasa Arab sampai ke

tangan kita sekarang hanya sedikit. Sebagian adanya adalah buku-buku yang telah

diterjemahkan ke dalam Latin dan Yahudi. Diantara karangan-karangannya dalam soal

filsafat ialah:

a. Tahafutul-Tahafut.

b. Risalah fi Taalluqi Ilmillahi an Adami Taalluqihi bil-Juziat.

c. Tafsiru ma badath-Thabiat.

d. Fashlul-Maqal fi ma Bainal-himaah wasy-Syirah Minal-Ittishal.

e. Al-Kasyfu an Manahijil Adilag fi aqaidi Ahli Millah.

f. Naqdu Nadhrariyat Ibnu Sina Anil-Mukmin Lidzatihi wal-Mukmin Ligharihi.


g. Risalah fil-Wujudil-Azali wal-Wujudil-Muaqqat.

h. Risalah fil-Aqli wal-Maqulli.5

Karangannya meliputi berbagai-bagai Ilmu, seperti : fiqh, usul, bahasa, kedokteran,

astronomi, politik, akhlak dan filsafat. Tidak kurang dari 10.000 lembar yang telah

ditulisnya. Buku-bukunya adakalanya merupakan karangan sendiri, atau ulasan, atau

keringkasan. Karena sangat tinggi penghargaannya terhadap Aristoteles, maka tidak

mengherankan kalau ia memberikan perhatiannya yang besar untuk mengulaskan dan

meringkaskan filsafat Aristoteles. Buku-buku lain ysng telah diulasnya ialah buku-buku

karangan Platon, Iskandar Aphrodisias, Platinus, Galinus, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Ghazali

dan Ibnu Bajjah. Buku-bukunya yang lebih penting dan yang sampai kepada kita ada empat

yaitu:

1. Bidayatul-Mujtahid, ilmu fiqh. Buku ini bernilai tinggi, karena berisi perbandingan

madzhabi (aliran-aliran) dalam fiqh dengan menyebutkan alasan masing-masing.

2. Faslul-Maqal fi ma baina al-Hikmati was; Syariat min al-Ittisal (Ilmu Kalam). Buku

ini dimaksudkan untuk menunjukkan adanya persesuaian antara filsafat dan syariat,

dan juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman pada tahun 1895 M oleh

Muler, orientalis asal Jerman.

3. Manahij al-Adillah fi Aqaaidi Ahl al-Millah (Ilmu Kalam). Buku ini menerangkan

tentang pendirian aliran-aliran Ilmu Kalam dan kelemhan-kelemahannya, dan sudah

pernah di terjemahkan ke dalam bahasa Jerman juga oleh Muler, pada tahun 1895.

4. Tahfut at-Tahafut, suatu buku yang terkenal dalam lapangan filsafat dan Ilmu Kalam,

dan dimasukkan untuk membela filsafat dari serangan Al-Ghazali dalam bukunya

5
Drs. Poerwantana, dkk; Op. Cit; h : 200.
Tahafut al-Falasifah. Buku ini berkali-kali diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman, an

terjemahannya ke dalam bahasa Inggris oleh van den Berg terbit pada tahun 1952 M.6

2. peranan akal dalam filsafatnya

Ibnu Rusyd merupakan seorang filsuf Islam yang mementingkan akal daripada

perasaan. Menurutnya semua persoalan agama harus dipecahkan dengan kekuatan akal.

Dalam kitabnya, Fashul Maqal..., Ibnu Rusyd menandaskan bahwa logika harus dipakai

sebagai dasar segala penilaian tentang kebenaran. Dalam mempelajari agama, orang

harus belajar memikirkannya asecara logika tapi yang berhungan dengan agama.

Tujuan agama menurut Ibnu Rusyd bahwa pokok tujuan syariat Islam yang

sebenarnya ialah perbuatan yang benar dan amal perbuatan yang benar. Mengetahui

pengetahuan, menurut Ibnu Rusyd maksudnya untuk mengetahui dan mengerti adanya

Allah Taala serta segala alam maujudat ini pada hakikatnya yang sebenarnya apa

maksud syariat itu, dan mengerti apa pula sebenarnya yang dikehendaki dengan

pengertian kebahagiaan akhirat (surga) dan kecelakaan di akhirat (neraka).

