Anda di halaman 1dari 13

Gagal ginjal

kronis
Kelompok 7

 Fara Rosa Shabrina (202102030075)


 Fatimatus Sania (202102030078)
 Jesika Putri Aji P. (202102030079)
 Yogi Sekar Anjani (202102030080)
DEFINISI
Gagal ginjal kronik adalah suatu kerusakan fungsi ginjal progresif
sehingga menyebabkan terjadinya uremia atau biasa disebut dengan
kelebihan urea dalam darah. Gagal ginjal kronik merupakan terjadinya
penurunan fungsi ginjal dalam jangka waktu menahun yang
menyebabkan tubuh gagal menjaga keseimbangan metabolisme dan
cairan elektrolit. Penyakit gagal ginjal kronik tahap akhir ditandai
dengan penurunan keadaan fungsi ginjal irreversible dan pada suatu
derajat diperlukan tindakan transpaltasi ginjal. (Rahayu, 2018)
ETIOLO
GI
Gagal ginjal kronik banyak disebabkan oleh
nefropati DM, penyakit ginjal herediter,
nefritis interstital, uropati obstruksi,
glomerulus nefritis, dan hipertensi.
Sedangkan kejadian gagal ginjal kronik di
Indonesia banyak disebabkan karena infeksi
yang terdapat pada saluran kemih, batu pada
saluran kencing, nefropati diabetic,
nefroskelosis hipertensi, dan lain
sebagainya (Divanda et al., 2019).
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi awal dari penyakit gagal ginjal kronik sesuai dengan penyakit
yang mendasarinya namun proses selanjutnya mayoritas sama. Dari
berbagai macam penyebabnya seperti nefropati DM, penyakit ginjal
turunan, darah tinggi maupun infeksi yang terjadi pada saluran kemih yang
kemudian menimbulkan rusaknya glomerulus diteruskan dengan terjadinya
kerusakan pada nefron yang terdapat pada glomerulus sehingga nilai
Glomerulus Filtration Rate mengalami penurunan, hal ini akan memicu
terjadinya penyakit gagal ginjal kronik dimana fungsi ginjal akan terjadi
ketidakstabilan pada proses ekskresi maupun sekresi. Hilangnya kadar
protein yang mengandung albumin serta antibodi yang disebabkan karena
kerusakan pada glomerulus akan menyebabkan tubuh mudah terinfeksi dan
aliran darah akan mengalami penurunan (Divanda, 2019).
MANIFESTASI KLINIS
Menurut (Rao, 2012) adalah sebagai berikut :
Sistem kardiovaskuler : Manifestasi klinis pada sistem kardiovaskuler antara
01 lain hipertensi, gagal jantung kongestif, dan pembesaran pada vena jugularis
akibat dari cairan yang berlebihan.

02 Pulmoner ditandai dengan adanya krekels, sputum kental, serta napas dangkal.

Gejala dermatologi seperti gatal – gatal pada kulit yang disebabkan adanya
03 penyumbatan kristal ureum di area kulit bagian bawah, kulit kering dan
bersisik, kulit bewarna abu – abu mengkilat, rambut tipis dan mudah rapuh.

Gejala gastrointensial seperti anoreksia, mual, muntah, cegukan, indra


04 penciuman menurun, konstipasi serta diare.
Next:

Gejala neurologi seperti kelemahan, tingkat kesadaran menurun, kejang,


05 susah untuk berkonsentrasi.

06 Salah satu gejala dari musculoskeletal seperti kram pada otot, otot
mengalami penurunan kekuatan, patah tulang serta tekanan pada kaki.

07 Gejala reproduksi seperti amenor serta atrofi testikuler.


PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a
Analisa pada urine dapat digunakan untuk menunjang dan melihat
terjadinya kelainan pada fungsi ginjal.

