Diagnosis
Anamnesis
-- Gejala leukemia: pucat, perdarahan, demam, BB turun, nyeri sendi
-- Gejala leukostasis seperti pusing, sakit kepala, muntah, sesak
napas, hemoptisis, penglihatan kabur, ataksia, dan kesadaran
menurun
-- Oliguria atau anuria
Pemeriksaan fisis
-- Tanda-tanda leukemia: pucat, perdarahan, organomegali,
pembesaran kelenjar getah bening
-- Hipotensi, gangguan sirkulasi perifer
-- Leukostasis di otak: papiledema, gangguan visus, agitasi,
kesadaran menurun -- Leukostasis di paru: takipnoe,
dyspnoe, sianosis
-- Priapismus
Laboratorium
Pemeriksaan berikut perlu dievaluasi pada keadaan
hiperleukositosis: -- Leukosit >50.000/L dengan hitung
jenis limfositer dan blast (+)
-- Hiperurisemia, hiperkalemia, hiperfosfatemia,
hipokalsemia -- Asidosis metabolik
-- Hipoksemia
-- Gangguan fungsi ginjal
-- Foto toraks, mencari perdarahan paru, dan pembesaran
mediastinum -- CT-scan kepala (bila ditemukan tanda-tanda
perdarahan intrakranial)
101
Tata laksana
Tata laksana hiperleukositosis dan tumor lysis syndrome (gambar
1) :
-- Hidrasi dengan cairan NaCl 0,9%:D5% dengan perbandingan
dengan 3:1 dengan kecepatan 3000 mL/m 2 atau 1 kali
kebutuhan rumatan
-- Alkalinisasi dengan pemberian natrium bikarbonat 35-45
mEq/m2/24 jam atau 25-50 mEq/500 mL yang bertujuan untuk
mempertahankan pH urin 7,5.
-- Allopurinol 10 mg/kg/hari dibagi 3 per oral
-- Lakukan pemeriksaan: darah tepi lengkap, analisis gas darah,
elektrolit (natrium, kalium, klorida, kalsium, fosfat, magnesium),
fungsi ginjal, dan urinalisis (pH dan berat jenis urin)
-- Transfusi trombosit diberikan bila trombosit <20.000/L
-- Pemberian transfusi PRC dapat meningkatkan viskositas darah
sehingga transfusi dapat diberikan bila terjadi gangguan
oksigenisasi jaringan atau bila Hb <6,0 g/dL dengan target Hb 8,0
g/dL.
-- Perlu dilakukan pemantauan secara ketat:
-- Tanda vital
-- Balans diuresis ketat (diuresis dipertahankan minimal 100
mL/m2/jam)
-- Pemeriksaan darah tepi lengkap, analisis gas darah, elektrolit
(K+, Na+, Mg, Ca), asam urat, pH urin, dan urinalisis, dilakukan
tiap 6 jam bila memungkinkan.
Kepustakaan
1.
Margolin JF, Poplack DG. Acute lymphoblastic leukemia. Dalam: Pizzo PA,
Poplack DG, penyunting. Principles and practice of pediatric oncology. Edisi ke4. Philadelphia: Lippincott-Raven Publisher;2002. h.409-62.
2. Crist WM, Pullen DJ, Riviera GK. Acute lymphoid leukemia. Dalam: Fernbach DJ,
Vietti TJ, penyunting. Clinical pediatric Oncology. Edisi ke-4. St. Louis: Mosby
Year Book;1991. h.305-36.
3. Hussein M, Cullen K. Metabolic emergencies. Dalam: Jonston PG, Spence
RAJ, penyunting. Oncologic Emergencies. Edisi pertama. New York: Oxford
University press;2002. h.51-74.
4.
Yeung SCJ, Lazo-Diaz G, Gagel RF. Metabolic and Endocrine Emergencies. Dalam:
Yeung SCJ, Escalante CP, penyunting. Oncologic Emergencies. Edisi pertama.
Ontario: BC Decker Inc;2002. h.103-44.
102
Hiperleukositosis
Hipokalsemi
a
Hiperurikemia
Hiperkalemia
(K >6.5
mmol/L
(>7mg/dl)
Perubahan EKG
(+)
Hiperfosfatemia
(Fosfat serum
>1.4 mmol/L
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Oral Phosphat
binder (kalsium
Tida
k
Ya
karbonat 300
mg
oral/8 jam
Monitor jantung
Alopurinol
Alkalinisasi urin
dg
Na bikarbonat
iv
atau oral
Potassium
binder
resin
(kayexalate)
1 g/kg oral
dg
sorbitol
50%.
10 mL
Kalsium
oral
kalsium glukonat
10% (2
menit)
Monitor jantung
Kalsium
glukonat
10%
(perlahan)
Hemodialisis
Insulin 20 U dlm 50
mL glukosa 50% iv