ALQURAN
Cetakan pertama
Jumlah Hal: viii+90
ISBN:
Diterbitkan oleh
Program Studi Ilmu Alquran dan Tafsir
Institut Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ)
Jl. Batan I No. 2, RT.5/RW.2, Lebak Bulus, Cilandak, RT.5/RW.2
(021) 7690901
iv
KATA PENGANTAR
v
Mereka yang Menjaga Al-Quran
bisa ditulis lagi dalam sebuah memoar utuh dan biografi dengan
jumlah halaman yang lebih banyak, sebagai motivasi bagi
siapapun yang ingin menjaga Alquran dan menjadi “keluarga”
Allah Ta’ala (Ahlullah wa khashatuh).
Terima kasih kami sampaikan kepada rekan-rekan dosen
yang selalu bersemangat untuk mengajar, mendidik, dan
mendampingi mahasiswa di fakultas Ushuluddin; Jazakumullah
khayran.
vi
DAFTAR ISI
Kata Pengantar_v
Daftar Isi_vii
Nasarudin Umar: Teladan Bagi Guru Besar, Kiai, Orang
Tua, dan Pemimpin_1
Andi Rahman: Berkhidmah Kepada Alquran Melalui
Tulisan_5
Ahmad Husnul Hakim: Gurunya Guru Alquran_13
Ali Nurdin: Guru untuk Semua Kalangan_19
Lukman Hakim: Idealisme untuk Menyampaikan Alquran
Kepada Semua Orang_23
Masrur Ichwan: Mukjizat Bacaan Alquran_29
Ansor Bahary: Menggabungkan Zikir dan Fikir_35
vii
Mereka yang Menjaga Al-Quran
viii
NASARUDDIN ‘UMAR:
1
P rof. Dr. Nasaruddin Umar, MA merupakan
akademisi, organisatoris, birokrat, ulama, guru
sekaligus orang tua yang sangat mulia.
Jabatan yang dimiliki dan kegiatan yang dilakukan oleh
tokoh yang dilahirkan di Bone 23 Juni 1953 amatlah banyak.
Pada tahun 2015 ia diamanahi sebagai imam besar masjid
Istiqlal Jakarta, yang menjadi simbol peradaban Islam di negara
berpenduduk muslim terbanyak di dunia. Ia juga pernah
menjabat sebagai wakil meteri Agama RI. Tidak terhitung
ormas, lembaga pendidikan, dan lembaga negara yang pernah
dan masih dipimpinnya. Siapapun yang mengenalnya akan
mengagumi sikap tawadhu’-nya. Ia tidak pernah mencari
jabatan, justru orang-orang yang datang memintanya untuk
mengisi kursi kepemimpinan di lembaga atau organisasi
mereka. Aktivitas yang dilakukannya bukan lagi di lingkup
nasional, namun global. Ketokohannya diakui oleh masyarakat
internasional, dan kontribusi yang diberikannya dapat dirasakan
banyak orang lintas negara dan lintas agama.
Dalam dunia akademik, Nasaruddin Umar adalah nama
yang lumrah dicitasi dan dirujuk para peneliti, khususnya di
bidang tafsir dan tasawuf. Tokoh yang pernah menjadi Wakil
Rektor di UIN Ciputat, bukan lagi merupakan peneliti yang
mempresentasikan pemikiran orang lain, namun seorang tokoh
yang pemikirannya dikaji di ruang diskusi kampus dan jurnal-
jurnal akademis.
2
Mereka yang Menjaga Al-Quran
4
ANDI RAHMAN
BERKHIDMAH KEPADA
ALQURAN MELALUI TULISAN
5
K atanya, Human Development Index (HDI) manusia
Indonesia masih sangat rendah, yang mana salah
satu komponen penilaiannya adalah literasi.
“Saya ingin mengubahnya.” Ujar Andi Rahman.
Hal ini nampak sulit, tapi tidak mustahil untuk dilakukan
melihat capaian-capaian yang pernah diraihnya selama ini di
bidang tulis menulis. Lebih dari dua dekade ia sudah aktif di
lembaga jurnalistik, dan sejak tahun 2009 menjadi intruktur
penulisan karya ilmiah khususnya bagi guru-guru di sekolah.
Dorongan besarnya untuk menggerakkan literasi adalah
realita bahwa karya tulis yang dihasilkan oleh masyarakat
Indonesia relatif masih sangat minim. Menurutnya,
kebanyakan orang di Indonesia hanya membuat karya tulis
sebagai tugas akhir di perguruan tinggi. Padahal setiap hari
mereka bisa menulis. Karena syarat untuk bisa menulis hanya
dua, yaitu tahu huruf dan adanya ide atau pemikiran yang
bisa ditulis meskipun itu bukan sebuah ilmu pengetahuan. Ia
mencontohkan JK Rowling yang melamunkan sekolah sihir
kemudian menuliskannya dalam bentuk novel berjudul Harry
Potter. Hasil lamunan ini sedemikian terkenal dan dikagumi
orang di penjuru dunia. Dengan intonasi suara yang serius
ia mengatakan bahwa sekedar guyonan juga hal remeh yang
tidak penting itu bisa ditulis, apalagi ilmu pengetahuan yang
dibutuhkan oleh manusia.
