PEMBAHASAN
Nama lengkapnya: Abdul Wahid Muhammad bin Ahmad bin Rusyd (di Eropa
terkenal dengan nama Averroes) seorang filosof kelahiran Cordova. Ia lahir dan dibesarkan
dalam keluarga ahli fiqh (hukum Islam). Ayahnya seorang hakim. Demikian juga datuknya
yang sangat terkenal ahli fiqh. Sang datuk dan cucunya mempunyai nama sama, Abul Walid.
Maka untuk membedakanya, sang datuk dipanggil Abu Walil al-Jadd (kakek), sedang sang
cucu disebut Abul-Walid al-Hafidz (cucu). Ibn Rusyd lahir di kota Cordova. Ia belajar Ilmu
fiqh, ilmu pasti dan ilmu kedokteran di Sevilla kemudian berhenti dan pulang.
Ibnu Rusyd adalah seorang filosof Islam yang cukup masyhur. Ia adalah Abdul Walid
Muhammad bin Ahmad ibn Rusyd, kelahiran Cordova pada tahun 520 H. Ia berasal dari
kalangan keluarga besar yang terkenal dengan keutamaan dan mempunyai kedudukan tinggi
di Andalusia (Spanyol). Ayahnya adalah seorang hakim, dan neneknya yang terkenal dengan
Pada Usia 18 tahun Ibn Rusyd bepergian ke Maroko, di mana ia belajar kepada Ibbn
Thufail. Ada dalam Ilmu Tauhid beliau berpegang kepada paham Asyariyah dan ini
membukakan jalan baginya untuk mempelajari Ilmu Filsafat. Ibnu Rusyd adalah seorang
1
Achmad Hanafi, MA; Pengantar Filsaf Islam; h : 165.
tokoh filsafat, agama, syariat dan kedokteran yang terkenal pada waktu itu. Beliau wafat di
Pada mulanya Ibn Rusyd mendapat kedudukan yang baik dari Khalifah Abu Yusuf
Mansur (masa kekuasaannya 1148-1194 M) sehingga ia pada waktu itu Ibn Rusyd menjadi
raja semua pikiran, tidak ada pendapat kecuali pendapatnya, dan tidak ada kata-kata kecuali
oleh Al-Mansur dan dikurung di suatu kampung Yahudi bersama Alisanah sebagai akibat
fitnahan dan tuduhan telah keluar dari Islam yang dilancarkan oleh golongan penentang
dari Ibn Rusyd dari fitnahan dan tuduhan tersebut. Akan tetapi, tak lama kemudian fitnahan
dan tuduhan dilemparkan lagi pada dirinya, dan termakan pula. Sebagai akibatnya, kali ini ia
di asingkan ke negeri Maghribi (Maroko), buku-buku karangannya dibakar dan ilmu filsafat
tidak boleh lagi dipelajari. Sejak saat itu murid-muridnya bubar dan tidak berani lagi
menyebut-nyebut namanya.3
Karyanya terdiri dari 28 buku mengenai filsafat, 5 buku mengenai agama, 8 buku
mengenai hukum Islam dn 10 buku mengenai kedokteran. Dalam filsafat cara berpikir Ibnu
Sina disempurnakan oleh Ibnu Rusyd, sehingga pengaruhnya dalam filsafat Eropa lebih besar
2
Mr. Abdullah Siddiq; Islam dan Filsafat; h : 126-127.
3
Drs. Poerwantana, dkk; Seluk Beluk Filsafat Islam; h : 199.
4
Mr. Abdullah Siddiq; Loc. Cit.
Di dunia Islam sendiri Ibnu Rusyd lebih terkenal sebagai seorang filsuf yang
tahafut, adalah reaksi atas buku Al-Ghazali, Tahafut Fatasifah. Dalam bukunya itu Ibnu
Rusyd membela kembali pendapat-pendapat ahli filsafat Yunani dan Islam yang telah
Sebagai pembeli Aristoteles, tentu saja Ibnu Rusyd menolak prinsip ijraut-adat dari Al-
Ghazali. Dan seperti Al-Farabi dia juga mengemukakan prinsip kausal dari Aristoteles.
