Anda di halaman 1dari 7

Dalam suasana semaraknya perkembangan ilmu pengetahuan dunia Islam (alam Islamy) lahirlah

tokoh-tokoh cendekiawan muslim, antara lain seperti:

- Al-Kindi, seorang filosofi Islam yang pertama kali, sekaligus ia adalah seorang dokter, ahli
optika, astronomi, geometri dan ahli musik, dan telah menjadi penghafal al-Qur'an ketika ia baru
berusia 10 tahun. Dalam ' The Legency Of Islam' dikatakan bahwa buku tentang optika yang
dikarangnya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, dan banyak mempengaruhi pemikiran Roger
Bacon.

- Al-Farabi, seorang filosofi Islam yang terbesar di abad X. Para filsafat Islam memberikan gelar
'Guru Kedua' kepadanya karena jasa-jasanya dalam lapangan logika. Dan karena ilmu logikanya
itu pula ia dianggap sebagai filosuf tulen, par excellence, murni. (Oemar Amin Husein: 88).

- Ibnu Sina (Avicenna), seorang filosofi yang mendapat julukan 'Pangeran filsafat dan doktor'. Ia
dikenal juga sebagai ahli ilmu kedokteran 'al-Qanun fit-Ti:b' atau 'The Canon'. Buku ini oleh
dunia Barat disalin ke dalam bahasa Latin dan bahasa-bahasa Eropa lainnya, serta dijadikan buku
rujukan di berbagai perguruan tinggi Barat beberapa ratus tahun lamanya. Sementara sebagai
seorang filosofi ia memegang buku "As-Syifa" yang juga diterjemahkan ke dalam bahasa Latin
oleh Ibnu Daud di Toledo.

- Abu Ali al-Hasan (al-Hazen), terkenal dan banyak sumbangannya pada bidang ilmu kimia.

- Ibnu Daud al-Khawarisma, adalah perintis ilmu matematika, yang kelak akan berkembang
menjadi aljabar dan logaritma.

- Jabir Abu Musa ibnu Haiyan, yang dikenal sebagai pengembang ilmu kimia, hingga ia dijuluki
sebagai bapak ilmu kimia.

- Ibnu Haiyan, adalah orang yang pertama kali menemukan alat distilasi yang pertama kali.

- Ibnu Bitar, terkenal dan banyak sumbangannya dalam bidang ilmu hayat (biologi).

- Al-Biruni, seorang saintis muslim yang serba bisa. Ia dikenal sebagai ilmuwan bidang
matematika, fisika, kedokteran, astronomi, filsafat dan ahli sejarah yang luar biasa. Bukunya
yang sangat terkenal adalah 'Tarikhul-Hindi', yang oleh Syaed Hossein Nasr dalam bukunya
'Science and Civilization in Islam' (1986) dikatakannya buku yang paling lengkap uraiannya dan
terbaik mengenai agama Hindu, sains dan adat istiadat India.

- Zunnun al-Misriyah (wafat 860 M), yang dipandang sebagai bapak pendiri faham ma'rifah.

- Husein Ibnu Mansur al-Hallaj (858-822), seorang tokoh Tasawufaliran Hulul atau menyatunya
antara makhluk dan Khaliq (manunggaling kawulo-Gusti). Ucapannya yang sangat terkenal
adalah 'Ana: al-Haq' , aku adalah Kebenaran Kreatif (bandingkan dengan faham Syekh Siti Jenar
dalam legenda 'wali sanga' di pulau Jawa atau fahamnya Hamzah al-Fansuri). Ucapan ini oleh
penguasa Bagdad dinilainya sangat membahayakan umat, dan oleh karena itu ia dinyatakan
bersalah dan dijatuhi hukuman mati. Namun oleh para orientalis, termasuk Louis Masignon,
seorang orientalis perancis yang dikenal ahli dalan bidang tasawuf dan mistisme Islam, terutama
mengenai tasawuf al-Hallaj dikatakan bahwa tidak meragukan lagi orang suci mati syahid itu
tidak mungkin telah memaksudkan mengingkari transendensi dari Tuhan (Muh.Iqbal,
pembangunan kembali Alam Pikiran Islam. 144). " ... Pada umumnya sekarang pendapat
Massignon tentang al-Hallaj ini diterima, yang menyatakan bahwa al-Hallaj tidak mengajarkan,
bahwa didalam kesatuan hamba dan Tuhan itu manusia menjadi sama dengan Allah". " ... Allah
bagi al-Hallaj adalah transenden dan immanen. Dan Allah tidak identik dengan manusia. ... Ia
menyatakan di hadapan hakim sewaktu diadili, bahwa ia sama sekali tidak menganggap diringa
berhak menduduki tempat Allah atau Nabi, sebab ia adalah manusia yang menyembah Allah,
yang melipatgandakan puasa dan perintah Allah dan tidak mengetahui hal yang lain kecuali itu"
(Harun Hadiwijono, Kebatinan Islan Abad XVI, tt:18,19).

