Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY “N” KEHAMILAN


TRIMESTER III DENGAN MIOPIA GANGGUAN PENGLIHATAN DI
RUANG POLI HAMIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI NTB
TANGGAL 1 NOVEMBER 2021

DI SUSUN OLEH :
NISA SURYANA
073STYJ21

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI
MATARAM
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAMPIRAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN STASE MATERNITAS
MAHASISWA PROFESI SEMESTER 1 PRODI NERS TAHAP PROFESI DI
RUANG POLI HAMIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI NTB

Waktu pelaksanaan
1 November – 5 November

Laporan pendahuluan dan resume ini telah diperiksa, disetujui dan dievaluasi oleh
pembimbing lahan dan akademik
Hari :
Tanggal :

Mengetahui

Pembimbing lahan pembimbing akademik


BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Kehamilan
2.1.1 Definisi kehamilan
Proses kehamilan merupakan matarantai yang bersinambung dan
terdiri dari ovulasi ,migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan
pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta,
dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba,2010 dalam
Wati, 2018)
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan adalah
fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan
dengan nidasi atau implantasi. Bila di hitung dari saat fertilisasi hingga
lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu
atau 10 bulan lunar, atan 9 bulan menurut kalender internasional.
Kehamilan terbagi 3 trimester, di mana trimester ke satu berlangsung
dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-
27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40)
(Prawirohardjo, 2010 dalam Wati, 2018)
Maka dapat disimpulkan bahwa kehamilan adalah suatu
penyatuan antara spermatozoa dan ovum yang kemudian berimplantasi
pada uterus. Dalam proses yang berlangsung dalam waktu 40 minggu
(wati, 2018)
2.1.2 Etiologi kehamilan
Menurut Manuaba (2010 dalam Wati, 2018), proses terjadinya kehamilan
adalah sebagai berikut :
1. Ovulasi
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh
sistem hormonal yang kompleks. Selama masa subur yang berlangsung
20 sampai 35 tahun, hanya 420 buah ovum yang dapat mengikuti
proses pematangan dan terjadi ovulasi.
2. Spermatozoa
Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang
kompleks. Spermatogonium berasal dari sel primitif tubulus, menjadi
spermatosit pertama, menjadi spermatosit kedua, menjadi spermatid,
akhirnya spermatozoa. Pada setiap hubungan seksual dikeluarkan 3cc
sperma yang mengandung sampai 60 juta spermatozoa setiap cc.
Sebagian besar spermatozoa mengalami kematian dan hanya beberapa
ratus yang dapat mencapai tuba fallopi. Spermatozoa yang masuk
kedalam alat genetalia wanita dapat hidup selama tiga hari, sehingga
cukup waktu untuk mengadakan konsepsi.
3. Konsepsi
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau
fertilisasi dan membentuk zigot.
4. Proses nidasi atau implasi
Dengan masuknya ini spermatozoa ke dalam sitoplasma,
“vitelus” membangkitkan kembali pembelahan dalam inti ovum yang
dalam keadaan “metafase”. Proses pemecahan dan pematangan
mengikuti bentuk anafase dan “telofase” sehingga pronukleusnya
menjadi “haploid”. Pronukleus spermatozoa dalam keadaan haploid
saling mendekati dengan inti ovum yang kini haploid dan bertemu
dalam pasangan pembawa tanda dari pihak pria maupun wanita.
5. Pembentukan Plasenta
Nidasi atau implantasi terjadi pada bagian fundus uteri di dinding depan
atau belakang. Pada blastula, penyebaran sel trofoblas yang tumbuh
tidak rata, sehingga blastula dengan inner cell mass akan tertanam
dalam endometrium. Sel trofoblas menghancurkan endometrium
sampai terjadi pembentukan plasenta yang berasal dari primer vili
korealis. Terjadinya nidasi (implantasi) mendorong sel blastula
mengadakan diferensiasi. Sel yang dekat dengan ruangan eksoselom
membentuk “entoderm” dan yolk sac (kantong kuning telur) sedangkan
sel lain membentuk “ektoderm” dan ruangan amnion. Plat embrio
(embryonal plate) terbentuk diantara dua ruang yaitu ruang amnion dan
kantong yolk sac. Ruangan amnion dengan cepat mendekati korion
sehingga jaringan yang terdapat diantara amnion dan embrio padat dan
berkembang menjadi tali pusat.
Awalnya yolk sac berfungsi sebagai pembentuk darah bersama
dengan hati, limpa, dan sumsum tulang. Pada minggu kedua sampai
ketiga, terbentuk bakal jantung dengan pembuluh darahnya yang
menuju body stalk (bakal tali pusat). Jantung bayi mulai dapat dideteksi
pada minggu ke-6 sampai 8 dengan menggunakan ultrasonografi atau
sistem Doppler.
2.1.3 Tanda-tanda kehaamilan
Tanda-tanda kehamilan menurut manuaba (2010 dalam Wati, 2018)
sebagai berikut:
1. Tanda dugaan kehamilan
a. Amenorea (terlambat datang bulan)
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan
folikel de Graaf dan ovulasi. Dengan mengetahui hari pertama haid
terakhir dengan perhitungan rumus Naegle, dapat ditentukan
perkiraan persalinan.
b. Mual dan muntah
Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pengeluaran asam
lambung yang berlebihan.
c. Ngidam
Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan
yang demikian disebut ngidam
d. Sinkope atau pingsan
Terjadinya ganguan sirkulasi kedaerah kepala (sentral)
menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkop
atau pingsan. Keadaan ini menghilang setelah usia ke hamilan 16
minggu.
e. Payudara tegang
Pengaruh estrogen dan progesteron dan somatoma motrofin
menimbulkan deposit lemak, air dan garam pada payudara.
Payudara membesar dan tegang. Ujung saraf tertekan menyebabkan
rasa sakit terutama pada hamil pertama.
f. Sering Bak
Tekanan rahim dapat menyebabkan kandung kemih terasa penuh
sehingga pasien hamil sering BAK
g. Konstipasi
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus,
menyebabkan kesulitan untuk buang air besar
h. Pigmentasi kulit
Keluarnya melanohore stimulating hormone hipofisis anterior
menyebabkan pigmentasi kulit disekitar pipi (kloasma gravidarum),
pada dinding perut (striae lividae, striae nigra, linea alba makin
hitam), dan sekitar payudara (hiperpigmentasi areola mamae, puting
susumakin menonjol, kelenjar Montgomery menonjol, pembuluh
darah menifes sekitar payudara), disekitar pipi (kloasma
gravidarum).
i. Varises
Karena pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi penampakan
pembuluh darah vena. Penampakan pembuluh darah itu terjadi
disekitar genitaliaeksterna, kaki dan betis, dan payudara.
2. Tanda pasti kehamilan
Tanda pasti adalah tanda yang menunjukkan langsung keberadaan
janin, yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa
a. Terdengarnya bunyi jantung janin , tanda ini baru timbul setelah
kehamilan lanjut diatas empat bulan.
b. Jika dengan ultrasound bunyi jantung janin dapat didengar pada
kehamilan 12 minggu
c. Melihat, meraba, atau mendengar pergerakan anak saat melakukan
pemeriksaan
d. Melihat rangka janin pada sinar Ro atau dengan menggunakan
ultrasonografi
2.1.4 Pathway kehamilan

