Anda di halaman 1dari 13

CYTOMEGALOVIRUS (CMV)

A.DEFINISI
Cytomegalovirus adalah virus herpes DNA yang menginfeksi sebagian besar
orang. Virus ini merupakan penyebab infeksi perinatal tersering dan infeksi pada janin
ditemukan 0,5-2 % dari neonatus ( William, 1998 ).
Cytomegalovirus sering juga ditemukan pada pasien-pasien AIDS dan merupakan
oportunistik yang paling banyak ditemukan pada autopsi.
Infeksi primer CMV dapat terjadi dengan frekuensi kira-kira 1-2 %. Infeksi
kongenital kekerapannya adalah 1-2 % dari kehamilan. Walaupun jarang, 10-15 % anak
yang mengalami infeksi kongenital akan mengalami cacat bawaan.
B. KLASIFIKASI
CMV dapat mengenai hampir semua organ dan menyebabkan hampir semua jenis infeksi.
Organ yang terkena adalah:

CMV nefritis( ginjal).

CMV hepatitis( hati).

CMV myocarditis( jantung).

CMV pneumonitis( paru-paru).

CMV retinitis( mata).

CMV gastritis( lambung).

CMV colitis( usus).

CMV encephalitis( otak).

C. ETIOLOGI
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini temasuk golongan virus
keluarga Herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal secara
laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya bagi
janin bila infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil.
Etiologi berdasarkan jenis CMV dibagi menjadi 3 yaitu:
- Kongenital: didapat didalam rahim melalui plasenta. Kira-kira 40% bayi yang lahir dari
wanita yang menderita CMV selama kehamilan juga akan terinfeksi CMV. Bentuk
paling berat dari infeksi ini adalah penyakit inklusi sito megalik.

- Akut-didapat: didapat selama atau setelah kelahiran sampai dewasa. Gejala mirip dengan
mononucleosis( malaise, demam, faringitis, splenomegali, ruam petekia, gejala
pernapasan). Infeksi bukan tanpa sekuela, terutama pada anak-anak yang masih kecil,
dan dapat terjadi akibat tranfusi.
- Penyakit sistemik umum: terjadi pada individu yang menderita imunosupresi, terutama
jika mereka telah menjalani transpantasi organ. Gejala-gejalanya termasuk pneumonitis,
hepatitis, dan leucopenia, yang kadang-kadang fatal. Infeksi sebelumnya tidak
menghasilkan kekebalan dan dapat menyebabkan reaktivasi virus.
D.PATOFISIOLOGI
CMV adalah virus litik yang menyebabkan efek cytopathic in vitro dan in
vivo. Ciri patologis infeksi CMV adalah sel diperbesar dengan badan inklusi virus. Sel
menunjukkan bahwa cytomegaly juga terlihat pada infeksi yang disebabkan oleh
Betaherpesvirinae lainnya.
Ketika host terinfeksi, DNA CMV dapat dideteksi dengan polymerase chain
reaction (PCR) dalam semua garis keturunan sel yang berbeda dan system organ tubuh.
Setelah infeksi awal, menginfeksi sel-sel epitel dari kelenjar ludah, mengakibatkan infeksi
persisten dan pelepasan virus. Infeksi yang mengarah pada sistem genitourinari secara
klinis tidak berhubungan dengan virus. Meskipun replikasi virus berlangsung di ginjal,
disfungsi ginjal jarang terjadi kecuali pada penerima transplantasi ginjal, di antaranya
CMV berhubungan dengan kasus yang langka dari glomerulopati dan kemungkinan
penolakan graft.
Masa inkubasi virus tidak diketahui; berikut ini adalah perkiraan masa
inkubasi: setelah lahir-3 sampai 12 minggu; setelah tranfusi 3 sampai 12 minggu; dan
setelah transplantasi 4 minggu sampai 4 bulan. Urin sering mengandung CMV dari
beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah infeksi. Virus tersebut dapat tetap tidak
aktif dalam tubuh seseorang tetapi masih dapat diaktifkan kembali. Hingga kini belum ada
imunisasi

untuk

mencegah

penyakit

ini.