- Maulana Jalaludin ar-Rumi, dari persia yang terkenal dengan sajak "Matsnawi" nya. Sajak-
sajak dari tokoh inilah yang nantinya banyak disitir oleh Muhammad Iqbal.

- Abdul Karim al-Jili (1366-1408) dengan karyanya "Insanul Kamil" juga banyak mengilhami
Muhammad Iqbal dalam mengarang tentang insan kamil, yang kelak dijadikan bahan
penyusunan tesisnya yang berjudul "The Development Of Methaphysics in Persia" untuk
mencapai gelar Ph.D dalam bidang Filsafat di Universitas Munich (Jerman).

- Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, yang lahit pada tahun 1059 M di Khurazan. Ia adalah
seorang genius dan ulama bidang ilmu Tasawuf dengan kitabnya "Ihya 'Ulu:mud-Die:n" yang
diakui sebagai karya yang sangat monumental dalam bidang Tasawuf sampai hari ini. Di
samping itu ia menulis buku yang ditujukan untuk mengkritik filsafat dengan judul "Taha:fut al-
Fala-sifah" , kekacauan pemikiran filosofi-filosofi atau "The Incoherence of the Philosophers" .
Pengaruh al-Ghazali dalam Islam tak terkirakan besarnya. Ia tidak hanya membangun kembali
Islam ortodoks, dengan menjadikan sufisme sebagai bagian integral daripadanya, tetapi ia juga
merupakan pembaharu sufisme yang besar, yang membersihkannya dari unsur-unsur tak Islami
dan mengabdikannya kepada paham Islam ortodoks. (Fazlur Rahman, Islam, 1984: 202).

- Rabi'al al-Hadawiyah (713-801), yang dikenal sebagai pelopor aliran Mahabbah. Salah satu
ucapannya yang sangat mengesankan dari tokoh ini sebagai berikut:

" Ya Tuhan, jika aku menyembah-Mu karena takut akan neraka, bakarlah aku dalam neraka-Mu,
dan jika aku menyembah-Mu karena mengharapkan surga, singkirkanlah aku dari surga-Mu.
Tetapi jika aku menyembah-Mu demi untuk dan karena-Mu, janganlah Engkau tidak
memberikan keindahan-Mu yang abadi itu".

"Aku mengabdi kepada Tuhan bukan karena takut kepada neraka...bukan pula karena ingin
masuk surga...tetapi aku mengabdi karena cintaku kepada-Nya".

Kota Bagdad benar-benar menjadi kota yang diterangi dengan berbagai ilmu pengetahuan dan
peradaban yang sangat tinggi, yang kehangatan sinarnya memancar keseluruh penjuru dunia
belahan timur. Bagdad pada ketika itu identik dengan kota ilmu pengetahuan dan kota peradaban.
Berduyun-duyun para pencari ilmu dari berbagai negara dunia belahan timur datang ke kota
Bagdad guna menimba berbagai ragam ilmu pengetahuan.