Sumber: (Adabiyah, dkk. 2019)


2.2 Persalinan
2.2.1 Definisi
Persalinan atau partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Partus
immaturus ialah partus yang terjadi pada masa kehamilan kurang dari 28
minggu namun lebih dari 20 minggu dengan berat janin antara 1000 – 500
gram. Partus prematurus adalah suatu partus dari hasil konsepsi yang
dapat hidup tetapi belum cukup bulan. Berat janin antara 1000 sampai
2500 gram atau tua kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu.
Sedangkan partus postmaturus atau serotinus adalah partus yang terjadi 2
minggu atau lebih dari waktu partus yang diperkirakan (Putri, 2015)
2.2.2 Fisiologi persalinan normal
Partus dibagi menjadi 4 kala. Pada kala I serviks membuka samapai
terjadi pembukaan 10 cm. Kala I dinamakan pula kala pembukaan. Kala
II disebut pula kala pengeluaran, oleh karena berkat kekuatan his dan
kekuatan mengedan, janin didorong keluar sampai lahir. Dalam kala III
atau kala uri plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV
mulai dari lahirnya plasenta dan lamanya 1 jam. Dalam kala itu, diamati
apakah terjadi perdarahan postpartum.
Menurut putri (2015) berikut tahap persalinan kala I, II, II, IV:
1. Kala I
Klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan wanita
tersebut mengeluarkan lendir yang bersemu darah. Lendir yang
bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks
mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari
pembuluh-pembuluh darah kapiler yang berada di sekitar kanalis
servikalis itu pecah karena pergeseran-pergeseran ketika serviks
membuka. Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi
dalam 2 fase, yaitu:
a. Fase Laten
Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat
sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
b. Fase Aktif
Dibagi ke dalam 3 fase lagi, yaitu:
1) Fase Akselerasi à Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm
tadi menjadi 4 cm.
2) Fase Dilatasi Maksimal à Dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
3) Fase Deselerasi à Pembukaan menjadi lambat kembali,
dalam waktu 2 jam, pembukaan 9 cm menjadi lengkap.
2. Kala II
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai
3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini, kepala janin sudah
masuk di ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-
otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa
mengedan. Wanita merasa pula tekanan pada rektum dan hendak
buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi
lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama
kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Bila dasar
panggul sudah lebih berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi di luar
his, dan dengan his dan kekuatan mengedan maksimal, kepala janin
dilahirkan dengan suboksiput di bawah simfisis dan dahi, muka dan
dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi
untuk mengeluarkan badan, dan anggota bayi. Pada primigravida, kala
II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5 jam.
3. Kala III
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas
pusat. Beberapa menit kemudian ueterus berkontraksi lagi untuk
melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepasdalam 6
sampai 15 menit setelah bayi lahir dengan keluar spontan atau dengan
tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan
pengeluaran darah.4
4. Kala IV
Seperti diterangkan di atas, kala ini dianggap perlu untuk mengamati
apakah ada perdarahan postpartum.
2.3 Miopia
2.3.1 Definisi
Bila bayangan benda yang terletak jauh difokuskan di depan retina oleh
mata yang tidak berakomodasi, mata tersebut mengalami myopia, atau
nearsighted. Pada miopia, panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu
besar atau kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat. Jika objek
digeser lebih dekat dari 6 meter, bayangan akan bergerak mendekati
retina dan terlihat lebih fokus. Titik tempat bayangan terlihat paling tajam
fokusnya di retina disebut “titik jauh”. Derajat myopia dapat diperkirakan
dengan menghitung kebalikan dari titik jauh tersebut (Putri, 2015)
Miopia atau sering disebut sebagai rabun jauh merupakan jenis
kerusakan mata yang disebabkan pertumbuhan bola mata yang terlalu
panjang atau kelengkungan kornea yang terlalu cekung (Yuliantini, 2013)
2.3.2 Epidemologi