Saat memberikan pelatihan menulis untuk para guru,
ia menanyakan apakah mereka memiliki akun media sosial.
6
Mereka yang Menjaga Al-Quran
7
Mereka yang Menjaga Al-Quran
8
Mereka yang Menjaga Al-Quran
10
Mereka yang Menjaga Al-Quran
11
Mereka yang Menjaga Alquran
12
AHMAD HUSNUL HAKIM:
13
A hmad Husnul Hakim, lahir di Pamekasan pada
tanggal 15 Juli 1967. Ia lebih akrab dipanggil
“Abah” oleh para mahasiswa dan mahasantri yang tinggal
di rumahnya. Perjalanan hidupnya dihabiskan di pesantren,
baik sebagai santri maupun sebagai pengasuh pesantren. Di
kalangan akademisi, ia sering dijadikan rujukan dan banyak
dicitasi oleh sarjana dan pakar tafsir melalui buku-buku yang
telah diterbitkannya.
Ia sangat cinta kepada Alquran, dan mengajak banyak
orang untuk semakin mencintai Alquran. Tanpa diucapkan
melalui kata-kata, kita tahu bahwa ia ingin terus bersama
Alquran. Ada ratusan penghafal Alquran belajar darinya, tinggal
di dekatnya di pesantren yang didirikannya tanpa memungut
biaya sepeserpun. Kini, sebagian besar santrinya sudah menjadi
guru Alquran dan mendirikan pesantren Alquran di pelbagai
daerah.
Sebagai orang yang hidup di era teknologi informatika,
Abah tidak menggunakan smartphone. Ia tidak aktif di medsos.
Namun banyak ceramahnya di-upload di youtube oleh para
jamaah yang merasa kebaikan Alquran harus dirasakan oleh
banyak orang.
Abah yang pernah menjadi dekan di fakultas Ushuluddin
Institut PTIQ selama dua periode memiliki jadwal rutin
pengajian dan ceramah di masyarakat. Ada dua prinsip yang
ia pegang dalam menyampaikan ceramahnya, yaitu at-thariqah
ahammu minal maddah (cara atau proses penyampaian itu
lebih penting daripada materi), dan qaulan layyinan (berkata
14
Mereka yang Menjaga Al-Quran
Ket.: Husnul Hakim aktif dalam kegiatan dan organisasi yang terkait
Alquran.
16
Mereka yang Menjaga Al-Quran
17
Mereka yang Menjaga Al-Quran
18
ALI NURDIN:
19
A li Nurdin, merupakan sosok yang namanya lazim
kita dapati pada list penceramah di masjid-masjid
besar di Jakarta. Akademisi yang pernah menjadi dekan Fakultas
Ushuluddin ini memang penceramah yang digandrungi.
Bahasa yang digunakannya saat berceramah memang sederhana
namun sarat makna. Intonasi suaranya tidak berapi-api tapi
berisi. Muatan ceramahnya disisipi banyak humor namun
penuh dengan ilmu dan hikmah. Ia dikagumi santri-santrinya,
dan dijadikan rujukan utama oleh masyarakat yang mengikuti
pengajiannya. Belakangan, Ali Nurdin juga rutin menjadi
penceramah di luar negeri, utamanya di negara-negara eropa.
Di sela kesibukannya, ia selalu ceria menerima siapapun
orang yang ingin bersilaturahim. Ia berupaya selalu bersama
santri-santrinya di pesantren Nurul Qur’an yang didirikannya
pad tahun 2012, untuk menerima setoran hafalan mereka dan
mendiskusikan kandungan Alquran bersama mereka. Bukan
hanya ilmu, kebutuhan sehari-hari santri juga dipenuhinya.
Ibarat kantong yang bolong, uang yang didapatnya tidak berada
lama di genggamannya, namun langsung didistribusikan untuk
membiayai empat pesantren yang didirikannya dan menyantuni
banyak orang yang membutuhkannya. Kedermawanan
memang merupakan ciri dari orang yang selalu bersama
Alquran.
Ket.: Santri-
santri Ali
Nurdin
banyak yang
sudah menjadi
dosen.
IDEALISME UNTUK
MENYAMPAIKAN ALQURAN
KEPADA SEMUA ORANG
23
U dara yang dipenuhi polusi dan teriknya sinar
matahari kota Jakarta tidak menyurutkannya untuk
berangkat ke Institut PTIQ Jakarta. Perjalanan hampir seratus
kilometer pulang-pergi ditempuhnya dari rumah untuk bisa
selalu melayani mahasiswa. Sebagai dosen, Lukman Hakim
dikenal sebagai sosok yang sangat berdedikasi.