Dari segi pengembangan ekonomi Bryan S.Turner menuturkan dalam bukunya 'Sosiologi
Islam' bahwa "Selain itu merupakan masa-masa perluasan perdagangan dan perniagaan Islam,
melalui eksploitasi ekonomi atas wilayah-wilayah taklukan dalam abad ketujuh dan permulaan
abad kedelapan. Perekonomian mungkin didominasi oleh perdagangan barang-barang mewah
(rempah-rempah, wangi-wangian, perhiasan, logam-logam mulia, sutera, dan binatang-binatang
langka), tetapi perdagangan timur dalam skenario Islam-nya Weber bukanlah satu-satunya figur
ekonomi di pasaran. Ada bukti-bukti adanya pembuatan kertas di Irak dan Siria dan pabrik-
pabrik kertas yang didirikan di Afrika Utara dan Spanyol. Industri-industri lain termasuk sabun,
kerajinan besi dan tembikar, tetapi industri yang paling lama adalah tekstil yang telah dimulai
pada periode Umayyah dan kini meluas dengan pesatnya. Segala macam bidang telah dapat
dihasilkan seperti pakaian, karpet, permadani dinding, bahan pembungkus perabot, dan lain-lain"
(Turner, Sosiologi Islam, 1991:238). Bandar-bandar disekitar Bagdad ramai oleh karena hilir
mudiknya berbagai macam perahu atau kapal dari mancanegara yang datang dan pergi silih
berganti untuk membawa mata dagangannya yang beraneka ragam, yang semua itu
mencerminkan betapa tingginya kesejahteraan dan kemakmuran daulah Abbasiyah.

C. Dinasti Umayyah di Spanyol (757-1492)

Dibelahan Barat (Eropa) berdiri dengan megahnya Khilafah Umayyah (757-1492 M) yang
berada di wilayah Spanyol. Kekhalifahan ini diawali dengan kedatangan pasukan islam yang
cukup legendaris ke daratan Spanyol dibawah pimpinan Thariq Ibnu Ziyad pada tahun 711 M,
yang ditandai dengan ditaklukannya kerajaan Visigothic yang diperintah oleh raja Roderick.
Dalam upaya untuk memperluasan wilayah kekuasaannya kekuatan Islam ini pada tahun 732
mencoba menyebrangi pegunungan Pirenia (pernatasan Perancis), dan pastilah akan mengubah
sejarah Eropa seandainya mereka tidak dikalahkan dengan menyedihkan sekali oleh Charles
Mortel atau yang sering dipanggil Karel Martel (Altaf Gauhar (ed), Tantangan Islam : 267).

Kekhalifahan dinasti Umayyah di Spanyol ini baru nyata-nyata berdiri untuk pertama kalinya
pada tahun 757 M, ketika Abdur-Rahman ad-Dakhil satu-satunya orang dari dinasti Umaiyah
yang selamat dapat meloloskan diri dari pembantaian keluarga besar dinasti Umayyah oleh Abul
Abbas as-Saffah memegang kendali kekuasaannya dengan Cordova (Spayol) sebagai pusat
pemerintahannya. Dalam waktu yang relatif singkat dibawah kekuasaan khalifah Abdurrahman II
kekuasaan Islam Andalusia telah meluas dengan pemerintahannya yang sangat kuat.
Kecemerlangan periode ini menandai puncak pertama peradaban Spanyol dibawah kekuasaan
orang Islam (Gustave E. Von Grunebaum, (ed), Islam-Kesatuan dan Keragaman, 1975: 249).

Dalam hubungannya dengan kehidupan masyarakat, kini ditengah-tengah masyarakat Spanyol


setidaknya terdapat dua ras, yaitu Arab dan Spanyol, yang hidup bersama-sama dan hidup
berdampingan secara damai. Oleh karena itu setelah melewati adaptasi waktu yang relatif singkat
terjadilah gejala saling mendekati, saling membutuhkan dan saling tolong menolong, yang
akhirnya terjadilah proses asimilasi antara keduanya. Dan sebagai hasilnya lahirlah suatu
generasi campuran, generasi baru yang kemudian terkenal dengan sebutan bangsa Moor. Bangsa
Moor inilah yang kemudian menguasai daulah Umayyah di Andalusia selama tujuh setengah
abad.

Seperti halnya dinasti Abbasiyah yang sangat besar menaruh perhatian terhadap pengembangan
ilmu pengetauan, peradaban dan kebudayaan, pemerintahan Andalusia dibawah kekuasaan
Khalifah al-Hakam II al-Mustanshir (961) tidak juga kalah besar perhatian mereka dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan. Khalifah ini telah mengeluarkan biaya yang sangat besar
untuk mendorong pertumbuhan ilmu pengetahuan, antara lain dengan cara membeli buku-buku
ilmiah dari Bagdad.