Prevalensi miopia bervariasi dengan usia dan faktor lainnya. Prevalensi
myopia meningkat pada usia sekolah dan dewasa muda, mencapai 20-
25% pada populasi remaja dan 25-35% pada dewasa muda di Amerika
Serikat dan negara-negara maju. Dilaporkan bahwa prevalensi myopia
lebih tinggi pada beberapa area di Asia, seperti China dan Jepang.
Prevalensi myopia pada populasi Asia sekarang mencapai 70-90 %.
Prevalensi ini berkurang pada populasi berusia di atas 45 tahun, mencapai
20 % pada usia 65 tahun, dan menurun hingga 14 % pada orang berusia
70-an (Putri, 2015)
2.3.3 Etiologi
Miopi dapat terjadi karena ukuran bola mata yang relatif panjang atau
karena indeks bias media yang tinggi. Penyebab utamanya adalah genetic,
namun faktor lingkungan juga dapat memperngaruhi seperti kekurangan
gizi dan vitamin, dan membaca serta bekerja dengan jarak terlalu dekat
dan waktu lama dapat menyebabkan miopi. penyakit degenerative seperti
DM yang tidak terkontrol, katarak jenis tertentu, obat antihipertensi serta
obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kekuatan refraksi dari lensa
yang dapat menimbulkan miopi (Yuliantini, 2013)
2.3.4 Klasifikasi
Menurut putri (2015) beberapa bentuk myopia seperti:
1. Myopia refraktif
Apabila unsur-unsur pembias lebih refraktif dibandingkan dengan
rata-rata, elainan yang terjadi disebut myopia kurvatura atau myopia
refraktif. Bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti yang
terjadi pada katarak intumesen, dimana lensa menjadi lebih cembung
sehingga pembiasan lebih kuat. Sama dengan myopia bias atau myopia
indeks, yakni myopia yang terjadi akibat pembiasan media penglihatan
kornea dan lensa yang terlalu kuat.
2. Myopia aksial
Myopia aksial terjadi bila mata berukuran lebih panjang daripada
normal. Untuk setiap milimeter tambahan panjang sumbu, mata kira-
kira lebih miopik 3 dioptri. Menurut derajat beratnya, myopia dibagi
dalam:
a. Myopia ringan, dimana myopia lebih kecil daripada 1 – 3 dioptri
b. Myopia sedang, dimana myopia lebih antara 3 – 6 dioptri
c. Myopia berat atau tinggi, dimana myopia lebih besar dari 6 dioptri
Menurut Supriyatiningsih & meida (2020) miopia menurut perjalanannya,
dikenal dalam 3 bentuk:
1. Miopia stasioner/simpleks, miopia yang menetap setelah dewasa.
2. Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa
karena pertambahan panjang bola mata
3. Miopia maligna/progresif/degeneratif/patologik, miopia yang berjalan
secara progresif, dapat mengakibatkan ablasio retina dan kebutaan.
2.3.5 Gejala klinis
Menurut Supriyatiningsih & Meida (2020) Gejala klinis terdiri atas:
1. Gejala subjektif
Gejala sunjektif miopia antara lain:
a. Kabur bila melihat jauh
b. Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat
c. Lekas lelah bila membaca ( karena konvergensi yang tidak sesuai
dengan akomodasi
d. Astenovergens yakni titik mata tidak berakomodasi tetapi
berkonvergensi sangat kuat, gejalanya seperti lekas lelah, silau,
dan pusing.
2. Gejala objektif miopia antara lain:
a. Miopia simpleks
1) Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan
pupil yang relatif lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata
yang agak menonjol.
2) Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang
normal atau dapat disertai kresen miopia ( myopic cresent )
yang ringan di sekitar papil saraf optik.
b. Miopia patologik
1) Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia
simpleks
2) Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa
kelainan-kelainan pada badan kaca, dapat ditemukan
kekeruhan berupa pendarahan atau degenerasi yang terlihat
sebagai floaters atau luapan, atau benda-benda yang
mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan
ablasio badan kaca yang dianggap belum jelas hubungannya
dengan keadaan miopia.
3) Papil saraf optik: terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia,
papil terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian
temporal. Kresen miopia dapat ke seluruh lingkaran papil
sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah koroid yang
atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur.
4) Makula: berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang
ditemukan perdarahan subretina pada daerah makula.
5) Retina bagian perifer: berupa degenersi kista retina bagian