Maksud dari amal yang benar ialah mengerjakan dan menjauhkan pekerjaan-

pekerjaan yang akan mengakibatkan penderitaan. Mengetahui tentang amal perbuatan

seperti inlah yang dinamakannya ilmu yang praktis.7

hukum sebab akibat (kausalitas) dan hubungannya dengan mukjizat

4. problem filsafat ibnu rusyd

Di dalam filsafat Ibnu Rusyd terdapat lima problem yang sangat mendasar, yaitu:

6
Achmad Hanafi, MA; Op. Cit; h : 165-166
7
Drs. Poerwantana, dkk; Op. Cit; h : 201.
1. Pengetahuan Tuhan terhadap soal-soal juziyat

Di dalam filsafat Ibnu Rusyd terdapat pertanyaan : Apakah Tuhan

mengetahuisegala rincian juziyat? Aristoteles berpendapat bahwa Tuhan tidaklah

mengetahui soal-soal juziyat. Halnya sama seperti seorang kepala negara yang tidak

mengetahui soaa-soal kecil di daerahnya. Pendapat Aristoteles ini didasarkan atas

argumen: yang menggerakkan itu, yakni Tuhan al-Mukharrik, merupakan akal yang

murni bahkan merupakan akal yang setinggi-tinginya. Untuk itu akal yang tertinggi

haruslah merupakan pengetahuan yang tertinggi pula agar ada persesuaian antara yang

mengetahui dan diketahui. Tidak ada suatu zat lain yang sama luhurnya dengan zat

Tuhan.

Sesuatu yang diketahui Tuhan menjadi sebab untuk adanya pengetahuan Tuhan.

Aristoteles menggambarkan sebagai kehidupan yang badai, sempurna dari segala segi,

dan sudah puas dengan kesempurnaan zat-Nya sendiri.

Argumen Aristoteles oleh Ibnu Sina disetujui, tetapi di bantah keras oleh Al-

Ghazali. Sekarang datang Ibnu Rusyd yang membela pendapat Aristoteles dan Ibnu Sina

ini dan menentang serangan-serangan Al-Ghazali terhadap kaum filsafat itu. Dalam

pembelaanya itu Ibnu Rusyd mengatakan bahwa mereka yang mendakwa ahli-ahli filsafat

yang memungkiri pengetahuan terhadap juziyat itu disebabkan karena mereka tidak dapat

memahami maksud ahli-ahli filsafat. Padahal maksud ahli-ahli filsafat itu ialah

pengetahuan Tuhan kepada juziyat sebagaimana pengetahuan yang dicapai oleh orang-

orang biasa.

Disini terlihat perbedaan besar antara Al-Ghazali dan Ibnu Rusyd. Al-Ghazali

bermaksud mempertahankan kemurnian agama, sedangkan Ibnu Rusyd bermaksud


mengadakan kompromi antara filsafat dan agama yang sepintas saling berlawanan satu

sama lain.8

2. Terjadinya alam maujudat dan perbuatannya

Bagaimana terjadinya alam manjudat ini dan amal perbuatannya? Bagi golongan

agama jawabannya sudah jelas. Mereka mengatakan semua itu adalah ciptaan Tuhan.

Semua benda maupun peristiwa, baik besar maupun kecil, Tuhanlah yang menciptakan

dan memelihara, setiap saat tah pernah lupa dan tak pernah lalai. Sebaliknya bagi

golongan filsafat menjawab persoalan itu harus ditinjau dengan akal pikiran. Diantara

mereka ada yang menyimpulkan bahwa materi itu menjadi benda-benda lain yang

beraneka ragam terdapat di dalam kekuatan itu sendiri secara otomatis. Artinya tidak

langsung dari Tuhan. Diantara ahli filsafat ada yang berpendapat bahwa materi itu kekal.

Materi terjadinya bukan dari tidak ada, melainkan dari keadaan yang potensial.

Aristoteles sendiri berpendapat bahwa substansi pertama dari materi itu

menyebabkan adanya substansi yang kedua tanpa berhajat bantuan zat lain di luar

dirinya. Ini berarti sebab dan akibat penciptaan amal dann materi itu seterusnya terletak

pada diri materi itu sendiri.

Ibnu Rusyd dapat menerima pendapat Aristoteles ini dengan menjelaskan

argumennya: Seandainya Tuhan itu menjadikan segala sesuatu dan peristiwa yang ada

ini, maka akibatnya ide tentang sebab dan akibat itu akan tidak ada artinya lain. Padahal,

seperti yang kita lihat sehari-hari, apapun yang terjadi senantiasa diliputi oleh hukum

8
Ibid; Op. Cit; h : 202-203.
sebab dan akibat. Misalnya api yang menyebabkan terbakar, dan air yang menyebabkan

basah.9

3. Keazalian dan keabadian alam

Apakah alam ini ada permulaan terjadinya atau tidak? Dalam hal in Ibnu Rusyd

mengemukakan bahwa alam ini azali tanpa permulaan. Dengan demikian berarti bahwa

bagi Ibnu Rusyd ada dua hal yang azali, yaitu Tuhan dan alam. Hanya keazalian itu

berbeda dari keazalian alam, sebab keazalian lebih utama dari keazalian alam. Untuk

membela pendapat ia mengeluarkan argumen: Seandainya alam ini tidak azali, ada

permulaannya maka ia hadits, mesti ada yang menjadikannya, dan yang menjadikannya

itu harus ada pula yang menjadikannya lagi. Jadi mustahil kalau alam itu hadits.

Oleh karena diantara Tuhan dengan alam ini ada hubungan meskipun tidak

sampai pada soal-soal rincian, padahal Tuhan azali dan Tuhan yang azali itu akan

berhubungan kecuali dengan yang azali pula, maka seharusnya alam ini azali meskipun

keazaliannya kurang utama daripada keazalian Tuhan.10

4. Gerak dan keazaliannya

Gerakan adalah suatu akibat karena setiap gerakan senantiasa mempunyai sebab

yang mendahuluinya. Kalau kita cari sebab itu, maka tidak akan kita temui sebab

penggeraknya pula. Begitulah seterusnya, tidak mungkin berhenti. Oleh sebab itu,

kewajiban kita menganggap bahwa sebab yang paling terdahulu atau sebab yang pertama

adalah sesuatu yang tidak bergerak. Gerakan itu dianggap tiada berawal dan tiada

9
Ibid; Op. Cit; h : 204.
10
Ibid; Op. Cit; h : 204-205.
berakhir, azal dan abad, dan sebab pertama atau penggerak pertama itulah yang disebut

Tuhan.

Ibnu Rusyd mengatakan bahwa meskipun Tuhan adalah sebab atau penggerak

yang pertama, Dia hanyalah menciptakan gerakan pada akal yanng pertama saja,

sedangkan gerakan-gerakannya selanjutnya disebabkan oleh akal-akal selanjutnya.

Menurut Ibnu Rusyd, tidak dapat dikatakan adanya pimpinan langsung dari Tuhan

terhadap peristiwa-peristiwa di dunia.11

5. Akal yang universal dan satu

Ibnu Rusyd dalam hal ini bertindak lebih radikal lagi aripada ahli-ahli filsafat

sebelumnya (Plato, Aristoteles, Al-Farabi, dan Ibnu Sina). Menurut Ibnu Rusyd akal itu

adalah suatu satu universal. Maksudnya buka saja akal yang aktif (active intelect, al-

aqual faal) adalah Esa dan Universal, tetapi juga akal kemungkinan, yakni akal

reseptif (al-aqlu vil-quwwah), adalah Esa dan universal, sama dan satu bagi semua orang.

Hak ini berarti bahwa segala akal dianggap sebagai monopsikisme. Menurut Ibnu

Rusyd akal kemungkinan barulah merupakan individu tertentu (diindiridualkan) atau di

takhsiskan tatkala dia berhubungan dengan suatu bentuk materi artau tubuh orang

perseorangan. Dan apabila seseorang meninggal dunia maka akal kemungkinan pun

sudah tidak ada lagi. Dengan kata lain, akala kepunyaan orang perseorangan tidak

mempunyai keabadian, tetapi akal yang abadi itu akal yang univesal, yakni asal sumber

an tempat kembalinya akal kemungkinan manusia individual.