Ada 3 jenis CMV:


- Kongenital: didapat didalam rahim melalui plasenta. Kira-kira 40% bayi yang lahir dari
wanita yang menderita CMV selama kehamilan juga akan terinfeksi CMV. Bentuk paling
berat dari infeksi ini adalah penyakit inklusi sito megalik.
- Akut-didapat: didapat selama atau setelah kelahiran sampai dewasa. Gejala mirip dengan
mononucleosis ( malaise, demam, faringitis, splenomegali, ruam petekia, gejala

pernapasan). Infeksi bukan tanpa sekuela, terutama pada anak-anak yang masih kecil,
dan dapat terjadi akibat tranfusi.
- Penyakit sistemik umum: terjadi pada individu yang menderita imunosupresi, terutama
jika mereka telah menjalani transpantasi organ. Gejala-gejalanya termasuk pneumonitis,
hepatitis, dan leucopenia, yang kadang-kadang fatal. Infeksi sebelumnya tidak
menghasilkan kekebalan dan dapat menyebabkan reaktivasi virus.
E.MANIFESTASI KLINIS
Pada periode bayi baru lahir, bayi yang terinfeksi sitomegalovirus biasanya bersifat
asimtomatik. Awitan infeksi yang didapat secara congenital dapat terjadi segera setelah
lahir atau sampai berusia 12 minggu. Karena CMV dapat menyerang hampir semua organ,
gejalanya sangat bervariasi tergantung dari organ yang diserang. Biasanya CMV
menyebabkan demam, penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia) dan letih- lesu.
Gejalanya dapat ringan hingga berat. Kreatinin dapat meningkat pada pasien cangkok
ginjal dengan infeksi CMV. Infeksi pada paru-paru menimbulkan sesak dan batuk. Pada
sistem cerna seperti misalnya lambung dan usus, infeksi CMV menyebabkan mual,
muntah dan diare. Ensefalitis (otak) CMV dapat menyebakan kejang, nyeri kepal, dan
koma. Apabila penderita sedang hamil, CMV bisa menginfeksi janin dan mengakibatkan
gangguan pada organ tertentu janin

Menyerang Organ Janin


Virus CMV pada wanita hamil dapat berakibat pada janin yang dikandungnya dengan
manifestasi berbeda-beda, misalnya kulit berwarna kuning, pembesaran hati dan
limpa,
kerusakan atau hambatan pembentukan organ tubuh seperti mata, otak, gangguan
mental, dan lain-lain tergantung organ janin mana yang diserang. Umumnya janin
yang terinfeksi CMV lahir prematur dan berat badan lahir rendah.

Masalah Bagi Pasien Cangkok Organ


Virus CMV biasa menghinggapi pasien cangkok organ pasca transplantasi karena
biasanya para pasien ini diberikan obat-obatan yang menekan sistem kekebalan tubuh.
Pemberian obat ini dimaksudkan supaya sistem kekebalan tubuh pasien operasi
cangkok organ tidak menyerang organ baru yang dicangkokkan. Efek samping dari
penekanan sistem kekebalan tubuh ini adalah ketidakmampuan tubuh untuk melawan
infeksi, termasuk serangan CMV.

E. KOMPLIKASI

Kehilangan pendengaran yang bervariasi.

IQ rendah.

Gangguan penglihatan.

Mikrosefali.

Gangguan sensorineural.

F. CARA PENULARAN
Secara horizontal :
-

Melalui infeksi percikan ludah dan kontak dengan air liur dan urin.

Pusat-pusat penitipan anak sering menjadi sumber penularan.