perifer f) Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa
penipisan koroid dan retina. Akibat penipisan ini maka
bayangan koroid tampak lebih jelas dan disebut sebagai
fundus trigroid
2.3.6 Penanganan dan pencegahan
Menurut Supriyatiningsih & Meida (2020) penanganan dan pencegahan
miopia sebagai berikut:
1. Penanganan
a. Jika pada persalinan sebelumnya terdapat penipisan retina,
lakukan tindakan perlekatan kembali (scleral buckling,
vitrectomy, laser atau cryopexy ) jauh sebelum hari persalinan.
Bila berhasil dilekatkan dengan baik kemungkinan bisa
melahirkan normal.
b. Pertimbangan boleh melahirkan normal atau tidak, tergantung
besarnya minus mata., besarnya janin, luas panggul, dan faktor
lain yang berhubungan dengan keberadaan penyulit persalinan.
c. Jika ada kelengkungan, pendataran dan penipisan retina cukup
parah, persalinan harus dilakukan secara seksio sesarea. 4. Jika
terjadi ablasio retina saat hamil atau bersalin, retina harus
dilekatkan kembali secepatnya melalui operasi.
2. Cara mencegah komplikasi miopia (pada miopia > 6 D):
a. Jangan mengedan saat buang air besar, perbanyak konsumsi serat.
b. Jangan mengangkat beban berat.
c. Sebelum persalinan tiba, pastikan anda memeriksakan dan
mendiskusikan kondisi mata ke dokter spesialis mata dan dokter
ahli kandungan, sehingga dapat menentukan pilihan bersalin yang
aman.
2.3.7 Komplikasi
Menurut Supriyatiningsih & Meida (2020) komplikasi miopia
1. Makulopati Miopia
Dapat terjadi penipisan koroid dan retina serta hilangnya pembuluh
darah kapiler pada mata yang berakibat atrofi sel-sel retina sehingga
lapanagn pandang berkurang. Dapat juga terjadi perdarahan retina dan
koroid yang bisa menyebabkan kurangnya lapangan pandang. Miopia
vaskular koroid/ degenerasi makular miopia juga merupakan
konsekuensi dari degenerasi makular normal, dan ini disebabkan oleh
pembuluh darah yang abnormal yang tumbuh di bawah sentral retina.
2. Glaukoma
Risiko terjadinya glaukoma pada mata normal adalah 1,2%, pada
miopia sedang 4,2%, dan pada miopia tinggi 4,4%. Glaukoma pada
miopia terjadi dikarenakan stress akomodasi dan konvergensi serta
kelainan struktur jaringan ikat penyambung pada trabekula
3. Katarak
Lensa pada miopiaa kehilangan transparansi. Dilaporkan bahwa pada
orang dengan miopia onset katarak muncul lebih cepat
2.3.8 Pemeriksaan penunjang
Pengujian atau test yang dapat dilakukan dengan pemeriksaan mata secara
umum atau standar pemeriksaan mata, terdiri dari:
1. Uji ketajaman penglihatan pada kedua mata dari jarak jauh ( Snellen )
dan jarak dekat ( Jaeger ).
2. Uji pembiasan, untuk menentukan benarnya resep dokter dalam
pemakaian kaca mata.
3. Uji penglihatan terhadap warna, uji ini untuk meembuktikan
kemungkinan ada atau tidaknya kebutaan.
4. Uji gerakan otot-otot mata
5. Pemeriksaan celah dan bentuk tepat di retina
6. Mengukur tekanan cairan di dalam mata
7. Pemeriksaan retina
2.3.9 Patologi kehamilan dengan gangguan penglihatan
Perubahan patologis yang sering terjadi pada kehamilan adalah
pembengkakan di pusat penglihatan (macula). Ini terjadi karena
kebocoran di lapisan saraf mata (retina) yang kemudian cairannya
terkumpul dipusat penglihatan, istilah medisnya, Central Serous
Retinophaty. Umumnya, gejala yang dikeluhkan oleh ibu adalah
penurunan tajam penglihatan atau penglihatan bagian tengah lebih kabu
2.3.10 Patofisiologi
Miopia dapat terjadi karena ukuran sumbu bola mata yang relatif panjang
dan disebut sebagai miopia aksial. Dapat juga karena indeks bias media
refraktif yang tinggi atau akibat indeks refraksi kornea dan lensa yang
terlalu kuat. 8alam hal ini disebut sebagai miopia refraktif (curtin, 2002
dalam Yuliantini, 2013)
Miopia degeneratif atau miopia maligna biasanya apabila miopia lebih
dari -6 dioptri (D) disertai kelainan pada fundus okuli dan pada
panjangnya bola mata sampai terbentuk stafiloma postikum yang terletak
pada bagian temporal papil disertai dengan atrofi korioretina. Atrofi retina
terjadi kemudian setelah terjadinya atrofi sklera dan kadang-kadang
terjadi ruptur membran bruch yang dapat menimbulkan rangsangan untuk
terjadinya neo-askularisasi subretina. Pada miopia dapat terjadi bercak
fuch berupa hiperplasi pigmen epitel dan perdarahan, atropi lapis sensoris
retina luar dan dewasa akan terjadi degenerasi papil saraf optik (Sidarta,
2007 dalam Yuliantini, 2013)
2.3.11 Pathway