PEMERIKSAAN RADIOLOGI
B 1) Flat flat radiografi untuk mengetahui klasifikasi dari ginjal.
2) Computer Tomography Scan untuk mengetahui dengan jelas bagian
anatomi ginjal.
3) Intervenous Pyelography digunakan sebagai evaluasi dari kerja ginjal.
4) Arterional Angiography untuk mengetahui kapiler ginjal, vena serta
sistem arteri menggunakan kontras.
5) Magnetic Rosonance Imaging untuk mengevaluasi suatu persoalan yang
diakibatkan oleh infeksi pada ginjal.
6) Biopsi Ginjal digunakan untuk diagnosa kelainan pada ginjal.
KOMPLIKA
SI
Komplikasi yang akan terjadi terhadap penyakit
gagal ginjal kronik salah satunya adalah anemia,
anemia yang terjadi terhadap laki – laki dapat
terjadi ketika hemoglobin <13g/dl dan pada
perempuan saat hemoglobin <12g/dl (Ismatullah,
2015). Anemia yang terjadi pada pasien gagal
ginjal kronik disebabkan oleh pengurangan
terhadap massa nefron yang selanjutnya
menyebabkan produksi eritropoetin menurun.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
GAGAL GINJAL KRONIS
PENGKAJIAN
1. Faktor biologis berkaitan dengan patofisiologi. Faktor risiko yang
berhubungan dengan penampilan tubuh akibat kehilangan anggota tubuh
(kecacatan tubuh) penurunan atau kehilangan fungsi tubuh akibat penyakit
gagal ginjal Trauma, pembedahan, maupun cacat bawaan juga menjadi faktor
risiko harga diri rendah kronis.
2. Faktor psikologis (situasi personal, perkembangan maupun lingkungan).
3. Faktor perkembangan individu juga dapat menjadi faktor risiko harga diri
rendah.
4. Faktor Sosial Budaya.
a) Sosial ekonomi rendah.
b) Riwayat penolakan lingkungan masyarakat.
c) Tingkat pendidikan rendah.
Next:

DIAGNOSA
KEPERAWATAN

Penyebab timbulnya gangguan harga diri


rendah dapat di jelaskan sebagai harga diri
rendah merupakan core problem (masalah
utama)
Next:
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
Tindakan keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah dapat dilakukan secara individu
maupun kelompok. Tindakan keperawatan yang diberikan pada pasien secara individu sebagai
berikut:
1. Strategi pelaksanaan (SP) 1: tindakan keperawatan pada pasien harga diri rendah yaitu:
Bantu pasien untuk mengenal masalah harga dirinya, Bantu pasien untuk mengungkapkan
perasaannya kepada orang lain.
2. Strategi pelaksanaan (SP) 2: tindakan keperawatan pada pasien harga diri rendah yaitu:
Evaluasi jadwal latihan SP 1 dan berikan pujian pada pasien, anjurkan pasien untuk memilih
daftar kegiatan lainnya yang dapat meningkatkan kemampuan positif/ harga dirinya.
3. Strategi pelaksanaan (SP) 3: tindakan keperawatan pada pasien harga diri rendah yaitu:
Evaluasi jadwal latihan SP 1, SP 2 dan berikan pujian pada pasien, anjurkan pasien untuk
menambahkan daftar kemampuan atau aspek positif lainnya.
4. Strategi pelaksanaan (SP) 4: tindakan keperawatan pada pasien halusinasi yaitu: Evaluasi
hasil kegiatan harian pasien sesuai SP 1, SP 2, dan SP 3, lakukan latihan yang telah
dituliskan sampai semua kemampuan dapat dilatih dan terjadi perubahan perilaku yang
dapat meningkatkan harga dirinya.
Next:

EVALUASI
Proses evaluasi dilakukan untuk menilai keberhasilan dari
tindakan keperawatan dan strategi rencana tindakan
keperawatan selanjutnya.

DOKUMENTASI
Dokumentasi asuhan keperawatan pada catatan perkembangan
perawatan sangat penting dilakukan perawat.
THANK
YOU!

Anda mungkin juga menyukai