Di dunia Islam filsafat Ibnu Rusyd tidak berpengaruh besar. Oleh sebab itu namanya
tidak seharu nama Al-Ghazali. Malah, karena isi filsafatnya yang dianggap sangat
bertentangan dengan pelajaran agama Islam yang umum, Ibnu Rusyd dianggap orang Zindik.
Karena pendapatnya itu juga dia peranah dibuang oleh Khalifah Abu Yusuf (pengganti Abu
Ibnu Rusyd banyak mengarang buku, tetapi yang asli berbahasa Arab sampai ke
tangan kita sekarang hanya sedikit. Sebagian adanya adalah buku-buku yang telah
filsafat ialah:
a. Tahafutul-Tahafut.
c. Tafsiru ma badath-Thabiat.
astronomi, politik, akhlak dan filsafat. Tidak kurang dari 10.000 lembar yang telah
meringkaskan filsafat Aristoteles. Buku-buku lain ysng telah diulasnya ialah buku-buku
karangan Platon, Iskandar Aphrodisias, Platinus, Galinus, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Ghazali
dan Ibnu Bajjah. Buku-bukunya yang lebih penting dan yang sampai kepada kita ada empat
yaitu:
1. Bidayatul-Mujtahid, ilmu fiqh. Buku ini bernilai tinggi, karena berisi perbandingan
2. Faslul-Maqal fi ma baina al-Hikmati was; Syariat min al-Ittisal (Ilmu Kalam). Buku
ini dimaksudkan untuk menunjukkan adanya persesuaian antara filsafat dan syariat,
dan juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman pada tahun 1895 M oleh
3. Manahij al-Adillah fi Aqaaidi Ahl al-Millah (Ilmu Kalam). Buku ini menerangkan
pernah di terjemahkan ke dalam bahasa Jerman juga oleh Muler, pada tahun 1895.
4. Tahfut at-Tahafut, suatu buku yang terkenal dalam lapangan filsafat dan Ilmu Kalam,
dan dimasukkan untuk membela filsafat dari serangan Al-Ghazali dalam bukunya
5
Drs. Poerwantana, dkk; Op. Cit; h : 200.
Tahafut al-Falasifah. Buku ini berkali-kali diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman, an
terjemahannya ke dalam bahasa Inggris oleh van den Berg terbit pada tahun 1952 M.6
Ibnu Rusyd merupakan seorang filsuf Islam yang mementingkan akal daripada
perasaan. Menurutnya semua persoalan agama harus dipecahkan dengan kekuatan akal.
Dalam kitabnya, Fashul Maqal..., Ibnu Rusyd menandaskan bahwa logika harus dipakai
sebagai dasar segala penilaian tentang kebenaran. Dalam mempelajari agama, orang
harus belajar memikirkannya asecara logika tapi yang berhungan dengan agama.
Tujuan agama menurut Ibnu Rusyd bahwa pokok tujuan syariat Islam yang
sebenarnya ialah perbuatan yang benar dan amal perbuatan yang benar. Mengetahui
pengetahuan, menurut Ibnu Rusyd maksudnya untuk mengetahui dan mengerti adanya
Allah Taala serta segala alam maujudat ini pada hakikatnya yang sebenarnya apa
maksud syariat itu, dan mengerti apa pula sebenarnya yang dikehendaki dengan
Maksud dari amal yang benar ialah mengerjakan dan menjauhkan pekerjaan-
Di dalam filsafat Ibnu Rusyd terdapat lima problem yang sangat mendasar, yaitu:
6
Achmad Hanafi, MA; Op. Cit; h : 165-166
7
Drs. Poerwantana, dkk; Op. Cit; h : 201.
1. Pengetahuan Tuhan terhadap soal-soal juziyat
mengetahui soal-soal juziyat. Halnya sama seperti seorang kepala negara yang tidak
argumen: yang menggerakkan itu, yakni Tuhan al-Mukharrik, merupakan akal yang
murni bahkan merupakan akal yang setinggi-tinginya. Untuk itu akal yang tertinggi
haruslah merupakan pengetahuan yang tertinggi pula agar ada persesuaian antara yang
mengetahui dan diketahui. Tidak ada suatu zat lain yang sama luhurnya dengan zat
Tuhan.