Delapan tahun belajar di pesantren, Lukman Hakim
melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi dengan
mengambil jurusan perbandingan Agama saat S1, sejarah saat
S2 dan S3. Pada tahun 2010 ia bergabung dengan Institut
PTIQ dan mengampu mata kuliah yang berbeda rumpun
keilmuannya semisal bahasa Inggris, sirah nabawiyah, tafsir
tematik, metode penelitian, dan sejarah peradaban Islam. Hal ini
bisa menggambarkan kekayaan intelektual yang komprehensif.
Lahir di Madura pada 4 April 1978, ia lancar berbicara
bahasa Inggris, Arab, dan beberapa bahasa asing lainnya.
“Bahasa itu hanya alat,” tuturnya.
Kita setuju dengannya, bahwa bahasa adalah alat yang
amat sangat penting dalam penyampaian ide, gagasan, kritik,
saran, dan ilmu pengetahuan.
Alquran itu penting, demikian juga ilmu-ilmu lain
semisal tafsir, hadis, fiqh, sosiologi, filsafat, akuntansi, dan
seterusnya. Dengan bahasa Inggris yang merupakan bahasa
dunia, ilmu-ilmu ini bisa diajarkan ke banyak orang. Lukman
Hakim bukan sekedar orang yang menyampaikan pengajaran
24
Mereka yang Menjaga Al-Quran
25
Mereka yang Menjaga Al-Quran
Tantangan Berbisnis
Menjadi pengajar, kita perlu ilmunya. Demikian juga
menjadi pebisnis, kita juga perlu ilmunya. Lukman Hakim
percaya, mengajar dan berbisnis bisa dilakukan secara simultan,
dan bahwa seorang dosen bisa memiliki bisnis dan usaha
ekonomis.
Bagi mereka yang menganggap bahwa mengajar
merupakan khidmah, maka kebutuhan duniawinya harus
dipenuhi dengan cara lain. Dosen yang berbisnis, tidak akan
berkeberatan mengajar dengan kondisi apapun. Ia bahkan
tidak berkebaratan untuk tidak digaji sama sekali. Selanjutnya,
dengan kemandirian finansial, seorang guru bisa membangun
lembaga pendidikan yang murah namun berkualitas, tanpa
repot ke sana ke mari untuk mengajukan proposal pendanaan.
Dengan kesadaran ini, Lukman Hakim menggunakan waktu
26
Mereka yang Menjaga Al-Quran
Ket.: Lukman
aktif mengikuti
seminar dan
pelatihan yang
diselenggarakan
untuk
meningkatkan
kompetensi diri.
Tipologi Mahasiswa
Saat ini ia diamanahi sebagai ketua program studi Ilmu
Al-Qur’an dan Tafsir Institut PTIQ, membuka kelas reguler
sore yang diperuntukkan kepada karyawan dan eksekutif yang
27
Mereka yang Menjaga Al-Quran
28
MASRUR ICHWAN:
29
D ilahirkan di Sidoarjo pada 21 Oktober 1969,
Masrur Ichwan menghabiskan masa kecilnya di
tengah keluarga dan lingkungan santri. Pendidikan menengah
dienyamnya di Pesantren Tebuireng Jombang selama 8 tahun,
di mana ia mendalami kitab kuning dan memenangkan banyak
kompetisi di bidang tilawah Alquran (MTQ).
“MTQ memberikan saya banyak ilmu dan pengalaman.”
Ucapnya.
Dari ajang kompetisi seni baca Alquran ia mengenal
Institut PTIQ Jakarta. Sebab banyak para dewan pembina
MTQ yang berasal dari PTIQ Jakarta.
Peserta MTQ juga kebanyakan berasal dari kampus
Alquran yang berlokasi di Jakarta Selatan ini. Tidak sulit
baginya untuk memutuskan Institut PTIQ sebagai tujuan
selanjutnya dalam menimba ilmu.
Selama mengikuti perkuliahan, ia menyalurkan bakatnya
dan berhasil menyelesaikan hafalan Alquran 30 juz. Pada
dirinya terkumpul dua hal penting, yaitu hafalan Alquran dan
kemampuan melantunkannya dengan nada yang merdu.
Ia sempat melanjutkan kuliahnya di UIN Ciputat, namun
dikarenakan beberapa hal, ia justru menyelesaikan pendidian
strata duanya di Institut PTIQ.
30
Mereka yang Menjaga Al-Quran
Berkah MTQ
Bakat dan minatnya dalam MTQ diturunkan dari
keluarga. Ayahnya sering menyelenggarakan lomba MTQ
untuk mensyiarkan Alquran dan menumbuhkan rasa cinta
masyarakat kepada Alquran.