Darah dan kontak seksual

Secara vertikal :
-

Ditularkan dari ibu ke janin melalui plasenta

Pada BBL melalui kontak virus dari serviks, ASI, dan urine ibu

Infeksi CMV Bisa Berulang


CMV tergolong virus yang bandel atau hampir tidak bisa dihilangkan dari tubuh
inang. Sekali terinfeksi, virus akan membenamkan diri dalam tubuh dan dapat
menyebabkan infeksi berulang pada masa mendatang
G. UJI LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK
- Kultur virus dari urin, secret faring, dan leukosit perifer.
Pemeriksaan mikroskopik pada sediment urin, cairan tubuh, dan jaringan untuk melihat
vius dalam jumlah besar ( pemeriksaan urin untuk mengetahui adanya iklusi intra sel
tidaklah bermanfaat; verifikasi infeksi congenital harus dilakukan dalam 3 minggu
pertama dari kehidupan).
- Skrining toksoplasmosis, rubella, sitomegalo virus, herpes dan lain-lain (toxoplasmosis,
other, rubella, cytomegalovirus, herpes[TORCH])-digunakan untuk mengkaji adanya
virus lain.
- Uji serologis
Titer antibody IgG dan IgM( IgM yang meningkat mengindikasikan pajanan terhadap
virus; IgG neonatal yang meningkat mengindikasikan infeksi yang didapat pada masa
prenatal; IgG maternital negative dan IgG neonatal positif mengindikasikan didapatnya
infeksi pada saat pascanatal.

- Uji factor rheumatoid positif ( positif pada 35%-45% kasus)


- Studi radiologist: foto tengkorak atau pemindaian CT kepala dengan maksud
mengungkapkan kalsifikasi intra cranial.
- Metode yang paling memberi harapan adalah cara kuantitatif menggunakan Hibridisasi
DNA, dalam tes ini di gunakan 10 ml air kemih. Virus dalam air kemih di pekatkan
dengan cara sentrifuge, setelah itu DNA yang telah mengalami denaturasi tertahan pada
penyaring dan dalam 24 jam di tentukan secara kuantitatif DNA CMV.
H.PENATALAKSANAAN
Obat-obat infeksi virus yaitu acyclovir, gancyclovir, dapat diberikan untuk infeksi CMV.
Pemberian imunisasi dengan plasma hiperimun dan globulin dikemukakan telah memberi
beberapa keberhasilan untuk mencegah infeksi primer dan dapat diberikan kepada
penderita yang akan menjalani 31 cangkok organ. Namun demikian, program imunisasi
terhadap infeksi CMV, belum lazim dijalankan di negeri kita. Pada pemberian transfusi
darah, resipien dengan CMV negatif idealnya harus mendapat darah dari donor dengan
CMV negatif pula.2 Deteksi laboratorik untuk infeksi CMV, idealnya dilakukan pada
setiap donor maupun resipien yang akan mendapat transfusi darah atau cangkok organ.
Apabila terdapat peningkatan kadar IgG anti- CMV pada pemeriksaan serial yang
dilakukan 2x dengan selang waktu 2-3 minggu, maka darah donor seharusnya tidak
diberikan kepada resipien mengingat dalam kondisi tersebut infeksi atau reinfeksi masih
berlangsung.
Seorang calon ibu, hendaknya menunda untuk hamil apabila secara laboratorik dinyatakan
terinfeksi CMV primer akut. Bayi baru lahir dari ibu yang menderita infeksi CMV, perlu
dideteksi IgM anti-CMV untuk mengetahui infeksi kongenital. Higiene dan sanitasi
lingkungan perlu diperhatikan untuk mencegah penularan atau penyebaran. Infeksi CMV
tidak menimbulkan keluhan apabila individu berada dalam kondisi kompetensi imun yang
baik, oleh karena itu pola hidup sehat dengan makan minum yang sehat dan bergizi, sangat
diperlukan agar sistem imun dapat bekerja dengan baik untuk meniadakan atau membasmi
CMV. Istirahat yang cukup juga sangat diperlukan, karena istirahat termasuk pengobatan
terbaik untuk infeksi virus pada umumnya.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN CMV