Sesuatu yang diketahui Tuhan menjadi sebab untuk adanya pengetahuan Tuhan.
Aristoteles menggambarkan sebagai kehidupan yang badai, sempurna dari segala segi,
Argumen Aristoteles oleh Ibnu Sina disetujui, tetapi di bantah keras oleh Al-
Ghazali. Sekarang datang Ibnu Rusyd yang membela pendapat Aristoteles dan Ibnu Sina
ini dan menentang serangan-serangan Al-Ghazali terhadap kaum filsafat itu. Dalam
pembelaanya itu Ibnu Rusyd mengatakan bahwa mereka yang mendakwa ahli-ahli filsafat
yang memungkiri pengetahuan terhadap juziyat itu disebabkan karena mereka tidak dapat
memahami maksud ahli-ahli filsafat. Padahal maksud ahli-ahli filsafat itu ialah
pengetahuan Tuhan kepada juziyat sebagaimana pengetahuan yang dicapai oleh orang-
orang biasa.
Disini terlihat perbedaan besar antara Al-Ghazali dan Ibnu Rusyd. Al-Ghazali
sama lain.8
Bagaimana terjadinya alam manjudat ini dan amal perbuatannya? Bagi golongan
agama jawabannya sudah jelas. Mereka mengatakan semua itu adalah ciptaan Tuhan.
Semua benda maupun peristiwa, baik besar maupun kecil, Tuhanlah yang menciptakan
dan memelihara, setiap saat tah pernah lupa dan tak pernah lalai. Sebaliknya bagi
golongan filsafat menjawab persoalan itu harus ditinjau dengan akal pikiran. Diantara
mereka ada yang menyimpulkan bahwa materi itu menjadi benda-benda lain yang
beraneka ragam terdapat di dalam kekuatan itu sendiri secara otomatis. Artinya tidak
langsung dari Tuhan. Diantara ahli filsafat ada yang berpendapat bahwa materi itu kekal.
Materi terjadinya bukan dari tidak ada, melainkan dari keadaan yang potensial.
menyebabkan adanya substansi yang kedua tanpa berhajat bantuan zat lain di luar
dirinya. Ini berarti sebab dan akibat penciptaan amal dann materi itu seterusnya terletak
argumennya: Seandainya Tuhan itu menjadikan segala sesuatu dan peristiwa yang ada
ini, maka akibatnya ide tentang sebab dan akibat itu akan tidak ada artinya lain. Padahal,
seperti yang kita lihat sehari-hari, apapun yang terjadi senantiasa diliputi oleh hukum
8
Ibid; Op. Cit; h : 202-203.
sebab dan akibat. Misalnya api yang menyebabkan terbakar, dan air yang menyebabkan
basah.9
Apakah alam ini ada permulaan terjadinya atau tidak? Dalam hal in Ibnu Rusyd
mengemukakan bahwa alam ini azali tanpa permulaan. Dengan demikian berarti bahwa
bagi Ibnu Rusyd ada dua hal yang azali, yaitu Tuhan dan alam. Hanya keazalian itu
berbeda dari keazalian alam, sebab keazalian lebih utama dari keazalian alam. Untuk
membela pendapat ia mengeluarkan argumen: Seandainya alam ini tidak azali, ada
permulaannya maka ia hadits, mesti ada yang menjadikannya, dan yang menjadikannya
itu harus ada pula yang menjadikannya lagi. Jadi mustahil kalau alam itu hadits.
Oleh karena diantara Tuhan dengan alam ini ada hubungan meskipun tidak
sampai pada soal-soal rincian, padahal Tuhan azali dan Tuhan yang azali itu akan
berhubungan kecuali dengan yang azali pula, maka seharusnya alam ini azali meskipun
Gerakan adalah suatu akibat karena setiap gerakan senantiasa mempunyai sebab
yang mendahuluinya. Kalau kita cari sebab itu, maka tidak akan kita temui sebab
penggeraknya pula. Begitulah seterusnya, tidak mungkin berhenti. Oleh sebab itu,
kewajiban kita menganggap bahwa sebab yang paling terdahulu atau sebab yang pertama
adalah sesuatu yang tidak bergerak. Gerakan itu dianggap tiada berawal dan tiada
9
Ibid; Op. Cit; h : 204.