Faktor etiologi

Kornea melengkung

Bola mata memanjang

Cahaya masuk tidak difokuskan secara baik

Bayangan jatuh didepan retona

Objek dekat jatuh dan tanpak buran

MIOPIA

Membaca/melihat benda kecil Mata cepat lelah bila melihat Perilaku salah, bertaya

harus dengan jarak dekat tentang penyakit

Gangguan persepsi sensori Ansietas Defisit pengetahuan

(Sumber: Kadek Dewi Yuliantin, 2013)


2.4 Perubahan dan gangguan penglihatan pada kehamilan
Seorang wanita mengalami banyak perubahan pada saat kehamilan, baik
sistemik maupun okular. Pada saat kehamilan, terjadi perubahan fisiologis pada
sistem kardiovaskular, sistem hormon, metabolik, hematologik, dan sistem
imunologik. Akibat beberapa mekanisme ini, kehamilan menyebabkan perubahan
pada mata. Perubahan hormon dan metabolik yang terjadi pada saat kehamilan
(Putri, 2015). Beberapa perubahan dan gangguan kehamilan menurut putri (2015)
sebagai berikut:
1. Adneksa Okular
Chloasma atau yang lebih dikenal sebagai “topeng kehamilan” adalah proses
hormonal, yang ditandai dengan meningkatnya pigmentasi di sekitar mata
dan pipi. Perubahan pigmentasi tersebut akan hilang perlahan setelah
melahirkan. Spider angiomas, yang merupakan salah satu jenis telengiektasi,
biasanya timbul pada saat kehamilan di daerah muka dan tubuh bagian atas,
dan juga hilang setelah melahirkan
2. Segmen Anterior Konjungtiva
Penurunan kapiler konjungtiva dan peningkatan jaringan granuler venula
konjungtiva telah dilaporkan terjadi dan hilang setelah kelahiran.
3. Kerusakan Lensa
Kehamilan menginduksi terjadinya “syndrone kekeringan mata” yang timbul
akibat gangguan pada sel acinar kelenjar lakrimal
4. Kornea
Banyak wanita yang mengalami intoleransi terhadap lensa kontak saat
kehamilan, walaupun mereka tidak memiliki masalah dengan lensa kontak
sebelum kehamilannya. Suatu penelitian yang meneliti mengenai lengkungan
kornea pada wanita hamil menyebutkan peningkatan statiskik yang signifikan
pada lengkungan kornea pada trimester kedua dan ketiga, namun akan hilang
setelah melahirkan ataupun setelah mulai menyusui. Kehamilan juga
dihubungkan dengan perubahan pada ketebalan dan sensitifitas kornea.
Peningkatan ketebalan yang sedikit namun dapat terukur pada kornea
disebabkan oleh terjadinya edema pada saat kehamilan. Sensitifitas kornea
cenderung berkurang, dengan perubahan terbesar terjadi pada tahap akhir
kehamilan. Akibat dari variasi ketebalan tersebut, indeks refraksi kornea juga
dapat berubah. Namun dianjurkan untuk menunda pemberian resep maupun
lensa kontak sampai beberapa minggu setelah kelahiran.
5. Gangguan Akomodasi dan Refraksi
Perubahan akomodasi dan gangguan refraksi pada masa kehamilan telah
dilaporkan. Hilangnya daya akomodasi yang bersifat sementara dapat terjadi
pada saat maupun sesudah kehamilan.
6. Tekanan Intraokular
Kehamilan dapat memberikan keuntungan pada glaukoma. Kehamilan
dihubungkan dengan penurunan tekanan intraokular pada mata yang sehat
dan hipertensi okular. Pada subjek yang normal, kehamilan menurunkan
tekanan intraokular sampai 19,6%. Hampir 35% dari keseluruhan penurunan
terjadi pada minggu ke 12 dan 18 kehamilan. Sedangkan pada hipertensi
okular, kehamilan menurunkan tekanan intraokular hingga 24,4%. Berbagai
macam mekanisme telah diimplikasikan pada hasil penelitian ini. Beberapa
mekanisme ini termasuk adanya peningkatan keluaran aqueous humor,
penurunan resistensi vaskuler sistemik yang menyebabkan terjadinya
penurunan tekanan vena episclera, peningkatan elastisitas jaringan
generalisata yang menyebabkan berkurangnya kekakuan sklera, dan asidosis
generalisata selama kehamilan.
7. Gangguan Segmen Posterior
a. Retinopati Diabetika
Kehamilan dapat memperparah retinopati diabetika yang telah ada.
Perubahan diabetik yang terjadi selama kehamilan tidak jauh berbeda
dengan yang ditemukan pada pasien non diabetik dan pada pria. Namun,
kehamilan pada pasien diabetes yang terkontrol tidak menjadi faktor
resiko untuk terjadinya komplikasi vaskular. Gangguan pandangan yang
diakibatkan oleh retinopati diabetika pada kehamilan jarang terjadi, akan
tetapi dapat terjadi konsekuensi yang buruk terhadap ibu dan bayinya.
Foto-koagulasi dengan laser harus dipertimbangkan untuk wanita hamil
dengan pre-proliferatif retinopati diabetika yang berat. Retinopati
diabetika proliferatif mungkin tidak membaik setelah kelahiran.
b. Korioretinopati serosa sentral
