Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE)

DI SUSUN OLEH :
NAMA : ZAENURI
NIM : 6201904040333

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Chronic Kidney Disease adalah kondisi ireversibel di
mana fungsi ginjal menurun dari waktu ke waktu. CKD biasanya
berkembang secara perlahan dan progresif, kadang sampai
bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak menyadari bahwa
kondisi mereka telahn parah. Kondisi fungsi ginjal memburuk,
kemampuan untuk memproduksi erythropoietin yang memadai
terganggu, sehingga terjadi penurunan produksi baru sel-sel
darah merah dan akhirnya terjadi anemia. Dengan demikian,
anemia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada CKD,
dan sekitar 47% pasien dengan CKD anemia.
Diseluruh dunia menurut National Kidney Foundation
(2004), 26 juta orang dewasa Amerika telah mengalami CKD,
dan jutaan orang lain beresiko terkena CKD. Perhimpunan
nefrologi indonesia menunjukkan 12,5 persen dari penduduk
indonesia mengalami penurunan fungsi ginjal, itu berarti secara
kasar lebih dari 25 juta penduduk mengalami CKD.
Chronic Kidney Disease merupakan gangguan fungsi
renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia. Diperkirakan hingga
tahun 2015 Data WHO dengan kenaikan dan tingkat persentase
dari tahun 2009 sampai sekarang 2011 sebanyak 36 juta orang
warga dunia meninggal dunia akibat penyakit Cronic Kidney
Disease (CKD).
Prevalensi CKD terutama tinggi pada orang dewasa yang
lebih tua, dan ini pasien sering pada peningkatan risiko
hipertensi. Kebanyakan pasien dengan hipertensi akan
memerlukan dua atau lebih antihipertensi obat untuk mencapai
tujuan tekanan darah untuk pasien dengan CKD. Hipertensi
adalah umum pada pasien dengan CKD, dan prevalensi telah
terbukti meningkat sebagai GFR pasien menurun. prevalensi
hipertensi meningkat dari 65% sampai 95% sebagai GFR
menurun 85-15ml / min/1.73m2. Penurunan GFR dapat ditunda
ketika proteinuria menurun melalui penggunaan terapi
antihipertensi (Eskridge, 2010) Penanganannya seperti
pemantauan ketat tekanan darah, kontrol kadar gula darah
(Thakkinstian, 2011).Kardiovaskular (CVD) adalah penyebab
utama kematian pada pasien dengan CKD
Peneliti melakukan study dokumentasi tentang penyakit
CKD di instalasi rekam medik RSUD Dr Moewardi, data yang
didapat menunjukkan bahwa terdapat pasien rawat inap
sebanyak 111 orang dan rawat jalan 282 orang pada bulan
januari sampai desember tahun 2010.Pada bulan januari sampai
juli tahun 2011 terdapat rawat inap sebanyak 249 orang dan
pada bulan januari sampai November 2011 rawat jalan sebanyak
316 orang.
Penyakit CKD merupakan penyakit yang memerlukan
perawatan dan penanganan seumur hidup. Fenomena yang
terjadi banyak klien yang keluar masuk Rumah Sakit untuk
melakukan pengobatan dan dialisis. Oleh karena itu peran
perawat sangat penting dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien CKD, serta diharapkan tidak hanya terhadap
keadaan fisik klien tetapi juga psikologis klien. Berdasarkan hal
tersebut maka saya tertarik untuk menyusun tugas profesi Ners
tentang asuhan keperawatan dengan Chronic Kidney Disease di
RSUD Kayen sebagai pemenuhan tugas pribadi

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan yang diinginkan penulis yaitu
diperolehnya pengalaman nyata dalam memberikan Asuhan
Keperawatan pada Tn. K dengan CKD di Ruang Hemodialisa
RSUD Kayen
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan selama 3x24
jam maka diharapkan penulis dapat :
1. Melaksanakan pengkajian pada klien dengan CKD
2. Membuat analisa data keperawatan pada klien CKD
3. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan CKD
4. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan CKD
5. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan CKD
6. Mengidentifikasi faktor pendukung, penghambat serta dapat
mencapai solusinya.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah
nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2011; 1448)
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal
yang progresif dan lambat,biasanya berlangsung beberapa
tahun. (Price, 2010; 812)

B. Etiologi
Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis
· Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis
· Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus
sistemik, poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
· Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal
polikistik,asidosis tubulus ginjal
· Penyakit metabolik misalnya DM ,gout , hiperparatiroidisme,
amiloidosis
· Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati
timbal
· Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli
neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian
bawah: hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital
pada leher kandung kemih dan uretra.
· Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis

C. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik menurut Suyono (2012) adalah sebagai
berikut:
a. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi
perikardiac dan gagal jantung akibat penimbunan cairan,
gangguan irama jantung dan edema.
b. Gannguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak,
suara krekels.
c. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan
metabolisme protein dalam usus, perdarahan pada saluran
gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau
ammonia.
d. Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga selalu
digerakan ), burning feet syndrom ( rasa kesemutan dan
terbakar, terutama ditelapak kaki ), tremor, miopati ( kelemahan
dan hipertropi otot – otot ekstremitas.
e. Gangguan Integumen
kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan
akibat penimbunan urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku
tipis dan rapuh.
f. Gangguan endokrim
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun,
gangguan menstruasi dan aminore. Gangguan metabolic
glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin D.
g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam
dan basa
biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi
kehilangan natrium dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia,
hipomagnesemia, hipokalsemia.
h. System hematologi
anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi
eritopoetin, sehingga rangsangan eritopoesis pada sum – sum
tulang berkurang, hemolisis akibat berkurangnya masa hidup
eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi
gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.

D. Pathofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron
(termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang
lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh
hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat
disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR /
daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk
berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa
direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak
oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya
gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-
gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah
hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian
nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih
rendah itu. ( Barbara C Long, 2010, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein
(yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam
darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh.
Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan
semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis.
Klasifikasi
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
- Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar
kreatinin serum normal dan penderita asimptomatik.
- Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 %
jaringan telah rusak, Blood Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat,
dan kreatinin serum meningkat.
- Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.
K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan
stadium dari tingkat penurunan LFG :
- Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria
persisten dan LFG yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73
m2
- Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan
LFG antara 60-89 mL/menit/1,73 m2
- Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59
mL/menit/1,73m2
- Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-
29mL/menit/1,73m2
- Stadium5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2
atau gagal ginjal terminal.

Pathway
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD
dibagi tiga yaitu :
a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- peritoneal dialysis
biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak
bersifat akut adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial
Dialysis )
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena
dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis
dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah
maka dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung
( vaskularisasi ke jantung )
c) Operasi
- Pengambilan batu
- transplantasi ginjal

F. Pemeriksaan Penunjang
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama
intervensi maka perlu pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan
baik secara medis ataupun kolaborasi antara lain :
1. Pemeriksaan lab.darah
- hematologi
Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
- RFT ( renal fungsi test )
ureum dan kreatinin
- LFT (liver fungsi test )
- Elektrolit
Klorida, kalium, kalsium
- koagulasi studi
PTT, PTTK
- BGA
2. Urine
- urine rutin
- urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
3. Pemeriksaan kardiovaskuler
- ECG
- ECO
4. Radiodiagnostik
- USG abdominal
- CT scan abdominal
- BNO/IVP, FPA
- Renogram
- RPG ( retio pielografi )

G. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise, gangguan
tidur (insomnia / gelisah atau somnolen)
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang
gerak
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi lama, atau berat, palpitasi, nyeri dada
(angina)
Tanda : Hipertensi, nadi kuat,edema jaringan umum dan pitting
pada kaki, telapak,tangan, disritmia jantung.
Nadi lemah halus,hipotensi ortostatik menunjukan hipovolemia,
pucat, kecenderungan perdarahan.
3) Integritas ego
Gejala : Factor stress, contoh financial, hubungan dan
sebagainya, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada
kekuatan.
Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,
perubahan kepribadian
4) Eliminasi
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, abdomen
kembung, diare, atau konstipasi.
Tanda : Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah,
cokelat,berawan, oliguria, dapat menjadi anuria.
5) Makanan/ cairan
Gejala : Peningkatan berat badan cepat (edema), penuruna
berat badan (malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah,
rasa metalik tak sedap di mulut (pernapasan amonia),
penggunaan diuretic
Tanda : Distensi abdomen / asites, pembesaran hati,,
perubahan turgor kulit / kelembaban, edema
(umum,tergantung), ulserasi gusi, perdarahan gusi / lidah,
penurunan oto, penurunan lemak subkutan, penampilan tak
bertenaga.
6) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang,
sindrom “ kaki gelisah”,
Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang
perhatian, ketidakmampuan berkosentrasi, kehilangan memori,
kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma, rambut tipis,
kuku rapuh dan tipis.
7) Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala ; kram otot/nyeri kaki
(memburuk saat malam hari)
Tanda : Perilaku berhati-hati/ distraksi, gelisah.
8) Pernapasan
Gejala : napas pendek ; dispnea nocturnal paroksimal ; batuk
dengan / tanpa sputum kental dan banyak.
Tanda : Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman
(pernapasan kusmaul), batuk produktif dengan sputum merah
muda – encer (edema paru).
9) Keamanan
Gejala : Kulit gatal, ada/ berulangnya infeksi
Tanda : Pruritus, demam,(sepsis, dehidrasi), normotermia dapat
secara actual terjdai peningkatan pada pasie yang mengalami
suhu tubuh lebih rendah dari normal., petechie,
10) Seksualitas
Gejala : Penurunan libido ; amenorea ; infertilitas
11) Interaksi social
Gejala : kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu
bekerja, mempertahankn fungsi peran biasanya dalam keluarga.
12) Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : riwayat DM keluarga (resiko tinggi untuk gagal ginjal),
penyakit polikistik, nefritis herediter,kalkulus urinaria, malignasi,
riwayat terpajan oleh toksin, contoh, obat, racun lingkungan
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien CKD adalah:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan
haluaran urin, diet berlebih dan retensi cairan serta natrium.
2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet, dan
perubahan membrane mukosa mulut.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan,
anemia,retensi produk sampah danprosedur dialysis
4. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan,
perubahan peran, perubahan pada citra diri dan disfungsi
seksual.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, dan program
penanganan
3. Rencana Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan
haluaran urin, diet berlebih dan retensi cairan serta natrium.
Tujuan:
Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan
Intervensi:
a. Kaji status cairan ; timbang berat badan,keseimbangan
masukan dan haluaran, turgor kulit dan adanya edema, distensi
vena leher,tekanan darah, denyut dan irama nadi.
R: pengkajian merupakan data dasar berkelanjutan untuk
memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi.
b. Batasi masukan cairan
R: pembatasan cairan akan menentuka berat tubuh ideal,
haluaran urin,dan respon terhadap terapi.
c. Identifikasi sumber potensial cairan ; medikasi dan cairan
yang digunakan untuk pengobatan oral dan intravena, makanan.
R: sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat
diidentifikasi.
d. Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan
R:pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga
dalam pembatasan cairan.
e. Beritahu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat
pembatasan cairan
R: kenyamanan pasien meningkatkan kepatuhan terhadap
pembatasan diet.
f. Tingkatkan dan dorong hygiene oral dengan sering
R: hygiene oral mengurangi kekeringan membrane mukosa
mulut.
2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet, dan
perubahan membrane mukosa mulut.
Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat.
Intervensi:
a. Kaji status nutrisi ; perubahan berat badan, nilai
laboratorium BUN,Kreatinin.
R: Menyediakan data dasar untuk memantau perubahan dan
mengevaluasi intervensi
b. Kaji pola diet nutrisi pasien ; riwayat diet, makanan
kesukaan, hitung kalori.
R: pola diet dahulu dan sekarang dapat dipertimbangkan dalam
menyusun menu.
c. Kaji factor yang berperan dalam merubah masukan
nutrisi ; anoreksia, mual atau muntah, diet yang tidak
menyenangkan bagi pasien, depresi,kurang memahami
pembatasn diet,stomatitis.
R: menyediakan informasi mengenai faktro lain yang dapat
dirubah atau dihilangkan untuk meningkatkan masukan oral.
d. Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-
batas diet.
R: Mendorong peningkatan masukan diet
e. Tingkatkan masukan protein yang mengandung nilai biologis
tinggi telur, produk susu, daging.
R: protein lengkapdiberikan untuk mencapai keseimbangan
nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan dan penyembuhan.
f. Anjurkan camilan tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium
diantara waktu makan.
R: Mengurangimakanan dan protein yang dibatasi dan
menyediakan kalori untuk energy, membagi protein untuk
pertumbuhan dan penyembuhan jaringan.
g. Jelaskan rasional pembatasan diet dan hubungannya dengan
penyakit ginjal dan peningkatan urea dan kadar kreatinin.
R: Meningkatkan pemahaman pasien tentang hubungan antara
diet, urea,kadar kreatinin dengan penyakit renal.
h. Ubah jadwal medikasi sehingga medikasi ini tidak segera
diberikan sebelum makan
R: Ingesti medikasi sebelum makan menyebabkan anoreksia
dan rasa kenyang.
i. Sediakan daftar makanan yang dianjurkan secara tertulis dan
anjuran untuk memperbaiki rasa tanpa menggunakan natrium
atau kalium.
R: Daftar yang dibuat menyediakan pendekatan positif terhadap
pembatasan diet dan merupakan referensi untuk pasien dan
keluarga yang dapat digunakan dirumah.
j. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu
makan
R: Faktor yang tidak menyenangkan yang berperan dalam
menimbulkan anoreksia dihilangkan.
k. Timbang berat badan harian
R: Untuk memantau status cairan dan nutrisi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan,
anemia,retensi produk sampah danprosedur dialisis
Tujuan: Berpartisipasi dalam dalam aktivitas yang dapat
ditoleransi.
Intervensi:
a. Kaji factor yang menimbulkan keletihan ;
anemia,ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,retensi produk
sampah,depresi.
R: Menyediakan informasi tentang indikasi tingkat keletihan.
b. Tingkatkan kemndirian dalam aktivitas perawatan diri yang
dapat ditoleransi ; bantu jika keletihan terjadi.
R: Meningkatkan aktivitas ringan / sedang dan memperbaiki
harga diri.
c. Anjurkan aktivitas alternative sambil istirahat.
R: Mendorong latihan dan aktivitas dalam batas-batas yang
dapat ditoleransi dan istirahat yang adekuat.
d. Anjurkan untuk istirahat setelah dialisis
R: Istirahat yang adekuat dianjurkan setelah dialysis, yang bagi
banyak paisen sangat melelahkan.
4. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan,
perubahan peran, perubahan pada citra diri dan disfungsi
seksual.
Tujuan: Memperbaiki konsep diri
Intervensi:
a. Kaji respons dan reaksi pasien dan keluarga terhadap
penyakit dan penanganan.
R: Menyediakan data tentang masalah pada pasien dan
keluarga dalam menghadapi perubahan perubahan dalam hidup.
b. Kaji hubungan antara pasien dengan anggota keluarga
terdekat.
R: Penguatan dan dukungan terhadap pasien diidentifikasi
c. Kaji pola koping pasien dan anggota keluarga
R: Pola koping yang telah efektif dimasa lalu mungkin potensial
destrukstif ketika memandang pembatasan yan ditetapkan akibat
penyakit dan penanganan.
d. Ciptakan diskusi terbuka tentang perubahan yang terjadi
akibat penyakit dan penanganan ; perubahan peran, perubahan
gaya hidup, perubahan dalam pekerjaan, perubahan sekual,
ketergantungan pada tim tenaga kesehatan
R: Pasien dapat mengidentifikasi masalah dan langkah- langkah
yang diperlukan untuk menghadapinya.
e. Gali cara alternative untuk ekspresi seksual lain selain
hubungan seksual.
R: Bentuk alternative ekspresi seksual dapat diterima.
f. Diskusikan peran member dan menerima cinta,
kehangatan, dan kemesraan.
R: Seksualitas mempunyai arti yang berbeda bagi tiap individu,
tergantung pada tahap maturitansnya.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, dan program
penanganan berhungan dengan kurang informasi.
Tujuan: Meningkatkan pengetahuan mengenai kondisi dan
penanganan yang bersangkutan.
Intervensi:
a. Kaji pemahaman mengenai penyebab gagal ginjal,
konsekuensinya, dan penanganannya ; penyebab gagal ginjal
pasien, pengertian gagal ginjal, pemahaman mengenai fungsi
renal, hubungan antara cairan, pembatasan diet dengan gagal
ginjal, rasional penanganan (hemodialisis, dialysis peritoneal,
transplantasi)
R: Merupakan instruksi dasar untuk penjelasan dan penyuluhan
lebih lanjut.
b. Jelaskan fungsi renal dan konsekuensi gagal ginjal sesuai
dengan tingkat pemahaman dan kesiapan pasien untuk belajar
R: Pasien dapat belajar tentang gagal ginjal dan penaganan
setelah mereka siap untuk memahami dan menerima diagnosis
dan konsekuensinya.
c. Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara untuk
memahami berbagai perubahan akibat penyakit dan
penanganan yang mempengaruhi hidupnya.
R: Pasien dapa melihat bahwa kehidupannya tidak harus
berubah akibat penyakit.
d. Sediakan informasi baik tertulis maupun secara oral dengan
tepat tentang ; fungsi dan kegagalan renal, pembatasan cairan
dan diet, medikasi, melaporkan masalah, tanda dan gejala,
jadwal tindak lanjut, sumber di komunitas, pilihan terapi.
R: Pasien memiliki informasi yang dapat digunakan untuk
klarifikasi selanjutnya di rumah.

H. Daftar Pustaka
Barbara, K . 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep
Proses dan Praktik edisi VII Volume I. Jakarta : EGC
Brunner dan Suddarth. 2011. Keperawatan Medikal Bedah Edisi
8 Volume 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Eskridge C. W. 2010. "The impact of ethics courses on student
attitudes and behavior regarding cheating". Journal of College
Student Development. Aiken L. R.
Price, SA, Wilson, LM. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Volume 2 Ed/6. Hartanto H, Susi N, Wulansari
P, Mahanani DA, editor. Jakarta: EGC; 2010. BAB 53, Penyakit
Serebrovaskular; hal. 1106-1129
Suyono, Slamet, 2012. Diabetes Melitus di Indonesia. In : Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi IV. Jakarta
Thakkinstian, (2011), A simplified clinical prediction score of
chronic kidney disease

Anda mungkin juga menyukai