Anda di halaman 1dari 9

Definisi

Hiperleukositosis

secara

umum

didefinisikan

sebagai

jumlah sel darah putih lebih dari 100.000/mmk. Sekitar 10%


hingga

30%

pasien

hiperleukositosis.
kegawatan

pada

dengan

LLA

Hiperleukositosis
LLA.

Hal

tersebut

dapat

mengalami

merupakan
dapat

suatu

menyebabkan

morbiditas dan mortalitas. Viskositas darah meningkat akibat


jumlah sel darah putih yang tinggi dan leukosit beragregasi.
Jumlah

sel

darah

putih

merupakan

faktor

utama

yang

berkontribusi terjadinya oklusi mikrovaskuler sehingga dapat


menyebabkan leukostasis.

Hal ini menyebabkan stasis pada

pembuluh darah yang lebih kecil. Keadaan tersebut menjadi


predisposisi
maupun

terjadinya

gastrointestinal.

komplikasi
Selain

itu

neurologis,
pasien

juga

pulmonal,
berisiko

mengalami tumor lysis syndrome.


Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya hiperleukositosis yaitu usia yang
lebih muda (pada bayi lebih sering terjadi), tipe leukemia
tertentu, ALL T sel, dan abnormalitas sitogenetik (translokasi
11q23 atau adanya kromosom Philadelphia).
Manifestasi Klinis

Gejala
leukostasis,

hiperleukositosis
yaitu

suatu

terutama

sindrom

disebabkan

klinikopatologi

oleh
yang

disebabkan oleh sel blast leukemik yang bersirkulasi di jaringan


mikrovaskuler. Gejala sugestif terjadinya leukostasis seperti
nyeri kepala, pandangan kabur, dispneu, hipoksia, mendukung
adanya kegawatan medis sehingga jumlah sel darah putih harus
diturunkan segera.
Presentasi

klinis

hiperleukositosis

tergantung

dari

besarnya lineage dan jumlah blast leukemik yang bersirkulasi.


Namun demikian, manifestasi klinis hiperleukositosis pada LLA
jarang terlihat pada pasien LLA. Obstruksi vaskuler dapat terjadi
sehingga menyebabkan kerusakan organ mulai dari hipoksia
jaringan, trombosis, atau perdarahan. Organ yang paling sering
terkena

adalah

Perdarahan

sistem

SSP,

saraf

pusat

leukostasis,

(SSP)

atau

dan

paru-paru.

trombosis

dapat

menyebabkan gejala SSP. Leukostasis paru dapat menyebabkan


hipoksia dan distres respirasi. Kematian dapat terjadi pada 1566% pasien anak dengan leukemik hiperleukositosis. Sebagian
besar kematian disebabkan oleh gagal nafas dan perdarahan
intrakranial.
Patofisiologi
Faktor resiko yang terjadi menyebabkan terjadinya mutasi
somatik sel induk. Keadaan ini mengakibatkan ploriferasi

neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada berbagai


tingkatan sel induk hemopoetik sehingga terjadi ekspansi
progresif dari kelompok sel ganas tersebut dalam sumsum
tulang, kemudian sel leukemia beredar secara sistemik. Gejala
hiperleukositosis terutama disebabkan oleh leukostasis, yaitu
suatu sindrom klinikopatologi yang disebabkan oleh sel blast
leukemik yang bersirkulasi di jaringan mikrovaskuler. Gejala
sugestif terjadinya leukostasis seperti nyeri kepala, pandangan
kabur, dispneu, hipoksia, mendukung adanya kegawatan medis
sehingga jumlah sel darah putih harus diturunkan segera.

Presentasi

klinis

hiperleukositosis

tergantung

dari

besarnya lineage dan jumlah blast leukemik yang bersirkulasi.


Namun demikian, manifestasi klinis hiperleukositosis pada LLA
jarang terlihat pada pasien LLA. Obstruksi vaskuler dapat terjadi
sehingga menyebabkan kerusakan organ mulai dari hipoksia
jaringan, trombosis, atau perdarahan. Organ yang paling sering
terkena

adalah

Perdarahan

sistem

SSP,

saraf

pusat

leukostasis,

(SSP)

atau

dan

paru-paru.

trombosis

dapat

menyebabkan gejala SSP. Leukostasis paru dapat menyebabkan


hipoksia dan distres respirasi. Kematian dapat terjadi pada 1566% pasien anak dengan leukemik hiperleukositosis. Sebagian
besar kematian disebabkan oleh gagal nafas dan perdarahan
intrakranial.
Manifestasi Klinis Leukostasis
Manifestasi Klinis Leukostasis
Sirkulasi sistem saraf pusat
-