Ini adalah kelainan makular yang ditandai oleh ablatio retina serosa
lokalisata. Kehamilan adalah salah satu faktor resiko terjadinya penyakit
ini. Korioretinopati serosa sentral pada wanita hamil sering dihubungkan
dengan eksudat subretina yang kemungkinan bersifat fibrinosa alami.
Eksudat subretinal fibrinosa ini terlihat pada 90% pasien, dibandingkan
dengan kurang dari 20% korioretinopati sentral serosa (tanpa kehamilan).
Gangguan ini akan sembuh secara spontan pada akhir kehamilan atau
setelah melahirkan, namun dapat timbul kembali di luar kehamilan.
c. Distrofi Vitrokorioretinal Perifer (PVCRD)
Observasi dinamis yang diikuti pada 86 wanita hamil dengan distrofi
vitrokorioretinal (121 mata) menunjukkan bahwa kondisi tersebut
berkembang selama masa kehamilan pada 33,8% kasus. Menurunnya
haemodinamik okular dan kekakuan sklera adalah karakteristik
kehamilan. Insidens tertinggi progresivitas PVCRD diamati pada wanita
hamil dengan sistem haemodinamik tipe hipokinetik
d. Ablatio Retina Rhegmatogenosa
Wanita hamil dengan myopia tinggi, riwayat ablatio retina atau
perlubangan retina, atau diketahui memiliki degenerasi lattice umumnya
dirujuk ke spesialis mata untuk meminta saran manajemen kelahiran,
apakah diperbolehkan melahirkan spontan pervaginam, atau harus
dilakukan profilaksis atas indikasi resiko tinggi terjadinya kelainan retina.
Banyak ahli obstetri masih mempercayai bahwa wanita hamil dengan
kelainan mata beresiko mengalami ablatio retina rhegmatogenosa harus
melahirkan dengan instrumen atau bahkan dianjurkan untuk Sectio
Caesaria.
e. Edema Makular
Edema makular dengan atau tanpa retinopati proliferatif juga dapat timbul
pada masa kehamilan. Hal tersebut dapat timbul ataupun memburuk
selama kehamilan. Telah ditunjukkan bahwa edema makular sering
berhubungan dengan wanita hamil yang menderita diabetes yang juga
memiliki proteinuria dan hipertensi. Penelitian juga menunjukkan bahwa
pada beberapa kasus dapat membaik secara spontan setelah kelahiran
namun dapat juga menetap, dan menyebabkan kehilangan penglihatan
jangka panjang.
f. Uveitis
Uveitis mengacu pada peradangan dari traktus uvea, terdiri dari iris,
badan siliar dan choroid. Telah dilaporkan bahwa kehamilan berhubungan
dengan sejumlah kasus timbulnya uveitis non-infeksi dibandingkan
dengan kondisi tanpa kehamilan. Apabila kondisi tersebut timbul saat
kehamilan, umumnya terjadi pada trimester pertama. Penyebab spesifik
dari uveitis non-infeksi ini menunjukkan efek yang menguntungkan dari
kehamilan termasuk sindroma Vogt-Koyanagi-Harada, uveitis idiopatik
dan penyakit Behcet’s. Sebagian besar dari wanita-wanota tersebut akan
mengalami kekambuhan dalam 6 bulan pasca kelahiran. Diduga bahwa
peningkatan hormon-hormon intrinsik, terutama kortikosteroid, dan
beberapa faktor lain dengan kehamilan dapat memberikan pengaruh
penekanan pada uveitis.
2.5 Miopia tinggi pada kehamilan
Banyak orang yang mengatakan pasien dengan myopia yang tinggi
beresiko mengalami robekan retina pada saat melahirkan secara spontan. Namun
tidak ada kasus yang dilaporkan dalam literatur yang dapat menghubungkan
ablasio atau robekan retina dengan myopia pada wanita yang melahirkan (Putri,
2015)
Socha et. Al telah melakukan suatu studi, dimana sebanyak 4895
operasi seksio Caesarea yang dilakukan telah diamati, 100 (2.04 %) diantaranya
karena indikasi okular yang telah dikonsulkan ke spesialis mata dan disarankan
untuk persalinan secara operasi. Frekuensi operasi seksio Caesarea atas indikasi
okular telah meningkat banyak pada tahun 2005 hingga 2006 tapi merosot sejak
tahun 2006 (Putri, 2015)
2.6 Asuhan keperawatan kehamilan dengan miopia
A. Pengkajian
1. Identitas klien
2. Anamese
g. Keluhan utma
h. Riwayat penyakit sekarang
i. Riwayat penyakit terdahulu
j. Riwayat penyakit keluarga
k. Riwayat menstruasi
l. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
m. Riwayat penggunaan kontrasepsi
3. Pengkajian bio-psiko
Pengkajian ibu bersalin Calista Roy
a. KebutuhanFisiologis
1) Aktivitas dan istirahat
 Pola tidur : kebiasaan tidur, lama, jam, frekuensi
 Pola tidur saat ini
2) Keluhan ketidaknyamanan
 Sifat
 intensitas
3) Nutrisi
 Asupan nutrisi: nafsu makan : baik / kurang / tidakada
 Asupan cairan
 Masalah khusus
4) Eliminasi
 Urin : kebiasaan BAK
 BAB : kebiasaan BAB
 Masalah khusus
5) Cairan dan Elektrolit
6) Pengaturan Sistem Endokrin
7) Fungsi Neurologis
b. Konsep diri yaitu

