Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

“ PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI”

Disusun untuk memenuhi tugas Praktik Klinik

Mata Kuliah Ketrampilan Dalam Keperawatan

DISUSUN OLEH :

NAMA : FATIMATUS SANIA

NIM : 202102030078

KELAS : II C

SEMESTER : II

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN


PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

TAHUN AJARAN 2021/2022


A. PENGERTIAN DIABETES MELLITUS
Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolik kronik yang ditandai
dengan adanya hiperglikemia yang berhubungan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak, protein yang disebabkan defek insulin, sensitivitas insulin atau
keduanya dan mengakibatkan komplikasi kronis termasuk mikrovaskular,
makrovaskular dan neuropati (Dipiro et al, 2015). Menurut American Diabetes
Association (ADA) tahun 2013, diabetes melitus adalah suatu penyakit metabolik
yang ditandai dengan adanya hiperglikemia yang terjadi karena pankreas tidak
mampu mensekresi insulin, gangguan kerja insulin, ataupun keduanya. Dapat terjadi
kerusakan jangka panjang dan kegagalan pada berbagai organ seperti mata, ginjal,
saraf, jantung, serta pembuluh darah apabila dalam keadaaan hiperglikemia kronis.
Berdasarkan kriteria diagnostik dari PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia) tahun 2011, seseorang dikatakan menderita diabetes jika ada gejala
diabetes melitus dengan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dL atau adanya gejala
klasik diabetes melitus dengan kadar glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL (PERKENI,
2011).
B. TINJAUAN ANATOMI DAN FISIOLOGI
Pankreas adalah organ pipih yang terletak dibelakang dan sedikit di bawah
lambung dalam abdomen (Sloane, 2003). Pankreas merupakan kelenjar
retroperitoneal dengan panjang sekitar 12-15 cm (5-6 inchi) dan tebal 2,5 cm (1
inchi). Pankreas berada di posterior kurvatura mayor lambung. Pankreas terdiri dari
kepala, badan, dan ekor dan biasanya terhubung ke duodenum oleh dua saluran, yaitu
duktus Santorini dan ampula Vateri (Tortora & Derrickson, 2012). Pankreas terletak
di perut bagian atas di belakang perut. Pankreas adalah bagian dari sistem
pencernaan yang membuat dan mengeluarkan enzim pencernaan ke dalam usus, dan
juga organ endokrin yang membuat dan mengeluarkan hormon ke dalam darah untuk
mengontrol metabolisme energi dan penyimpanan seluruh tubuh (Daniel, 2014).
C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
1. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi
a. Usia
Di negara berkembang penderita diabetes mellitus berumur antara 45-64
tahun dimana usia tergolong masih sangat produktif. Umur merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan (Soegondo, 2011). Notoatmodjo (2012)
mengungkapkan pada aspek psikologis dan mental taraf berfikir seseorang semakin
matang dan dewasa. Menjelaskan bahwa makin tua umur seseorang maka proses
perkembangannya mental bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu
bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur
belasan tahun.
b. Riwayat keluarga dengan DM (anak penyandang DM)
Menurut Hugeng dan Santos (2017), riwayat keluarga atau faktor keturunan
merupakan unit informasi pembawa sifat yang berada di dalam kromosom sehingga
mempengaruhi perilaku.
Adanya kemiripan tentang penyakit DM yang di derita keluarga dan
kecenderungan pertimbangan dalam pengambilan keputusan adalah contoh pengaruh
genetik.
Responden yang memiliki keluarga dengan DM harus waspada. Resiko
menderita DM bila salah satu orang tuanya menderita DM adalah sebesar 15%. Jika
kedua orang-tuanya memiliki DM adalah 75% (Diabetes UK, 2010).
c. Riwayat melahirkan bayi dengan berat lahir bayi > 4000 gram atau pernah
menderita DM saat hamil (DM Gestasional) Pengaruh tidak langsung dimana
pengaruh emosi dianggap penting karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan dan
pengobatan. Aturan diit, pengobatan dan pemeriksaan sehingga sulit dalam
mengontrol kadarbula darahnya dapat memengaruhi emosi penderita (Nabil, 2012).
2. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi
a. Overweight/berat badan lebih (indeks massa tubuh > 23kg/m2 )

Salah satu cara untuk mengetahui kriteria berat badan adalah dengan
menggunakan Indeks Masa Tubuh (IMT). Berdasarkan dari BMI atau kita kenal
dengan Body Mass Index diatas, maka jika berada diantara 25-30, maka sudah
kelebihan berat badan dan jika berada diatas 30 sudah termasuk obesitas.