Bakat dan minatnya ini sudah terlihat sejak kecil
tepatnya saat di sekolah dasar di mana ia mendapat nominasi
juara MTQ tingkat provinsi. Prestasinya terus meningkat
hingga pada akhirnya menjadi pemenang di lomba MTQ
tingkat internasional di Mesir, Saudi Arabia, dan Iran. Seakan
naik level, Masrur juga mengikuti kompetisi Qiraat hingga
31
Mereka yang Menjaga Al-Quran
Ket.: Masrur Ichwan menjadi menjadi juri dan pembina MTQ tingkat
lokal dan Nasional.
32
Mereka yang Menjaga Al-Quran
33
Mereka yang Menjaga Al-Quran
34
ANSOR BAHARY:
MENGGABUNGKAN
ZIKIR DAN FIKIR
35
G aya berbicaranya santai dan perawakannya seperti
remaja. Ansor Bahary adalah dosen yang lebih suka
berbicara apa adanya. Dalam perkuliahan, ia juga menggunakan
cerita dan pengalaman sebagai penjelasan materi. Secara
keilmuan, ia adalah dosen yang cakap dan mumpuni.
Ayahnya pernah menjadi santri langsung dari Kiai Hasyim
‘Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama, dan termasuk orang-orang
yang ikut Resolusi Jihad di Surabaya. Saudara-saudaranya
juga banyak yang belajar di pesantren. Ansor Bahary pernah
menjadi santri di Lasem, Majalengka, dan Kediri. Dulu saat
masih menjadi santri di usia belia, ia diperbolehkan mengikuti
kajian yang seharusnya dikhususkan untuk pengurus pesantren
saja.
Tumbuh di lingkungan pesantren, Ansor Bahary menjadi
akademisi muda yang melek isu-isu kontemporer. Di fakultas
Ushuluddin, mata kuliah semisal Pemikiran Kontemporer Dalam
Islam (PKDI) dan Wacana Kontemporer Dalam Penafsiran
selalu diserahkan kepadanya. Ia seakan menjadi contoh bahwa
tradisionalisme “masa lalu” bisa dipahami bersamaan dengan
modernitas “masa kini”.
Pemikirannya yang terbuka, membuatnya terhubung
dengan banyak kalangan. Sosok yang terlahir di Indramayu
pada 06 Juni 1979 ini, aktif mengikuti forum-forum diskusi
yang diadakan oleh kelompok yang tidak mainstream semisal
Syiah. Ia bahkan pernah direkomendasikan oleh ICC untuk
belajar ke Iran, guna mendalami pemikiran Syiah yang murni
secara langsung dari para tokoh syiah.
36
Mereka yang Menjaga Al-Quran
37
Mereka yang Menjaga Al-Quran
MUDA BERPRESTASI
39
S ikapnya santun, dan apa yang keluar dari mulutnya
tersusun secara sistematis. Ahmad Ubaydi H adalah
sosok muda yang berprestasi dalam bidang akademik.
Terlahir dari keluarga yang sebagian besar merupakan
pengasuh dan pengajar di pesantren, tradisi kepesantrenan
nampak jelas pada dirinya. Ayahnya sendiri yang mengenalkan
kitab kuning, dan ibunya adalah penghafal Alquran. Dari
keduanya ia mendapatkan motivasi untuk menjadi kiai dan
penghafal Alquran. Di usia muda, dosen yang lahir pada hari
Rabu 3 Desember 1986 sudah menghafal ‘Imrithi dan Alifiyah.
Ia memang selalu tampil dalam kemudaannya. Di
sekolah, ia menjadi siswa yang paling muda. Saat menjadi santri
di Tebuireng, ia menjadi peserta bahstul masail termuda. Di usia
30 tahun ia sudah menyelesaikan pendidikan strata tiga. Kini, ia
diamanahi menjadi kepala sekolah di Ciputat, lagi-lagi di usia
yang muda.
Walaupun background-nya pesantren, tetapi ia sangat
aktif di akademik, penelitian, dan organisasi kemahasiswaan.
Ahmad Ubaydi H merupakan lulusan terbaik di jenjang
strata 1 hingga strata 3 yang ditempuhnya di UIN Ciputat.
Lama tinggal di pesantren justru menjadikannya pribadi yang
terbuka. Pesantren pula yang mengajarkannya bahwa seorang
guru yang memberikan keteladanan dalam sikap terbuka.
“Ini juga bisa terjadi pada bidang hadis.” Imbuhnya.
Sebagai pengampu mata kuliah hadis, ia paham bahwa belajar
hadis akan mengantarkan orang untuk bersifat inklsusif dan
40
Mereka yang Menjaga Al-Quran
41
Mereka yang Menjaga Al-Quran
42
AMIRIL AHMAD:
43
S elepas dari pendidikan dasar, Amiril Ahmad
melanjutkan belajarnya di pesantren Musthafawiyah
yang merupakan lembaga pendidikan tertua di Medan. Tinggal
di gubuk-gubuk kayu yang kecil seluas kira-kira 2 kali 3
meter, santri-santri diajarkan kemandirian dan kesederhanaan.