• Gambaran diri

• Ideal diri

• Fungsi peran
c. Interdependend (kemandirian)
d. Budaya (kaitannya dengan kepercayaan dan adat yang berlaku di
masyarakat pada ibu hamil kaitannya denganpantangan-pantangan)
4. Pemeriksaan fisik
e. Keadaan umum
f. Kesadaran
g. Tanda-tanda vital
h. Head to teos/ Pemeriksaan Persistem
1) Kepala leher
2) Dada
3) Abdomen
4) Perinium/genetalia
5) Ekstermitas
6) Istirahat dan kenyamana
7) Mobilitas dan latihan
8) Keadaan mental
9) Pola hidup yang meningkatkan resiko kehamilan
5. Status obtetrik
6. Pemeriksaan penujang
a. Pemeriksaan darah lengkap
b. Pemeriksaan oftamologi
c. Pemeriksaan USG

B. Analisa data
No Data Etiologi Problem
1 Ds: Miopia Ansietas
1. Merasa bingung
2. Merasa khawatir dengan Mata cepat lelah bila melihat
akibat dari kondisi yang
dihadapi Ansietas
3. Sulit berkonsentrasi
4. Mengeluh pusing
5. Anoreksia
6. Palpitasi
7. Merasa tidak berdaya
Do:
1. Tampak gelisah
2. Tanpak tegang
3. Sulit tidur
4. Frekuensi nafas meningkat
5. Frekuensi nadi meningkat
6. Tekanan darah meningkat
7. Muka pucat
8. Suara bergetar
2 Ds: Miopia Defisit
Menanyakan masalah yang dihadapi pengetahuan
Do: Prilaku salah, bertanya
1. Menunjukkan prilaku tidak tentang penyakit
sesuai anjuran
2. Menunjukkan persepsi yang Defisit pengetahuan
keliru terhadap masalah
3. Menjalani pemeriksaan yang
tidak tepat
4. Menunjukkan prilaku
berlebihan (mis, apatis,
bermusuhan, agitasi,
histeria)
3 Do: Miopia Gangguan
Merasakan sesuatu melalui indra persepsi sensori
peraba, penciuman, penglihatan, Membaca/ melihat beda
atau pngecapan kecil harus dengan jarak
Do: dekat
1. Respons tidak sesuai
2. Konsentrasi buruk Gangguan persefsi sensori