10
Ibid; Op. Cit; h : 204-205.
berakhir, azal dan abad, dan sebab pertama atau penggerak pertama itulah yang disebut
Tuhan.
Ibnu Rusyd mengatakan bahwa meskipun Tuhan adalah sebab atau penggerak
yang pertama, Dia hanyalah menciptakan gerakan pada akal yanng pertama saja,
Menurut Ibnu Rusyd, tidak dapat dikatakan adanya pimpinan langsung dari Tuhan
Ibnu Rusyd dalam hal ini bertindak lebih radikal lagi aripada ahli-ahli filsafat
sebelumnya (Plato, Aristoteles, Al-Farabi, dan Ibnu Sina). Menurut Ibnu Rusyd akal itu
adalah suatu satu universal. Maksudnya buka saja akal yang aktif (active intelect, al-
aqual faal) adalah Esa dan Universal, tetapi juga akal kemungkinan, yakni akal
reseptif (al-aqlu vil-quwwah), adalah Esa dan universal, sama dan satu bagi semua orang.
Hak ini berarti bahwa segala akal dianggap sebagai monopsikisme. Menurut Ibnu
takhsiskan tatkala dia berhubungan dengan suatu bentuk materi artau tubuh orang
perseorangan. Dan apabila seseorang meninggal dunia maka akal kemungkinan pun
sudah tidak ada lagi. Dengan kata lain, akala kepunyaan orang perseorangan tidak
mempunyai keabadian, tetapi akal yang abadi itu akal yang univesal, yakni asal sumber
Pengakuan Ibnu Rusyd tentang akal yang bersatu, sebab akal adalah mahkota
terpenting dari wujud roh manusia. Daengan kata lain akal itu hanyalah sebagai wujud
11
Ibid; Op. Cit; h : 206-207.
rohani yang membedakan jiwa manusaia atau mengutamakannya lebih dari jiwa hewan
dan tumbuh-tumbuhan. Maksud Ibnu Rusyd, roh universal itu adalah satu dan abadi.12
Ibnu Rusyd telah membahas tentang wujud Tuhan, sifat-sifatnya dan hubungan Tuhan
dengan alam. Ini merupakan tiga pokok pembahasan metafisika Ibnu Rusyd.disamping itu Ibnu
Rusyd meneliti berbagai golongan Islam dalam mencari Tuhan. Golongan tersebut terdiri dari
pandangan tersendiri tentang Tuhan. Disamping itu Ibnu Rusyd meninjau pemikiran Al-Ghazali.
Tentang Al-Ghazali, maka menurut Ibnu Rusyd, ia telah mengisi bukunya Tahafut al-
Falasifah dengan pikiran-pikiran sofistis, dan kata-katanya tidak sampai kepada tingkat
keyakinan serta tidak mencerminkan hasil pemahamannya terhadap filsafat itu sendiri.
pantas baginya, sebab tidak lepas dari satu dan dua hal. Pertama, ia sebenarnya memahami
pikiran-pikiran tersaebut, tetapi tidak disebutkan disini secara benar-benar dan ini adalah
perbuatan orang-orang buruk. Kedua, ia memang tidak memahami benar-benar, dan demikian ia
membicarakan sesuatu yang tidak dikuasainya, dan ini adalah perbuatan orang-orang bodoh.
Menurut Ibbnu Rusyd, kedua kemungkinan tersebut sebenarnya tidak terdapat pada Al-Ghazali.
Akan tetapi kedua balap kadang-kadang terantuk demikian kata pepatah. Dana bagi Al-
Ghazali, terantuknya itu ialah karena ia menulis buku Tahafutnya tersebut. Boleh jadi
12
Ibid, Loc. Cit.
