DI SUSUN OLEH :
NAMA : ZAENURI
NIM : 6201904040333
A. LATAR BELAKANG
Chronic Kidney Disease adalah kondisi ireversibel di
mana fungsi ginjal menurun dari waktu ke waktu. CKD biasanya
berkembang secara perlahan dan progresif, kadang sampai
bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak menyadari bahwa
kondisi mereka telahn parah. Kondisi fungsi ginjal memburuk,
kemampuan untuk memproduksi erythropoietin yang memadai
terganggu, sehingga terjadi penurunan produksi baru sel-sel
darah merah dan akhirnya terjadi anemia. Dengan demikian,
anemia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada CKD,
dan sekitar 47% pasien dengan CKD anemia.
Diseluruh dunia menurut National Kidney Foundation
(2004), 26 juta orang dewasa Amerika telah mengalami CKD,
dan jutaan orang lain beresiko terkena CKD. Perhimpunan
nefrologi indonesia menunjukkan 12,5 persen dari penduduk
indonesia mengalami penurunan fungsi ginjal, itu berarti secara
kasar lebih dari 25 juta penduduk mengalami CKD.
Chronic Kidney Disease merupakan gangguan fungsi
renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia. Diperkirakan hingga
tahun 2015 Data WHO dengan kenaikan dan tingkat persentase
dari tahun 2009 sampai sekarang 2011 sebanyak 36 juta orang
warga dunia meninggal dunia akibat penyakit Cronic Kidney
Disease (CKD).
Prevalensi CKD terutama tinggi pada orang dewasa yang
lebih tua, dan ini pasien sering pada peningkatan risiko
hipertensi. Kebanyakan pasien dengan hipertensi akan
memerlukan dua atau lebih antihipertensi obat untuk mencapai
tujuan tekanan darah untuk pasien dengan CKD. Hipertensi
adalah umum pada pasien dengan CKD, dan prevalensi telah
terbukti meningkat sebagai GFR pasien menurun. prevalensi
hipertensi meningkat dari 65% sampai 95% sebagai GFR
menurun 85-15ml / min/1.73m2. Penurunan GFR dapat ditunda
ketika proteinuria menurun melalui penggunaan terapi
antihipertensi (Eskridge, 2010) Penanganannya seperti
pemantauan ketat tekanan darah, kontrol kadar gula darah
(Thakkinstian, 2011).Kardiovaskular (CVD) adalah penyebab
utama kematian pada pasien dengan CKD
Peneliti melakukan study dokumentasi tentang penyakit
CKD di instalasi rekam medik RSUD Dr Moewardi, data yang
didapat menunjukkan bahwa terdapat pasien rawat inap
sebanyak 111 orang dan rawat jalan 282 orang pada bulan
januari sampai desember tahun 2010.Pada bulan januari sampai
juli tahun 2011 terdapat rawat inap sebanyak 249 orang dan
pada bulan januari sampai November 2011 rawat jalan sebanyak
316 orang.
Penyakit CKD merupakan penyakit yang memerlukan
perawatan dan penanganan seumur hidup. Fenomena yang
terjadi banyak klien yang keluar masuk Rumah Sakit untuk
melakukan pengobatan dan dialisis. Oleh karena itu peran
perawat sangat penting dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien CKD, serta diharapkan tidak hanya terhadap
keadaan fisik klien tetapi juga psikologis klien. Berdasarkan hal
tersebut maka saya tertarik untuk menyusun tugas profesi Ners
tentang asuhan keperawatan dengan Chronic Kidney Disease di
RSUD Kayen sebagai pemenuhan tugas pribadi
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan yang diinginkan penulis yaitu
diperolehnya pengalaman nyata dalam memberikan Asuhan
Keperawatan pada Tn. K dengan CKD di Ruang Hemodialisa
RSUD Kayen
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan selama 3x24
jam maka diharapkan penulis dapat :
1. Melaksanakan pengkajian pada klien dengan CKD
2. Membuat analisa data keperawatan pada klien CKD
3. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan CKD
4. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan CKD
5. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan CKD
6. Mengidentifikasi faktor pendukung, penghambat serta dapat
mencapai solusinya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah
nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2011; 1448)
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal
yang progresif dan lambat,biasanya berlangsung beberapa
tahun. (Price, 2010; 812)
B. Etiologi
Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis
· Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis
· Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus
sistemik, poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
· Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal
polikistik,asidosis tubulus ginjal
· Penyakit metabolik misalnya DM ,gout , hiperparatiroidisme,
amiloidosis
· Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati
timbal
· Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli
neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian
bawah: hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital
pada leher kandung kemih dan uretra.
· Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis
C. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik menurut Suyono (2012) adalah sebagai
berikut:
a. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi
perikardiac dan gagal jantung akibat penimbunan cairan,
gangguan irama jantung dan edema.
b. Gannguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak,
suara krekels.
c. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan
metabolisme protein dalam usus, perdarahan pada saluran
gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau
ammonia.
d. Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga selalu
digerakan ), burning feet syndrom ( rasa kesemutan dan
terbakar, terutama ditelapak kaki ), tremor, miopati ( kelemahan
dan hipertropi otot – otot ekstremitas.
e. Gangguan Integumen
kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan
akibat penimbunan urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku
tipis dan rapuh.
f. Gangguan endokrim
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun,
gangguan menstruasi dan aminore. Gangguan metabolic
glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin D.
g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam
dan basa
biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi
kehilangan natrium dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia,
hipomagnesemia, hipokalsemia.
h. System hematologi
anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi
eritopoetin, sehingga rangsangan eritopoesis pada sum – sum
tulang berkurang, hemolisis akibat berkurangnya masa hidup
eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi
gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.
D. Pathofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron
(termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang
lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh
hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat
disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR /
daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk
berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa
direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak
oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya
gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-
gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah
hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian
nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih
rendah itu. ( Barbara C Long, 2010, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein
(yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam
darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh.
Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan
semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis.
Klasifikasi
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
- Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar
kreatinin serum normal dan penderita asimptomatik.
- Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 %
jaringan telah rusak, Blood Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat,
dan kreatinin serum meningkat.
- Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.
K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan
stadium dari tingkat penurunan LFG :
- Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria
persisten dan LFG yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73
m2
- Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan
LFG antara 60-89 mL/menit/1,73 m2
- Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59
mL/menit/1,73m2
- Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-
29mL/menit/1,73m2
- Stadium5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2
atau gagal ginjal terminal.
Pathway
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD
dibagi tiga yaitu :
a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- peritoneal dialysis
biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak
bersifat akut adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial
Dialysis )
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena
dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis
dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah
maka dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung
( vaskularisasi ke jantung )
c) Operasi
- Pengambilan batu
- transplantasi ginjal
F. Pemeriksaan Penunjang
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama
intervensi maka perlu pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan
baik secara medis ataupun kolaborasi antara lain :
1. Pemeriksaan lab.darah
- hematologi
Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
- RFT ( renal fungsi test )
ureum dan kreatinin
- LFT (liver fungsi test )
- Elektrolit
Klorida, kalium, kalsium
- koagulasi studi
PTT, PTTK
- BGA
2. Urine
- urine rutin
- urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
3. Pemeriksaan kardiovaskuler
- ECG
- ECO
4. Radiodiagnostik
- USG abdominal
- CT scan abdominal
- BNO/IVP, FPA
- Renogram
- RPG ( retio pielografi )
H. Daftar Pustaka
Barbara, K . 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep
Proses dan Praktik edisi VII Volume I. Jakarta : EGC
Brunner dan Suddarth. 2011. Keperawatan Medikal Bedah Edisi
8 Volume 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Eskridge C. W. 2010. "The impact of ethics courses on student
attitudes and behavior regarding cheating". Journal of College
Student Development. Aiken L. R.
Price, SA, Wilson, LM. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Volume 2 Ed/6. Hartanto H, Susi N, Wulansari
P, Mahanani DA, editor. Jakarta: EGC; 2010. BAB 53, Penyakit
Serebrovaskular; hal. 1106-1129
Suyono, Slamet, 2012. Diabetes Melitus di Indonesia. In : Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi IV. Jakarta
Thakkinstian, (2011), A simplified clinical prediction score of
chronic kidney disease