C. Diagnosa
a. Ansietas b/d krisi situasional ditandai dengan kegelisahan
b. Defisit pengetahuan b/d kurangnya informasi tentang kondisi
c. Gangguan persepsi sensori b/d gangguan status organ indra

D. Intervensi
No Diagnosa Kriteria hasil (SLDKI) Intervensi (SIKI)
(SDKI)
1 Ansietas Setel Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas
keperawatan selama ….. x 24 Observasi
jam diharapakan kecemasan 1. Identifikasi saat tingkat
menurun atau pasien dapat ansietas berubah (mis.
tenang dengan kriteria hasil: Kondisi waktu stresor)
1. tanda kecemasan 2. Identivikasi
menurun kemampuan
2. perilaku gelisah menurun mengambil keputusan
3. frekuensi nafas menurun 3. Monitor tanda-tanda
4. frekuensi nadi menurun ansietas
5. konsentrasi membaik Terapeutik
6. Pola tidur membaik   4. Ciptakan suasana
terapeutik untuk 
menumbuhkan
kepercayaan
5. Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan,
jika memungkinkan
6. Pahami situasi yang
membuat ansietas
7. Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
8. Tempatkan barang
pribadi yang memberi
kenyamanan
9. Motivasi
mengidentivikasi
sesuatu yang memicu
kecemasan
10. Diskusikan
perencanaan realistis
tentang peristiwa yang
akan datang
Edukasi
11. Jelaskan prosedur
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
12. Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosa
13. Anjurkan untuk
melakukan kegiatan
yang tidak konpetitif
14. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
15. Latihan kegiatan
pengalihan untuk
mengurani
ketegangan
16. Latihan rileksasi
Kolaborasi
17. Kolaborasi pemberian
obat antiansietas jika
perlu
2 Defisit Dalam…….. x 24 jam setelah Edukasi kesehatan
pengetahuan dilakukan tindakan keperawatan Observasi
klien menunjukan : 1. Identifikasi kesiapan dan
1. Perilaku sesuai anjuran kemampuan menerima
meningkat informasi
2. Verbalisai minat dalam 2. Identifikasi faktor-faktor
belajar meningkat yang dapat meningkatkan
3. Kemampuan menjelaskan dan menurunkan motivasi
pengetahuan tentang suatu perilaku hidup bersih dan
topic meningkat sehat
4. Kemampuan Terapeutik
menggambarkan pengalaman 1. Sediakan materi dan media
sebelumnya meningkat pendidikan kesehatan
5. Perilaku sesuai dengan 2. Jadwalkan pendidikan
pengetahuan meningkat kesehatan sesuai
6. Pertanyaan tentang maslah kesepakatan
yang dihadapi menurun 3. Berikan kesempatak untuk
7. Persepsi yang keliru terhadap bertanya
masalah menurun Edukasi
8. Menjalani pemeriksaan yang 1. Jelaskan faktor resiko yang
tidak tepat menurun dapat mempengaruhi
9. Perilaku membaik kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidep
bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat

3 Gangguan Setel Setelah dilakukan tindakan Minimalisasi rangsangan


persepsi keperawatan selama ….. x 24 Observasi
sensori jam diharapakan persepsi 1. Periksa status sensori
sensori membaik dengan kriteria tingkat kenyamanan (mis.
hasil: Nyeri dan kelelahan)
a. Verbalisasi melihat Terapeutik
bayangan meningkat 2. Diskusikan tingkat toleransi
b. Respon sesuai stimulus terhadap beban sensori
membaik (mis. Bising, terlalu terang)
3. Batasi stimulus lingkungan
(mis. Cahaya, suara,
aktivitas)
4. Jadwalkan aktifitas harian
dan istirahat
5. Kombinasi
prosedur/tindakan dalam
satu waktu sesuai
kebutuhan
Edukasi
6. Ajarkan cara menstimulus
(mis. Mengatur cahaya
ruangan)
Kolaborasi
7. Kolaborasi dalam
meminimalan prosedur
tindakan
8. Kolaborasi pemberian obat
uang mempengaruhi
stimulus

DAFTAR PUSTAKA
Adabiyah, Dkk. 2019. Asuhan Keperawatn Pada Ny,S G2P0A1 Usia Kehamilan 36-
37 Minggu Di Poli Kandungan Dan Kebidanan RSAD Balung. Jember:
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPD PPNI
PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Kriteria Hasil,
Edisi 1. Jakarta: DPD PPNI
PPNI. 2016. Standar intervensi keperawatan indonesia: definsi dan tindakan
keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPD PPNI
Putri, Nadila Lupita. 2015. High Myopia Dalam Kehamilan. Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Supriyatiningsih & Meida, Nur Shani. 2020. Buku Refrensi Kehamilan Dengan
Gangguan Penglihatan, Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Dan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
Wati, Rinda. 2018. Asuhan Kebidanan Berkelanjutan. Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
Yuliantini, Kadek Dewi. 2013. Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan Miopi.
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Anda mungkin juga menyukai