Pengakuan Ibnu Rusyd tentang akal yang bersatu, sebab akal adalah mahkota

terpenting dari wujud roh manusia. Daengan kata lain akal itu hanyalah sebagai wujud

11
Ibid; Op. Cit; h : 206-207.
rohani yang membedakan jiwa manusaia atau mengutamakannya lebih dari jiwa hewan

dan tumbuh-tumbuhan. Maksud Ibnu Rusyd, roh universal itu adalah satu dan abadi.12

6. tinjauan metafisika ibnu rusyd

Ibnu Rusyd telah membahas tentang wujud Tuhan, sifat-sifatnya dan hubungan Tuhan

dengan alam. Ini merupakan tiga pokok pembahasan metafisika Ibnu Rusyd.disamping itu Ibnu

Rusyd meneliti berbagai golongan Islam dalam mencari Tuhan. Golongan tersebut terdiri dari

Asyariyah, Mutazilah, Batiniah, dan Hasywiah : masing-masing golongan tersebut memiliki

pandangan tersendiri tentang Tuhan. Disamping itu Ibnu Rusyd meninjau pemikiran Al-Ghazali.

Tentang Al-Ghazali, maka menurut Ibnu Rusyd, ia telah mengisi bukunya Tahafut al-

Falasifah dengan pikiran-pikiran sofistis, dan kata-katanya tidak sampai kepada tingkat

keyakinan serta tidak mencerminkan hasil pemahamannya terhadap filsafat itu sendiri.

Pembicaraan Al-Ghazali terhadap pikiran-pikiran filosof-filosof dengan cara demikian, tidak

pantas baginya, sebab tidak lepas dari satu dan dua hal. Pertama, ia sebenarnya memahami

pikiran-pikiran tersaebut, tetapi tidak disebutkan disini secara benar-benar dan ini adalah

perbuatan orang-orang buruk. Kedua, ia memang tidak memahami benar-benar, dan demikian ia

membicarakan sesuatu yang tidak dikuasainya, dan ini adalah perbuatan orang-orang bodoh.

Menurut Ibbnu Rusyd, kedua kemungkinan tersebut sebenarnya tidak terdapat pada Al-Ghazali.

Akan tetapi kedua balap kadang-kadang terantuk demikian kata pepatah. Dana bagi Al-

Ghazali, terantuknya itu ialah karena ia menulis buku Tahafutnya tersebut. Boleh jadi

penulisannya dilakukannya karena melayani selera masa dan lingkungannya.

12
Ibid, Loc. Cit.
Golongan Asyariah mengatakan bahwa kepercayaan tentang wujud Tuhan tidak lain

adalah melalui akal. Menurut Ibnu Rusyd, untuk ini mereka tidak menempuh jalan yang

ditunjukkan oleh syara karena berdasarkan baharunya alam atas tersusunnya dari bagian-bagian

yan tidak terbagi-bagi itu adalah baru.

Golongan Mutakallimin Asyariah mengatakan bahwa perbuatan yang baru adalah karena

kehendak yang qadim. Maka Ibnu Rusyd menjawab bahwa perkataan tersebut tidak dapat

diterima, karena iradah itu bukan perbuatan yang brhubungan dengan perkara yang dibuat,

Dengan demikian, maka jalan yang ditempuh oleh golongan Asyariah tentang barunya

alam tidak dapat dipahami orang-orang awam., tetapi juga tidak memuaskan bagi golongan

filosof, karena jalan tersebut bersifat jadali bukan burhani. Dengan kata lain, jalan tersebut tidak

teoretis burhani, bukan pula jalan dari syara yang meyakinkan. Jalan-jalan dari syara apabila

diteliti, maka mengandung dua syarat, yaitu meyakinkan dan bersahaja tidak tersusun, yakni

tidak banyak dasar-dasar pikirannya yang dengan sendirinya juga kesimpulannya bersahaja pula.

Mengenai Mutazillah, maka Ibnu Rusyd, sebagaimana yang diakuinya sendiri, tidak

mengetahui metode-metodenya, karena kitab-kitab dari golongan-golongan itu yang ampai di

Mutazilah tidak ada. Tampaknya metode mereka tidak berbeda dengan metode Asyariah.

Golongan Hasywiah berpendirian bahwa jalan mengetahui Tuhan ialah sama bukan akal.

Iman bagi mereka adalah mendengarkan apa yang dikatakan oleh syara tanpa mengusahakan

syara. Mereka jelas tidak emmenuhi maksud Syara yang mengajak untuk mempercayai wujud

Tuhan melalui dalil-dalil pikiran.

Mengenai golongan Tasawuf, maka menuut Ibnu Rusyd cara penelitian mereka bukan

bersifat pikiran, yakni terdiri dari dasar-dasar pikiran atau premisse-premissen dan kesimpulan,
karena merek mengira bahwa pengetahuan tentang Tuhan dan wujud-wujud lain diterima oleh

jiwa ketika sudah terlepas dari hambatan-hambatan kebendaan dan ketika pikirannya tertentu

kepada perkara yang dicarinya. Cara tersebut menurut Ibnu Rusyd yaitu sebagai makhluk yang

mempunyai pikiran dan diserukan memakai pemikirannya. Selain itu, jalan tersebut menyalahi

syara yang menyerukan pemakaian pikiran.13

Mengenai adanya Tuha, Ibnu Rusyd mengemukakan bahwa ada dua cara untuk

membuktikannya, yaitu : kedua cara ini dimulai dari manusia dan tidak dari alam, karena

manusia itu yang berpikiran. Dengan penelitian dan menyingkapan rahasia-rahsia alam oleh

akal,maka dalil Alquran maemperkuat adanya Tuhan.

Kata Ibnu Rusyd barang siapa yang hendak mengetahui Tuhan yang sebenarnya

harusalah mengadakan teori tentang benda-benda wujud. Seterusnya benda wujud dijadikan dan

segala benda yang dijadikan berkehendak kepada yang menjadikan.14

Pembahasan filsafat Ibnu Rusyd sangat banyak dan luas sekali kebenaran pembahasan

filsafatnya tadi dapat dilihat dalam beberapa cabang filsafat yang telah menjadi pemikirannya.

Karen aitulah pemikiran banayak dikenal da dikagumi baik diluar maupun sesama filosof Islam.

7. kritik ibnu rusyd teerhadap emanasionisme

8. pengaruh pemikiran ibnu rusyd di Eropa

9. corak pemikiran ibnu rusyd

Ajaran Ibnu Rusyd yang terkenal di Eropa yang disebut Averroism berpangkalan kepada

pikiran merdeka dan yang ditolak secara keras sekali oleh dunia Kristen Eropa, telah

13
Achmad Hanafi, NA; Op. Cit; h : 169-170.
14
Mr. Abdullah Siddiq; Op. Cit; h : 130-131.
mempengaruhi seluruh universitas Eropa untuk berabad-abad lamanya, sehingga menimbulka

zaman Renaissance dibenua Eropa. Menurut Roger Bacon sesudah Avicenna tampillah Averroes,

seorang sarjana yang membawa doktrinnya yang padat berisi, yang telah mengoreksi pendapat-

pendapat para filosof yang mendahuluinya dan sahamnya dalam hal ini adalah besar. Filsafat

Averroes lama diabadikan orang, ditolak dan diulang pembuktiannya oleh banyak sarjana yang

besar-besar, sekarang memang dalam mencapai pengakuan dengan suara bulat dari manusia-

manusia yang bijaksana.15

Ibnu Rusyd terkenal sebagai pengulas Aristoteles (Comentator), suatu gelar yang

diberikan oleh Dante(1265-1321) dalam bukunya Divina Commedia (komedi ketuhanan). Gelar

ini memang tepat untuknya karena pikiran-pikirannya mencerminkan usahanya yang keras untuk

mengembalikan pikitran-pikiran Aristoteles kepada kemurniannya yang semula, setelah

bercampur dengan unsur-unsur Platonisme yang cukup memburukkan dan yang dimasukkan oleh

pengulas-penguas (filosof-filosof) Iskandariah. Pada diri Ibnu Rusyd, dunia Islam mencapai titik

tertinggi dalam memahami filsafat Aristoteles, untuk kemudian menurun dan melenyap sesudah

itu.

Ibnu Rusyd memandang Aristoteles sebagai manusia sempurna dan ahli pikir terbesar

yang telah mencapai kebenaran yang tidak mungkin bercampur kesalahan. Ibnu Rusyd selama

hidupnya berkeyakinan bahwa filsafat Aristoteles apabila dipahami sebaik-baiknya, maka tidak

akan berlawanan dengan pengetahuan tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia, bahkan

perkembangan manusia telah mencapai tingakat yang tertinggi pada diri Aristoteles sehingga

tidak ada orang yang melebihinya.

15
Mr. Abdullah Siddiq; Op. Cit; h : 127.
Keberatan dan keragu-raguan terhadap Aristoteles sedikit demi sedikit hilang, karena ia

adalah manusia luar biasa. Seolah-olah ilham Tuhan menghendaki agar Aristoteles menjadi

teladan bagi otak manusia yang tertinggi dan adanya kesanggupan manusia untuk mendekati otak

universal, sehingga Ibnu Rusyd lebih suka menambahnya Filosof Ketuhanan (al-failasuf al-

Ilahi). Kekaguman Ibnu Rusyd terhadap filosof itu kita dapati dalam pendahuluan bukunya at-

Thabiah (fisika) dan dalam beberapa tempat dari Tahafut at-Tahafut.

Karena Ibnu Rusyd tidak mengerti bahasa Yunani, maka dalam mempelajari pikiran-

pikiran Aristoteles, ia memakai terjemahan buku-buku Aristoteles asli dan terjemahan ulasan-

ulasannya. Ia berusaha keras untuk menjelaskan pikiran-pikiran Aristoteles yang masih gelap dan

memperbandingkannya satu sama lain.

Hal ini dapat dipahami kalau ingat bahwa terjemahan-terjemahannya yang dipakainya itu

tidak sanggup menyatakan dengan teliti terhadap pikiran-pikiran Aristoteles yang terdapat dalam

bahasa Yunani, terutama pikiran-pikirannya yang baik, yang hingga sekarang masih

diperselisihkan penafsirannya dikalangan pengulan Aristoteles. Bagaimanapun, Rusyd bukan

hanya sekedar pengulas, melainkan ia juga seorang filosof yang mempunyai kepribadian sendiri

dan kebebasan berpikir. Sesuai dengan ciri akal manusia pada umumnya.

Ketika mula-mula memasuki lapangan filsafat, ia tidak bermaksud untuk membentuk

suatu aliran filsafat tersendiri, karena kekagumannya terhadap Aristoteles demikian besarnya,

sehingga dianggapnya sebagai contoh kesempurnaa, dan berpendirian bahwa setiap usaha ke

arah m\pembentukan suatu aliran filsafat sesudahnya tidak berguna, karena setiap orang yang

mengusahakan demikian, selalu mengalami kegagalan, disebabkan karena hanya Aristoteles

semata-semata yang terpilih oleh Tuhan unutuk memiliki filsafat. Tapi kenyataan yang terjadi
berbalik dan disebabkan dua hal. Pertama, filsafat Aristoteles yang datang kepadanya adalah

melalui aliran Neo-Platonisme dan filosof-filosof Iskandariah. Kedua, banyak pikiran-pikiran

Aristoteles yang masih belum jelas dan berbelit-belit pula cara memahaminya. Dua sebab inilah

yang menyebabkan Ibnu Rusyd mempunyai aliran filsafatnya sendiri.16

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Fuad Al-Ahwani, Dr. 1985. Filsafat Islam. Jakarta : Pustaka Firdaus.

H. Sirajuddin Zar, M.A. Prof. Dr. Filsafat Islam (Filosof dan Filsafatnya). Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada.

16
Achmad Hanafi, MA; Op. Cit; h : 166-167
Ahmad Daudy, M.A. Dr. 1984. Segi-segi pemikiran Falsafi dalam Islam. Jakarta : P.T. Bulan

Bintang.

Leaman Oliver. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta : Rajawali Pers.

Madkour Ibrahim. 1988. Filsafat Islam (Metode dan penerapan). Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada.

Anda mungkin juga menyukai