Menurut Nabil (2012), ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
mengurangi berat badan yaitu :

1. Makan dengan porsi yang lebih kecil.


2. Ketika makan diluar rumah, berikan sebagian porsi untuk anda untuk teman
atau anggota keluarga yang lain.
3. Awali dengan makan buah atau sayuran setiap kali anda makan.
4. Ganti snack tinggi kalori dan tinggi lemak dengan snack yang lebih sehat.
b. Aktifitas fisik kurang Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur sangat
bermanfaat bagi setiap orang karena dapat meningkatkan kebugaran, mencegah
kelebihan berat badan, meningkatkan fungsi jantung, paru dan otot serta
memperlambat proses penuaan. Olahraga harus dilakkan secara teratur. Macam
dan takaran olahraga berbeda menurut usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan dan
kondisi kesehatan. Jika pekerjaan sehari-hari seseorang kurang memungkinkan
gerak fisik, upayakan berolahraga secara teratur atau melakukan kegiatan lain yang
setara. Kurang gerakatau hidup santai merupakan faktor pencetus diabetes (Nabil,
2012).

c. Merokok Penyakit dan tingginya angka kematian (Hariadi S, 2008). Hasil uji
statistik menunjukkan ada hubungan antara merokok dengan kejadian DM tipe (p
= 0,000). Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Houston yang juga mendapatkan
bahwa perokok aktif memiliki risiko 76% lebih tinggi terserang DM Tipe 2
dibanding dengan yang tidak (Irawan, 2010). Dalam asap rokok terdapat 4.000 zat
kimia berbahaya untuk kesehatan, dua diantaranya adalah nikotin yang bersifat
adiktif dan yang bersifat karsinogenik.

d. Hipertensi (TD > 140/90 mmHg) Jika tekanan darah tinggi, maka jantung akan
bekerja lebih keras dan resiko untuk penyakit jantung dan diabetes pun lebih
tinggi. Seseorang dikatakan memiliki tekanan darah tinggi apabila berada dalam
kisaran > 140/90 mmHg. Karena tekanan darah tinggi sering kali tidak disadari,
sebaiknya selalu memeriksakan tekanan darah setiap kali melakukan pemeriksaan
rutin (Nabil, 2012).
D. MEKANISME/PROSES KERJA
1. Perencanaan makanStandar yang dianjurkan adalah makan dengan komposisi
seimbangandalam hal Karbohidrat (KH), Protein, lemak yang sesuai kecukupan gizi
a. KH 60-70 %
b. Protein 10-15 %
c. Lemak 20 25 %
Beberapa cara menentukan jumlah kelori uantuk pasien DM melalui perhitungan
menurut Bocca: Berat badan (BB) Ideal: (TB – 100) – 10% kg
1). BB ideal x 30% untuk laki-lakiBB ideal x25% untuk WanitaKebutuan kalori
dapat ditambah lagi dengan kegiatan sehari-hari:
Ø Ringan : 100 – 200 Kkal/jam
Ø Sedang : 200– 250 Kkal/jam
Ø Berat : 400 – 900 Kkal/jam
2). Kebutuhhan basal dihitung seperti 1), tetapi ditambah kalori berdasarkan
persentase kalori basal:
Ø Kerja ringan ditambah 10% dari kalori basal
Ø Kerja sedang ditambah 20% dari kalori basal
Ø Kerja berat ditambah 40 – 100 % dari kalori basalØ
Pasien kurus, masih tumbuh kumbang, terdapat infeksi, sedang hamil ataumenyesui,
ditambah 20 – 30-% dari kalori basal
3) Suatu pegangan kasar dapat dibuat sebagai berikut:
Ø Pasien kurus : 2300– 2500 Kkal
Ø Pasien nermal : 1700 – 2100 Kkal
Ø Pasien gemuk : 1300 – 1500 Kkal
2. Latihan jasmani
Dianjurkan latihian jasmani secara teratur (3 – 4 x seminggu) selamakurang lrbih 30
menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta. Latihian
yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging, lari,renang, bersepeda dan
mendayung. Sespat muingkain zona sasaran yaitu 75 – 85% denyut nadi maksimal :
DNM = 220-umur (dalam tahun)
3. Pengelolaan farmakologi
a. Obat hipoglikemik oral (OHO)
1) Golongan sulfonilures bekerja dengan cara:
- Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan
- Menurunkan ambang sekresi insulin
-Meningkatkna sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa
2) BiguanidMenurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai bawah
normal.Preparat yang ada dan aman adalah metformin. Obat ini dianjurkan untuk
pasien gemuk
3)Inhibitor alfa glukosidaseSecara kompettitf menghambat kerja enzim alfa
glukosidase di dalamsaluran cerna sehingga menrunkan hiperglikemia pasca
pransial4) Insulin sensitizing agentThoazolidinediones adalah golongan obat baru
yang mempunyai sfekfarmakologi meningkatkan sensitivitas insulin sehingga bisa
mengatasinasalah resistensi insulin dan berbagai masalah akibat resistensi
insulintanpa menyebabkan hipoglikemia.