Secara bertahap Cordova mulai memancarkan sinar yang sangat menyejukkan, berupa
berkembangnya ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Inilah sebabnya mengapa dunia belahan
Barat pada saat itu mulai memalingkan perhatiannya Cordova, yang ditandai dengan kehadiran
mereka ke perpustakaan Cordova dan sekolah-sekolahnya yang jumlahnya sebanyak 27 buah itu,
yaitu para arsitek dan dekorator, filosofi, pengarang dan penyair, doktor, penterjemah dan para
komentator karya Dioscorides (Von Grubebaum (ed):250). Dalam waktu yang tidak terlalu lama
Cordova mulai dikenal oleh masyarakat Eropa sebagai pusat kebudayaan dan pusat ilmu
pengetahuan, yang ditandai dengan banyaknya perpustakaan yang sarat oleh berbagai macam
buku yang mencakup segala macam bidang, tidak hanya buku-buku keagamaan, akan tetapi juga
buku-buku umum dari berbagai bidang seperti filsafat, ilmu falak, matematika, kedokteran,
kebudayaan, kesenian dan sebagainya.

Berbagai macam bangunan megah seperti istana al-Hambra (al-Khamra' atau merah) di
Granada, Masjid Cordova (al-Qurthubi) dan berbagai bangunan lainnya yang sangat
mengagumkan karena arsitekturnya yang sangat tinggi menandai tingginya penguasaan ilmu
bangunan dan arsitektur. Bahkan beberapa bangunan bekas pusat kekuasaan Andalusia ini oleh
pemerintah Spanyol hingga saat ini tetap dipelihara dan dijadikan andalan pariwisata yang
banyak mendatangkan devisa negara. Demikian pula berkat diketemukannya teknologi
pembuatan kertas oleh bangsa Arab yang semula diambil dari Cina, Cordova telah berhasil
menerbitkan tidak kurang dari 400 ribu buku dengan berbagai judul yang memenuhi
perpustakaan Cordova Spanyol, suatu jumlah buku yang pada masa itu lebih banyak
dibandingkan dengan seluruh buku yang ada di Eropa minus Spanyol. Hitti menggambarkan
betapa menonjolnya kebudayaan Moor dengan ungkapannya "In this period the Umayyad
capital (Cordova) took its place as the most cultural city in Europe, and with Constantinople and
Bagdad, as one of the three cultural centres in the world" (P.K.Hitti, History of Arabs, 1953:
156-157).

Pada masa dinasti Umayyah di Andalusia ini telah lahir sekian banyak intelektual muslim yang
sangat harum namanya, seperti Ibnu Bahjah, Ibnu Tufail, Ibnu Rusyd (Averoes) dan sebagainya.
Ibnu Rusyd (1126-1198), adalah seorang cendekiawan atau filosofi Andalusia yang dikenal luas
oleh masyarakat Barat. Filosofi ini disamping dikenal sebagai seorang dokter dengan buku
karyanya yang cukup terkenal didunia Barat "Colliget" atau"Kitabul-Kuliyyat", ia juga seorang
faqih atau ahli hukum yang karyanya dikenal luas dalam masyarakat Islam, yaitu "Bidayatul
Mujtahid" . Dan yang paling menonjol pada dirinya ia adalah seorang Filosofi terkenal karena
komentarnya terhadap karya-karya Aristoteles. Pengaruhnya dalam filsafat Eropa lebih besar dari
pengaruh Ibnu Sina. Tulisan yang berisi komentar filsafatnya Aristoteles ini diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin, sehingga atas dasar tulisannya itu didunia Barat dapat mengenal kembali
filsafat Aristoteles.