Di pesantren yang berkah ini pula, ia mengkaji kitab kuning
semisal Fathul Mu’in dan Ihya ‘Ulumuddin. Setelah selama 5
tahun belajar di Pesantren yang didirikan oleh Syeikh Musthafa
bin Husein bin Umar Nasution al-Mandaily, Amiril Ahmad
melanjutkan pendidikannya di Pesantren Ummul Qurra di
bawah asuhan KH. Syarif Rahmat hingga tamat Aliyah.
Pada tahun 2007, ia diterima sebagai mahasiswa di Insitut
PTIQ Jakarta. Dari Kiai Syarif, ia mendapatkan beasiswa
pendidikan sebagai apresiasi atas keberhasilannya menjadi santri
yang memiliki hafalan Alquran terbanyak. Sebagai seorang
perantauan, beasiswa ini bagaikan oase di padang pasir. Atas
dasar prestasi juga, selanjutnya ia mendapatkan bantuan biaya
pendidikan dari Dr. Nur Rofiah, yang merupakan salah satu
dosen di fakultas Ushuluddin, hingga lulus sebagai seorang
sarjana.
Amiril Ahmad sadar, bahwa sebagai mahasiswa yang
harus membiayai sendiri hidupnya, ia harus belajar dan bekerja
lebih rajin. Untuk membiayai kebutuhan sehari-hari, ia
mengikuti beberapa aktivitas, di antaranya Pendidikan Kader
Ulama dari MUI dan mengajar privat. Pada tahun 2014 ia
mendaftarkan diri untuk masuk di Pascasarjana di Institut
PTIQ, dan menjadi karyawan di almamaternya tersebut. Amiril
Ahmad adalah teladan dalam kemandirian dan kegigihan. Di
44
Mereka yang Menjaga Al-Quran
Budaya IT di PTIQ
Sambil menyelesaikan tesisnya, ia mengabdi di
perpustakaan. Dosen muda ini memang terkenal jeli dalam
melihat peluang. Menulis tesis membutuhkan banyak literatur,
dan tempat yang menyediakan literatur yang melimpah adalah
perpustakaan. Di waktu sama, kegemarannya dalam IT sangat
bermanfaat untuk program digitalisasi perpustakaan dan
pembangunan sistem IT perpustakaan.
Menganggap Institut PTIQ sebagai rumah kedua dan
tempat yang pas untuk berkhidmah kepada Alquran, Amiril
Ahmad menerima promosi sebagai kepala tata usaha di fakultas
Ushuluddin. Di sini, bakatnya dalam bidang IT semakin
menonjol. Visi fakultas untuk menjadi lembaga yang “mengenal
dunia dan dikenal dunia” bisa secara perlahan direalisasikan.
Skripsi mahasiswa di-upload secara online sehingga bisa
dibaca dan dicitasi oleh siapapun. Repository dosen yang mulai
dilakukan. Bekerja sama dengan Google, fakultas Ushuluddin
bisa memiliki sistem akademik yang berbasis online secara
gratis. Di tangannya, website Ushuluddin.ptiq.ac. semakin
aktif. Bukan hanya Ushuluddin, staf dan tata usaha fakultas
lainpun tidak malu untuk berkonsultasi kepadanya dalam hal
IT.
Di fakultas Ushuluddin, Amiril Ahmad mengampu mata
kuliah Penggunaan IT dalam Penafsiran. Mahasiswa diharapkan
akrab dengan ebook dan perangkat multimedia dalam mencari
rujukan dalam penafsiran. Di waktu yang sama, mahasiswa
45
Mereka yang Menjaga Al-Quran
46
ABDUL KHOLIQ:
47
A bdul Kholiq dilahirkan di Mojokerto pada 6
Februari 1985. Ia menjalani studinya di sekolah
formal dan pesantren. Liburan sekolahpun dia gunakan untuk
mengaji di pesantren. Pada tahun 2004 mulai menghafal Al-
Qur’an. Ia pernah merangkap sebagai pengajar dan koki (juru
masak) di pesantren. Karenanya, ia tidak perlu membayar biaya
pendidikan. Kini ia mengajar Alquran dan ilmu Alquran di
perguruan tinggi dan pesantren.
Sebelum berkarya di Jakarta, ia membantu orang
tuanya dalam merintis TPQ. Saat tinggal di Jambi, ia diminta
membantu merintis pesantren, yang sekarang jumlah santrinya
lebih dari seribu orang.
Di manapun ia berada, Abdul Kholiq selalu bersinggungan
dengan pesantren. Saat memutuskan untuk melanjutkan studi
di Jakarta, ia menyempatkan diri sowan Kiai dan berkonsultasi.
Setelah mendapat persetujuan dari keluarga dan gurunya,
Abdul Kholiq berangkat ke Jakarta dan singgah di Ciganjur,
kediaman Gus Dur, dan mengaji di pesantren yang didirikan
oleh mantan presiden RI itu. Tidak lama berselang, ia pindah
dan tinggal di rumah Dr. Husnul Hakim, dan ikut mengaji di
pesantrennya. Dari Abah, panggilan untuk Dr. Husnul Hakim,
ia dianjurkan belajar di Institut PTIQ Jakarta. Sempat cuti dari
perkuliahan, ia menimba ilmu di pesantren Lirboyo.
