Anda di halaman 1dari 4

Biografi Ibnu Rusyd

Nama lengkapnya adalah Abu Al-Walid Muhammad ibnu Ahmad ibnu


Muhammad ibnu Rusyd, beliau dilahirkan di Cordova, Andalus pada tahun
510H/1126M[8], sekitar 15 tahun setelah wafatnya Abu Hamid Muhammad Al-
Ghazali. Ia lebih populer dengan sebutan Ibnu Rusyd. Orang barat menyebutnya
dengan nama Averrois. Sebutan ini sebenarnya lebih pantas untuk kakeknya.
Keturunannya berasal dari keluarga terhormat yang terkenal sebagai tokoh keilmuan.
Kakek dan ayahnya mantan hakim di Andalus dan ia sendiri pada tahun 565H/1169
M diangkat pula menjadi hakim di Seville dan Cordova. Karena prestasinya yang luar
biasa dalam ilmu hukum, pada tahun 1173 ia dipromosikan menjadi ketua
Mahkamah Agung, Qodhi al-Qudhot di cordova
Ibnu Rusyd (Ibnu Rushdi, Ibnu Rusyid, 1126 - Marrakesh, Maroko, 10
Desember 1198) dalam bahasa Arab ‫ رشد ابن‬dan dalam bahasa Latin Averroes, adalah
seorang filsuf dari Spanyol (Andalusia). Kakeknya seorang konsultan hukum dan
menjadi qadli & imam masjid besar di Cordova. Ayahnya seorang hakim (qadli).
.Sementara itu, banyak saudaranya menduduki posisi penting di pemerintahan. Latar
belakang keluarganya itulah yang sangat mempengaruhi proses pembentukan tingkat
intelektualitas Ibnu Rusyd di kemudian hari.
Ibnu Rusyd adalah seorang ilmuwan muslim yang cerdas dan menguasai
banyak bidang ilmu, seperti al-Quran, fisika, kedokteran, biologi, filsafat, dan
astronomi. Ia juga dikenal sebagai seorang yang ahli dalam bidang kedokteran, sastra,
logika, ilmu-ilmu pasti, di samping sangat menguasai pula pengetahuan keislaman,
khususnya dalam tafsir Al Qur’an dan Hadits ataupun dalam bidang hukum dan fikih.
Bahkan karya terbesarnya dalam bidang kedokteran, yaitu Al Kuliyat Fil-Tibb atau
(Hal-Hal yang Umum tentang Ilmu Pengobatan) telah menjadi rujukan utama dalam
bidang kedokteran. Ibnu Rusyd adalah seorang dokter tokoh perintis ilmu jaringan
tubuh (histology). Ia pun berjasa dalam bidang penelitian pembuluh darah dan
penyakit cacar.
Ia juga seorang filosof yang telah berjasa mengintegrasikan Islam dengan
tradisi pemikiran Yunani. Kebesaran Ibnu Rusydi sebagai seorang pemikir sangat
dipengaruhi oleh zeitgeist atau jiwa zamannya. Abad ke-12 dan beberapa abad
sebelumnya merupakan zaman keemasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan di
Dunia Islam, yang berpusat di Semenanjung Andalusia (Spanyol) di bawah
pemerintahan Dinasti Abasiyah.
Para penguasa muslim pada masa itu mendukung sekali perkembangan ilmu
pengetahuan, bahkan mereka sering memerintahkan para ilmuwan untuk menggali
kembali warisan intelektual Yunani yang masih tersisa, sehingga nama-nama
ilmuwan besar Yunani seperti Aristoteles, Plato, Phitagoras, ataupun Euclides dengan
karya-karyanya masih tetap terpelihara sampai sekarang.
Kecerdasan yang luar biasa dan pemahamannya yang mendalam dalam
banyak disiplin ilmu, menyebabkan ia diangkat menjadi kepala qadi atau hakim
agung Cordoba, jabatan yang pernah dipegang oleh kakeknya pada masa
pemerintahan Dinasti al Murabitun di Afrika Utara.Posisi yang prestisius dan
tentunya diimpikan banyak orang. Posisi tersebut ia pegang pada masa pemerintahan
Khalihaf Abu Ya’kub Yusuf dan anaknya Khalifah Abu Yusuf.
Bidang Kedokteran
Di sela-sela kesibukannya sebagai seorang dokter dan hakim agung, Ibnu
Rusyd menyempatkan diri menulis. Ia menghasilkan lebih dari dua puluh buku
kedokteran. Salah satunya adalah al-Kulliyyat fi al-Thibb, yang kemudian
diterjemahkan dalam bahasa Latin. Buku yang merupakan ikhtisar kedokteran yang
terlengkap pada zamannya ini diterbitkan di Padua pada tahun 1255. Sementara itu,
salinannya dalam versi bahasa Inggris dikenal dengan judul General Rules of
Medicine. Salinan tersebut sempat dicetak ulang sebanyak beberapa kali di Eropa.
Para penulis sejarah mengungkapkan kedalaman pemahaman Ibnu Rusyd dalam
bidang kedokteran dengan berkata, “Fatwanya dalam ilmu kedokteran dikagumi
sebagaimana fatwanya dalam fikih. Semua itu disebabkan kedalaman filsafat dan
ilmu kalamnya.”
Bidang Filsafat