A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Riwayat Kesehatan
Hal-hal yang perlu ditanyakan/yang bias ditemukan:
a.Adanya riwayat tranfusi.
b.Adanya riwayat transplantasi organ.
c.Ibu pasien penderita infeksi CMV.
d.Suami/istri penderita CMV
2. Pemeriksaan fisik
a.TTV : Suhu( demam), pernapasan( takipnea, dispnea), tekanan darah, nadi.
b.Kulit : Petekia dan ekimosis, lesi berwarna ungu disebabkan oleh eritripoiesis kulit.
c.Penurunan berat badan.
3. Pemeriksaan Penunjang
a.Kultur virus dari urin, secret faring, dan leukosit perifer.
b.Pemeriksaan mikroskopik pada sediment urin, cairan tubuh, dan jaringan untuk melihat
vius dalam jumlah besar( pemeriksaan urin untuk mengetahui adanya iklusi intra sel
tidaklah bermanfaat; verifikasi infeksi congenital harus dilakukan dalam 3 minggu
pertama dari kehidupan).
c.Skrining toksoplasmosis, rubella, sitomegalo virus, herpes dan lain-laia( toxoplasmosis,
other, rubella, cytomegalovirus, herpes[TORCH])-digunakan untuk mengkaji adanya
virus lain.
d.Uji serologis
1) Titer antibody IgG dan IgM( IgM yang meningkat mengindikasikan pajanan terhadap
virus; IgG neonatal yang meningkat mengindikasikan infeksi yang didapat pada masa
prenatal; IgG maternital negative dan IgG neonatal positif mengindikasikan didapatnya
infeksi pada saat pascanatal.
2) Uji factor rheumatoid positif ( positif pada 35%-45% kasus)
e.Studi radiologist: foto tengkorak atau pemindaian CT kepala dengan maksud
mengungkapkan kalsifikasi intra cranial.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan NANDA, maka didapatkan diagnose keperawatan CMV sebagai berikut:
1. Resiko tinggi infeksi b.d. penurunan system imun, aspek kronis penyakit.
2. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan energi dalam bernapas.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidakmampuan memasukkan zat-zat
gizi berhubungan dengan factor biologis: mual dan muntah.
4. Hipertermia b.d. penyakit/ trauma.

DAFTAR PUSTAKA
1. Balisteri WF. Cholestasis. In: Berhman RE, Kliegman RM, Jenson HB, eds. Nelson Text
Book of Pediatrics, 17th ed. Philadelphi : WB Saunders, 2004; 1203-7.
2. Emerick KM, Whitington PF. Molecular Basis of Neonatal Cholestasis. Pediatrics Clinics
of North America 2002; 49 (1) : 1-3.
3. Haefelin DN, Griffiths P, Rizetto M. Systemic Virosis Producing Hepatitis. In: Bircher J,
et al, eds. Oxford textbook of clinical hepatology, 2nd ed. Oxford: Oxford University
Press, 1999; 955-63.
4. Rosenthal P. Neonatal Hepatitis and Congenital Infections. In: Suchy FJ, ed. Liver
disease in children, 1st ed. St. Louis : Mosby year book, 1994; 414-24.

TGL
SHIF
JAM

DIAGNOSA KEPERAWATAN /MASALAH


KOLABORASI

Risiko Infeksi (00004)


Factor risiko:
Penyakit kronik
Imunitas didapat tidak adekuat
Pertahanan primer tidak adekuat (kulit rusak, trauma
jaringan, stasis cairan tubuh, perubahan sekresi pH,
gangguan peristalsis)
Pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb,
leucopenia, respon inflamasi ditekan)
Peningkatan paparan lingkungan (pathogen)
Imunosupresi
Prosedur invasive
Kurangnya pengetahuan untuk menghindari paparan
pathogen
Malnutrisi
Agen farmasetik (contoh: imunosupresan)
Rupture membrane amnion
Trauma
Kerusakan jaringan

Data subyektif
.......................................................... .......................................
...................
Data obyektif
Kerusakan jaringan:
Tanda vital:..
AL:, AE:, AT: , Hb:, TP: .., Alb:.,
Malnutrisi: BB/TB:..../., IMT:.
Prosedur invasive:..
Penyakit kronik
..

