A. Definisi
Hiperleukositosis secara umum didefnisikan sebagai jumlah sel darah putih lebih dari
100.000/mmk. Sekitar 10% hingga 30% pasien dengan LLA dapat mengalami
hiperleukositosis. Hiperleukositosis merupakan suatu kegawatan pada LLA. Acute
lymphoblastic leukemia atau leukemia limfoblastik akut (LLA) adalah salah satu jenis
kanker darah yang terjadi ketika sel darah putih yang belum matang (limfoblas)
memperbanyak diri secara cepat dan agresif.
Viskositas darah dapat meningkat akibat jumlah sel darah putih yang tinggi dan
leukosit beragregasi. Jumlah sel darah putih merupakan faktor utama yang
berkontribusi terjadinya oklusi mikrovaskuler sehingga dapat menyebabkan
leukostasis. Hal ini menyebabkan stasis pada pembuluh darah yang kecil. Keadaan ini
dapat menjadi predisposisi komplikasi neurologis' pulmonal' maupun gastrointestinal.
Pasien juga berisiko mengalami tumor lysis syndrome.
B. Etiologi
Secara umum, leukositosis terjadi karena beberapa faktor berikut:
C. Manifestasi klinik
1. Gejala pernafasan yaitu sesak dan hipoksia
2. Gejala neurologis yaitu perubahan pada penglihatan, sakit kepala, pusing, tinitus,
gait instability, konfusi atau somnolen bahkan koma
3. Demam yang diakibatkan oleh hiperleukositosis atau kemungkinan infeksi yang
lain
D. Patofisiologi
E. Komplikasi
F. Pencegahan
G. Pemeriksaan penunjang
Pengkajian keperawatan
1. Identitas Pasien
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama : Pada anak keluhan yang sering muncul tiba-tiba adalah
demam, lesudan malas makan atau nafsu makan berkurang, pucat (anemia)
dan kecenderungan terjadi perdarahan.
Riwayat kesehatan masa lalu : Pada penderita ALL sering ditemukan
riwayat keluarga yang erpapar oleh chemical toxins (benzene dan arsen),
infeksi virus (epstein barr, HTLV-1), kelainan kromosom dan penggunaan
obat-obatann seperti phenylbutazone dan khloramphenicol, terapi radiasi
maupun kemoterapi.
Pola Persepsi - mempertahankan kesehatan : Tidak spesifik dan
berhubungan dengan kebiasaan buruk dalam mempertahankan kondisi
kesehatan dan kebersihan diri. Kadang ditemukan laporan tentang riwayat
terpapar bahan-bahan kimia dari orangtua.
Pola Nurisi : Anak sering mengalami penurunan nafsu makan, anorexia,
muntah, perubahan sensasi rasa, penurunan berat badan dan gangguan
menelan, serta pharingitis. Dari pemerksaan fisik ditemukan adanya distensi
abdomen, penurunan bowel sounds, pembesaran limfa, pembesaran hepar
akibat invasi sel-sel darah putih yang berproliferasi secara abnormal,
ikterus, stomatitis, ulserasi oal, dan adanya pmbesaran gusi (bisa menjadi
indikasi terhadap acute monolytic leukemia)
Pola Eliminasi : Anak kadang mengalami diare, penegangan pada perianal,
nyeri abdomen, dan ditemukan darah segar dan faeces berwarna ter, darah
dalam urin, serta penurunan urin output. Pada inspeksi didapatkan adanya
abses perianal, serta adanya hematuria.
Pola Tidur dan Istrahat : Anak memperlihatkan penurunan aktifitas dan
lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk tidur /istrahat karena mudah
mengalami kelelahan.
Pola Kognitif dan Persepsi : Anak penderita ALL sering ditemukan
mengalami penurunan kesadaran (somnolence) , iritabilits otot dan “seizure
activity”, adanya keluhan sakit kepala, disorientasi, karena sel darah putih
yang abnormal berinfiltrasi ke susunan saraf pusat.
Pola Mekanisme Koping dan Stress : Anak berada dalam kondisi yang
lemah dengan pertahan tubuh yang sangat jelek. Dalam pengkajian dapt
ditemukan adanya depresi, withdrawal, cemas, takut, marah, dan iritabilitas.
Juga ditemukan peerubahan suasana hati, dan bingung.
Pola Seksual : Pada pasien anak-anak pola seksual belum dapat dikaji
Pola Hubungan Peran : Pasien anak-anak biasanya merasa kehilangan
kesempatan bermain dan berkumpul bersama teman-teman serta belajar.
Pola Keyakinan dan Nilai : Anak pra sekolah mengalami kelemahan umum
dan ketidakberdayaan melakukan ibadah.
Pengkajian tumbuh kembang anak.
a. Rongga mulut:
Apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri).
Penyebab yang paling sering adalah stafilokokus,streptokokus, dan
bakteri gram negative usus serta berbagai spesies jamur.
Perdarahan gusi,
Pertumbuhan gigi apakah sudah lengkap
Ada atau tidaknya karies gigi.
b. Mata:
Konjungtiva: anemis atau tidak. Terjadi gangguan penglihatan akibat
infiltrasi ke SSP,
Sclera: kemerahan, ikterik.
Perdarahan pada retina
c. Telinga : ketulian
d. Leher: distensi vena jugularis
e. Perdarahan otak
Leukemia system saraf pusat: nyeri kepala, muntah (gejala tekanan
tinggi intrakranial), perubahan dalam status mental, kelumpuhan saraf
otak, terutama saraf VI dan VII, kelainan neurologic fokal.
4. Pemeriksaan Genetalia
5. Pembesaran pada testis : hematuria
6. Pemeriksaan integument
Kulit :
Perdarahan kulit (pruritus, pucat, sianosis, ikterik, eritema, petekie,
ekimosis, ruam)
nodul subkutan, infiltrat, lesi yg tidak sembuh, luka bernanah,
diaforesis (gejala hipermetabolisme).
peningkatan suhu tubuh
Kuku : rapuh, bentuk sendok / kuku tabuh, sianosis perifer.
7. Pemeriksaan Ekstremitas
Adakah sianosis, kekuatan otot
Nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel-sel
leukemi
4. Pemeriksaan Diagnostik
Count Blood Cells : indikasi normocytic, normochromic anemia
Hemoglobin : bisa kurang dari 10 gr%
Retikulosit : menurun/rendah
Platelet count : sangat rendah (<50.000/mm)
White Blood cells : > 50.000/cm dengan peningkatan immatur WBC
(“kiri ke kanan”)
Serum/urin uric acid : meningkat
Serum zinc : menurun
Bone marrow biopsy : indikasi 60 – 90 % adalah blast sel dengan
erythroid prekursor, sel matur dan penurunan megakaryosit
Rongent dada dan biopsi kelenjar limfa : menunjukkan tingkat
kesulitan tertentu