Setelah mendapatkan ijazah sarjana, Abdul Kholiq
melanjutkan studinya di pascasarjana Institut PTIQ. Lagi-
lagi, ia menjalani aktivitasnya sambil belajar dan mengajar di
48
Mereka yang Menjaga Al-Quran
49
Mereka yang Menjaga Al-Quran
Ket.: Abdul
Kholiq saat
mengikuti acara
kemanusiaan di
Palestina berfoto
di depan Al-Aqsha.
(Doc. Pribadi)
50
ABDUR ROUF:
51
A bdur Rouf lahir di Serang pada 12 Agustus 1967.
Ia mengaku sebagai pengagum Buya Hamka.
Baginya, penulis Tafsir Al-Azhar itu adalah seorang mufasir
sekaligus novelis, sastrawan, pejuang, dan pelaku tasawuf.
“Sufisme merupakan solusi bagi masyarakat yang hedonis
dan mengalami dekadensi moral.” Tuturnya.
Dosen senior di fakultas Ushuluddin Institut PTIQ ini
bukan sekedar mengagumi sosok Hamka tanpa alasan. Abdur
Rouf melakukan penelitian mendalam selama 18 bulan tentang
sufisme Hamka dan menerbitkannya dalam sebuah buku. Kini,
buku tersebut menjadi rujukan wajib bagi siapapun yang ingin
menulis karya ilmiah terkait Hamka dan pemikirannya.
Abdur Rouf merupakan sosok yang fokus dalam
mengerjakan sesuatu. Ia bisa menyelesaikan pendidikan doktoral
di Universitas Malaya dalam waktu hanya setengah dari waktu
yang biasa ditempuh mahasiswa lainnya. Saat sidang disertasi,
salah satu penguji bertanya, “Bagaimana caranya anda bisa
menulis disertasi sebagus ini?”.
Sidang berlangsung singkat, hanya dalam waktu
setengah jam. Abdur Rouf bukan sekedar membuat kagum
penguji, namun juga orang-orang yang menghadiri sidangnya
tersebut. Tidak perlu waktu lama, ia mendapatkan tawaran dari
sebuah penerbit untuk membukukan disertasinya.
“Selain membawa gelar doktor, saya pulang ke Indonesia
dengan membawa royalti buku yang besar,” kenangnya.
52
Mereka yang Menjaga Al-Quran
53
Mereka yang Menjaga Alquran
Ket.: Abdur
Rouf bersama
Istri saat
melakukan
wisata religi.
54
ABDURROUF:
55
K iai Sahal Mahfudh pernah menegaskan jika
pesantren selalu kental dengan persoalan fiqh
dan ilmu kemasyarakatan. Kiai dan santri adalah orang yang
membaca kitab kuning dan selalu berpikir untuk memberikan
solusi bagi kehidupan masyarakat.
Dilahirkan di desa Tuk Kedawung pada 7 Desember
1986. Abdurrouf memulai perjalanan keilmuannya di Pesantren
Lirboyo hingga tamat Aliyah. Kitab-kitab “babon” merupakan
bacaan wajib yang biasa dikaji olehnya. Saat belajar di Pesantren
Maunah Sari asuhan Kiai Abdul Hamid Abdul Qodir, cucu
dari Kiai Munawir Yogjakarta, ia menghafalkan Alquran.
Selanjutnya ia menamatkan pendidikan strata satunya di Institut
PTIQ Jakarta, strata dua di UNU (Universitas Nahdlatul Ulama)
Jakarta. Ikut menjadi tim teknis saat pendirian pascasarjana
UNU, Abdurrouf paham bahwa lembaga ini adalah tempat
terbaik untuk belajar Kajian Islam Nusantara.
Dengan kualifikasi magister di tangan, Abdurrouf
diminta mengajar di Institut PTIQ dan UNU. Kedua perguruan
tinggi ini tidak mau kehilangan “out put” terbaiknya. Padahal
di waktu yang sama, ia sudah menjadi staf ahli di lingkungan
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI dan pegiat filantropy.
Karirnya dalam dunia sosial kemasyarakatan semakin nyata saat
diamanahi sebagai sekretaris LAZIS-NU dengan coverage area
seluruh Indonesia.
56
Mereka yang Menjaga Al-Quran
57
Mereka yang Menjaga Al-Quran
58
HIDAYATULLAH:
59
D i matanya, orang tua yang di siang hari beraktivitas
sebagai pedagang dan di malam hari menjadi guru
ngaji, adalah idola dan teladan terbaik dalam hidupnya. Sedari
kecil, Hidayatullah sudah menjadikan mushala dan langgar
sebagai rumah kedua. Ia belajar di mushala, dan bermain
bersama teman-temannya di mushala.