Golongan Asyariah mengatakan bahwa kepercayaan tentang wujud Tuhan tidak lain
adalah melalui akal. Menurut Ibnu Rusyd, untuk ini mereka tidak menempuh jalan yang
ditunjukkan oleh syara karena berdasarkan baharunya alam atas tersusunnya dari bagian-bagian
Golongan Mutakallimin Asyariah mengatakan bahwa perbuatan yang baru adalah karena
kehendak yang qadim. Maka Ibnu Rusyd menjawab bahwa perkataan tersebut tidak dapat
diterima, karena iradah itu bukan perbuatan yang brhubungan dengan perkara yang dibuat,
Dengan demikian, maka jalan yang ditempuh oleh golongan Asyariah tentang barunya
alam tidak dapat dipahami orang-orang awam., tetapi juga tidak memuaskan bagi golongan
filosof, karena jalan tersebut bersifat jadali bukan burhani. Dengan kata lain, jalan tersebut tidak
teoretis burhani, bukan pula jalan dari syara yang meyakinkan. Jalan-jalan dari syara apabila
diteliti, maka mengandung dua syarat, yaitu meyakinkan dan bersahaja tidak tersusun, yakni
tidak banyak dasar-dasar pikirannya yang dengan sendirinya juga kesimpulannya bersahaja pula.
Mengenai Mutazillah, maka Ibnu Rusyd, sebagaimana yang diakuinya sendiri, tidak
Mutazilah tidak ada. Tampaknya metode mereka tidak berbeda dengan metode Asyariah.
Golongan Hasywiah berpendirian bahwa jalan mengetahui Tuhan ialah sama bukan akal.
Iman bagi mereka adalah mendengarkan apa yang dikatakan oleh syara tanpa mengusahakan
syara. Mereka jelas tidak emmenuhi maksud Syara yang mengajak untuk mempercayai wujud
Mengenai golongan Tasawuf, maka menuut Ibnu Rusyd cara penelitian mereka bukan
bersifat pikiran, yakni terdiri dari dasar-dasar pikiran atau premisse-premissen dan kesimpulan,
karena merek mengira bahwa pengetahuan tentang Tuhan dan wujud-wujud lain diterima oleh
jiwa ketika sudah terlepas dari hambatan-hambatan kebendaan dan ketika pikirannya tertentu
kepada perkara yang dicarinya. Cara tersebut menurut Ibnu Rusyd yaitu sebagai makhluk yang
mempunyai pikiran dan diserukan memakai pemikirannya. Selain itu, jalan tersebut menyalahi
Mengenai adanya Tuha, Ibnu Rusyd mengemukakan bahwa ada dua cara untuk
membuktikannya, yaitu : kedua cara ini dimulai dari manusia dan tidak dari alam, karena
manusia itu yang berpikiran. Dengan penelitian dan menyingkapan rahasia-rahsia alam oleh
Kata Ibnu Rusyd barang siapa yang hendak mengetahui Tuhan yang sebenarnya
harusalah mengadakan teori tentang benda-benda wujud. Seterusnya benda wujud dijadikan dan
Pembahasan filsafat Ibnu Rusyd sangat banyak dan luas sekali kebenaran pembahasan
filsafatnya tadi dapat dilihat dalam beberapa cabang filsafat yang telah menjadi pemikirannya.
Karen aitulah pemikiran banayak dikenal da dikagumi baik diluar maupun sesama filosof Islam.
Ajaran Ibnu Rusyd yang terkenal di Eropa yang disebut Averroism berpangkalan kepada
pikiran merdeka dan yang ditolak secara keras sekali oleh dunia Kristen Eropa, telah
13
Achmad Hanafi, NA; Op. Cit; h : 169-170.
