PENGARUH AKTIVITAS SHALAT TERHADAP KADAR GULA DARAH PADA
PENDERITA DIABETES MELITUS
Disusun oleh :
Ghina Syania Zahirah
2018710079
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA JANUARI 2020 Diabetes melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. DM ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan karena jumlah insulin yang kurang atau jumlah insulin yang cukup tetapi fungsinya kurang efektif. World Health Organization (WHO) (2016) dan Cody (2011) mengemukakan bahwa Diabetes Melitus (DM) tipe 2 merupakan suatu keadaan dimana tubuh menjadi resisten terhadap insulin. Tubuh tidak dapat menggunakan produk insulin dengan efektif, atau produk insulin yang dihasilkan oleh sel β pankreas tidak mampu merangsang berlangsungnya transpor glukosa dalam darah ke sel-sel dan jaringan tubuh untuk dipakai sebagai sumber energi. Sebagai akibatnya kadar glukosa menjadi tertimbun dalam darah, yang disebut dengan hiperglikemia. Prevalensi DM di dunia semakin meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan pada negara berkembang pada tahun 2025 akan muncul 80% kasus baru (WHO, 2016). Berdasarkan data dari studi global oleh International Diabetes Federation (IDF) menunjukkan bahwa jumlah penderita DM dari keseluruhan penduduk dunia pada tahun 2015 mencapai 415 juta orang, jika tidak ditangani secara optimal jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 642 juta orang pada tahun 2040 (IDF, 2015). International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan bahwa sebanyak 183 juta orang tidak menyadari bahwa mereka menderita DM. Sebesar 80% orang dengan DM bertempat tinggal di negara berpenghasilan menengah dan rendah karena faktor penghasilan yang relatif rendah serta gaya hidup yang kurang sehat. Menurut Chaugh, penderita DM di Indonesia menduduki urutan ke empat dengan prevalensi DM pada tahun 2030 diperkirakan mencapai 21,3 juta jiwa dibawah Cina (79,4 juta jiwa), India (42,3 juta jiwa) dan US (30,3 juta jiwa). Kejadian DM di Pekanbaru meningkat dari tahun ke tahun, jumlah penderita DM tercatat 1.793 jiwa pada tahun 2015 dan meningkat menjadi 1.938 jiwa pada tahun 2016 American Diabetes Association (2016) telah menetapkan 4 pilar penatalaksanaan DM, yang salah satunya merupakan manajemen latihan fisik. Menurutnya, latihan fisik memiliki peranan penting dalam pengendalian DM selain edukasi, pengaturan diet, dan intervensi farmakologis. Latihan fisik dipercaya dapat meningkatkan pengendalian terhadap peningkatan kadar glukosa dalam darah terutama setelah makan. Selain itu juga dapat menurunkan resiko komplikasi kardiovaskular, serta berkontribusi langsung dalam program penurunan berat badan bagi penderita yang obesitas. Rajin & Zulfa (2016) menuturkan bahwa sebagian besar penderita DM tidak mampu melakukan/mempertahankan pelaksanaan aktivitas latihan fisik secara konsisten dengan bebagai alasan. Keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik ini terutama terjadi pada penderita yang mengalami kelemahan, gangguan fungsi jantung, gangguan pada sendi, dan usia lanjut. Padahal diketahui bahwa aktivitas fisik berkontribusi besar dalam mengontrol kadar glukosa darah agar tetap berada dalam batasan normal sehingga progresitas komplikasi penyakit dapat dicegah. Shalat, selain merupakan suatu aktivitas ibadah yang wajib dilakukan oleh umat islam, dari berbagai studi yang dilakukan mengungkapkan bahwa aktivitas shalat memberikan banyak manfaat bagi kesehatan tubuh sama halnya dengan melakukan aktivitas latihan fisik lainnya yang dapat meningkatkan kebugaran tubuh. Oleh karena itu, shalat merupakan alternatif pilihan yang tepat untuk meningkatkan aktivitas latihan fisik pada penderita DM yang tidak mampu melakukan /mempertahankan pelaksanaan aktivitas latihan fisik secara konsisten seperti yang telah dipaparkan di atas. Dengan demikian diharapkan dengan adanya perancangan intervensi shalat sebagai bagian dari aktivitas latihan fisik dapat membantu kontrol glikemik pada penderita DM, sehingga progresitas penyakit dan komplikasi dapat dicegah dan kualitas hidup penderita DM dapat ditingkatkan dan juga shalat dapat bermanfaat bagi tubuh pada setiap orang yang melakukannya. Hal ini disebabkan oleh pengaruh gerakan-gerakan yang dilakukan orang muslim dalam shalat. Sekaligus, dapat membekali kemampuan untuk melaksanakan berbagai macam aktivitas secara kontinu. Shalat menjadi nilai terapis sebagai olah fisik terhadap sistem otot dan tulang bagi orang yang berusia lanjut, lumpuh, dan memiliki keterbatasan yang tengah menjalankan program rehabilitasi. Dalam sebuah tulisan yang dikutip oleh Syafii dari buku “Ath-Thibb an-Nabawiy” karangan Ibnu Qayyim mengatakan, “Tidak diragukan lagi bahwa shalat benar-benar di dalamnya mengandung manfaat, diantaranya dapat menjaga fisik, melelehkan cairan-cairan tubuh, disamping menjaga kesehatan iman dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ia juga merupakan salah satu faktor yang paling bermanfaat dalam menjaga kesehatan tubuh. Bahkan ia merupakan salah satu solusi di dalam mencegah timbulnya berbagai macam penyakit kronis dan salah satu pengaktif buat tubuh, jiwa dan hati” Allah SWT berfirman: ُ ُّن ۡالقُلُ ۡوبOP ُّن قُلُ ۡوبُهُمۡ بِ ِذ ۡك ِر هّٰللا ِ ؕ اَاَل بِ ِذ ۡك ِر هّٰللا ِ ت َۡط َم ِٕٕٮOPاَلَّ ِذ ۡينَ ٰا َمنُ ۡوا َوت َۡط َم ِٕٕٮ Terjemahnya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar- Ra’d: 28). Selain itu efek fisiologis yang didapat dari gerakan-gerakan shalat, shalat juga memiliki efek jurus dalam pelaksanaannya. Doa-doa yang diucapkan selama shalat akan menimbulkan ketenangan atau bentuk relaksasi bagi yang menurutnya Menurut Guyton & Hall (2008) pada saat tubuh dalam kondisi relaksasi maka hormon-hormon stres tentunya akan mengalami supresi, sehingga kadar glukosa dalam darah dapat dipertahankan dalam kondisi normal. Seperti yang sebelumnya Newlin (2008) dalam penelitiannya yang berjudul "Relationships of Religion and Sprituality to Glycemic Control in Black Women With Type 2 Diabetes", bahwa agama dan spiritualitas memiliki hubungan yang signifikan dengan kontrol glikemik penderita Diabetes Melitus. Dimana agama dan spiritualitas menurutnya sangat erat kaitannya dengan tekanan emosional dan dukungan pada penderita Diabetes Melitus.