“Kamu harus pintar Al-Qur’an, Nak.” Pesan ibunya.
Nasihat perempuan mulia ini selalu terpatri di sanubari
Hidayatullah.
Selepas mengenyam pendidikan dasar, Hidayatullah
melanjutkan studinya ke pesantren di Madura dan mulai
60
Mereka yang Menjaga Al-Quran
61
Mereka yang Menjaga Al-Quran
62
FARID AFRIZAL:
MENGAJAR DAN
BERORGANISASI
63
F arid Afrizal terlahir pada 15 Oktober 1989 di Desa
Banua Jinggah yang asri nan damai di Kalimantan
Selatan. Selain tercatat sebagai lulusan terbaik di jenjang
pendidikan dasar dan menengahnya, ia merupakan siswa yang
memeroleh nilai UN tertinggi. Empat tahun menyelesaikan
studi S1, Farid juga menjadi lulusan terbaik tingkat Institut.
Selama menjadi mahasiswa fakultas Ushuluddin, ia banyak
mengukir prestasi di lomba-lomba MTQ.
Sadar bahwa dirinya merupakan perantauan, Farid
Farizal mendirikan organisasi mahasiswa asal Kalimantan di
64
Mereka yang Menjaga Al-Quran
Ket.: Farid
Afrizal
bersama istri
melakukan
kunjungan
religi.
65
Mereka yang Menjaga Al-Quran
66
NUR ROFI’AH:
MUFASSIR FEMINIS
67
N ur Rofi’ah dilahirkan di Pemalang, di sebuah desa
yang berada di dekat pegunungan dengan suasana
yang sangat asri dan hutan yang masih lestari.
Doktor alumnus Universitas Ankara Turki memulai
pendidikan formalnya di taman kanak-kanak Salafiyah yang
diasuh oleh orangtuanya sendiri. Pendidikan dasarnya dijalani
di dua sekolah, SD dan Madrasah Diniyah. Walaupun terkesan
malas belajar, namun kepintarannya sudah menonjol sedari
kecil.
Setelah menyelesaikan pendidikan Aliyah di Jombang
Jawa Timur, dia mendaftar diri di IAIN Jakarta dan IAIN
Yogyakarta. Lulus di dua perguran tinggi, Nur Rofi’ah memilih
belajar di Yogyakarta sambil mengaji di pesantren di Krapyak
untuk menghafalkan Al-Qur’an. Tidak banyak orang yang
tahu, bahwa Nur Rofi’ah adalah seorang penghafal Alquran 30
juz (hafizhah).
Tipikal pesantren-pesantren di Jombang dan lingkungan
akademik di Jogjakarta yang terbuka, banyak memengaruhi
paradigmanya. Siapapun yang berdiskusi dengannya akan
dengan memudah melihat sikap ini pada diri Nur Rofi’ah.
Baginya, berbeda pendapat adalah hal yang lumrah, dan
berdiskusi itu artinya saling menyampaikan argumentasi dengan
santun bukan menang-menangan. Di mata para mahasiswanya,
dari strata 1 hingga doktoral, Nur Rofi’ah merupakan dosen
yang sangat menyenangkan.
Nur Rofi’ah memang sosok pemikir yang mendahului
zamannya. Ia sudah gemar mendiskusikan pemikiran
68
Mereka yang Menjaga Al-Quran
Ket.: Nur
Rofiah (duduk
tengah) aktif
dalam kajian-
kajian tentang
gender.
70
ABDUL MUID:
BERFILSAFAT DENGAN
ALQURAN
71
T umbuh dan berkembang di Sulawesi Selatan, Abdul
Muid muda berkeinginan untuk melanjutkan
studinya di Jakarta. Ayahnya yang awalnya tidak mengizinkan,
berubah pendapat setelah berdiskusi dengan kakeknya.
“Biarlah dia pergi. Dia punya rizkinya sendiri”. Ucap
sang kakek.
Jakarta adalah inti dari Indonesia. Pergumulan akademis
tentunya akan sangat meriah di sini. Abdul Muid merasa rasa
haus dirinya akan ilmu pengetahuan bisa terpenuhi di Jakarta,
dan ia bisa menjadi bagian yang secara aktif berpartisipasi dan
berkontribusi dalam diskusi dan pengembangan keilmuan.
Sebagai seorang perantauan, tentunya ia akan
memerlukan banyak dana. Namun, petuah dari kakeknya
meneguhkan dirinya. Ia memiliki cita-cita luhur, dan meyakini
bahwa Tuhan akan memberikan jalan bagi hamba-Nya yang
bersungguh-sungguh.
Menariknya, selama belajar di Jakarta ia selalu
berkecukupan. Tidak jarang ia membantu teman-temannya
yang kesulitan finansial. Banyak menduganya berasal dari
keluarga kaya raya. Namun dugaan ini keliru, karena yang
betul adalah bahwa Abdul Muid merupakan sosok mandiri
yang ulet.