E. PATHWAY

.
F. KELUHAN KELUHAN YANG SERING MUNCUL
Keluhan Utama Penderita diabetes melitus timbul gejala yaitu poliuria,
polidipsia, polifagia, berat badan menurun, lemah, kesemutan, gatal, visus menurun,
bisul/ luka, keputihan (Rendy & Margareth, 2012).
G. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan
hubungan kerja sama antara perawat dengan klien dan keluarga, untukmencapai
tingkat kesehatan yang optimal dalam melakukan proses terapeutikmaka perawat
melakukan metode ilmiah yaitu proses keperawatan.Proses keperawatan merupakan
tindakan yang berurutan yang dilakukansecara sistematis dengan latar belakang
pengetahuan komprehensif untukmengkaji status kesehatan klien, mengidentifikasi
masalah dan diagnosa,merencanakan intervensi mengimplementasikan rencana dan
mengevaluasirencana sehubungan dengan proses keperawatan pada klien dengan
gangguansistem endokrin.
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitusdilakukan
mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayatkesehatan, keluhan
utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan
sehari-hari.Hal yang perlu dikaji pada klien degan Diabetes Mellitus :a. Aktivitas dan
istirahat :Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat
dantidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma. b.
SirkulasiRiwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan
padaekstremitas bawah,luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola
matacekung.c. EliminasiPoliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung
dan pucat.
e. Nutrisi Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.e.
NeurosensoriSakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah
otot,disorientasi, letargi, koma dan bingung.f. NyeriPembengkakan perut,
meringis.g. RespirasiTachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.h.
KeamananKulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.i.
SeksualitasAdanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun
danterjadi impoten pada pria.

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori,
maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien Diabetes Mellitus
yaitu :
a.Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
b.Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
denganketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
c.Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
d.Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan
denganketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
e.Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
f.Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif
yangtidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
g.Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, kesalahan
interpretasiinformasi.
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
1). Manajemen hypovolemia
Defenisi: mengidentifikasi dan mengelola penurunan volume cairan Intravaskuler.
Tidakan Observasi:
1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia. ( mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun,
membrane mukosa kering, volume urine menurun, hematocrit meningkat, haus,
lemah)
2. Monitor intake dan output cairan.
Terapeutik
1. Hitung kebutuhan cairan
2. Berikan posisi modified trendelenbung
3. Berikan asupan cairan oral
Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
2. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCI, RL)
2. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCI 0,4%)
3. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. Albumin, plasmanate)
4. Kolaborasi pemberian produk darah.
2. Manajemen
Syok Hipovolemik (SIKI: I. 02050)
Defenisi: mengidentifikasi dan mengelola ketidakmampuan tubuh menyediakan
oksigen dan nutrien untuk mencukupikebutuhan jaringan akibat kehilangan
cairan/darah berlebih. Tindakan:
Observasi:
1. Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napas, TD)
2. Monitor status oksigenasi
3. Monitor status cairan
4. Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
5. Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap adanya DOTS (deformity defomitas,
open wound/ luka, tendermess/nyeri tekan, swelling/bengkak
Terapeutik:
1. Pertahankan jalan napas
2. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen>94%
3. Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perluh
4. Lakukan penekanan langsung pada pendarahan eksternal
5. Berikan posisi syok
6. Pasang jalur IV berukuran besar (mis. No 14 atau 16)
7. Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine
8. Pasang selang nasogastric untuk dekomprelambung
9. Ambil darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan eletrolit
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 1-2 L pada dewasa
2. Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 20 ml/kgBB pada anak
3. Kolaborasi pemberian transfuse darah, jika perlu
Perawatan kulit (SIKI: I. 11353)
Defenisi: mengidentifikasi dan merawat kulit untuk menjaga keutuhan, kelembaban
dan mencegah perkembangan mikroorganisme.
Tindakan Observasi:
1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan sirkulasi,
perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu lingkungan ekstrim,
penurunan mobilitas)

Terapeutik:
1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
2. lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang. Jika perlu
3. Bersihkan perineal dengan air hangat , terutama selama periode diare
4. Gunakan produk berbagan petroleum atau minyak pada kulit kering
5. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalengik pada kulit sensitive
6. Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering
Edukasi:
1. Anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lation, serum)
2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan buah dan sayuran
4. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstriem
5. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada di luar rumah
6. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya.
Resiko Infeksi (SDKI: D. 0142)
Luaran utama: Pencegahan Infeksi (SIKI: I.14539)
Defenisi: mengidentifikasi dan menurunkan risiko terserang organisme palogenik
Tindakan Observasi:
Monitor dan dan gejala infeksi local dan sistemtik Terapeutik:
1. Batasi jumlah pengunjung
2. Berikan perawatan kulit pada area edema
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
4. Pertahankan teknik aseptic pada pasien resiko tinggi Edukasi:
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan

DAFTAR PUSTAKA

PERKERNI.(2015).Konsensus pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di


Indonesia. Jakarta

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas ).2017. Badan penelitian dan pengembangan Kesehatan

PPNI PPNI DPP SIKI Pokja Tim, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 :
Jakarta:

Mengenal Penyakit Diabetes Melitus. Jakarta : Penebit Keenbooks Smeltzer, S.C dan B,G
Bare. 2015.

Baru Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC Tarwoto, dkk,
2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: Trans Info Mediaq

Anda mungkin juga menyukai