PERENCANAAN KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
RENCANA TINDAKAN

Status imun (0702)


Pengetahuan : kontrol infeksi (1807)
Kontrol resiko (1902)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama.....................risiko
uinfeksi teratasi, dengan kriteria hasil:
Klien bebas dari tanda dan gejala
infeksi
Klien menunjukkan kemampuan
untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit normal
Klien menunjukkan perilaku hidup
sehat
Status imun, gastrointestinal,
Genitourinaria normal

Kontrol infeksi (6540)


Terapkan unversal precaution
Batasi pengunjung bila perlu
Beri higiene yang baik
Monitor tanda dan gejala infeksi (local dan sistemik)
Ajarkan teknik cuci tangan
Ajarkan pada pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi
dan kapan harus melaporkannya kepada petugas
Kolaborasi dokter bila ada tanda infeksi
Proteksi infeksi (6550)
Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan prosedur.
Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung
kencing
Tingkatkan cairan dan nutrisi
Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas,
drainase
Pertahankan teknik aseptic dalam tiap tindakan
Ganti peralatan perawatan pasien per prosedur protocol
Lakukan pemeriksaan kultur bila suspek infeksi dan laporkan
hasilnya pada petugas yang berwenang
Tingkatkan intake nutrisi dan cairan
Tingkatkan tidur dan istirahat
Kelola pemberian antibiotic
Ajarkan pada pasien dan keluarga cara menghindari infeksi
Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal

TGL
SHIF
JAM

PERENCANAAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN/MASALAH
KOLABORASI
Hipertermi (00007)
berhubungan dengan:

Penyakit/trauma
Peningkatan metabolisme
Aktivitas yang berlebih
Dehidrasi
Pengaruh anaestesi
Pakaian yang tidak tepat
Berkurangnya perspirasi
Paparan lingkungan yang panas
Penyakit/trauma
Medikasi

Data subyektif
Merasa demam/menggigil
Pusing
......................................................
..............................................
Data obyektif
Peningkatan suhu badan di atas
kisaran normal:..... 0 C
Serangan atau konvulsi (kejang)
Kulit kemerahan
Pertambahan RR:..x/
Takikardi: x/
Kulit terasa panas/ hangat
Saat disentuh terasa hangat

TUJUAN DAN KRITERIA HASIL


Termoregulasi (0800)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama ........................hipertermi klien
teratasi, dengan kriteria hasil :
Suhu tubuh klien dalam kisaran
36,5 37 , 5 C
Nadi klien dalam kisaran :
0 3 bln : 85 -200 x/mt
3 bl-2 th : 100190x/mt
2 th-10 th : 60-140 x/mt
Dewasa
: 60-100 x/mnt
Respirasi Rate dalam kisaran:
25-60x/mnt (bayi), 20-30 x/mnt
(1-4 tahun), 14-25 x/mnt (5-14
tahun), 11-24x/mnt (>14 tahun),
Tidak ada perubahan warna
kulit
Tidak terjadi nyeri kepala dan otot
Tidak terjadi penurunan kesadaran
Hidrasi adekuat
Klien melaporkan kenyamanan

RENCANA TINDAKAN
Penanganan Demam (3740)
Lakukan water tepid sponge
Dorong peningkatan intake cairan dan berikan cairan iv
Tingkatkan sirkulasi udara misalnya dengan kipas.
Berikan oksigen (jika perlu).
Monitor temperatur, warna kulit, suhu, dan IWL
Monitor tekanan darah, nadi, RR
Monitor penurunan tingkat kesadaraan, aktivitas kejang
Monitor nilai AL, Hb, dan Hmt serta abnormalitas elektrolit
Monitor intake dan output
Monitor ketidakseimbangan asam basa
Monitor adanya aritmia jantung
Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian medikasi
antipiretik.
Kolaborasi dengan dokter tentang pengobatan penyebab
demam.