Nyeri kepala, konfusi, somnolen, pusing, cadel,


gangguan

pendengaran,

tinnitus,

diplopia,

delirium, koma, stupor


Distensi vena retina, perdarahan retina, papil

edema
Perdarahan intrakranial

Sistem Kardiovaskuler
-

Infark Miokard akut


Overload ventrikel kanan
Akral lividosis

- Iskemik ekstrimitas akut


- Infark usus
- Trombosis vena renalis
Temuan Laboratoris
-

Penurunan PaO2 dan atau PaCO2


Penurunan glukosa plasma
Spurious hiperkalemia
Trus atau spurious Hipofosfatemia

hipokalemia
Peningkatan sel darah merah, hemoglobin, dan

atau

hematokrit

Komplikasi Hiperleukositosis
Hiperleukositosis merupakan suatu keadaan emergensi
karena dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Terdapat 2
mekanisme

yang

menjelaskan

terjadinya

komplikasi

yang

disebabkan oleh hiperleukositosis. Mekanisme pertama yaitu


terjadinya peningkatan viskositas darah akibat tingginya jumlah
limfosit total (TLC) dan agregat leukosit sehingga menyebabkan
stasis di pembuluh darah yang paling kecil. Mekanisme kedua
akibat interaksi adhesi antara endotel pembuluh darah yang
rusak dan sel blast leukemik, yang mempresipitasi leukostasis.
Hiperleukositosis dapat menyebabkan obstruksi vaskuler
sehingga memicu terjadinya kerusakan organ akibat hipoksia,
trombosis, atau perdarahan. Kekacauan metabolik sering terjadi
akibat jumlah sel blast yang tinggi. Organ yang paling banyak

terkena adalah sistem saraf pusat dan paru-paru. Perdarahan


intrakranial, leukostasis, atau trombosis dapat menyebabkan
gejala neurologis. Manifestasi klinis yang muncul berupa
iritabilitas, kejang, defisit neurologis fokal, dan naiknya tekanan
intrakranial.

Leukostasis

pulmonal

dapat

menyebabkan

terjadinya hipoksia, distress respirasi sehingga membutuhkan


bantuan pernafasan. Gambaran radiografi menunjukkan adanya
infiltrat yang difus. Sistem organ yang lain juga dapat terkena.
Perdarahan saluran cerna dapat terjadi, sehingga menyebabkan
terjadinya perdarahan, hematemesis, atau nyeri abdomen.
Diagnosis
Hiperleukositosis banyak ditemukan pada leukemia akut. Diagnosis
leukemia akut harus dibuat berdasarkan hasil pemeriksaan sumsum tulang.
Pemeriksaan darah tepi yang normal tidak dapat menyingkirkan kemungkinan
diagnosis, terutama pada aleukemic leukemia.
Pada anamnesis seringkali ditemukan keluhan berupa nyeri kepala,
pandangan kabur, telinga berdenging, sesak nafas, bahkan terjadi penurunan
kesadaran. Leukemia akut juga mengakibatkan gagal sumsum tulang yang
mengakibatkan anemia ditandai dengan keluhan pucat dan lemah. Infeksi juga
dapat terjadi pada pasien dengan leukemia akut yang ditandai dengan keluhan
demam, batuk, infeksi pada kulit, bahkan syok septik. Selain itu perdarahan
seringkali terjadi pada pasien dengan leukemia akut akibat trombositopenia,
dengan keluhan perdarahan gusi, mimisan, perdarahan pada kulit. Pasien dengan
hiperleukositosis pada Leukemia seringkali ditemukan organomegali yang
disebabkan oleh infiltrasi ke dalam organ seperti lien dan hepar. Selain itu juga
dapat ditemukan ronchi pada auskultasi thorax.

Pada pemeriksaan laboratorium sering dijumpai kelainan laboratorik,


seperti berikut:
1. Darah tepi
a. Dijumpai anemia normositik normokrom, anemia sering
berat dan timbul cepat.
b. Trombositopenia, sering sangat berat di bawah 10 x 106/l
c. Hiperleukositosis
d. Khas