Memang ayah dan kakeknya berasal dari kalangan
militer dan pernah menjadi anggota dewan legislatif. Kakek
dari pihak ibunya yang merupakan lulusan pesantren juga
menjadi anggota dewan legislatif namun dari partai yang
72
Mereka yang Menjaga Al-Quran
Ket.: Abdul
Muid menjadi
narasumber
dalam
Konferensi
Intenasional.
berbeda. Jadi, tidak salah jika Abdul Muid disebut “anak orang
kaya” dan berasal dari “keluarga berpengaruh”. Namun, Abdul
Muid adalah “entitas” tersendiri. Ia memeroleh kemapanan dari
jerih payahnya sendiri.
Dosen Filsafat
Sebagai dosen Filsafat di Fakultas Ushuluddin PTIQ
Jakarta, Abdul Muid banyak mengenalkan pemikiran filosofis
dan “nakal” kepada mahasiswanya. Sebagai orang yang banyak
menghabiskan usianya di pesantren dan mempelajari kitab
kuning, sebenarnya ia lebih menguasai wacana-wacana klasik.
Ia bahkan menghafal beberapa kitab kuning semisal Alfiyah
Ibnu Malik. Namun, mahasiswa Ushuluddin kebanyakan
adalah lulusan pesantren, mereka tidak perlu materi perkuliahan
73
Mereka yang Menjaga Alquran
Ket.: Abdul
Muid aktif
dalam forum-
forum terkait
Alquran dan
tafsir.
74
FAKULTAS USHULUDDIN
75
Mereka yang Menjaga Al-Quran
77
78
Mereka yang Menjaga Al-Quran
79
Mereka yang Menjaga Al-Quran
80
Mereka yang Menjaga Al-Quran
B. Profil Lulusan
Profil utama fakultas Ushuluddin Institut PTIQ adalah
sarjana yang berakhlak mulia, mampu membaca Al-Quran
dengan “belain” (benar, lancar, dan indah), memiliki hafalan
Al-Quran dan hadis-hadis pilihan, sebagai mufassir pemula
yang mampu menerjemahkan dan menafsirkan ayat-ayat Al-
Quran atau sebagai pengkaji hadis yang mengetahui riwayah
dan dirayah hadis, berwawasan luas, serta bersikap moderat dan
toleran.
C. Kerangka Kurikulum
Kurikulum yang digunakan dalam fakultas Ushuluddin
Institut PTIQ dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: Mata
kuliah umum yang merupakan penciri nasional dan Institut,
mata kuliah utama yang merupakan penciri Fakultas, dan mata
kuliah keahlian yang merupakan penciri Program Studi.
1. Capaian Pembelajaran (Learning Outcomes) Mata Kuliah
Umum
Setiap lulusan Institut PTIQ wajib memiliki kompetensi
sebagai berikut:
a. Memiliki pengetahuan dan wawasan tentang
ideologi negara, kewarganegaraan, patriotisme,
keindonesiaan, dan keislaman yang rahmatan lil
‘alamin.
b. Memahami cara berpikir yang metodologis, serta
mampu menyampaikan gagasan dengan runtut dan
logis .
c. Mampu berkomunikasi dengan bahasa lisan dan
tulisan sesuai kaedah kebahasaan yang baik dan benar.
81
Mereka yang Menjaga Al-Quran
82
Mereka yang Menjaga Al-Quran
83
Mereka yang Menjaga Al-Quran
84
Mereka yang Menjaga Al-Quran
E. Mahasiswa
Setiap tahun, jumlah pendaftar di fakultas Ushuluddin
cenderung meningkat. Calon mahasiswa yang mendaftar harus
mengikuti seleksi yang dilakukan oleh Institut PTIQ. Para
pendaftar yang telah ditetapkan lolos harus mengikuti seleksi
yang dilakukan oleh fakultas Ushuluddin untuk mengetahui
kemampuan bahasa Arab dan hafalan Al-Quran karena selama
perkuliahan mereka harus mampu membaca literatur klasik
berahasa Arab.
Pada tahun akademik 2011-2012, pendaftar sebanyak 73
dan diterima 20 orang.
85
Mereka yang Menjaga Al-Quran
86
Mereka yang Menjaga Al-Quran
87
Mereka yang Menjaga Al-Quran
88
PROFIL PENULIS
M uhammad Khoirul
Anwar, memiliki
nama Pena Khoirul Anwar Afa.
Ia lahir di Pati Jawa Tengah pada
tanggal 27 Desember 1990. Ia juga
lulusan dari Fakultas Ushuluddin
PTIQ Jakarta pada tahun 2015
dengan program Tahfiz Penuh 30
Juz. Kemudian melanjutkan studi
di Pascasarjana IIQ Jakarta dan
lulus pada tahun 2018. Di sela-
sela S2 ia juga ikut Program PKM
89
Mereka yang Menjaga Al-Quran
90