TGL
SHIF
JAM

DIAGNOSA
KEPERAWATAN/MASALAH
KOLABORASI
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang
dari Kebutuhan Tubuh (00002)
definisi: asupan nutrisi tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan metabolik
berhubungan dengan:
ketidakmampuan untuk memasukkan
atau mencerna nutrisi oleh karena
faktor biologis/psikologi/ekonomi
Data subyektif
Nyeri abdomen
Muntah
Kejang perut
Rasa penuh tiba-tiba setelah
makan
..................................................
Data obyektif
Diare
Rontok rambut yang berlebih
Kurang nafsu makan
Bising usus berlebih
Konjungtiva pucat
Denyut nadi lemah
Angka albumin..........
BB ....... TB........IMT.......
..........................................

PERENCANAAN KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
RENCANA TINDAKAN

Status nutrisional : keadekuatan nutrient


(1009)
Status nutrisional : asupan makanan dan
cairan (1008)
Kontrol berat badan (1612)
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selama...................ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh teratasi dengan
kriteria hasil :
Albumin serum dalam kisaran 3,5-5 mEq/L
hbdalam kisaran 12-16 mEq/L, hmt dalam
kisaran 37-47 mEq/L.
Klien mampu menghabiskan diet tiap porsi.
BB klien naik 0,9 kg / Minggu
Konjungtiva klien berwarna merah muda
Klien tidak merasakan mual,nyeri perut,diare
Bising usus klien baik.

Manajemen nutrient (1100)


Kaji adanya alergi makanan
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam
makan
Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat
nutrisi
Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan
Kelola pemberan anti emetik sesuai order.
Pertahankan terapi IV line
Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan
cavitas oval
Monitor turgor kulit
Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
Monitor kekeringan kulit, rambut kusam, total protein, Hb
Monitor mual dan muntah
Monitor warna konjungtiva
Monitor intake nutrisi
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan

TGL
SHIF
JAM

DIAGNOSA KEPERAWATAN/MASALAH
KOLABORASI
Kurang Pengetahuan (00126)
definisi: ketiadaan atau defisiensi informasi
kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.
berhubungan dengan :
Keterbatasan paparan.

Mudah lupa.
Misinterpretasi informasi.
Keterbatasan kognisi.
Keterbatasan ketertarikan belajar.
Tidak familiar dengan sumber informasi.

Data subyektif
Mengungkapkan adanya masalah.

Data obyektif
Ketidakakuratan mengikuti instruksi.

Perilaku berlebihan atau tidak sesuai.


TUJUAN DAN KRITERIA HASIL


Pengetahuan : proses penyakit (1803)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama .............................. kurang
pengetahuan teratasi dengan kriteria
hasil:
Klien familier dengan nama
penyakit.
Klien mampu menjelaskan proses
penyakit, penyebab, faktor resiko,
efek penyakit, tanda dan gejala,
cara untuk meminimalkan
perburukan penyakit, komplikasi,
tanda dan gejala komplikasi, serta
pencegahan komplikasi.

PERENCANAAN KEPERAWATAN
RENCANA TINDAKAN
Teaching : disease Process (5620)
Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit
yang spesifik
Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan
dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara
yang tepat
Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat

Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat


Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
Hindari harapan yang kosong
Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang
tepat
Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan terapi atau penanganan

Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion


dengan cara yang tepat atau diindikasikan

Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat


Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang
tepat
Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat

Anda mungkin juga menyukai