14
Mr. Abdullah Siddiq; Op. Cit; h : 130-131.
mempengaruhi seluruh universitas Eropa untuk berabad-abad lamanya, sehingga menimbulka
zaman Renaissance dibenua Eropa. Menurut Roger Bacon sesudah Avicenna tampillah Averroes,
seorang sarjana yang membawa doktrinnya yang padat berisi, yang telah mengoreksi pendapat-
pendapat para filosof yang mendahuluinya dan sahamnya dalam hal ini adalah besar. Filsafat
Averroes lama diabadikan orang, ditolak dan diulang pembuktiannya oleh banyak sarjana yang
besar-besar, sekarang memang dalam mencapai pengakuan dengan suara bulat dari manusia-
Ibnu Rusyd terkenal sebagai pengulas Aristoteles (Comentator), suatu gelar yang
diberikan oleh Dante(1265-1321) dalam bukunya Divina Commedia (komedi ketuhanan). Gelar
ini memang tepat untuknya karena pikiran-pikirannya mencerminkan usahanya yang keras untuk
bercampur dengan unsur-unsur Platonisme yang cukup memburukkan dan yang dimasukkan oleh
pengulas-penguas (filosof-filosof) Iskandariah. Pada diri Ibnu Rusyd, dunia Islam mencapai titik
tertinggi dalam memahami filsafat Aristoteles, untuk kemudian menurun dan melenyap sesudah
itu.
Ibnu Rusyd memandang Aristoteles sebagai manusia sempurna dan ahli pikir terbesar
yang telah mencapai kebenaran yang tidak mungkin bercampur kesalahan. Ibnu Rusyd selama
hidupnya berkeyakinan bahwa filsafat Aristoteles apabila dipahami sebaik-baiknya, maka tidak
akan berlawanan dengan pengetahuan tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia, bahkan
perkembangan manusia telah mencapai tingakat yang tertinggi pada diri Aristoteles sehingga
15
Mr. Abdullah Siddiq; Op. Cit; h : 127.
Keberatan dan keragu-raguan terhadap Aristoteles sedikit demi sedikit hilang, karena ia
adalah manusia luar biasa. Seolah-olah ilham Tuhan menghendaki agar Aristoteles menjadi
teladan bagi otak manusia yang tertinggi dan adanya kesanggupan manusia untuk mendekati otak
universal, sehingga Ibnu Rusyd lebih suka menambahnya Filosof Ketuhanan (al-failasuf al-
Ilahi). Kekaguman Ibnu Rusyd terhadap filosof itu kita dapati dalam pendahuluan bukunya at-
Karena Ibnu Rusyd tidak mengerti bahasa Yunani, maka dalam mempelajari pikiran-
pikiran Aristoteles, ia memakai terjemahan buku-buku Aristoteles asli dan terjemahan ulasan-
ulasannya. Ia berusaha keras untuk menjelaskan pikiran-pikiran Aristoteles yang masih gelap dan
Hal ini dapat dipahami kalau ingat bahwa terjemahan-terjemahannya yang dipakainya itu
tidak sanggup menyatakan dengan teliti terhadap pikiran-pikiran Aristoteles yang terdapat dalam
bahasa Yunani, terutama pikiran-pikirannya yang baik, yang hingga sekarang masih
hanya sekedar pengulas, melainkan ia juga seorang filosof yang mempunyai kepribadian sendiri
dan kebebasan berpikir. Sesuai dengan ciri akal manusia pada umumnya.
suatu aliran filsafat tersendiri, karena kekagumannya terhadap Aristoteles demikian besarnya,
sehingga dianggapnya sebagai contoh kesempurnaa, dan berpendirian bahwa setiap usaha ke
arah m\pembentukan suatu aliran filsafat sesudahnya tidak berguna, karena setiap orang yang
semata-semata yang terpilih oleh Tuhan unutuk memiliki filsafat. Tapi kenyataan yang terjadi
berbalik dan disebabkan dua hal. Pertama, filsafat Aristoteles yang datang kepadanya adalah
Aristoteles yang masih belum jelas dan berbelit-belit pula cara memahaminya. Dua sebab inilah
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Fuad Al-Ahwani, Dr. 1985. Filsafat Islam. Jakarta : Pustaka Firdaus.
H. Sirajuddin Zar, M.A. Prof. Dr. Filsafat Islam (Filosof dan Filsafatnya). Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
16
Achmad Hanafi, MA; Op. Cit; h : 166-167
Ahmad Daudy, M.A. Dr. 1984. Segi-segi pemikiran Falsafi dalam Islam. Jakarta : P.T. Bulan
Bintang.
Madkour Ibrahim. 1988. Filsafat Islam (Metode dan penerapan). Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.