Gambaran dari popularitas Ibnu Rusyd dikalangan ilmiwan dan cendekiawan dunia Barat-
termasuk di dalamnya pengagum Ibnu Rusyd itu adalah Roger Bacon- waktu itu adalah bahwa
karya-karyanya merupakan bacaan wajib di universitas-universitas Paris, Italia dan Spanyol.
Menjelang abad XVI filsafat dan ajaran Ibnu Rusyd menurut Ernest Renan- seorang pemikir
Perancis terkenal menyatakan..."boleh dikatakan bahwa filsafat Ibnu Rusyd merupakan filsafat
resmi di Italia". Dan untuk masa lebih dari empat abad lamanya Ibnu Rusyd mendominasi
kehidupan intelektual di Eropa, dan dalam arti yang sesungguhnya ia dapat dianggap sebagai
pelopor dari gerakan Renaissance (gerakan pencerahan kembali) yang mengangkat dunia Barat
dari alam kegelapan. Demikian pula kepemimpinan kehidupan intelektual berpindah tangan dari
Timur yang Islam ke Eropa (Barat) yang Kristen (Muchtar Kusumaatmadja). Tegasnya dunia
Barat telah berhutang demikian banyaknya kepada dunia Islam, namun mereka tidak mau
mengakuinya sebagaimana yang dituturkan oleh Leopold Weiss bahwa "Renaissance,
kebangkitan kebudayaan dan pengetahuan Barat dengan hutangnya yang besar pada sumber-
sumber Islam, terutama dari Arab, bagian besarnya disebabkan karena kontak material antara
Timur dan Barat. Eropa yang beruntung olehnya dalam lapangan kultur, jauh lebih banyak
daripada yang pernah diperoleh oleh dunia Islam; tetapi Eropa tidak pernah mengakui hutangnya
kepada kaum muslimin dengan mengurangi kebencian lamanya terhadap Islam" (Leopold Weiss,
Islam di Simpang Jalan: 38). Abdus Salam, seorang muslimin pemenang hadiah Nobel bidang
Fisika tajun 1979 menjelaskan bagaimana Michael dari Skotlandia menimba ilmu di Toledo,
Andalusia pada tahun 1220. Kemudian menyebarkannya ke Sisilia dan selanjutnya ke Eropa
Barat seperti yang sekarang kita kenal. Michael mempelajari ilmu warisan Latin Kuna, yang ada
pada masa itu memang diajarkan di Universitas Toledo dengan bahasa Arab. Sir Hamilton AR
Gibb, seorang orientalis terbesar di abad XX, guru bahasa Semit, termasuk didalamnya bahasa
Arab, yang oleh rekan-rekan kaum orientalis dipandangnya sebagai imam mereka dalam soal
Islam menyatakan bahwa " ... The Renaisance in Europe were due the stimulus of Islamic culture
and the borrowing of its intellectual and technical skills by European scholars and craftman".
(H.A.R.Gibb, Mohammedanism, The New American Library, NY, 1955).

Cendekiawan muslim yang tidak boleh dilupakan juga namanya untuk dicermati adalah Ibnu
Khaldun yang lahir di Tunisia sekitar abad IX. Ia adalah seorang ahli dalam bidang ilmu Sosial
(Sosiologi). Bahkan ada yang menyebutnya sebagai bapak Sosiologi, dikarenakan hasil
penelitian dan penyajiannya cukup ilmiah untuk pertama kalinya dalam bidang ini. Hasil
karyanya yang paling terkenal sampai sekarang masih banyak dibaca sebegai referensi, terutama
kalau hendak mengetahui tentang masyarakat bangsa Arab ialah "Muqaddimah" atau
"Introduction of Ibnu Khaldun". Dalam buku ini ia banyak menyinggung soal sistem
pemerintahan yang sedang berlaku pada waktu itu, akan tetapi isinya sampai sekarang ini tetap
relevan untuk dijadikan bahan kanian ilmiah (Muchtar Kusumatmadja: 6). Demikian pula nama
Muhyiddin Ibnul-Arabi, filosofi dan sufi yang agung dari spanyol, Al-'Iraqi dsb.

Dalam masalah pengembangan ekonomi daulah umayyah yang ada di Spanyol juga mencapai
sukses yang sangat signifikan, sebagaimana yang dituturkan oleh Turner bahwa "Di Spanyol
'industrialisasi' Islam mencapai puncaknya. Ada tambang-tambang tembaga, dan mineral-mineral
lainnya, pembuatan kapal serta kerajinan kulit, namun lagi-lagi tekstil memainkan peranan yang
besar. Bernard Lewis mengatakan bahwa di Kordoba saja ada 13.000 penenun". (Briyan
S.Turner,loc.cit.,).

Anda mungkin juga menyukai