menunjukkan

promielosit,

adanya

limfoblast,

sel

monoblast,

muda

(mieloblast,

eritroblast,

atau

megakariosit) yang melebihi 5% dari sel berinti pada darah


tepi. Sering dijumpai pseudo Pelger-Hues Anomaly, yaitu
neutrofil dengan lobus sedikit (dua atau satu) yang disertai
dengan hipo atau agranular.
2. Sumsum tulang
Hiperselular, hampir semua sel sumsum tulang diganti dengan sel
leukemia (blast), tampak monoton oleh sel blast, dengan adanya
leukemic gap (terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda ke sel yang
matang, tanpa sel antara).
3. Pemeriksaan immunophenotyping
Pemeriksaan ini menjadi sangat penting untuk menentukan klasifikasi
immunologik leukemia akut. Pemeriksaan ini dikerjakan untuk
pemeriksaan surface marker guna membedakan jenis leukemia.
Penatalaksanaan
Manajemen awal pada hiperleukositosis meliputi hidrasi yang agresif,
mencegah tumor lysis syndrome, dan mengkoreksi abnormalitas metabolik.
Transfusi sel darah merah tidak diindikasikan jika kondisi hemodinamik tidak
stabil karena akan memperburuk viskositas darah. Leukapheresis merupakan

terapi pilihan untuk jumlah yang sangat tinggi atau pada pasien dengan
hiperleukositosis simptomatik. Pemberian diuretik secara rutin tidak diindikasikan
karena tujuan hidrasi adalah untuk hemodilusi dan mengurangi viskositas.
Diuretik diindikasikan jika terdapat tumour lysis syndrome (TLS) dan overload
cairan.
Semua pasien harus mulai dihidrasi dengan cairan yang bebas
mengandung kalium dan kalsium. Cairan D51/4NS (Dextrose 5%-NaCl 0,225%)
ditambah 50-100 mEq/l NaHCO3 merupakan pilihan cairan yang tepat, 2-4 kali
cairan maintenance dengan tujuan untuk mempertahankan pH urine 6,5-7,5, urine
output >100 ml/m2/jam, berat jenis urine <1010. Guna mengurangi pembentukan
asam urat, dapat diberikan Allupurinol 10 mg/kg/hari dibagi 3 per oral atau
Pasburicase 0,2 mg/kg/hari i.v. Transfusi sel darah merah diberikan bila ada
gangguan oksigenasi jaringan atau bila hb<6 g/dl dengan target 8 g/dl. Transfusi
trombosit diberikan bila kadar trombosit <20.000/ui.

DAFTAR PUSTAKA
1. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit.
ed.6. vol.1. cet.1. Jakarta:EGC;2006.p.272-277.
2. Sudoyo AW, et al (ed). Buku ajar ilmu penyakit dalam. ed.4. jil.2. cet.2. ed.rev.
Jakarta:Pusat Penerbitan IPD FKUI;2007.p.728-734.
3. Bunin NJ, Pin CH. Differing Complication of Hyperleukocytosis in Children
With Acute Limphoblastic or Acute Nonymphoblastic Leukemia. J Clin Oncol
1985 ; 3 : 1590-5. Dikutip dari Lange B, DAngio G, Ross III AJ, Oneill, Jr.
JA, Packer RJ. Oncology Emergencies. Dalam : Pizzo PA, Poplack DG,
Penyunting : Principles and Practice of Pediatric Oncology. ed 2.
Philadelphia : JB Lippincott Company, 1993; 964-8.

4. Cuttner J, Holland JF, Norton L, dkk. Therapetuic Leukopheresis for


Hyperleukocytosis in Acute Myelocytic Leukemia. Med Pediatric Ocology
1983; 11 : 76. Dikutip dari Baer MR. Management of Unusual Presentations
of Acute Leukemia. Dalam : Bloomfield CD, Herzig GP, Penyunting.
Hematology-Oncology Clin Nort Am 1993; 7 : 275-92.
5. Cohen LF, Balow JE, Magrath IT, dkk. Acute Tumor Lysis Syndrome. A
Review of 37 Patient With Burkitts Lymphoma. Am J Med 1980 ; 68 : 486.
Dikutip dari Allegretta GJ, Weisman SJ, Altman AJ. Oncologic Emergencies I.
Metabolic and Space-Occupying Consequences of Cancer Treatment. Dalam :
Altman AJ, Penyunting. Pediatric Clin North Am. 1985; 32 : 601-11.
6. Majhail NS, Lichtin AE. Acute leukemia with a very high leukocyte count:
confronting a medical emergency. Cleveland Clinic Journal of Medicine.
2004; 71(8): 633-37
7. Jain R, Bansal D, Marhwa RK. Hyperleukocytosis: emergency management.
Indian J Pediatr. 2013; 80(2):144148
8. Bakta, I Made. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.123-131
9. Sumber: Vincent F. Leukostasis, Infiltration and Pulmonary Lysis Syndrome
Are the Three Patterns of Leukemic Pulmonary Infiltrates. In: . Azoulay (ed.),
Pulmonary Involvement in Patients with Hematological Malignancies.2011.
Berlin: Springer. 509-21

Anda mungkin juga menyukai