Ibnu Rusyd juga seorang ahli filsafat yang cerdas. Pada masa itu, buku-buku
Aristoteles yang diterbitkan masih sangat sedikit dan sulit dipahami. Menyadari hal
itu, Ibnu Rusyd tergerak untuk mengoreksi buku terjemahan karya Aristoteles
tersebut bahkan melengkapinya. Ibnu Rusyd juga menerjemahkan dan melengkapi
sejumlah karya pemikir Yunani lain, seperti Plato yang mempunyai pengaruh selama
berabad-abad.
Pada tahun 1169-1195, Ibnu Rusyd menulis sejumlah komentar terhadap
karya-karya Aristoteles, seperti De Organon, De Anima, Phiysica, Metaphisica, De
Partibus Animalia, Parna Naturalisi, Metodologica, Rhetorica, dan Nichomachean
Ethick. Dengan kecerdasannya, komentar Ibnu Rusyd itu seolah menghadirkan
kembali pemikiran Aristoteles secara lengkap. Di sinilah terlihat kemampuan Ibnu
Rusyd yang luar biasa dalam melakukan sebuah pengamatan. Di kemudian hari,
komentar Ibnu Rusyd tersebut sangat berpengaruh terhadap pembentukan tradisi
intelektual kaum Yahudi dan Nasrani. Hal itulah yang kemudian membuka jalan bagi
Ibnu Rusyd mengunjungi Eropa untuk mempelajari warisan Aristoteles dan filsafat
Yunani.
Ibnu Rusyd juga dikenal sebagai pengkritik Ibnu Sina yang paling
bersemangat. Meskipun begitu, ia tetap menghormati karya para pendahulunya. Ia
juga tertarik pada gagasan al-Farabi tentang logika. Hal itu selalu memberinya
inspirasi untuk berkarya. Ibnu Rusyd adalah seorang filosof yang telah berjasa
mengintegrasikan Islam dengan tradisi pemikiran Yunani.
Di bidang ilmu agama, Ibnu Rusyd menghasilkan sejumlah karya, seperti
Tahafut at-tahafut, sebuah kitab yang menjawab serangan Abu Hamid al-Ghazali
terhadap para filosof terdahulu. Sebagai seorang ahli ilmu agama dan filsafat, Ibnu
Rusyd dianggap cukup berhasil mempertemukan hikmah (filsafat) dengan syariat
(agama dan wahyu).
Karyanya
Sebagai seorang penulis produktif, Ibnu Rusyd banyak menghasilkan karya-karya
dalam berbagai disiplin keilmuan. Menurut Ernest Renan (1823-1892) karya Ibnu
Rusyd mencapai 78 judul yang terdiri dari 39 judul tentang filsafat, 5 judul tentang
kalam, 8 judul tentang fiqh, 20 judul tentang ilmu kedokteran, 4 judul tentang ilmu
falak, matematika dan astronomi, 2 judul tentang nahu dan sastra. Di antara karya-
karyanya yang terkenal, yaitu:
1. Tahafut al-Tahafut. Buku yang terkenal dalam lapangan ilmu filsafat dan ilmu
kalam. Buku ini merupakan pembelaan Ibnu Rusyd terhadap kritikan al-
Ghazali terhadap para filosof dan masalah-masalah filsafat dalam bukunya
yang berjudul Tahafut al-falasifah.
2. Al-Kasyf ‘an Manahij al-‘Adillah fi ‘Aqaid ahl al-Millah. Buku yang
menguraikan metode-metode demonstratif yang berhubungan dengan
keyakinan pemeluk agama.
3. Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid. Buku fiqh Islam yang berisi
perbandingan mazhab (aliran-aliran dalam fiqh dengan menyebutkan alasan
masing-masing).
4. Fashl al-Maqal Fi Ma Baina al-Himah Wa asy-Syirah Min al-Ittishal. Buku
yang menjelaskan adanya persesuaian antara filsafat dan syari’at.
5. Al-Mukhtashar al-Mustashfa fi Ushul al-Ghazali. Ringkasan atas kitab al-
Mustashfa al-Ghazali.
6. Risalah al-Kharaj. Buku tentang perpajakan.
7. Kitab al-Kulliyah fi al-Thibb. Ensiklopedia kedokteran.
8. Dhaminah li Mas’alah al-‘Ilm al-Qadim. Buku apendiks mengenai ilmu
qadimnya Tuhan yang terdapat dalam buku Fashl al-Maqal.
9. Al-Da’awi. Buku tentang hukum acara di pengadilan.
10. Makasih al-Mulk wa al-Murbin al-Muharramah. Buku yang berisi tentang
perusahaan-perusahaan negara dan sistem-sistem ekonomi yang terlarang.
11. Durusun fi al-Fiqh. Buku yang membahas beberapa masalah fiqh.
Buku-buku yang disebutkan di atas merupakan karya asli dari pemikiran Ibnu
Rusyd. Selain itu, Ibnu Rusyd juga menghasilkan karya ulasan atau komentar
terhadap karya filosof-filosof sebelumnya seperti Ibnu Sina, Plato, Aristoteles, Galen
dan Porphiry, seperti: Urjazah fi al-Thibb, Kitab al- Hayawan, Syarh al-Sama’ wa al-
A’lam, Syarah Kitab Burhan, Talkhis Kitab al-Akhlaq li Aristhuthalis, Jawami’
Siyasah Aflathun, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai